Pasien 35 tahun, G2P1A0, UK 34 minggu, merasa hamil ± 8 bulan, gerakan janin aktif (-), kencang-kencang
teratur belum dirasakan, lendir darah tidak ada, air ketuban rembes tidak dirasakan. Keluhan saat ini
pusing (+), mual (+), muntah (+), pandangan kabur (+), nyeri ulu hati (-). Pandangan kabur dirasa sejak 3
hari sebelum masuk RS. Tekanan darah pasien saat ini 200/120. Pasien memiliki riwayat tekanan darah
tinggi sejak sebelum hamil pertama (160/120), tidak rutin minum obat. Pada pemeriksaan urin didapati
proteinuria +3. Tindakan apa yang disarankan?
Tindakan: USG, Manajemen terminasi dengan SC emergency, MgSO4 1gr 1 jam s/d 24 jam, Nifedipin 10
mg/8 jam/oral, Metildopa 250 mg/8 jam/oral.
TREATMENT OPTIONS
Pengobatan anti hipertensi:
Tujuan utama pengobatan anti hipertensi pada kehamilan adalah untuk menurunkan morbiditas maternal
terkait hipertensi severe. Sebuah meta-analisis yang melingkupi 28 randomized trial menunjukkan bahwa
pengobatan anti hipertensi dapat menurunkan risiko hipertensi severe secara signifikan. Akan tetapi,
pengobatan tidak menurunkan risiko superimposed pre-eclampsia, abruptio placenta, atau restriksi
pertumbuhan, dan tidak meningkatkan outcome dari neonatus.10
Obat anti hipertensi yang merupakan first line selama kehamilan adalah methyldopa, yang telah memiliki
paling banyak data terkait fetal safety. Dosis pemberian yang direkomendasikan adalah 250mg-1,5g oral
2x/hari. Dalam sebuah studi11 follow-up selama 7,5 tahun terhadap 195 anak dengan ibu yang
mendapatkan methyldopa, tidak ditemukan adanya outcome perkembangan lainnya. Akan tetapi,
methyldopa seringkali dapat menyebabkan somnolen, yang membatasi tolerabilitasnya. Selain
methyldopa, Labetalol seringkali direkomendasikan sebagai terapi untuk hipertensi pada kehamilan,
dengan dosis 100-1200 mg oral 2x/hari. Efek samping yang dapat muncul adalah dapat menyebabkan
eksaserbasi asma.9 Long-acting Ca-channel blocker (Nifedipine) juga direkomendasikan, dengan dosis
pemberian 30-120 mg oral 1x/hari. Penggunaan short-acting Nifedipine tidak direkomendasikan,
dikarenakan adanya risiko hipotensi.
ACE inhibitor dan ARB di kontraindikasikan dalam kehamilan, dikarenakan penggunaan pada trimester 2
dan 3 berkaitan dengan oligohydramnios dan anuria neonatus, abnormalitas pertumbuhan, dan kematian
fetus.12 Rangkuman obat anti hipertensi selama kehamilan dapat dilihat pada tabel 4.
Pemberian MgSO4:
MgSO4 membantu dalam prevensi kejang pada wanita dengan preeclampsia.16 Penggunaan MgSO4 pada
preeclampsia ringan masih kontroversial dikarenakan insidensi kejang eclampsia hanya 0,5% pada pasien
tersebut. Dosis yang dianjurkan yaitu 2 g IV diikuti dengan 1.5-2 g/jam IV atau 4 g IM/6jam. Monitoring
terhadap pemberian MgSO4 adalah dengan pemeriksaan kesadaran (Glasgow score 15), refleks tendon,
frekuensi pernapasan >12x/menit, dan output urin >30mL/jam.14 Kadar magnesium serum perlu
dimonitor pada ibu dengan peningkatan kadar creatinine serum, penurunan output urin, atau refleks deep
tendon yang hilang. Toksisitas magnesium dapat mengakibatkan paralisis respiratorik, depresi CNS, dan
cardiac arrest. Antidotum untuk toksisitas magnesium adalah calcium gluconate, 1g IV dalam 2 menit.8
Persalinan pada preeclampsia berat:
Persalinan adalah terapi definitif untuk preeclampsia. Keputusan terkait waktu dan cara persalinan
didasarkan faktor fetal dan maternal. Faktor fetal yaitu umur kehamilan, bukti kematangan paru, dan
tanda fetal compromise pada pemeriksaan antenatal. Selain itu, pasien dengan hipertensi berat yang
resisten terhadap terapi harus dilahirkan fetusnya dalam 24 jam, tanpa memandang umur kehamilan atau
kematangan paru fetal. Fetus dengan umur lebih dari 34 minggu harus dilahirkan tanpa menunda.17
Algoritma management preeclampsia dapat dilihat di tabel 5 dan tabel 6.
GUIDELINES
CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS