Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

Disusun Oleh:
Arifin
Heri Susanto
Yethi Octovin P
Liliminarti
Norita Luhat
Edy Ronald
Reni Novermiwati
A.Kasus
Seorang anak laki-lai usia 5 tahundibawa ibunya ke UDG dengan
keluhan panas tinggi, dua hari sebelum mengalami batuk-batuk.
Ibu mengatakan bahwa setiap kali batuk anaknya sangat
terganggu, anak juga tidak mau makan. Berdasarkan hasil kajian
oleh ners ditemukan :
Anak tampak batuk, lemas dan agak sesak. Sehu 38’c, Nadi
112x/mnt, RR 30x/mnt. Berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukanoleh dokter anak di diagnose susp. Oneumonia dan anak
akan dilakukan pemeriksaan lanjutan.

1.Patofisiologi terjadinya pneumonia


2.Masalah keperawatan yang dapat muncul dan intervensinya
3.Edukasi yang dapat diberikan kepada orang tua.
PATOFISIOLOGI
Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sublaringeal
sampai unit paru paling ujung. Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan
beberapa mekanisme:
1. Filtrasi partikel dari hidung.
2. Pencegahan aspirasi oleh reflek epiglottal.
3. Penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin.
4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel
siliaris.
5. Pencernaan dan pembunuhan bakteri oleh makrofag.
6. Netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal.
PENATALAKSANAAN
Radang paru-paru dapat diobati dengan antibiotik. Itulah yang biasanya ditentukan di sebuah pusat
kesehatan atau rumah sakit , tapi sebagian besar kasus pneumonia masa kecil dapat diberikan secara
efektif di dalam rumah. Rawat inap disarankan pada bayi berusia dua bulan dan lebih muda, dan juga
dalam kasus yang sangat parah(WHO, 2012).
1. Terapi suportif umum:
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan
AGD.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan vibrasi.
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap pembebanan
cairan terutama pada pneumonia bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f.Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia
persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest.
PENATALAKSANAAN
2. Pneumonia rawat jalan
a. Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini
pertama secara oral misalnya amoksisilin atau
kotrimoksazol.
b. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/KgBB .
c. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB
sulfametoksazol).
PENATALAKSANAAN
3. Pneumonia rawat inap
a. Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau kloramfenikol.
b. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas, dapat diberikan antibiotik
lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin.
c. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa
komplikasi.
d. Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai sesegera
mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis.
e. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi
beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga.
f. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari,
MASALAH KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan : Batuk-batuk, tampak agak sesak

b. Resiko hipovolemi ditandai dengan: tidak mau makan, suhu 38’c

c. Risiko hipertermi ditandai dengan : suhu tubuh 38’c

d. Intoleransi aktivitas ditandai dengan : tampak lemas, tampak sesak.


DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

b. Risiko Hipovolemia

c. Hipertermi

d. Intolerasi Aktifitas
NO DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI
1 D. 0001 Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan nafas (1.
Bersihan jalan keperawatan dalam waktu .… 01011)
nafas tidak efektif x 24 jam, maka bersihan jalan Observasi
nafas meningkat, dengan - Monitor pola napas
kriteria: (frekuensi, kedalaman,
- Produksi sputum menurun usaha napas)
- Mengi menurun - Monitor bunyi napas
- Dispneu menurun tambahan (misalnya:
- Batuk efektif meningkat gurgling, mengi, wheezing,
- Frekuensi nafas membaik ronkhi kering)
- Pola nafas membaik - Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan head –
tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler atau
fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Lakukan pengisapan teknik
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum pengisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
-
2 D. 0034 Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Cairan (1.
Risiko Hipovolemia keperawatan dalam waktu .… 03121)
x 24 jam, maka status cairan Observasi
membaik, dengan kriteria: - Monitor frekuensi dan
- Kekuatan nadi meningkat kekuatan nadi
- Turgor kulit meningkat - Monitor frekuensi nafas
- Output urine meningkat - Monitor tekanan darah
- Frekuensi nadi membaik - Monitor berat badan
- Tekanan nadi membaik - Monitor waktu pengisian
- Membran mukosa membai kapiler
- Tekanan darah membaik - Monitor elastisitas atau
- Suhu tubuh membaik turgor kulit
- Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
- Monitor kadar albumin
dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan
serum (mis. osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
- Monitor intake dan output
cairan
- Identifikasi tanda – tanda
hipovolemia (mis.
frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun,
membran mukosa kering,
volume urine menurun,
hematokrit meningkat,
haus, lemah,
konsentrasiurine
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat).
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan seuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 D. 0130 Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermi (1.
Hipertermi keperawatan dalam waktu .… 15506)
x 24 jam, maka termoregulasi Observasi
membaik, dengan kriteria: - Identifikasi penyebab
- Menggigil menurun hipertermi (mis. dehidrasi,
- Takikardi menurun terpapar lingkungan panas,
- Suhu tubuh membaik penggunaan inkubator)
- Suhu kulit membaik - Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat
- Hipertermi
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimau
hipotermi atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit, jika
perlu
4 D. 0056 Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (1. 05178)
Intolerasi Aktifitas keperawatan selama... x 24 Observasi
jam, maka diharapkan - Identifikasi gangguan
toleransi aktifitas meningkat, fungsi tubuh yang
dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
- Frekuensi nadi meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
- Keluhan lelah menurun emosional
- Perasaan lemah menurun - Monitor pola dan jam tidur
- Warna kulit membaik - Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktifitas distraksi
yang menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
EDUKASI YANG DAPAT DILAKUKAN KEPADA ORANG TUA

• Edukasi yang perlu diberikan kepada pasien pneumonia komuniti


 yang dirawat jalan adalah warning sign  yang apabila ada, maka
sebaiknya pasien direkomendasikan segera kembali ke fasilitas
kesehatan terdekat. Warning sign ini antara lain adalah gejala yang
menetap dalam 48–72 jam, yang ditandai dengan tidak ada
perbaikan klinis walaupun telah diberikan terapi dengan antibiotik
adekuat. Warning sign selanjutnya adalah perburukan klinis,
terutama bila ditemukan tanda distress napas seperti, takipneu,
dispneu dan perubahan status mental
Pencegahan dan mengedukasi orang tua balita dengan pneumonia merupakan
upaya utama dan mendasar untuk menangani penyakit yang mengancam jiwa ini.
Pencegahan pneumonia pada anak antara lain sebagai berikut:
• Berikan ASI eksklusif pada anak, sedapat mungkin hingga usia 6 bulan dan
dilanjutkan hingga usia 2 tahun.
• Cegah anak terpajan rokok dan polusi udara
• Imunisasi sesuai jadwal, terutama imunisasi DTP-Hib, PCV, dan influenza 
• Jaga kebersihan antara lain dengan cuci tangan, membersihkan mainan (terutama
mainan yang digunakan bersama), tidak berbagi peralatan makan seperti
gelas/sedotan/dan sebagainya
• Memberikan asupan nutrisi yang baik, cukup, serta sesuai dengan usia anak
• Menghindari orang yang sedang sakit
• Selama pandemi COVID-19 selalu meningkatkan kewaspadaan dan sedapat
mungkin melakukan 6M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga
jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi dan interaksi, serta melakukan
vaksinasi sesuai anjuran dokter dan kebijakan pemerintah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai