Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

PTERIGIUM
MUHAMMAD LUTHFI DUNAND ( NPM : 1102014158)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.1 RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 2 SEPTEMBER 2019 – 5 OKTOBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
IDENTITAS PASIEN

1 NAMA : Ny. Y

2 JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

3 UMUR : 35 TAHUN

4 PEKERJAAN : IBU RUMAH TANGGA

5 ALAMAT : CIPAYUNG
Anamnesis

KELUHAN UTAMA

Mata merah berulang pada mata kiri

KELUHAN TAMBAHAN

Mata air berlebih, mata perih, mata gatal, dan adanya


rasa menganjal.
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien perempuan berusia 34 tahun datang ke poli mata
RS POLRI dengan keluhan mata merah sebelah kiri sejak 2 bulan
yang lalu. Keluhan mata merah dirasakan pasien berulang - ulang
karena sebelumnya pasien pernah mengobati dengan obat tetes
yang dibeli di warung namun tidak kunjung membaik. Pasien juga
mengeluhkan saat berkaca di depan cermin terlihat ada sesuatu
yang tumbuh pada bola mata kiri sejak ±8 bulan yang lalu. Keluhan
juga disertai air mata berlebih, perih, rasa gatal dan rasa
mengganjal. Pasien mengaku sering terpapar sinar matahari, angin
dan debu karena sering bepergian dengan motor dan tidak
menggunakan helm. Keluhan seperti kotoran mata berlebih, penglih
atan terganggu, sukar membuka mata saat melihat sinar, adanya
sensasi benda asing, riwayat penggunaan kacamata disangkal oleh
pasien.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat keluarga dengan keluhan serupa : disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu:
• Riwayat keluhan serupa : pasien belum
pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat Pengobatan
• Riwayat adanya gangguan penglihatan • Pasien menggunakan obat antibiotik tetes yang
: disangkal dibeli di warung (pasien lupa nama obatnya)
• Riwayat mengalami benturan atau • Riwayat pembedahan pada mata : disangkal
trauma benda asing : disangkal • Riwayat penggunaan obat dalam jangka panjang :
• Riwayat alergi obat : disangkal disangkal
• Riwayat penyakit kencing manis :
disangkal
Riwayat Kebiasaan
• Riwayat darah tinggi : disangkal
• Alkohol (-), rokok (-), sering terpapar sinar matahari,
debu dan angin dalam jangka waktu yang lama.
Diagnosis Banding

• Pterigium
• Pseudopterygium
• Pinguekula
Status Oftamologi

INSPEKSI
Status Oftamologi
PEMERIKSAAN OD OS

Gerakan Bola Mata

Visus 6/6 6/6

TIO N/Palpasi N/Palpasi

Edema (-), hiperemis (-), massa (-), Edema (-), hiperemis (-), massa (-),

Palpebral Superior nyeri tekan (-) konsisten kenyal, nyeri tekan (-), konsisten kenyal,

permukaan rata permukaan rata

Edema (-), hiperemis (-), massa (-), Edema (-), hiperemis(-), massa(-),
Palpebral inferior
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Status Oftamologi
PEMERIKSAAN OD OS
Konjungtiva Tarsal Superior Hiperemis (-), papil (-), edema (-) Hiperemis (-), papil (-), edema (-)

Konjungtiva Tarsal Inferior Hiperemis (-), papil (-), edema (-) Hiperemis (-), papil (-), edema (-)

Tenang, Injeksi konjungtiva (-), Hiperemis (+), Tampak selaput berbentu

injeksi siliar (-) k segitiga dibagian nasal dengan apex suda

Tidak tampak benjolan warna merah keung h melewati limbus tetapi belum melewa
Konjungtiva Bulbi
uan di bawah konjungtiva ti pertengahan pupil dan limbus.

