Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawatan

Pada Bayi Tetanus


Neonatorum
Dosen Pengampu : Ns. Ida Ayu Kade Sri Widiastuti, M. Kep., Sp. Kep. An
Disusun Oleh :

1. CHIARA DEWI SALWANAH P07220220047


2. VITHA KUMALA P07220220078
5
Tetanus Neonatorum
 Definisi Tetanus
Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan
tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan
menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh
tubuh dengan kesulitan membuka mulut dan menetek di susul dengan kejang-
kejang (WHO, 1989)
 Etiologi Tetanus
Neonatorum
Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob
dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen. Tetanus pada bayi
ini dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang
steril, untuk penyakit ini masa inkubasinya antara 5-14 hari (Hidayat, 2008)
 Patofisiologi Tetanus
Neonatorum
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit berubah menjadi bentuk vegetatif
dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerobit ini terdapat
penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat
adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra aksonal
toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan
aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin
telah terkumpul dalam sel. Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf
lower motorneuron keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin
menimbulkan gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan. (Aang, 2011)
 Manifestasi Klinis Tetanus
Neonatorum
Tanda dan gejalanya meliputi:
a. Kejang sampai pada otot pernafasan
b. Leher kaku
c. Dinding abdomen keras.
d. Mulut mencucu seperti mulut ikan
e. Suhu tubuh dapat meningkat. (Deslidel, 2011)
 Komplikasi Tetanus
Neonatorum
a. Bronkopneumonia.
b. Asfiksia akibat obstruksi sekret pada saluran pernafasan
c. Sepsis neonatorum.
 Pemeriksaan Penunjang Tetanus
Neonatorum
a. pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit
b. pemeriksaan cairan otak biasanya normal
c. pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya lepas muatan
motorik secara terus-menerus. (Teddi. 2010)
 Penatalaksanaan Tetanus
Neonatorum
Penatalaksanaan tetanus neonatorum adalah perawatan tali pusat dengan alat-alat yang steril. (Deslidel,
2011). Pengobatan tetanus ditujukan pada :
a. Netralisasi tosin yang masih ada di dalam darah sebelum kontak dengan sistem saraf. dengan serum
antitetanus (ATS teraupetik)
b. Membersihkan luka tempat masuknya kuman untuk menghentikan produksi toksin
c. Pemberian antibiotika penisilin atau tetrasiklin untuk membunuh kuman penyebab
d. Pemberian nutrisi, cairan dan kalori sesuai kebutuhan
e. Merawat penderita ditempat yang tenang dan tidak terlalu terang
f. Mengurangi serangan dengan memberikan obat pelemas otot dan sesedikit mungkin manipulasi pada
penderita. (Maryunani, 2010)
Asuhan Keperawatan Bayi
Tetanus Neonatorum
 Pengkajian

• Riwayat kehamilan prenatal, natal, dan postnatal


• Riwayat imunisasi pada tetanus anak: apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan terakhir
• Pemeriksaan fisik.
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari tetanus, bayi normal dan bisa menyusu dalam 3 hari pertama. Hari
berikutnya bayi sukar menyusu, mulut "mecucu" seperti mulut ikan. Risus sardonikus dan kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-tanda
infeksi tali pusat kotor. Hipoksia dan sianosis. Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan kesukaran untuk
membuka mulut (trismus).
Pada wajah: Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat kekakuan otot-otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata agak
menyipit, sudut mulut keluar dan ke bawah. Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot punggung, otot.
pinggang, semua trunk musele.
Pada perut: otot dinding perut seperti papan. Kejang umum, mula-mula terjadi setelah dirangsang lambat laun anak jatuh dalam
status konvulsius. Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan nanah, ataugigitan binatang
 Diagnosa Keperawatan

1) Defisit nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.
2) Perfusi perifer tidak efektif b.d. penurunan sirkulasi (hipoksia berat),
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya spasme pada otot faring).
4) Koping tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
5) Gangguan komunikasi verbal b.d. sukar untuk membuka mulut (kekakuan) otot-otot masseter)
6) Gangguan pertukaran gas b.d. penurunan oksigen di otak
7) Risiko cedera b.d. kejang spontan yang terus-menerus (kurang suplai oksigen karena adanya oedem laring).
I.03119 Manajemen Nutrisi
Observasi
3.1 Identifikaal status nutrisi
3.2 Identificaal alergi dan Intoleransi makanan
3.3 Identifikasi makanan yang disukai
 Intervensi Keperawatan 3.4 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
3.5 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
1. D.0019 Defisit Nutrisi 3.6 Monitor asupan makanan 3.7 Monilor berat badan
Setelah dilakukan intervensi 3.8 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan status nutrisi membaik Terapeutik
dengan kriteria hasil: 3.9 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Porsi makanan yang dihabiskan 3.10 Fasasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
3.11 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
meningkat
3.12 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berat badan membaik 3.13 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Indeks massa tubuh (IMT) membaik 3.14 Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Frekuensi makan membaik 3.15 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
- Nafsu makan membaik ditoleransl

