Anda di halaman 1dari 44

Konsep dan Asuhan Keperawatan

Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Kelompok 11 :

1. Alya Octa Jafita Putri


2. Tri Kusmi Rahayu
Bahan Kajian
2. Konsep 3. Konsep Down
1. Konsep Autisme
ADHD Syndrom

5. Asuhan Keperawatan
4. Konsep retasdasi Pada Anak Berkebutuhan
Mental Khusus
1. Konsep Autisme

Apa itu autisme?


Autis adalah suatu kecacatan perkembangan yang kompleks, seringkali
tampak pada usia tiga tahun pertama (Autism Society of America, 2003 dalam
Galinat, et, al, 2005). Sedangkan menurut APA (2000 dalam Phetrasuwan, 2009)
Autism spectrum disorders (ADS) merupakan sekelompok penyakit yang sangat
erat kaitannya dengan gangguan neurobiologi. Muncul sebelum usia 3 tahun
dengan karakteristik adanya hambatan dalam interaksi sosial, keterlambatan yang
berat dalam komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya
perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
Penyebab autisme
Diduga autis disebabkan oleh multifaktor,
seperti gangguan biokimia, gangguan
ada 3 perspektif yang dapat
psikiatri/jiwa, kombinasi makanan yang salah
digunakan untuk menjelaskan
atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat
penyebab autisme
beracun yang menyebabkan kerusakan pada
usus besar sehingga timbul masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autis.
1. Faktor Neurologis
2. Masalah selama kehamilan dan
kelahiran
3. Persfektif psikodinamika
Gejala ::

1. Gangguan 2. Keterlambatan yang cukup


Interaksi Sosial parah dan kurangnya
keterampian komunikasi

3. Pola perilaku
Winarno dan Agustinah (2008) mneyatakan, dua alergen utama pada
penderita autis, yaitu : gluten (protein gandum) dan
kasein (protein susu). Gluten adalah protein yang secara alami terdapat
dalam
keluarga wheat seperti tepung terigu, oat, barley. Sedangkan kasein
merupakan
protein yang terdapat dalam susu dan olahannya, seperti : keju dan
yoghurt. Kedua bahan ini pada anak autis dapat memicu masalah
Pemeriksaan Diagnostik

Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi


bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara
behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka
beberapa instrumenscreening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan
untuk mendiagnosa autisme:

a. Childhood Autism Rating Scale (CARS):


b. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT):
c. The Autism Screening Questionare:
2. Konsep ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
disorder)

Secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang


memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi,
hiperaktif,dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan
sebagian besar aktivitas hidup mereka. Kenyataannya, ADHD ini tidak
selalu disertai dengan gangguan hiperaktif. Oleh karena itu, makna istilah
ADHD di Indonesia, lazimnya diterjemahkan menjadi Gangguan
Pemusatan Perhatian dengan/tanpa Hiperaktif (GPP/H). Anak yang
mengalami ADHD atau GPP/H kerap kali tumpang tindih dengan
kondisi-kondisi lainnya, seperti disleksia (dyslexia), dispraksia
(dyspraxsia), gangguan menentang dan melawan (oppositional defiant
disorderlODD).
Penyebab ADHD

Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari tetapi belum ada satu pun
penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua gangguan yang ada. Berbagai virus,
zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar, faktor genetika,
masalah selama kehamilan atau kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan
kerusakan perkembangan otak, berperan penting sebagai faktor penyebab ADHD ini.
Karakterisik ADHD

Menurut DSM IV (dalam Baihaqi & Sugiarman, 2006: *) kriteria ADHD adalah
sebagai berikut :
a. Kurang perhatian
b. Hiperaktivitas Impulsifitas
Beberapa gejala hiperaktifitas impulsifitas atau kurang perhatian yang
menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun
d. Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/situasi
e. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan
f. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau gangguan
psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental
lainnya.
Ciri ADHD

dimana ciri-ciri ini muncul pada masa kanak-kanak awal, bersifat menahun, dan
tidak diakibatkan oleh kelainan fisik yang lain, mental, maupun emosional. Ciri
utama individu dengan gangguan pemusatan perhatian meliputi: gangguan
pemusatan perhatian (inattention), gangguan pengendalian diri (impulsifitas),
dan gangguan dengan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas).