Tidak tampak benjolan warna merah keung

uan di bawah konjungtiva

Kornea Jernih, ulkus (-) Jernih, ulkus (-)

Bilik Mata Depan Dalam, jernih Dalam, jernih


Status Oftamologi
PEMERIKSAAN OD OS
Iris Kripti (+), coklat tua Kripti (+), coklat tua

Pupil Bulat, isokor 3mm, RCL (+), Bulat, isokor 3mm, RCL (+),

RCTL (+) RCTL (+)

Lensa Jernih Jernih

Fundus Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan


Saran Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
(Darah lengkap, gula darah)

Test Sonde
Resume
Seorang pasien perempuan berusia 34 tahun datang ke poli mata RS POLRI dengan
keluhan mata merah sebelah kiri sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan mata merah dirasakan
pasien berulang – ulang. Pasien juga mengeluhkan saat berkaca di depan cermin terlihat
ada sesuatu yang tumbuh pada bola mata kiri sejak ±8 bulan yang lalu. Keluhan air mata
berlebih (+), perih (+), rasa gatal (+) dan rasa mengganjal (+). Pasien mengaku sering
terpapar sinar matahari, angin dan debu karena sering bepergian dengan motor dan tidak
menggunakan helm.

Pemeriksaan Fisik
Visus OD : 6/6
Visus OS : 6/6

Konjungtiva Bulbi OS
Inspeksi :
Hiperemis (+), Tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex sudah m
elewati limbus tetapi belum melewati pertengahan pupil dan limbus.
Diagnosis

Pterygium Stadium II OS
Penatalaksanaan
Non- medikamentosa :
 Edukasi
• Mengurangi pajanan debu, angin, dan sinar matahari.
• Menggunakan pelindung mata seperti kacamata dengan filter terhadap ultraviolet, helm saat mengendarai
kendaraan bermotor, topi lebar dan payung.

Medikamentosa

 Topical :
• Artificial Tears (4 dd 1 gtt OS)
• Dexamethasone Sodium Phosphate + Neomycin Sulphate + Polymixin B Sulphate (3 dd 2
gtt OS)
 Sistemik :
Prognosis

Quo Ad Vitam : Ad Bonam

Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam

Quo Ad Sanactionam : Ad Bonam

Quo Ad Cosmeticam : Ad Bonam


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI KONJUNGTIVA

ANATOMI

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transp


aran dan tipis yang membungkus permukaan poste
rior kelopak mata dan permukaan anterior sclera.

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri ciliaris


anterior dan arteri palpebralis.

• memproduksi air mata,


• menyediakan kebutuhan oksigen kornea
• melindungi mata dengan mekanisme pertahanan
nonspesifik
ANATOMI KONJUNGTIVA
Secara garis besar, kelenjar pada konjungtiva dibagi me
njadi dua yaitu:

1. Penghasil musin
• Sel goblet terletak dibawah epitel dan paling banyak
ditemukan pada daerah inferonasal.
• Crypts of Henle terletak sepanjang sepertiga atas da
ri konjungtiva tarsalis superior dan sepanjang sep
ertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
• Kelenjar Manz mengelilingi daerah limbus.

2. Kelenjar asesoris lakrimalis.


• Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar krause dan
kelenjar wolfring.
• Kedua kelenjar ini terletak dalam di bawah substansi
propria. Kelenjar air mata asesori (kelenjar krause da
n kolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar
lakrimal, terletak di dalam stroma.
ANATOMI KORNEA

• Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,merupakan lapis jarin
gan yang menutup bola mata bagian depan.

• Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameter
nya sekitar 11,5 mm.
ANATOMI KORNEA
 Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan
yang menutup bola mata bagian depan. 2
Kornea terdiri dari lima lapis, yaitu :

• Epitel
• Membran Bowman
• Stroma
• Membran Descendent
• Endotel

 Kornea dipersyarafi oleh banyak saraf sensoris teruta


ma berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar,
saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran
e bowman melepaskan selubung schwannya.
PTERIGIUM

• Pterygium adalah sebutan untuk kelainan klinis


berupa jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga
pada limbus kornea

• Asal kata pterigium adalah dari bahasa yunani y


aitu pterygos yang artinya “sayap”, sesuai denga
n gambaran pterigium yang berbentuk atau men
yerupai sayap
EPIDEMIOLOGI PTERYGIUM
35-52 % 55%
25%
35-52%

Secara geografis, pterigium paling banyak


ditemukan di negara beriklim tropis. Karena
Indonesia beriklim tropis, penduduknya
memiliki risiko tinggi mengalami pterigium.
Pterigium masih menjadi permasalahan yang
sulit karena tingginya frekuensi pterigium
rekuren. Recurrence rate pascaoperasi
pterigium di Indonesia adalah 35–52%. Dari h
asil penelitian di RS Cipto Mangunkusumo di
dapatkan bahwa recurrence rate pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun adalah 65% dan
pada pasien berusia lebih dari 40 tahun
adalah 12,5%.
Etiologi Pterygium

Radiasi
Ultraviolet Faktor Genetik Faktor Lain

Paparan sinar matahari, waktu Berdasarkan penelitian Iritasi kronik atau inflamasi
di luar ruangan, penggunaan case control menunjukka yang terjadi pada area limbus
kacamata dan topi mempengar n riwayat keluarga denga atau perifer kornea, Debu,
uhi resiko terjadinya pterigium. n pterigium, kemungkinan kelembaban yang rendah, dan
Sinar ultraviolet diabsorbsi diturunkan secara autoso trauma kecil dari bahan partike
kornea dan konjungtiva menga mal dominan. 3,7 l tertentu, dry eyes, dan virus
kibatkan kerusakan sel dan pro papiloma juga diduga sebagai
liferasi sel.3,7 penyebab dari pterigium.3,7
Patofisiologi Pterygium
• Konjugtiva bulbi selalu ber
hubungan dengan dunia
luar.
• Terjadinya penebalan dan • Radiasi cahaya UV tipe B
pertumbuhan konjungtiva menjadi faktor lingkungan
1 bulbi yang menjalar ke 3 yang paling signifikan dala
kornea m patogenesis pterigium.6

• kontak dengan sinar ultravi • Sinar UV menyebabkan penur


2 olet, debu dan kekeringan 4 unan sel induk limbal pada kor
• semua kotoran pada nea
konjungtiva • menyebabkan terjadinya insufi
• Menuju ke bagian nasal, siensi limbal.
kemudian melalui pungtum • Aktifnya faktor pertumbuhan
lakrimalis dialirkan ke jaringan yang menginduksi
meatus nasi inferior. angiogenesis dan proliferasi
sel.
Stadium Pterigium

Pterigium Stadium I Pterigium Stadium II


Jika hanya terbatas pada Jika sudah melewati limbus
limbus kornea. tetapi tidak melebihi dari 2
mm melewati kornea.

Stadium I Stadium II

Pterigium Stadium III Pterigium Stadium IV


Jika telah melebihi derajat jika pertumbuhan pterigium
2 tetapi tidak melebihi sudah melewati pupil sehingga
pinggir pupil mata dalam mengganggu penglihatan8.
keadaan cahaya (pupil
dalam keadaan normal se
Stadium III kitar 3-4 mm). Stadium IV
Gejala Subjektif Pterigium

Mata Merah Berulang

Mata Berpasir Mata Perih

Penglihatan Biasanya Tidak Menurun Tajam Penglihatan Menurun


Pada pterigium yang lanjut (derajat 3
dan 4) dapat menutupi pupil dan aksis
visual.
Ada rasa yang mengganjal
Gejala Objektif Pterigium
Pterygium dibagi menjadi tiga bagian yaitu:1,9

BODY APEX (HEAD) CAP


Bagian segitiga ya Bagian atas Bagian belakang
ng meninggi pada pterygium pterygium
pterygium dengan
dasarnya ke arah
kantus
Penegakan Diagnosis

GEJALA KLINIS I GEJALA KLINIS II GEJALA KLINIS III

Adanya peningkatan rasa Penglihatan terganggu, ketida Sejarah paparan berlebihan


sakit pada salah satu atau knyamanan dari peradangan d terhadap sinar matahari atau
kedua mata, disertai rasa an iritasi. Sensasi benda asing partikel debu.8
gatal, kemerahan dan atau dan mata tampak lebih kering
bengkak. dari biasanya.