Edukasi
3.16 Anjurkan poslal duduk, jika mempu,
3.17 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
3.18 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyerl, antiemetik).
Jika pertu
3.19 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan jika perlu
Terapeutik
- Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan
 Intervensi Keperawatan perfusi Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
2. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif
- Lakukan hidrasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3
Edukasi
x 24 jam diharapkan perfusi perifer meningkat
- Anjurkan berhenti merokok
dengan kriteria hasil:
- Anjurkan berolahraga rutin
- Denyut nadi perifer meningkat
- Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
- Warna kulit pucat menurun
- Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
- Pengisian kapiler membaik
kolesterol jika pertu
- Akral membaik
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
- Turgor kulit membaik
- Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat bata
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
I.02079 Perawatan sirkulasi - Anjurkan program rehabilitasi vascular
Observasi - Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis rendah lemak jenuh,
- Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, minyak ikan omega 3)
pengisian kapler, wama, suhu, anide brachial index) - Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
- identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis, yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol
tinggi)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
I.01011 Manajemen jalan napas
 Intervensi Keperawatan
Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
3. D.0001 Bersihan jalan napas tidak efektif
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mangi, wheezing, ronkhi kering)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
selama 3x 24 jam diharapkan pola napas
membaik dengan kriteria hasil:
Terapeutik
- Dyspnea menurun
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tiit dan chin-lift (jaw-thrust jika
- Penggunaan otot bantu napas menurun
curiga trauma servikal)
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Frekuensi napas membaiK
- Berikan minum hangat
- Kedalaman napas membaik
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 delik
- Lakukan hiperaksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Tarapeutik
- Diskusikan perubahan peran yang dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Intervensi Keperawatan - Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusian untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
4. D.0096 Koping tidak efektif - Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 - Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
jam diharapkan status koping membaik dengan kriteria - Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
hasil: - Berikan pilihan realistis mengenal aspek-aspek tertentu dalam perawatan
- Kemampuan memenuhi peran sesuai usia - Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
- Perilaku koping adaptif - Tinjau kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
- Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah - Hindari mengambil keputusan seat pasien berada di bawah tekanan
- Verbalisasi pengakuan masalah - Motivasi terlibat dalam kegiatan social
-Verbalisasi kelemahan diri - Motivasi mengidentifikasi stem pendukung yang tersedia
- Dampingi saat berduka (mis. penyakit kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
I.09312 Promosi koping - Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
Observasi - Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancaman
- Identikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesual tujuan Edukasi
- identifikasi kemampuan yang dimiliki - Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan - Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
- Identifikasi pemahaman proses penyakit - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan - Anjurkan keluarga terlibat
- identasi metode penyelesaian masalah - Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan social - Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan teknik relaksasi
- Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian obyektif
 Intervensi Keperawatan I.01014
Pemantauan respirasi
Tindakan :
6. D.0003 Gangguan Pertukaran gas Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monilor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi Kussmaul
selama 3x24 jam, pertukaran gas pasien
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
menjadi efektif dengan kriteria hasil : - Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- bunyi napas menurun
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- sianosis membaik - Paipasi kesimetrisan ekspansi pahi
- Auskultasi bunyi napas
- pola napas membaik
- Monitor saturasi oksigen
- warna kulit membaik - Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Alur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Terapeutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Gunakan lampu tidur selame jem tidur
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat (mis,
 Intervensi Keperawatan penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan tangan dan lokasi kamar mandi)
- Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
7. D.0136 Risiko cedera - Sediakan alas kaki antislip
Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika pertu
selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat cedera - Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
menurun dengan kriteria hasil: - Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
- Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan
- Kejadian cedera menurun
- Pastikan roda tempat tidur atau kurai roda dalam kondisi terkunci
- Ekspresi wajah kesakitan menurun - Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas pelayanan
- Gangguan kognitif menurun kesehatan
- Ketegangan otot menurun - Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik pribadi atau alam aansor pada tempat
tidur ataukursi
- Diskusikan mengenal ladhan dan terapi fisik yang diperlukan
I.14537 Pencegahan cedera - Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesual (mis. tongkat atau alat bantu
Observasi jalan)
- Identifikasi area lingkungan yang berpotensi - Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
menyebabkan cedera - Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasion, sesuai kebutuhan
- Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan Edukasi
cedera - Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarg
- identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis - Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa menit sebelum
berdiri
pada ekstremitas bawah
 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada
tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

 Evaluasi Keperawatan
Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni S (subjective) merupakan data informasi berupa ungkapan keluhan dari pasien. O
(objective) merupakan data berupa hasil pengamatan, penilaian, dan pemeriksaan. A
(Analisis/assesment) merupakan interpretasi makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan P (planning) merupakan rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa data.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10969371/askep_tetanus_neonatorum
(diakses pada 12 maret 2022)

Anda mungkin juga menyukai