Anda di halaman 1dari 71

KOMPLIKASI KEHAMILAN

TRIMESTER III

Hipertensi dalam kehamilan


Ketuban Pecah Dini
Intra Uterine Growth Restriction
(IUGR)
Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
Perdarahan Ante partum

Hipertensi Dalam Kehamilan

Berdasarkan American College Obstetric


and Gynecolog tahun (ACOG) 2013,
hipertensi
dalam
kehamilan
dibagi
menjadi:
1. Pre eklampsia-eklampsia
2. Hipertensi Kronik
3. Hipertensi Kronik dengan superimposed
pre-eklamspia
4. Hipertensi Gestasional

1. Pre eklampsiaeklampsia
Kriteria minimal pre-eklamsia adalah tekanan darah
140/90mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu dan proteinuria
300 mg/24 jam atau +1 dipstik, dan rasio protein : kreatinin
30 mg/mmol. Kriteria pre-eklamsia berat adalah pre-eklamsia
dengan minimal satu dari tanda di bawah ini :
Tekanan darah 160/110 mmHg
Proteinuria 5 gr/24 jam atau +2 dipstik
Terdapat keterlibatan organ lain :

Hematologi : trombositopenia, hemolisis mikroangiopati.


Hepar : peningkatan SGOT, SGPT, nyeri epigastrik atau kuadran kanan
atas.
Neurologis : skotoma penglihatan, sakit kepala persisten.
Janin : pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion.
Paru : edem pulmo, gagal jantung kongestif.
Ginjal : oliguria (500 mg/24 jam), peningkatan kreatinin >1,2 mg/dl.

2. Hipertensi Kronik
Hipertensi kronik dalam kehamilan
didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah sebelum konsepsi
terjadi atau yang terdeteksi sebelum
usia kehamilan 20 minggu.

3. Hipertensi Kronik dgn


superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik dengan superimposed pre-eklamsia
didefinisikan dengan skenario sebagai berikut : Wanita
dengan hipertensi di awal kehamilan yang kemudian
muncul proteinuria setelah usia kehamilan 20 minggu atau
wanita dengan proteinuria sebelum usia kehamilan 20
minggu dengan :
Mengalami eksaserbasi hipertensi secara tiba-tiba atau
harus meningkatkan dosis anti hipertensi bila
sebelumnya juga telah terkontrol dengan obat ini.
Secara mendadak menunjukkan tanda dan gejala seperti
peningkatan enzim liver ke arah abnormal.
Penurunan trombosit
Nyeri pada kuadran kanan atas atau nyeri kepala berat.
Muncul kongesti pulmo atau edem pulmo
Insufisiensi renal
Peningkatan secara mendadak ekskresi protein.

4. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional didefinisikan sebagai
awal mula mengalami peningkatan tekanan
darah setelah usia 20 kehamilan minggu bahkan
sering mendekati usia aterm, tanpa disertai
adanya proteinuria. Tekanan darah dapat kembali
normal setelah persalinan, bila tekanan darah
tidak kunjung normal setelah persalinan maka
diagnosisnya berubah menjadi hipertensi kronik.

Etiologi
Etiologi hipertensi dalam kehamilan sampai saat
ini belum jelas, namun kondisi yang dianggap
penting berhubungan adalah:
1. Implantasi plasenta dengan ketidaknormalan
invasi trofoblast pada pembuluh darah uterus (a.
Spiralis).
2. Maladaptasi toleransi imunologik maternal,
paternal (plasenta) dan jaringan janin.
3. Maladaptasi kardiovaskuler maternal atau
perubahan inflamasi dari kehamilan normal.
4. Faktor genetik termasuk gen predisposisi yang
diwariskan seperti pengaruh epigenetik.