Prosedur Identifikasi Untuk melakukan identifikasi yang tepat, perlu


memperhatikan hal-hal berikut :
a. Perspektif orangtua
b. Perspektif anak
c. Perspektif sekolah
Adapun aspek-aspek tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a. pengaruh ADHD terhadap pendidikan :
tidak dapat segera memulai suatu kegiatan, prestasi kurang, bekerja terlalu lmbat atau cepat,
melupakan instruksi atau penjelasan, tidak melakukan tugas, selalu meninggalkan benda-benda
samapai menit terakhir, selalu bingung, menangguhkan pekerjaan motivasi yang kurang,
kesulitan mengerjakan tugas, dan menghindari tman, berperilaku kacau.
b. Pengaruh ADHD terhdap perilaku menuntut, turut campur dengan orang lain, mudah frustasi,
kurang mengendalikan diri, tidak tenang/gelisah, lebih banyak bicara, suka menjadi pemimpin,
mudah berubah pendiran,mengganggu, cenderung untuk mendapat kecelakaan, dan mudah
bingung, mengalami hari- hari baik dan buruk.
c. Pengaruh ADHD terhadap aspek sosial : mementingkan diri sendiri, egosentris, cemas, kasar
, tidak peka, tidak dewasa, tertekan, harga diri rendah, keras/tenang, membuat keributan, tidak
berfikir panjang, menarik diri dari kelompok, sering brperilaku tanpa perasaan, dan tidak mau
menunggu giliran.
3. Konsep Down
Syndrome

Down Syndrome adalah kelainan kogenital yang


disebabkan oleh kerusakan kromosomal yang ditandai
dengan retardasi mental dan bentuk fisik yang unik yan
disebut Mongoloid Idiots (Burns,2000)

Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat


dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang
terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang
berlebihan (Soetjiningsih).
Penyebab

Penyebab dari Down Syndrome adalah adanya kelainan kromosom yaitu


terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinankemungkinan :
a. Non disjungtion (pembentukan gametosit)
b. Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi Translokasi
kromosom 21 dan 15.
c. Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan
DNA menuju ke RNA.
d. Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan.
e. Frekwensi coitus akan merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat berdampak pada janin.
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit Down
Syndrome pada umumnya kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan
Down Syndrome ini lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak
yang menderita Down Syndrome memiliki penampilan yang khas:
Masalah Kesehatan Penderita Down Syndrome

a. Masalah Endokrin atau Hormon


Pasien down syndrome memiliki angka kejadian tinggi kelainan perkembangan seksual dan keterlambatan
pubertas pada penderita berjenis kelamin perempuan atau laki-laki.

b. Masalah Saluran Pencernaan


Seseorang penderita down syndrome akan mengalami beberapa gejala saluran cerna dari waktu ke waktu
seperti muntah, diare, sulit buang air besar (konstipasi), nyeri perut, dan ketidaknyamanan yang dapat hilang
dengan intervensi minimal atau bahkan tanpa terapi.

c. Infeksi dan Gangguan Sistem Pertahanan Tubuh


Penderita down syndrome lebih mudah terkena infeksi dibandingkan orang normal. Kelainan sistem
pertahanan tubuh (imunitas) yang berkaitan dengan down syndrome dihubungkan dengan proses metabolik
atau kekurangan nutrisi yang menjadi faktor predisposisi pencetus infeksi.

d. Masalah Neurologi
Penelitian telah mencatat perbedaan anatomi dan fisiologis pada otak individu
normal dan penderita down syndrome. Dua masalah neurologis yang terjadi dengan
meningkatnya prevalensi penyakit down syndrome adalah Alzheimer dan kejang.
Peran Keluarga Pada Penderita Down Syndrome

Dukungan dan penerimaan dari lingkungan keluarga pada seorang dengan down syndrome akan
memberikan kekuatan, kenyamanan dan keamanan serta meningkatkan kepercayaan diri, sehingga mereka
cenderung tidak lagi mengasingkan diri. Dukungan dari kelurga besar dan kedekatan emosional akan
membantu meminimalkan hambatan perkembangan yang dimiliki oleh penderita down syndrome.

