Etiologi asphyxia
Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (Proverawati, 2010)
1) Faktor ibu
2) Faktor plasenta
3) Faktor fetus
4) Faktor neonates
5) Faktor persalinan
Patofisiologi
asphyxiz
• Identitas
• Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan seperti adanya hipoksia janin, gangguan aliran darah prenatal, hipotensi dan hipertensi selama
kehamilan, gangguan plasenta, kehamilan berisiko, riwayat persalinan
• Pemeriksaan fisik:
1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan.
2) Inspeksi: pergerakan dinding dada, pernapasan cuping hidung, retraksi dan warna kulit (sianosis, pucat, kehitam-hitaman) serta amati
diameter dada anteroposterior yang memanjang dapat mengindikasikan udara terperangkap dalam alveoli.
3) Auskultasi: suara napas tambahan dan suara paru.
4) Perkusi: kaji adanya suara tumpul yang menunjukkan bahwa cairan atau jaringan padat telah menggantikan udara.
• Kaji kebutuhan peningkatan oksigen.
• Kaji tekanan darah bayi.
• Pemeriksaan diagnostik meliputi oksimetri nadi dan analisa gas darah.
Diagnosa Keperawatan
Tindakan :
Intervensi Keperawatan Observasi
• Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
1. D. 0003 Gangguan pertukaran gas • Monilor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi Kussmaul
berhubungan dengan Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi • Monitor kemampuan batuk efektif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan • Monitor adanya produksi sputum
selama 3x24 jam, pertukaran gas pasien • Monitor adanya sumbatan jalan napas
menjadi efektif dengan kriteria hasil : • Paipasi kesimetrisan ekspansi pahi
- bunyi napas menurun • Auskultasi bunyi napas
- sianosis membaik • Monitor saturasi oksigen
- pola napas membaik • Monitor nilai AGD
- warna kulit membaik • Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
• Alur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
I.01011 Manajemen jalan napas
Intervensi Keperawatan
Observasi
2. D.0001 Bersihan jalan napas - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mangi, wheezing, ronkhi kering)
tidak efektif b.d hipersekresi - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
jalan napas
Setelah dilakukan intervensi Terapeutik
keperawatan selama 3x 24 jam - Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tiit dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
diharapkan pola napas membaik - Posisikan semi-Fowler atau Fowler
dengan kriteria hasil: - Berikan minum hangat
• Dyspnea menurun - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
• Penggunaan otot bantu napas - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 delik
- Lakukan hiperaksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
menurun - Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
• Pemanjangan fase ekspirasi - Berikan oksigen, jika perlu
menurun
• Frekuensi napas membaik Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
• Kedalaman napas membaik - Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Implementasi Keperawatan
Evaluasi untuk setiap diagnosis keperawatan meliputi data subjektif (S) data
objektif (O), analisa permasalahan (A) berdasarkan S dan O, serta perencanaan
(P) berdasarkan hasil analisa diatas.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pencegahan danPenatalaksanaan
Asfiksia Neonatorum.
Dharmasetiawani, N., 2008. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir. In: Kosim,M.S.,
Yunanto, A., Dewi R., Sarosa G.I., Usman A., Buku AjarNeonatologi Edisi 1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI, 103-125.