Anda di halaman 1dari 41

Menghitung Gerakan janin

 Tanyakan kepada ibu bgm gerakan


janinnya
 Pertama kali dirasakan pada mg ke
18-20 gestasi
 Umumnya janin yg sehat bergerak
dan menendang aktif
 Aktifitas max terjadi pada kehamilan
32 mg, berkurang dengan semakin
tuanya kehamilan
Faktor-faktor Yg mempengaruhi
Gerakan Janin
 Kapan dlm sehari gerakan muncul
 Usia kandungan

 Kadar Glukosa(Glukosa Loading)

 Stimulus suara

 Status prilaku janin

 Kebiasaan merokok ibu

 Penggunaan obat

 Hipoksia dan asidemia


 Nilai pergerakan janin selama 30 menit, 3
kali sehari
 Adanya gerakan yang dirasakan ibu 4 atau
lebih dalam waktu 30 menit adalah normal.
 Selanjutnya nilai pergerakan janin selama
periode perhitungan tersebut
 Bila pergerakan janin < 4, penderita
diharuskan berbaring dan dihitung untuk
beberapa jam (mis 2-6 jam)
 Seandainya selamanya 6 jam, terdapat paling
sedikit 10 pergerakan, maka hitungan
diteruskan 3 kali sehari seperti sebelumnya
 Bila selama 6 jam gerakan janin kurang dari

10 atau semua gerakan dirasakan lemah,


penderita harus ke RS untuk pemeriksaan
NST,OCT dan pemantauan dengan USG real
time (menilai air ketuban,plasenta, tali pusat,
perilaku dan fungsi janin, kemungkinan kel
kogenital)
 Penderita diminta mulai menghitung gerakan
janinnya pada pagi hari dan terus berlanjut
sampai ibu memperoleh 10 kali gerakan
janin.
 Bila lebih 10 kali dalam 10 jam, umumnya

janin dalam keadaan baik


 Bial kurang 10 kali/10 jam , maka hub dr
 Bunyi jantung janin paling keras terdengar pada
bahu janin (skapula), kadang pada dinding
dada,tergantung pada posisi Janin
 Tentukan presentasi dan posisi janin untuk
meletakkan alat auskultasi (Stetoskop) di abdomen
ibu
 Hal yang perlu dinilai adalah :
- Keberadaannya
- Frekuensi (120-160 kali/menit)
- Keteraturannya
 Deselerasi djj dibawah 100 permenit, merupakan
kondisi abnormal
 Bila janin bergerak, DJJ dapat mengalami akselerasi
(respon yangdiharapkan)
 Untuk memperoleh akselerasi DJJ 15
denyut/menit (Akselerasi +, Kesejahteraan
baik)
 Stimulasi kulit kepala dengan memakai

tekanan digital selama PD


 Stimulasi vibroakustik, dengan memakai alat

stimulasi akustik pada kepala janin selama


satu atu dua detik, dapat diulang setelah satu
menit sampai 3 kali
 Pemeriksaan pH darah kapiler janin
 Deteksi terhadap Hipoksia intrauterin
 Diambil melalui kulit kepala janin secara

transervikal sth ketuban pecah


 Palpasi abdomen untuk menilai ukuran janin sesuai

usia kehamilan.

 Pengukuran BB Ibu

 Pengukuran tinggi fundus

 Penilaian gejala atau tanda fisik ibu yang diduga

dapat mengancam kesejahteraan janin


 KARDIOTOKOGRAFI (CTG)
Utk menilai aktifitas dinamika jantung janin
 USG
 Dopler
 Dikembangkan sejak 1952, saat Belvis
melaporkan adanya hubungan Billirubin
dalam cairan amnion dengan derajat anemia
pada janin pada ibu-ibu dengan kelainan
darah” Rh HemolyticDesease”
 Sejak itu makin berkembang untuk

menegakkan Diagnosa Kelainan bawaan janin


serta Menentukan maturasi paru janin
 Amniosintesis adalah Tindakan menembus
selaput amnion untuk mengambil air ketuban
yang terkandung di dalamnya.
 Amniocentesis mrp tes untuk mengetahui