Test : Uji ketajaman visus dapat dilakukan untuk melihat apakah visus terpengaruh. Dengan
menggunakan slitl amp diperlukan untuk memvisualisasikan pterygium tersebut. Dengan
menggunakan sonde di bagian limbus, pada pterygium tidak dapat dilalui oleh sonde seperti
pada pseudopterygium.1,8
Diagnosis Banding
PINGUEKULA PSEUDOPTERIGIUM
Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva
bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang dengan kornea yang cacat. Pseudopterigium sering di
matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari temukan pada proses penyembuhan ulkus kornea,
, debu, dan angina panas. sehingga konjungtiva menutupi kornea.
Penatalaksanaan

NON - MEDIKAMENTOSA

Karena kejadian pterigium berkaitan dengan aktivitas


lingkungan, penanganan pterigium asimptomatik dapat
diobati dengan kacamata sinar UV-blockking. Anjurkan
pasien untuk menghindari daerah berasap atau berdebu
sebisa mungkin.9

MEDIKAMENTOSA

Untuk pterigium derajat 1-2 yang mengalami inflamasi,


pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibioti
k dan steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari. Diperhatikan
juga bahwa penggunaan kortikosteroid tidak dibenarkan
pada penderita dengan tekanan intraocular yang tinggi
atau mengalami kelainan pada kornea.9
Penatalaksanaan Bedah

Pada derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah berupa avulsi pterigium. Sedapat mungkin setelah avulsi
pterigium maka bagian konjungtiva bekas pterigium tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang
diambil dari konjungtiva bagian superior untuk menurunkan angka kekambuhan. Tujuan utama
pengangkatan pterigium yaitu memberikan hasil yang baik secara kosmetik, mengupayakan komplikasi
seminimal mungkin, angka kekambuhan yang rendah9.
Indikasi Operasi
Menurut Ziegler :
1. Mengganggu visus
1. Pterigium yang menjalar ke kornea 2. Mengganggu pergerakan bola mata
3. Berkembang progresif
sampai lebih dari 3 mm dari limbus.
4. Mendahului suatu operasi intraokuler
2. Pterigium mencapai jarak lebih dari 5. Kosmetik
separuh antara limbus dan tepi Menurut Guilermo Pico :
pupil. 1. Progresif, resiko rekurensi > luas
2. Mengganggu visus
3. Pterigium yang sering memberikan 3. Mengganggu pergerakan bola mata
keluhan mata merah, berair,dan sila 4. Masalah kosmetik.
5. Di depan apeks pterygium terdapat
u karena astigmatismus. Grey Zone
4. Kosmetik, terutama untuk penderita 6. Pada pterygium dan kornea
sekitarnya ada nodul pungtat
wanita. 7. Terjadi kongesti (klinis) secara
periodik
Bare Sclera

Bertujuan untuk menyatukan kembali konjungtiva dengan permukaan sklera.


Melibatkan eksisi kepala dan tubuh pterygium, sementara memungkinkan sclera
untuk epitelisasi. Tingkat kekambuhan tinggi, antara 24 persen dan 89 persen,
telah didokumentasikan dalam berbagai laporan.1
Simple Closure

Menyatukan langsung sisi konjungtiva


yang terbuka, dimana teknik ini
dilakukan bila luka pada konjuntiva relat
if kecil.
Rotational Flap

Dibuat insisi berbentuk huruf U di sekitar luka bekas eksisi


untuk membentuk seperti lidah pada konjungtiva yang
kemudian diletakkan pada bekas eksisi.
Conjungtival Graft

• Memiliki tingkat kekambuhan dilapor


kan terendah 2 persen dan tertinggi
40 persen
• pada beberapa studi prospektif.
• Prosedur ini melibatkan pengambilan
autograft, biasanya dari konjungtiva
bulbar superotemporal, dan dijahit di
atas sclera yang telah di eksisi ptery
gium tersebut.
Amniotic Membrane Transplantation

• Mencangkok membran amnion


juga telah digunakan untuk menc
egah kekambuhan pterigium.
• Meskipun keuntungkan dari
penggunaan membran amnion ini
belum teridentifikasi,
• sebagian besar peneliti telah
menyatakan bahwa itu adalah me
mbran amnion berisi faktor
penting untuk menghambat pera
dangan dan fibrosis dan
epithelialisai.
Komplikasi Pterygium