Pencegahan dan Penanganan Penderita Down Syndrome


Untuk mencegah lahirnya anak down syndrome dapat dilakukan pemeriksaan sedini mungkin.
Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan kromosom untuk ibu hamil pada trimester pertama kehamilan,
khususnya bagi ibu yang pernah melahirkan anak down syndrome. Ibu hamil dengan usia lebih dari 40
tahun haruslebih berhati-hati dalam karena mereka berisiko lebih tinggi untuk melahirkan anak down
syndrome (Infodatin Kemenkes RI, 2019).Penderita down syndrome tidak bisa sembuh, tetapi dengan
dukungan dan perhatian yang maksimal, penderita down syndrome dapat tumbuh dan berkembang
dengan bahagia.
Konsep Retardasi Mental

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensi yang


kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa anak). biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang.
Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo=kurang
atau sedikit dan fren=jiwa) atau tuna mental (Muhith,
2015).
Penyebab Reterdasi

1. Akibat infeksi dan atau intoksikasi.


2. Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain.
3. Akibat gangguan metabolism, pertumbuhan atau gizi.
4. akibat penyakit otak yang nyata (postnatal).
5. Akibat penyakit atau pengaruh prenatal yang tidak jelas.
6. Akibat kelainan kromosom.
7. Akibat prematuritas.
8. Akibat gangguan jiwa yang berat.
9. Akibat deprivasi psikososial.
KLASIFIKASI

Klasifikasi Retardasi Mental Prevalensi retardasi mental sekitar 1% dalam satu


populasi. Di Indonesia, 1-3% penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit
diketahui karena retardasi mental kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak
berada di usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden
tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun.
Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan.
Penatalaksanaan dan Pencegahan

Penatalaksanaan dan pencegahan Menurut Maramis (2005) yang di


kutib dari buku Prabowo (2014), penatalaksanaan dan pencegahan
retardasi mental adalah :
1. Peanatalaksanaan medis
1) Psikostimulan untuk anak yang menunjukkan gangguan
konsentrasi atau hiperaktif.
2) Obat psikotropika (untuk anak dengan perilaku yang
membahayakan diri)
3) Anti depresa
2. Pencegahan

1) Pencegahan primer Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada


masyarakat, perbaikan keadaan sosioekonomi, konseling genetic dan tindakan
kedokteran
2) Pencegahan sekunder Meliputi diagnose dan pengobatan dini keradangan
otak, peradangan subdural, kraniostenosis sutura tengkorak menutup terlalu
cepat, dapat di buka dengan kraniotomi, pada mikrosefali yang congenital,
operasi tidak menolong.
3) Pencegahan tersier Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus,
sebaiknya disekolah luar biasa (SLB) dapat diberi neroleptika kepada yang
gelisah hiperaktif atau destruktif.
Asuhan Keperawatan
Pada Anak
Berkebutuhan Khusus
1. Asuhan keperawatan pada anak autis

A. Pengkajian

a. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, no. MR


b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan keluarga
c. Psikososial
d. neuorologis
e. gastrointesinal
Diagnosa
Keperawatan

Kemungkinan diagnosa yang muncul :

1. Hambatan komunikasi berhubungan dengan


kebingungan terhadap stimulus
2. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain
yang berhubungan dengan rawat inap di rumah sakit
3. Resiko perubahan peran orangtua berhubungan
dengan gangguan perilaku dan sikap anak
Intervensi