Faktor Resiko
Faktor Maternal:
Kehamilan pertama
Primipaternity
Usia < 18 tahun atau > 35
tahun
Riwayat preeklamsi
Riwayat preeklamsi dalam
keluarga
Ras kulit hitam
Obesitas (BMI 30)
Interval antar kehamilan <
2 tahun atau > 10 tahun

Faktor fetal

Kehamilan multipel
Hidrops fetalis
Penyakit trofoblastik
gestasional
Triploidi.

Patomekanism
e

Alur penegakan diagnosis


TD meningkat
>160/110
mmHG

>140/90 mmHg
Hamil <20
mgg
Tes Proteinuria
dipstick +1 /
>300 mg pd
urin 24 jam pd
kehamilan >20
mgg, disertai
tanda dan
gejala lain
(+
(-)
)
Superim
Hipertens
posed
i Kronik
Preeklamps
ia

Hamil >20
mgg
Tes Proteinuria
dipstick +1/
>300 mg pd
urin 24 jam

Tes Proteinuria
dipstick >+2/
>5g pd urin
24 jam,
disertai gejala
dan
keterlibatan
organ lain
Kejang

(-)
HT
Gesta
sional

(+
)
PER

(-)

PEB

(+
)
Eklam
psia

Penatalaksanaa
n
Ht gestasional dan PER
Rata-rata terjadi pada minggu ke 32
kehamilan.
Maka
daripada
itu
penatalaksanaan
hipertensi
kehamilan
terfokus pada monitoring ibu dan janin
apakah
sudah
berkembang
menjadi
preeklampsia, hipertensi berat ataupun
ancaman pada janin. Minimal analisa urin
dan pemeriksaan tekanan darah dilakukan
setiap minggu.

Pre eklampsia berat & Eklampsia


Dosis Awal

4 g larutan mgso4 (10 ml larutan


mgso4 40%) larutkan dengan
akuades 10 ml. Berikan secara iv
selama 20 menit

Dosis Rumatan

6 g mgso4 (15 ml larutan mgso4


40%) larutkan dalam 500 ml RL,
berikan secara iv dgn kcptn 28
tpm, diulang hingga 24 jam
persalinan atau kejang berakhir

Syarat pemberian mgso4

Tersedia ca glukonas 10%


Ada refleks patella
Jumlah urin minimal
0,5ml/kgBB.jam

Sebelum pemberian mgso4,


periksa

Refleks patella (+)


Urin minimal 30 ml/jam dlm 4
jam trkhir
RR min 16 x/menit

Hentikan pemberian jika

RR <16x/menit
Tidak didapatkan refleks patella
Terdapat oligouria

Jika terjadi depresi nafas

Berikan ca glukonas 1 g IV (10 ml


larutan 10%) bolus dlm 10 menit

Apabila terjadi eklampsia, lakukan penilaian awal dan tatalaksana


kegawatdaruratan. Berikan kembali mgso4 2 g IV perlahan (15-20
menit). Bila setelah pemberian mgso4 ulangan masih terdapat
kejang, dapat dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg iv
selama 2 menit

Dosis Antihipertensi
Nifedipin

4 x 10-30 mg PO (short acting)


1 x 20-30 mg PO (long acting)

Nikardipin

5 mg/jam, dapat dititrasi 2,5


mg/jam tiap 5 menit hingga max
10 mg/jam

Metildopa

2 x 250-500 mg PO

Komplikasi
Perdarahan serebrovaskular
Perdarahan serebrovaskular terjadi karena kegagalan
autoregulasi aliran darah otak pada MAP (Mean Arterial
Pressure) diatas 140 mmHg.

HELLP Syndrome (hemolysis, Elevated Liver


Enzyme, Low Platelets Count). Preeklampsiaeklampsia disertai timbulnya hemolisis, peningkatan
enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopenia.
Gagal ginjal
Edema Paru
Kematian maternal

Ketuban Pecah Dini

Definisi

Merupakan keadaan pecahnya


selaput ketuban sebelum persalinan
Apabila KPD terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu, disebut
sebagai ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur atau Preterm
Premature Rupture of Membrane
(PPROM)

Klasifikasi

Preterm PROM dan aterm PROM


diklasifikasikan menjadi early PROM
dan prolonged PROM:
Early PROM yaitu pecahnya ketuban
kurang dari 21 jam sebelum persalinan
Prolonged PROM adalah pecahnya
ketuban >21 jam sebelum persalinan

Etiologi

Kelainan membran amnion lokal


Infeksi, seperti vaginitis, cervisitis, atau amniositis
Kolonisasi bakteri
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
Serviks inkompeten
Hidramnion
Kehamilan ganda
malformasi fetus
Ablasio plasenta
Plasenta previa
Trauma

Fakto resiko
Maternal

Uteroplasenta

Janin

Riw kpd sebelumnya

Abnormalitas uterus

Gemelli

Perdarahan
antepartum

Solusio plasenta

Polihidramnion

Trauma abdomen

Inkompetensi serviks

Merokok

Peregangan uterus
yang berlebihan

Penggunaan obatobatan

chorioamniosintesis

Anemia

Pemendekan serviks
pada trimester kedua

Bb ibu rendah

Penegakan Diagnosis

Anamnesis
Riwayat pengeluaran air dalam jumlah yang
banyak secara tiba-tiba Saat terjadi pengeluaran
air, harus ditanyakan apakah terdapat darah atau
discharge pervaginam yang disertai nyeri kram
untuk menyingkirkan tanda-tanda persalinan

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
fisik
yang
dilakukan
hanya
pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril.
Hal ini bertujuan untuk melihat adanya cairan
yang keluar dari serviks dan atau menggenang di
forniks posterior.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa
tes Nitrazin dan tes fern untuk konfirmasi ruptur .
Tes nitrazin merupakan pemeriksaan pH vagina dengan
menggunakan kertas nitrazin
Fern test merupakan pemeriksaan swab dari forniks
posterior vagina lalu diputar pada objek glass, dibiarkan
kering selama 10 menit. Pada pemeriksaan dibawah
mikroskop, terdapat fambaran fern atau pakis jika
terdapat cairan amnion

Penatalaksanaan
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk
mencegah mortalitas dan morbiditas perinatal
pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena
infeksi atau akibat kelahiran preterm pada
kehamilan dibawah 37 minggu
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan
KPD, yaitu manajemen aktif dan ekspektatif.
Manajemen ekspektatif adalah penanganan
dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara
manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih
aktif mengintervensi persalinan.

Infeksi yang rawan terjadi pada ketuban pecah dini


memerlukan terapi antibiotik untuk mengurangi morbiditas
maternal dan neonatal

Pada kehamilan >= 37 minggu, lebih dipilih induksi awal.


Induksi persalinan dengan prostaglandin pervaginam
berhubungan dengan peningkatan risiko korioamnionitis
dan infeksi neonatal bila dibandingkan dengan induksi
oksitosin. Sehingga, oksitosin lebih dipilih dibandingkan
dengan prostaglandin pervaginam untuk induksi persalinan
pada kasus KPD. Tokolisis pada kejadian preterm tidak
direkomendasikan

Magnesium
Untuk efek neuroprotektor pada KPD <31
minggu bila persalinan diperkirakan dalam
waktu 24 jam

Magnesium sulfat IV: Bolus 6 gram selama 40


menit dilanjutkan infus 2 gram/ jam untuk dosis
pemeliharaan sampai persalinan atau sampai 12
jam terapi.

Kortikosteroid untuk menurunkan risiko Betametason: 12 mg IM setiap 24 jam dikali 2


sindrom distress pernapasan
dosis. Jika betamethasone tidak tersedia, dapat
digunakan deksamethason 6 mg IM setiap 12
jam dikali 4 dosis
Antibiotik Untuk memperlama masa laten

Ampicillin 2 gram IV setiap 6 jam dan


erythromycin 250 mg IV setiap 6 jam selama 48
jam,

Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)

Definisi
IUGR atau Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
adalah suatu kondisi dimana janin berukuran lebih
kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia
kehamilan.
Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat
dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki
berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam
usia kehamilan yang sama.
Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut
small for gestational age (SGA), di mana bayi
mempunyai
berat
badan
kecil
yang
tidak
menimbulkan kematian perinatal.

