Anda di halaman 1dari 4

A.

PENCEGAHAN PREEKLAMSI

pada materi ini kita akan membahas bagaimana upaya pencegahan penyakit preeklamsi pada
ibu hamil, ada beberapa tahapan untuk melakukan pencegahan tersebut yaitu :

1. Pencegahan primer yaitu upaya untuk menghindari terjadinya penyakit.


2. Pencegahan sekunder yaitu memutus proses terjadinya penyakit yang sedang berlangsung
sebelum terjadinya gejala atau kedaruratan klinis yang terjadi karena penyakit tersebut.
3. Pencegahan tersier yaitu pencegahan yang di alami dari komplikasi yang di sebabkan
oleh proses penyakit, sehingga pencegahan ini juga dapat di sebut dengan tata laksana.

Pencegahan primer preeklamsia

Pada pemeriksaan antenatal care dapat dilakukan secara rutin untuk deteksi awal dalam faktor-
faktor resiko. Berdasarkan dalam pengumpulan beberapa studi pada PNPK tahun 2016
didapatkan 17 faktor yang terbukti dapat meningkatkan resiko preeklamsia yang sebenarnya bisa
dinilai pada kunjungan antenal pertama, pada umur >40 tahun, nulipara , multipara dengan
riwayat preeeklamsia sebelumnya, multipara dengan kehamilan status pasangan baru, multipara
yang jarak kehamilan sebelumnya yaitu 10 tahun atau lebih, riwayat preeklamsia pada ibu atau
saudara perempuan, kehamilan multiple, IDDM ( Insulin Dependent Diabetes Mellitus),
Hipertensi kronik, Penyakit Ginjal, Sindrom antifosfolipid, kehamilan dengan inseminasi yaitu
donor sperma, oosit atau embrio, obesitas sebelum hamil : serta di dapatkannya indeks massa
tubuh >35, tekan darah yang diastolic >80 mmHg,proteinuria (dipstick >+ 1 pada 2 kali
pemeriksaan yang berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300 mg/24 jam) pada pemeriksaaan fisik
tersebut.

Pencegahan skunder preeklamsia

Melakukan Agen Antitrombotik yaitu : memberikan Aspirin berdosis rendah 60 mg per hari yang
di berikan pada awal kehamilan pada pasien yang beresiko tinggi mengalami preeklamsi. Hal ini
secara selektif dapat mengurangi produksi tromboksan. Aspirin berdosis rendah ini diketahui
dapat menghambat siklooksigenase pada platelet dengan mencegah pembentukan tromboksan
A2 tanpa mengganggu prostasiklin tersebut. Penggunaan aspirin berdosis rendah ini (75 mg/hari)
direkomendasikan untuk prevensi preeklamsia pada wanita yang beresiko tinggi. Aspirin yang
berdosis rendah sebagai prevensi preeklamsia sebaiknya dapat digunakan mulai sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Dan Suplemen Kalsium direkomendasikan terutama bagi wanita dengan
asupan kalsium yang rendah. Penggunaan aspirin yang berdosisi rendah dan sumplemen kalsium
yang direkomendasikan sebagai prevensi preeklamsia pada wanita dengan resiko tinggi
terjadinya preeklamsia. Penelitian yang dilakukan Hofmeyr, dkk pada tahun 2010 bagi wanita
preeklamsia akan mendapatkan dosis 1 mg/hari sebagai dosis rekomendasi sebagai prevensi
preeklamsia pada wanita yang beresiko tinggi. Antioksidan, Vitamin E dan C dan Suplemen
dengan Magnesium, Zinc, Minyak ikan dan Diet rendah garam yang telah dicoba namun
manfaatnya masih terbatas. Pada penelitian Rumbold, dkk tahun 2008 didapatkan hasil bahwa
pemberian vitamin C dan E dengan dosis tinggi tidak menurunkan resiko hipertensi dalam
kehamilan, preeklamsia dan eklamsia. Diet seimbang kaya protein mungkin dapat mengurangi
resiko preeklamsia. Heparin atau heparin low-molecular-wieght bermanfaat bagi wanita dengan
trombosifilia dan dengan kehamilan yang beresiko tinggi.

Manajemen Preeklamsia

Selama etiologi preeklamsia masih tidak jelas, pengobatan preeklamsia pada umumnya
berdasarkan dengan pengobatan empirik dan simptomatik. Sementara pengukuran secara
langsung melalui pengobatan edema dan hipertensi belum ada terapi spesifik untuk proteinuria
yang secara otomatis berkurang dengan mengontrol hipertens. Pengelolaan kehamilan ini
menurut HKFM (Himpunan Kedokteran Fetomaternal) terbagi menjadi dua yaitu : Manajemen
Aktif / Agresif dapat dilakukan jika usia kehamilan sudah >37 minggu, kehamilan diakhiri setelah
mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu. Manajemen ekspektatif / konservatif dapat
dilakukan jika usia kehamilan<37 minggu, maka kehamilan selama mungkin harus
dipertahankan dengan memberikan terapi medikamentosa dengan adanya syarat kondisi ibu dan
janin harus stabil. Untuk wanita yang melakukan perawatan ekspektstif preeklamsia berat,
pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan paru pada janin
tersebut.

PENATALAKSANAAN PREEKLAMSIA

Penatalaksanaan preeklampsia tergantung dari usia gestasi dan tingkat keparahan penyakit,
Adapun Tujuan penatalaksanaan preeklampsia dan eklampsia adalah : (Roeshadi, 2007)

1. Melahirkan bayi yang cukup bulan dan dapathidup di luar, di samping itu mencegah
komplikasiyang dapat terjadi pada ibu.