Komplikasi dari pterigium meliputi sebagai


berikut.6 Komplikasi post operatif sebagai berikut6

• Gangguan penglihatan/mata kemerahan • Infeksi


• Iritasi • Ulkus kornea
• Gangguan pergerakan bola mata • Graft Conjungtiva yang terbuka
• Timbul jaringan parut kronik dari konjun • Diplopia
gtiva dan kornea • Adanya jaringan parut di kornea
• Dry Eye Syndrome
Pencegahan Pterygium

Pada penduduk didaerah tropik yang bekerja


diluar rumah seperti nelayan, petani yang
banyak kontak dengan debu dan sinar UV
dianjurkan memakai kacamata pelindung sinar
matahari.7
Prognosis Pterygium

Pterigium adalah suatu neoplasma yang benigna.Umumnya prognosis baik.Kekambuhan dapat


dicegah dengan kombinasi operasi dan sitotastik tetes mata aatu bedah radiasi. Eksisi pada
pterigium pada penglihatan dan kosmetik adalah baik. Prosedur yang baik dapat ditolerir pasien
dan disamping itu pada beberapa hari post operatif pasien akan merasa tidak nyaman.
Kebanyakan setelah 48 jam pasca operasi pasien bisa memulai aktivitas. Pasien dengan
pterigium yang kambuh lagi dapat mengulangi pembedahan eksisi dan grafting dengan
konjungtiva/limbal autograft atau transplantasi membran amnion pada pasien tertentu.8
ANALISA KASUS

Berdasarkan Teori Berdasarkan Kasus

1. Mata merah berulang 1. Mata merah berulang sejak


2. Ada rasa yang mengganjal 2 bulan yang lalu
3. Berpasir 2. Mata Perih
Gejala 4. Mata Perih 3. Ada rasa yang mengganjal
5. Penglihatan biasanya tidak 4. Air mata berlebih
menurun 5. Gatal

Pemeriksaan Oftalmologi Pemeriksaan Oftalmologi

Pada pemeriksaan oftamologi Pada pasien tampak Hiperemis,


dapat ditemukan jaringan berwa tampak selaput berbentuk segiti
rna merah muda berbentuk segi ga di bagian nasal dengan apex
Pemeriksaan Fisik
tiga yang tumbuh dengan dasar sudah melewati limbus tetapi be
di limbus serta puncak segitiga lum melewati garis pertengahan
kornea. pupil dan limbus.
ANALISA KASUS
Berdasarkan teori Berdasarkan kasus
Pemeriksaan Sonde untuk membeda Belum dilakukan pemeriksaan penun
Pemeriksaan Penunjang kan dengan pseudopterigium. jang pada pasien ini.

1. Terapi causal : Pemberian artifici 1. Terapi causal : pada pasien ini di


al tears terus menerus. Obat anti berikan Artificial tears diindikasik
– inflamasi non-steroid topical 4 an untuk melindungi jaringan per
kali sehari. mukaan mata. Cendo Xitrol (Poly
2. Terapi edukasi : Mengurangi paj myxin B Sulphate dan Dexameth
anan terhadap sinar matahari. asone Neomycin) yang diindikas
Menggunakan pelindung mata s ikan untuk infeksi pada mata pas
eperti kacamata dengan filter ter ien.
Terapi hadap ultraviolet, topi lebar atau Pasien juga diberikan obat per oral
payung. asam mefenamat sebagai pereda n
yeri.
1. Terapi edukasi : Mengurangi paj
anan terhadap sinar matahari.
Menggunakan pelindung mata
seperti kacamata dengan filter
terhadap ultraviolet, topi lebar
atau payung.
ANALISA KASUS
Berdasarkan Teori Berdasarkan Kasus

Bila dilakukan dengan penangan yang


tepat dan segera maka prognosis dari
Quo Ad Vitam : Ad Bonam
Pterigium Stadium II:
Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam
Prognosis Quo Ad Vitam : Ad Bonam
Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam Quo Ad Sanactionam : Ad Bonam
Quo Ad Sanactionam : Ad Bonam
Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai