Anda di halaman 1dari 5

ETIOLOGI

Hipotiroid bisa disebabkan oleh efek samping obat-obatan, seperti obat kemoterapi
untuk kanker, obat jantung amiodarone, dan obat antikejang atau obat untuk mengatasi
gangguan saraf, seperti gabapentin, fenitoin, dan fenobarbital.
TATALAKSANA
Penatalaksanaan hipotiroid bertujuan untuk mencapai kadar thyroid stimulating
hormone (TSH) yang normal dan mencapai resolusi gejala fisik maupun mental pada
pasien. Penatalaksanaan standar pasien hipotiroid adalah terapi pengganti
hormon (thyroid hormone replacement) dengan pemberian hormon tiroid eksogen untuk
mendukung atau menggantikan hormon tiroid endogen.[1,3]
Medikamentosa
Pemberian terapi pengganti hormon diindikasikan pada pasien hipotiroid yang memiliki
kadar TSH di atas 10 mU/L. Pasien dengan hipotiroid subklinis ringan (TSH antara 4-10
mU/L) dan dengan gejala minimal atau asimptomatik dapat ditawarkan terapi pengganti
hormon atau ditawarkan observasi rutin setiap tahun tanpa intervensi. Progresivitas
penyakit biasanya terjadi pada pasien dengan antibodi antitiroid peroksidase (anti-TPO)
yang positif. Pemberian levotiroksin (EUTHYROX) merupakan tatalaksana standar
pada pasien dengan hipotiroid.[12]
Dosis awal levotiroksin yang dapat diberikan adalah antara 50-100 µg per hari yang
dapat dititrasi berdasarkan hasil pemeriksaan fungsi tiroid. Berdasarkan Clinical
Practice Guidelines for Hypothyroidism in Adults by American Association of Clinical
Endocrinologists and the American Thyroid Association 2012, pemberian terapi harus
dievaluasi dan dititrasi berdasarkan kadar TSH dan FT4 yang dilakukan setiap 4-8
minggu setelah pemberian terapi inisial, setelah perubahan dosis, maupun setelah
pemberian atau penghentian terapi lain yang mempengaruhi kadar tiroksin. Apabila
kondisinya stabil, interval evaluasi dapat diperpanjang hingga 6 bulan dan setelah itu
diperpanjang menjadi 12 bulan.[4]
Dokter perlu menghindari undertreatment (terapi inadekuat)
maupun overtreatment yang justru menyebabkan hipertiroid. Kondisi hipertiroid
akibat overtreatment dapat menyebabkan pasien mengalami osteoporosis atau fibrilasi
atrium. Pasien yang menerima terapi pengganti hormon tiroid dalam jangka panjang
membutuhkan pemeriksaan jantung dan osteoporosis.[4]
Pada saat evaluasi terapi pasien hipotiroid primer, terkadang dijumpai kadar FT4 yang
meningkat. Hal ini tidak menjadi indikasi penurunan dosis tiroksin selama TSH masih
berada dalam nilai rujukan. Kadar TSH merupakan parameter utama terapi hipotiroid
primer. Namun, kadar TSH pada pasien hipotiroid sekunder umumnya mengalami
abnormalitas sehingga pada kasus hipotiroid sekunder, pemeriksaan FT4 lebih
disarankan sebagai parameter terapi.[4,12]

Pembedahan
Pembedahan sebenarnya jarang dibutuhkan bagi pasien hipotiroid dan lebih sering
diperlukan oleh pasien hipertiroid. Namun, pembedahan diindikasikan bagi pasien
dengan goiter berukuran besar yang mengganggu fungsi trakea dan esofagus.[3]

Terapi Suportif
Terapi suportif pada kasus hipotiroid biasanya diperlukan bagi pasien dengan
komplikasi berat seperti koma miksedema. Terapi suportif untuk kasus ini harus
dilakukan di Intensive Care Unit (ICU) dengan manajemen cairan dan elektrolit,
penggunaan ventilator bila terjadi gagal napas, pemberian vasopressor bila terjadi
hipotensi, penanganan hipotermia dan terapi penyakit akut yang menyertai.[11]

Diagnosis hipotiroid
dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) dan
kadar free tiroksin (FT4) dalam darah. Anamnesis gejala yang dialami penderita dan
hasil pemeriksaan fisik saja dapat bersifat kurang spesifik.
Anamnesis
Manifestasi klinis hipotiroid dapat bervariasi pada setiap individu. Beberapa gejala
umum hipotiroid antara lain berupa rasa lelah, peningkatan berat badan, intoleransi
terhadap cuaca dingin, konstipasi, kulit kering, rambut rontok dan kering, perubahan
siklus menstruasi, serta timbulnya gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan,
atau psikosa.[3,4,12]
Pada orang lanjut usia, gejala yang dialami umumnya kurang spesifik dibandingkan
dengan orang dewasa muda sehingga diagnosis hipotiroid melalui gejala klasik saja
cukup sulit. Namun, pada tiroiditis Hashimoto sering kali terdapat keluhan spesifik
seperti rasa penuh pada tenggorokan, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar
tiroid yang tidak terasa nyeri.[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda hipotiroid mungkin ditemukan ketika melakukan pemeriksaan fisik umum
dari kepala hingga kaki. Namun, pemeriksaan fisik tiroid secara lebih spesifik juga perlu
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan anatomis di kelenjar tiroid seperti
goiter difus atau nodul. Beberapa tanda yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan
fisik pasien hipotiroid antara lain:
 Secara umum tampak adanya penurunan pergerakan dan kemampuan bicara
atau adanya myxedema