kelainan genetik pada bayi dengan memeriksa


cairan ketuban atau cairan amnion.
 Di dalam cairan amnion terdapat sel fetal

(kebanyakan kulit janin) yang dapat dilakukan


analisis kromosom, analisis biokimia dan
biologi.
 Proses nya dipandu dg Ultrasonografi untuk

memastikan posisi kandungan, plasenta, dan


janin serta jumlah cairan amnion yang
mencukupi.
 1. Mengetahui kelainan bawaan (Syndrome
down,dll)
2. Mengetahui jenis kelamin bayi.
3. Mengetahui tingkat kematangan paru
janin.
4. Mengetahui ada tidaknya infeksi cairan
amnion.
5. Kesejahteraan janin pada kehamilan post
term
 Pada umumnya dilakukan pada hamil 13-20
mgg, tersering dikerjakan 15-18 minggu
dengan latar belakang lebih berhasil
mendapatkan sel amnion untuk dibiak atau
dianalisa.
 Pada usia hamil10-14 minggu bisa juga

dilakukan amniosintesis (Early amniosistesis)


 Bisa dilaksanakan untuk keperluan Diagnosis
maupun Terapi
 Informasi yang menyangkut Diagnosis bisa

dilakukan sejak usia kehamilan awal TR II


sampai akhir TR III (Untuk memperkirakan
kesejahteraan janin dalam rahim dan menilai
maturasi paru janin).
 Untuk masalah terapi dimulai dengan tujuan
terminasi kehamilan, untuk mengurangi
ketegangan rahim pada kehamilan dengan
hidramnion, transfusi janin dalam rahim.
 Wanita yang mempunyai riwayat keluarga
dengan kelainan genetik.
 Wanita berusia di atas 35 tahun.
 Wanita yang memiliki hasil tes yang abnormal

terhadap sindrom down pada trimester


pertama kehamilan.
 Wanita dengan kelainan pada pemeriksaan

USG
 Wanita dengan sensitisasi Rh.
 Kebocoran atau infeksi terhadap
air ketuban.
 Jarum menyentuh bayi.
 Kelahiran prematur
 Keguguran
Cara Pemeriksaan

1. Ibu berbaring telentang


2. Perut ibu dibersihkan
3. Dokter menggunakan ultrasonografi untuk
melihat bayi, dan untuk mencari area yang
aman dalam air ketuban. Ultrasonografi
adalah gambar dari bayi Anda yang ditangkap
dengan menggunakan gelombang suara.
 Kemudian jarum dimasukkan ke dalam
uterus untuk mengambil cairan amnion.
 Dokter mengambil sejumlah kecil cairan

kemudian mengeluarkan jarum. Jarum berada


di dalam selama kurang dari 1 menit.
 Sebuah layar diletakkan di sebelah perut ibu

selama 15-30 menit untuk memantau detak


jantung bayi .
 Hasil pemeriksaan bisa didapatkan dalam

waktu sekitar 2 minggu


 1. Pemeriksaan dilakukan antara usia gestasi
11 sampai 14 minggu.
2. Cairan yang diambil lebih sedikit 1 mL per
setiap minggu gestasi.
3. Risiko keguguran dan komplikasi lebih
tinggi.
 Untuk diagnostik genetik biasanya dilakukan
pada usia gestasi 15-20 minggu.
 Tindakan dipandu dengan bantuan USG

realtime .
 Jarum spinal no. 20 sampai 22 dimasukkan ke

dalam kantong amnion, sambil menghindari


plasenta, tali pusat dan janin.
 Cairan yang diambil sebanyak 20 mL
 Jarum dikeluarkan dan diamati apakah ada

perdarahan pada bekas tusukan jarum.