2. Mencegah terjadinya kejang/eklampsia yang akan memperburuk keadaan ibu hamil.

Perawatan Pre-Rumah Sakit


Perawatan Pre-Rumah Sakit untuk pasien hamil dengan dugaaan preeklampsia terdiri dari:

1. Pemberian oksigen via face mask


2. Pemasangan akses intravena
3. Monitor jantung
4. Transportasi pasien dengan posisi miring kiri
5. Kewaspadaan terhadap kejang

Tatalaksana mayoritas pasien dengan kondisi preeklampsia tanpa tanda bahaya (bukan
preeklampsia berat) dapat dilakukan dengan cara berobat jalan, tetapi tetap dibutuhkan observasi
yang ketat terhadap terjadinya perburukan pasien tersebut. Namun, ada beberapa kasus pasien
juga dapat dirawat di rumah sakit. Tirah baring total sudah tidak direkomendasikan lagi pada
pasien dengan preeklampsia. Selain karena efektivitasnya yang rendah, tirah baring justru
menjadi faktor risiko terjadinya tromboembolisme. Sebaiknya lebih dianjurkan untuk melakukan
tirah baring dengan posisi miring ke kiri ketika pasien sedang tidur guna menghilangkan tekanan
rahim pada vena kava inferior sehingga meningkatkan aliran darah ke jantung. Selain
pemantauan tekanan darah dan protein urin secara berkala, pemeriksaan nostress test (NST
dengan menggunakan CTG cardiotocography) direkomendasikan untuk dilakukan dua kali
seminggu sampai persalinan.

Pada penderita preeklampsia berat ada beberapa obat-obatan yang dapat diberi untuk
memperbaiki keadaan ibu dan janinnya tersebut ialah: (Roeshadi, 2007).

.1. Antikonvulsan

Pada preeklamsia berat Antikonvulsan yang digunakan untuk pre eklampsia dan eklampsia
adalah MgSO4, antikonvulsan juga dapat digunakan untuk mencegah dan mengatasi kejang,
serta sistem kerjanya mirip dengan antagonis kalsium. Magnesium sulfat merupakan Drug Of
Choice untuk mencegah serangan kejang yang lebih lanjut pada keadaan eklampsia yang sudah
ditegakkan diagnosisnya itu. Tujuan utama pemberian magnesium sulfat adalahuntuk mencegah
dan mengurangi terjadinya kejang. Magnesium sulfat dapat diberikan menurut RegimPrichart.
Awalnya diberikan 4 gram secara intravena selama 4-5 menit dan 10 gram secara intra muskuler.
Selanjutnya diberikan 5 gram setiap 4 jam secara intra muskuler.

Sedangkan menurut Regim Zuspan, magnesium sulfat seluruhnya diberikan secara intravena
dengan dosis sebagai berikut: Awalnya diberikan 6 gram secara intravena selama 5-10 menit,
kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1-2 gram/jam melalui infus. Pada pemberian
magnesium sulfat kita harus berhati-hati terhadap gejala keracunan yang dapat ditandai dengan
munculnya:

a. Reflex patella yang menurun ataupun hilang


b. Pernapasan < 16 x permenit
c. Rasa panas di muka, bicara sulit, kesadaran menurun.
d. Cardiac arrest
2. Antihipertensi

Pada preeklampsia berat antihipertensi diberikan jika tekanan darah 180/110 mmHg. Tujuan dari
pemberian antihipertensi adalah untuk mencegah terjadinya kardiovaskuler atau serebrovaskuler
accident pada penderita preeklamsia. Sebenarnya banyak pilihan antihipertensi yang dapat
diberikan, tetapi pilihan yang pertama adalah hydralazine. kenapa harus hydralazine karena
Mekanisme kerja hydralazine adalah dengan merelaksasi otot pada arteriol sehingga terjadi
penurunan tahanan perifer. Hydralazine dapat diberikan peroral atau parentral. Kerjanya cepat,
bila diberikan intravena sudah dapat dilihat efeknya dalam 5-15 menit. Efek samping hydralazine
adalah sakit kepala, tachycardia dan perasaan gelisah.Obat antihipertensi yang juga banyak
digunakan adalah Labetalol, obat ini termasuk beta-bloker, dapat diberikan peroral atau
intravena. Kalau diberi intravena efeknya sudah terlihat dalam 2-5 menit dan mencapai
puncaknya setelah 15 menit. Kerja obat ini dapat berlangsung 4 jam. Metildopa juga banyak
digunakan untuk pengobatan pre eklampsia dan eklampsia dikarenakan metildopa dipandang
sebagai obat hipertensi yang paling aman untuk digunakan sepanjang kehamilan. Obat ini
melintasi plasenta dan ditemukan di dalam darah tali pusat dengan konsentrasi yang sama
dengan yang ada dalam darah ibu.

3. Kortikosteroid

Pada pre-eklampsia berat kortikosteroid hanya diberikan pada kehamilan preterm < 34 minggu
dengan tujuan untuk mematangkan paru janin . Semua kehamilan ≤ 34 minggu yang akan
diakhiri dengan diberikan kortikosteroid dalam bentuk dexamethasone atau betamethason.
National Institute of Health telah menganjurkan pemberian kortikosteroid pada semua wanita
dengan usia kehamilan 24-34 minggu yang berisiko melahirkan preterm, termasuk penderita
preeklampsia berat. Pemberian betamethasone 12 mg intra muskuler dua dosis dengan interval
24 jam, atau pemberian dexamethasone 6 mg intravena empat dosis dengan interval 12 jam.

Anda mungkin juga menyukai