Jadi ada dua komponen penting pada PJT


yaitu:
Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
Adanya faktor patologis yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan.

Sedangkan pada small for gestational age


(SGA) ada dua komponen yang
berpengaruh yaitu:
Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
Tidak adanya proses patologis.

Klasifikasi

Berdasarkan gejala klinis dan USG


janin kecil dibedakan atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di
bawah presentil ke-10 untuk masa
kehamilannya. Mempunyai ponderal
index dan jaringan lemak yang normal.
Ponderal index = BB(gram) x 100
PB(cm)

2.

Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses


patologis, inilah yang disebut true fetal growth restriction.
Berdasarkan ukuran kepala, perut, dan panjang lengan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase
Hiperplasia, di mana total jumlah sel kurang, ini
biasanya disebabkan oleh gangguan kromosom atau
infeksi kongenital misalnya TORCH. Proses patologis
berada di organ dalam sampai kepala.
Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase
Hipertrofi, di mana jumlah total sel normal tetapi
ukurannya lebih kecil. Biasanya gangguan ini
disebabkan oleh faktor maternal atau faktor
plasenta.

Simetris

Asimetris

Semua bagian tubuh kecil

Kepala lebih besar dari perut

Ponderal index normal

Meningkat

Perbandingan kepala, perut dan

Meningkat

panjang tangan normal


Etiologi: faktor genetik dan infeksi

Insufisiensi plasenta kronik

Jumlah sel-lebih kecil

Normal

Ukuran Sel normal

Kecil

Bayi dengan komplikasi prognosisnya

Biasanya tanpa komplikasi baik

buruk
prognosisnya

Etiologi
Maternal

Janin

Uterus & Placenta

TD tinggi

Gemelli

Penurunan aliran
darah di uterus dan
plasenta

Peny ginjal kronik

Penyakit infeksi

Solusio plasenta

DM

Kelainan kongenital

Plasenta previa

Peny jantung

Kelainan kromosom

Infeksi

Malnutrisi & anemia

Pajanan teratogen

Infeksi
Pecandu narkoba &
alkohol

Manifestasi Klinis
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak
kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya
tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi normal.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami
keadaan berikut :
Penurunan level oksigenasi
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi
adaptasi bayi segera setelah lahir)
Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam
kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas
Hipoglikemi (kadar gula rendah)
Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

Penegakan
Diagnosis
Cara mendiagnosis dilihat dari beberapa faktor:
Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal,
kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.
Tinggi Fundus Uteri
Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2
(dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal
untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai
bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel,
hidramnion, janin letak lintang.

USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau

cephalometry angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila


pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka
dapat kita sebut sebagai asimetris PJT.

Doppler Felocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat
mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak
normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan
bahwa adanya PJT.

Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus
Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH,
Syphilis
Pengukuran kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis
B dan C

Penatalaksanaan
Langkah-langkah menangani PJT:
1. Mengenali pasien-pasien yang mempunyai
resiko tinggi untuk mengandung janin kecil
2. Membedakan janin PJT atau malnutrisi
dengan janin yang kecil tetapi sehat
3. Menciptakan metode adekuat untuk
pengawasan janin pada pasien-pasien PJT
dan melakukan persalinan di bawah
kondisi optimal

Berdasarkan waktu:
Pada PJT pada saat dekat waktu
melahirkan, yang harus dilakukan
adalah segera dilahirkan
Pada PJT jauh sebelum waktu
melahirkan, kelainan organ harus
dicari pada janin ini, dan bila
kelainan kromosom dicurigai maka
amniosintesis (pemeriksaan cairan
ketuban) atau pengambilan sampel
plasenta, dan pemeriksaan darah

Tatalaksana umum :
Skrining adanya cacat bawwan atau kelainan kromosom
Kurangi aktifitas fisik
Tirah baring, posisis miring ke kiri
Perbaiki nutrisi (asupan +300 kal/hr)
Segera ke RS bila istirahat di rumah tidak memungkinkan
Melihat pertumbuhan dan pergerakan janin setiap 3-4 mgg
dgn
Berhenti merokok dan minum alkohol
Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum
waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat
dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil
tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita
hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka
semuanya harus dihentikan

Proses melahirkan
Pematangan paru harus dilakukan pada
janin prematur. Pengawasan ketat selama
melahirkan
harus
dilakukan
untuk
mencegah komplikasi setelah melahirkan.
Operasi caesar dilakukan apabila terjadi
distress janin serta perawatan intensif
neonatal care segera setelah dilahirkan
sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian
distress janin selama melahirkan meningkat
pada PJT karena umumnya PJT banyak
disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang
diperparah dengan proses melahirkan

Intra Uterine Fetal Death


(IUFD)

Definisi
Kematian janin dalam rahim dengan
berat badan 500 gram atau lebih,
atau kematian dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.

Etiologi & faktor resiko


Maternal

Fetal

Plasenta

Kehamilan post term


(>42 minggu)

Gemeli

Premature Rupture of
Membrane

Hipertensi

Gerak bayi berlebihan Asfiksia intrapartum

Pre-eklampsia atau
eklampsia

Kelainan kromosom

Plasenta previa

Trauma saat hamil

Kelainan bawaan
janin

Solusio Plasenta

Infeksi pada ibu hamil

Malformasi janin

Chorioamniosintesis

Ruptur uteri

IUGR

Kematian ibu

Infeksi

Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Tidak ada gerakan janin
Perut tidak membesar bahkan
mungkin mengecil
Perut sering menjadi keras
Merasa sakit seperti ingin melahirkan
Penurunan berat badan

Pemeriksaan Fisik
Ins: TFU berkurang atau lebih rendah dari
UK. Tidak terlihat gerakan janin yang
biasanya dapat terlihat pada ibu yang
kurus
Aus: tidak terdengar DJJ setelah UK 1012 minggu pada pemeriksaan ultrasonic
Doppler (bukti kemtian janin yang kuat)
Per: pekak janin
Palp: tonus uterus menurun, uterus
teraba flaksid, dan tidak teraba janin

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan hematologi: ABO dan Rh, VDRL, gula darah post


prandial, HBA1C, ureum, kreatinin, profil tiroid.
USG akan didapatkan:
Tidak ada pergerakan janin (termasuk DJJ) diukur selama observasi 10
menit dengan USG (bukti kuat kematian janin)
Lama kelamaan terjadi oligohidramnion dan tampak kolpas tulang
tengkorak.
Foto Rontgen Abdomen akan didapatkan:
Tulang tengkorak saling tutup menutupi (Spaldings Sign) akibat
likuefaksi massa otak dan melemahnya struktur ligamentosa yang
membentuk tengkorak. Biasanya ciri yang sama dapat ditemukan pada
kehamilan ekstrauterin dengan janin hidup.
Tulang punggung janin sangat melengkung (Naujokess Sign).
Hiperekstensi kepala (Gerhards Sign)
Gelembung gas pada badan janin (Roberts Sign)
Femur length yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Pemeriksaan urin: mencari sedimen dan sel-sel pus.