 Pada pemeriksaan tanda vital mungkin ditemukan bradikardi atau penurunan


tekanan sistolik maupun diastolik

 Pada pemeriksaan kepala mungkin ditemukan rambut kering, kasar, mudah


rontok, kulit kering, jaundice, pembengkakan periorbital dan makroglosia
 Pada pemeriksaan leher (pemeriksaan fisik tiroid) mungkin ditemukan goiter
difus atau nodul

 Pada pemeriksaan thoraks mungkin ditemukan tanda-tanda efusi perikardium

 Pada pemeriksaan abdomen mungkin ditemukan asites

 Pada pemeriksaan ekstremitas mungkin ditemukan pitting edema[3,4]

Diagnosis Banding
Bervariasinya gejala hipotiroid menyebabkan diagnosis banding hipotiroid sangat luas.
Beberapa penyakit lain yang perlu dipertimbangkan sebelum menegakkan diagnosis
hipotiroid adalah chronic fatigue syndrome, euthyroid sick syndrome, Addison’s
disease, dan anemia.
Chronic Fatigue Syndrome

Chronic fatigue syndrome adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kelelahan


yang diperburuk oleh aktivitas selama lebih dari 6 bulan, dan dapat disertai dengan
disfungsi kognitif dan gangguan aktivitas sehari-hari. Perbedaan dengan hipotiroid
terletak pada hasil pemeriksaan laboratorium di mana tidak terjadi gangguan pada
kadar TSH dan FT4.
Euthyroid Sick Syndrome

Sindrom ini ditandai dengan temuan fungsi tiroid yang abnormal ketika mengalami
suatu penyakit nontiroid, tanpa disertai disfungsi hipotalamus, pituitari, dan kelenjar
tiroid. Penyakit yang mendasari dapat berupa kelainan gastrointestinal, kelainan paru,
kelainan kardiovaskular, kelainan ginjal, kondisi inflamasi, hingga suatu keganasan.
Berbeda dengan hipotiroid, tes fungsi tiroid pada sindrom ini akan kembali normal saat
penyakit pendasarnya sembuh.

Addison’s Disease

Penyakit Addison’s merupakan insufisiensi adrenokortikal yang disebabkan oleh


destruksi maupun disfungsi korteks adrenal. Gejala yang dirasakan pasien dapat
berupa kelelahan, nafsu makan menurun, hiperpigmentasi kulit, gangguan fungsi
perasa, gangguan fungsi pendengaran, serta salt craving. Namun, berbeda dengan
hipotiroid, pasien biasanya mengalami penurunan berat badan.
Anemia

Anemia dapat menimbulkan rasa lelah dan gejala lain yang mirip dengan hipotiroid.
Pemeriksaan yang digunakan untuk membedakan anemia dari hipotiroid adalah
pemeriksaan kadar hemoglobin, TSH, dan FT4.[3]

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis hipotiroid dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kadar thyroid stimulating
hormone (TSH) dan free tiroksin (FT4) dalam darah. Selain itu, pemeriksaan lain
seperti pengukuran titer antibodi antitiroid peroksidase (anti-TPO) dan thyrotropin
releasing hormone (TRH) juga dapat dilakukan bila perlu.
Pemeriksaan TSH dan FT4
Langkah awal dalam menegakkan diagnosis hipotiroid adalah pengukuran kadar FT4
dan TSH sehingga dokter dapat membedakan hipotiroid primer dan sekunder.
Peningkatan kadar TSH disertai dengan penurunan kadar FT4 menandakan suatu
proses hipotiroid primer, sedangkan peningkatan kadar TSH dengan kadar FT4 normal
menandakan kemungkinan hipotiroid subklinis. Sementara itu, diagnosis hipotiroid
sekunder ditentukan apabila terjadi penurunan kadar TSH dan FT4.[2]

Pemeriksaan Anti-TPO dan TRH

Etiologi hipotiroid primer dapat ditentukan lebih lanjut dengan pengukuran anti-TPO,
sedangkan pemeriksaan lebih lanjut untuk kasus hipotiroid sekunder dapat dilakukan
dengan pemeriksaan kadar TRH untuk memastikan lokasi gangguan yang terjadi pada
aksis hipotalamus-pituitari.[2]

Pemeriksaan Laboratorium Lain

Pada pemeriksaan laboratorium lain mungkin dijumpai hiperlipidemia, peningkatan


enzim hepar, peningkatan blood urea nitrogen (BUN), peningkatan kreatinin, dan
peningkatan asam urat.[4]
Ultrasonografi Leher dan Tiroid

Pemeriksaan ultrasonografi leher dan tiroid dapat membantu mendeteksi nodul dan


infiltrasi keganasan. Namun, pemeriksaan ini tidak secara rutin direkomendasikan pada
pasien untuk mendiagnosis kasus hipotiroid, kecuali bila ditemukan kelainan anatomis
yang signifikan pada pemeriksaan fisik.[4]

Anda mungkin juga menyukai