PTERIGIUM
MUHAMMAD LUTHFI DUNAND ( NPM : 1102014158)
1 NAMA : Ny. Y
3 UMUR : 35 TAHUN
5 ALAMAT : CIPAYUNG
Anamnesis
KELUHAN UTAMA
KELUHAN TAMBAHAN
• Pterigium
• Pseudopterygium
• Pinguekula
Status Oftamologi
INSPEKSI
Status Oftamologi
PEMERIKSAAN OD OS
Edema (-), hiperemis (-), massa (-), Edema (-), hiperemis (-), massa (-),
Palpebral Superior nyeri tekan (-) konsisten kenyal, nyeri tekan (-), konsisten kenyal,
Edema (-), hiperemis (-), massa (-), Edema (-), hiperemis(-), massa(-),
Palpebral inferior
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Status Oftamologi
PEMERIKSAAN OD OS
Konjungtiva Tarsal Superior Hiperemis (-), papil (-), edema (-) Hiperemis (-), papil (-), edema (-)
Konjungtiva Tarsal Inferior Hiperemis (-), papil (-), edema (-) Hiperemis (-), papil (-), edema (-)
Tidak tampak benjolan warna merah keung h melewati limbus tetapi belum melewa
Konjungtiva Bulbi
uan di bawah konjungtiva ti pertengahan pupil dan limbus.
Pupil Bulat, isokor 3mm, RCL (+), Bulat, isokor 3mm, RCL (+),
Pemeriksaan Laboratorium
(Darah lengkap, gula darah)
Test Sonde
Resume
Seorang pasien perempuan berusia 34 tahun datang ke poli mata RS POLRI dengan
keluhan mata merah sebelah kiri sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan mata merah dirasakan
pasien berulang – ulang. Pasien juga mengeluhkan saat berkaca di depan cermin terlihat
ada sesuatu yang tumbuh pada bola mata kiri sejak ±8 bulan yang lalu. Keluhan air mata
berlebih (+), perih (+), rasa gatal (+) dan rasa mengganjal (+). Pasien mengaku sering
terpapar sinar matahari, angin dan debu karena sering bepergian dengan motor dan tidak
menggunakan helm.
Pemeriksaan Fisik
Visus OD : 6/6
Visus OS : 6/6
Konjungtiva Bulbi OS
Inspeksi :
Hiperemis (+), Tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex sudah m
elewati limbus tetapi belum melewati pertengahan pupil dan limbus.
Diagnosis
Pterygium Stadium II OS
Penatalaksanaan
Non- medikamentosa :
Edukasi
• Mengurangi pajanan debu, angin, dan sinar matahari.
• Menggunakan pelindung mata seperti kacamata dengan filter terhadap ultraviolet, helm saat mengendarai
kendaraan bermotor, topi lebar dan payung.
Medikamentosa
Topical :
• Artificial Tears (4 dd 1 gtt OS)
• Dexamethasone Sodium Phosphate + Neomycin Sulphate + Polymixin B Sulphate (3 dd 2
gtt OS)
Sistemik :
Prognosis
ANATOMI
1. Penghasil musin
• Sel goblet terletak dibawah epitel dan paling banyak
ditemukan pada daerah inferonasal.
• Crypts of Henle terletak sepanjang sepertiga atas da
ri konjungtiva tarsalis superior dan sepanjang sep
ertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
• Kelenjar Manz mengelilingi daerah limbus.
• Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,merupakan lapis jarin
gan yang menutup bola mata bagian depan.
• Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameter
nya sekitar 11,5 mm.
ANATOMI KORNEA
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan
yang menutup bola mata bagian depan. 2
Kornea terdiri dari lima lapis, yaitu :
• Epitel
• Membran Bowman
• Stroma
• Membran Descendent
• Endotel
Radiasi
Ultraviolet Faktor Genetik Faktor Lain
Paparan sinar matahari, waktu Berdasarkan penelitian Iritasi kronik atau inflamasi
di luar ruangan, penggunaan case control menunjukka yang terjadi pada area limbus
kacamata dan topi mempengar n riwayat keluarga denga atau perifer kornea, Debu,
uhi resiko terjadinya pterigium. n pterigium, kemungkinan kelembaban yang rendah, dan
Sinar ultraviolet diabsorbsi diturunkan secara autoso trauma kecil dari bahan partike
kornea dan konjungtiva menga mal dominan. 3,7 l tertentu, dry eyes, dan virus
kibatkan kerusakan sel dan pro papiloma juga diduga sebagai
liferasi sel.3,7 penyebab dari pterigium.3,7
Patofisiologi Pterygium
• Konjugtiva bulbi selalu ber
hubungan dengan dunia
luar.
• Terjadinya penebalan dan • Radiasi cahaya UV tipe B
pertumbuhan konjungtiva menjadi faktor lingkungan
1 bulbi yang menjalar ke 3 yang paling signifikan dala
kornea m patogenesis pterigium.6
Stadium I Stadium II
Test : Uji ketajaman visus dapat dilakukan untuk melihat apakah visus terpengaruh. Dengan
menggunakan slitl amp diperlukan untuk memvisualisasikan pterygium tersebut. Dengan
menggunakan sonde di bagian limbus, pada pterygium tidak dapat dilalui oleh sonde seperti
pada pseudopterygium.1,8
Diagnosis Banding
PINGUEKULA PSEUDOPTERIGIUM
Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva
bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang dengan kornea yang cacat. Pseudopterigium sering di
matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari temukan pada proses penyembuhan ulkus kornea,
, debu, dan angina panas. sehingga konjungtiva menutupi kornea.
Penatalaksanaan
NON - MEDIKAMENTOSA
MEDIKAMENTOSA
Pada derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah berupa avulsi pterigium. Sedapat mungkin setelah avulsi
pterigium maka bagian konjungtiva bekas pterigium tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang
diambil dari konjungtiva bagian superior untuk menurunkan angka kekambuhan. Tujuan utama
pengangkatan pterigium yaitu memberikan hasil yang baik secara kosmetik, mengupayakan komplikasi
seminimal mungkin, angka kekambuhan yang rendah9.
Indikasi Operasi
Menurut Ziegler :
1. Mengganggu visus
1. Pterigium yang menjalar ke kornea 2. Mengganggu pergerakan bola mata
3. Berkembang progresif
sampai lebih dari 3 mm dari limbus.
4. Mendahului suatu operasi intraokuler
2. Pterigium mencapai jarak lebih dari 5. Kosmetik
separuh antara limbus dan tepi Menurut Guilermo Pico :
pupil. 1. Progresif, resiko rekurensi > luas
2. Mengganggu visus
3. Pterigium yang sering memberikan 3. Mengganggu pergerakan bola mata
keluhan mata merah, berair,dan sila 4. Masalah kosmetik.
5. Di depan apeks pterygium terdapat
u karena astigmatismus. Grey Zone
4. Kosmetik, terutama untuk penderita 6. Pada pterygium dan kornea
sekitarnya ada nodul pungtat
wanita. 7. Terjadi kongesti (klinis) secara
periodik
Bare Sclera