Penatalaksanaan
1. Pilihan cara persalinan secara aktif dengan induksi maupun
ekspektatif.
2. Bila ekspektatif tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu.
3. Jika tombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan
spontan, lakukan penanganan aktif.
4. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks, yatu:
Jika serviks matang, induksi persalinan dengan oksitoksin
atau prostaglandin.
Jika serviks belum matang pematangan serviks dengan
prostglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan
dilakukan amniotomi karena berisiko infeksi.
SC pilihan terakhir.
5. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit
menurun dan serviks belum matang, dilakukan pematangan serviks
dengan misoprostol :
Berikan misoprostol 25 mcg dipuncak vagina dan dapat diulang
sesudah 6 jam.
Jika tidak ada respon setelah 2x25 mcg, maka dinaikkan dosis
menjadi 50 mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg

6. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotik.


7. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau
bekuan mudah pecah, waspada koagulapati.
8. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk
melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang
meninggal.
9. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk
mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.

Perdarahan Ante partum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah


minggu ke 28 masa kehamilan . Tanda perdarahan antepartum:
Spotting- terdapat bercak darah pada pakaian dalam
perdarahan minor- kehilangan darah < 50 ml
Perdarahan mayor- kehilangan darah 50-1000 ml tanpa tanda klinis syok
Perdarahan massif- kehilangan darah > 1000 ml dengan atau tanpa tanda
klinis syok

Perdarahan antepartum dapat berasal dari:


Plasenta
Meliputi plasenta previa, solusio plasenta dan rupture sinus marginal

Local pada saluran genital

Show
Serviks: servisitis, polip, erosi serviks dan keganasan
Trauma: trauma saat hubungan seksual
Vulvovaginal varicosities
Tumor saluran genital
Infeksi saluran genital
Hematuria

Insersi tali pusat

Plasenta Previa

Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang


berimplantasi pada segmen bawah
rahim sedemikia rupa sehingga
berdekatan atau menutupi ostium
uteri internum secara partial maupun
total

Klasifikasi
Plasenta previa totalis atau komplit
Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum

Plasenta previa parsialis


Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum

Plasenta previa marginalis


Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum

Plasenta letak rendah


Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dimana tepi plasenta berjarak < 2 cm dari ostium
uteri internum

Etiologi & Faktor


resiko
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara
pasti, namun beberapa faktor risiko telah
ditetapkan sebagai kondisi yang berhubungan
dengan terjadinya plasenta previa. Faktor yang
berpengaruh pada kejadian placenta previa
meliputi umur, paritas, riwayat kuretage, operasi
caesar, dan riwayat placenta previa.

Penegakan
Diagnosis

Perdarahan tanpa nyeri usia >22


minggu
Perdarahan terjadi tanpa sebab yang
jelas
Perdarahan pertama berlangsung
sedikit dan berhenti sendiri, namun
dapat berulang
Penegakan diagnosis dibantu dengan
pemeriksaan usg untuk menentukan
jenis plasenta previa

Penatalaksanaan
Perawatan Konservatif
Dilakukan pada bayi premature dengan TJB < 2500 gram atau umur kehamilan <
37 minggu dengan syarat denyut jantung janin baik dan perdarahan sedikit atau
berhenti.
Cara perawatan
Observasi ketat di kamar bersalin selama 24 jam
Keadaan umum ibu diperbaiki, bila anemia diberikan transfusi PRC sampai
Hb> 10-11 gr%
Berikan kortikosterid untuk maturitas paru janin (kmungkinan perawatan
konservatif gagal) dengan injeksi Dexametason 5 gr 2x1 selama 2x24 jam bila
usia kehamilan < 35 minggu atau TBJ<2000 gram
Bila perdarahan telah berhenti penderita dipindahkan ker ruang prawatan dan
tirah baring selama 2 hari,
Observasi perdarahan setiap 6 jam, denyut jantung janin dan tanda vital.
Bila perdarahan berulang dilakukan penganan aktif
Penderita dipulangkan bila tdak terjadi perdarahan ulang setelah dilakukan
mobilisasi, saran yang diberikan yaitu: Istirahat, tidak boleh coitus, segera
masuk Rumah Sakit bila terjadi perdarahan lagi dan kontrol 1 minggu setelah
pulang dari rumah sakit.