 Risiko yg dpt terjadi : Trauma janin/maternal,

Infeksi , Abortus/persalinan prematur


1. Pemeriksaan Biokimiawi secara langsung
pada cairan Amnion
Pengukuran kadar Alfa Fetoprotein (AFP)
 AFP mrp komponen normal dalam serum
janin
 Kadarnya dlm cairan amnion akan
meningkat bila ada kelainan bawaan janin
pada SSP misalnya Spinabifida, Anenchepala,
meningocele
2. Kultur Sel amnion untuk analisa Kromosom
 Kelainan kromosom , adanya risk

mempunyai anak dg Down Syndrom pada


ibu-ibu lebih dari 35 tahun, yang pernah
melahirkan anak Down Syndrom, kelainan
kromosom lainnya pada kehamilan
sbelumnya.
 Kelainan “Sex- Linked” seperti Haemophilia
 Gangguan metabolisme

Sudah bisa ditentukan sebelum lahir spt


kelainan metabolisme lemak, protein dan
karbohidrat
 Mengurangi jumlah amnion pada kasus
hidramnion.
 Transfusi intra uterin pada kasus Rh

Hemolitik Desesase
 Terminasi kehamilan untuk tujuan terapi,

pada keadaan dimana diperlukan terminasi


pada Trimester II.
 Diagnosis kelainan janin
 Manifestasi penyakit atau cacat tubuh dapat

terjadi sejak masa janin atau setelah lahir


 Kelainan genetik atau non genetik
 Hanya dilakukan untuk penyakit yang
menyebabkan sakit berat atau kecacatan
(mental/ fisik) pada anak yang tidak dapat
diobati secara optimal
 Kelainan yang menyebabkan sakit berat/ fatal

pada ibu hamil


 Ibu usia lanjut
 Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
 Latar belakang etnik dengan frekuensi
penyakit keturunan yang tinggi
 Riwayat kelainan kromosom atau cacat
bawaan pada anak terdahulu
 Salah satu dari pasangan mempunyai
kelainan struktur kromosom
 Usia 35 tahun ke atas
 Peristiwa non disjunction (gagal

berpisah)
 Risiko sindrom Down (trisomi 21) dan

kelainan kromosom lain meningkat


sesuai dengan usia ibu
 Thallasemia
 Duchenne Muscular Dystrophy
 Cystic Fibrosis
 Spinal Muscular Atrophy
 Hemofilia
 Dll
 Thallasemia
 Cystic fibrosis
 Sickle cell anemia
 Hemophilia
 Dll
 Non-invasive dapat untuk kelainan genetik
dan non-genetik:
- USG,
- skrining serum maternal,
- sel fetus di darah maternal
 Invasive hanya untuk kelainan genetik:
- Amniosintesis
- Biopsi villi khorialis
 Dapat mendeteksi cacat tubuh mayor
- Otak
- Tulang belakang
- Jantung
- Dinding perut dan usus
- Ginjal
- Wajah
- Anggota gerak, dll
 Dapat digunakan mulai kehamilan trimester
1
 Beberapa marker biokimia (AFP, uE3, HCG,
PAPP-A) dalam serum ibu akan berubah
konsentrasinya bila janin menderita kelainan
seperti sindrom Down, “Neural Tube Defect”,
dan trisomi 18
 Tidak 100% akurat, hanya sebagai tes
prediksi, dilanjutkan/ dikombinasikan
dengan tes lain seperti USG dan analisis
kromosom atau DNA
Isu penting yang berkaitan dengan teknologi
ini:
 Jenis sel fetus yang dijadikan bahan

pemeriksaan
 Cara pemisahan dan seleksi sel
 Umur kehamilan
 Identifikasi masalah risiko penyakit genetika
pada janin
 Bila berasal dari etnik dengan risiko

penyakit genetik tertentu lakukan deteksi


carrier dengan metode yang baku
digunakan
 Bila ada yang dicurigai menderita penyakit

genetik dalam keluarga: pastikan diagnosis,


tentukan cara penurunan, deteksi mutasi
pada penderita yang ada
 Setelah yakin jenis penyakit dan mutasinya,
deteksi mutasi tersebut pada orang tua
 Lanjutkan dengan pengambilan sampel

(tergantung umur kehamilan dan


kemampuan dokter Obgin yang ada)
 Deteksi mutasi pada janin sesuai mutasi

yang diidentifikasi pada kedua orang tuanya


 Singkirkan kemungkinan kontaminasi sel

maternal
PRESENTASI PRESENTASI PRESENTASI
PRESENTASI
PUNCAK KEPALA DAHI MUKA
GANDA

Anda mungkin juga menyukai