Perawatan Aktif
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif (perdarahan > 500 cc dalam 30 menit) dan banyak
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang
maturitas janin, untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan
cara menyelesaikan persalinan, setelah persyaratan dipenuhi,
lakukan pemeriksaan dalam di atas meja operasi jika:

Infus/ transfuse telah terpasang, kamar dan tim


operasi telah siap
Kehamilan 37 minggu (BB 2500 gram) dan
inpartu
Janin telah meninggal atau terdapat anomaly
konenital mayor (misal: anensepali)
Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh
melewati PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)

Cara menyelesaikan persalinan melalui plasenta previa adalah (Manuaba, 2010):

Seksio Cesarea (SC)


Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup
tindakan ini tetap dilakukan. Tujuan SC antara lain:
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri,
jika janin dilahirkan pervaginam
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek.
Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering menjadi sumber
perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan
serabut otot dengan korpus uteri. Siapkan darah pengganti untuk
stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu. Lakukan perawatan lanjut pasca
bedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan
cairan dan elektrolit.

Melahirkan Pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan
pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban,
placenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala
janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi
dengan infus oksitosin.
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade
plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak
dilakukan pada janin yang masih hidup.
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif
untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan perdarahan pada
kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.

Solusio Plasenta

Definisi

Terlepasnya sebagian atau seluruh


permukaan maternal plasenta dari
tempat implantasinya yang normal
pada sebelum waktunya yakni antara
minggu 20 dan lahirnya anak.
Plasenta secara normal terlepas
setelah bayi lahir

Klasifikasi
Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250
ml. Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah
yang kehitamam. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.

Solusio Plasenta Sedang


Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml
tetapi belum mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas
seperti nyeri pada perut yang terus-menerus, denyut janin menjadi cepat,
hipotensi, dan takikardi.

Solusio Plasenta Berat


Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang
keluar melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum
disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi
koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oligouri biasanya telah
ada.

Etiologi & Faktor


Resiko

Sebab primer dari solusio plasenta


tidak diketahui , tetapi terdapat
beberapa keadaan patologik yang
terlihat lebih sering bersama dengan
atau menyertai solusio plasenta dan
dianggap sebagai faktor risiko seperti
hipertensi,
riwayat
trauma,
kebiasaan merokok, usia ibu, dan
paritas yang tinggi

Tanda Gejala
Ringan

Sedang

Berat

Luas plasenta yang


lepas <25%
Jumlah darah yang
keluar <250 ml
Nyeri perut ringan
PPV sedikit
TTV& KU ibu baik

Luas plasenta yang


lepas 25-50%
Jumlah darah yang
keluar 250-1000
Nyeri perut terus
menerus
Tanda gawat janin
Tanda syok pada ibu
mulai muncul

Luas plasenta yang


lepas >50%
Jumlah darah yang
keluar >1000 ml
Perdarahan warna
hitam
Defance musculaire
DJJ tidak terdengar
lagi
KU ibu buruk disertai
syok
TFU lebih dari usia
kehamilan

Penatalaksanaan
Pada kasus ini tidak boleh ditangani pada faskes dasar,
harus dirujuk ke faskes yang lebih lengkap
Jika terjadi perdarahan hebat dengan tanda awal syok
pad ibu, lakukan persalinan segera
Jika pembukaan serviks lengkap, lakukan peraslinan pervaginam
dengan VE
Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan SC

Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum ada


tanda syok, tindakan bergantung pada DJJ
Djj normal lakukan SC
Djj tidak terdengar, tapi nadi dan td ibu normal: pertimbangkan
persalinan per vaginam
Djj tidak terdengar, nadi dan td ibu bermasalah, pecahkan ketuban
dengan kokher
Djj abnormal lakukan persalinan pervaginam segera atau SC jika tidak
memungkinkan

Terima kasih..

Anda mungkin juga menyukai