Diagnosa Keperawatan Intervensi

1. Hambatan komunikasi 1.Ketikaberkomunikasi dengan anak,bicaralah


berhubungan dengan kebingungan dengan kalimat singkat yang terdiri atas satu hingga
terhadap stimulus tiga kata, dan ulangi perintah sesuai yang diperlukan.
2. Gunakan irama, musik, dan gerakan tubuh untuk
membantu perkembangan komunikasi sampai anak
dapat memahami bahasa
3. Bantu anak mengenali hubungan antara sebab
dan akibat dengan cara menyebutkan perasaannya
yang khusus dan mengidentifikasi penyebab stimulus
bagi mereka
4. Ketika berkomunikasi dengan anak, bedakan
kenyataan dengan fantasi, dalam pernyataan yang
singkat dan jelas
Diagnosa Keperawatan Intervensi

2. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang 1. Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak
lain yang berhubungan dengan rawat inap di mungkin rutinitas sepanjang periode perawatan di
rumah sakit RS
2. Lakukan intervensi keperawatan dalam
sesingkat dan sering.
3. Gunakan restrain fisik
4. Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat
untuk menghargai perilaku positif dan
menghukum perilaku yang negatif.
Intervensi :
Diagnosa keperawatan :
1. Anjurkan orang tua untuk
3. Resiko perubahan peran orangtua berhubungan
mengekpresikan perasaan dan
dengan gangguan perilaku dan sikap anak
kekhawatiran mereka
2. Rujuk orang tua ke kelompok
pendukung autisme setempat dan
kesekolah khusus jikadiperlukan
3. Anjurkan orang tua untuk mengikuti
konseling bila ada
Implementasi
.Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan
yang nyatauntuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus
bersifat khusus agar semua perawat dapat menjalankan dengan
baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalamimplementasi
keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat
mendelegasikankepada perawat lain yang dipercaya

Evaluasi

Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari


kepastian keberhasilan yangdibuat dan menilai
perencanaan yang telah dilakukan dan untuk
mengetahui sejauhmana masalah klien teratasi.
Disamping itu perawat juga melakukan umpan
balikataupengkajian ulang jika yang ditetapkan belum
tercapai dalam proses keperawatan.
2. Asuhan Keperawatan
pada Anak ADHD

1. Pengkajian
A. Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang
mengalami Attention DeficytHiperactivity Disorder
(ADHD) antara lain:

1. Pengkajian riwayat penyakit


2. Penampilan umum dan perilaku sensorik
3. Mood dan afek
4. Proses dan isi fikir
5. Sensorium dan proses intelektual
6. Penilaian dan daya tilik diri
7. Konsep diri
8. Peran dan hubungan
b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan


gangguanhiperaktif
mencakup :
a.Rambut yang halus
b.Telinga yang salah bentuk
c.Lipatan-lipatan epikantus
d.Langit-langit yang melengkung tinggi serta
e.Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
f.Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis,
disdiadokhokinesis sertapermasalahan-permasalahan di dalam
koordinasi motorik yang halus.
Diagnosa
Keperawatan

1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas


perkembangan(hiperaktivitas).
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
anak dengan gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan : Intervensi :

Peningkatan sosialisasi, aktivitas


1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan
keperawatan :
dengan disabilitas perkembangan 1.Kaji pola interaksi antara pasien dan orang
(hiperaktivitas). lain
2.Anjurkan pasien untuk bersikap jujur dalam
berinteraksi dengan orang lain dan
menghargai hak orang lain.
3.Identifikasi perubahan perilaku yang
spesifik.
4. Bantu pasien meningkatkan kesadaran
akan kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
5.Berikan umpan balik yang positif jika pasien
dapat berinteraksi dengan orang lain.
Diagnosa Keperawatan : Intervensi :

2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan 1. Berikan pada anak yang membutuhkan
gangguan kepribadian. ketrampilan dan perhatian
2. Kurangi stimulus yang berlebihan
terhadap orang-orang dan lingkungan dan
orang/bebda-benda disekitarnya.
3. Berikan umpan balik yang positif dan
perilaku yang sesuai.
4. Bantu anak untuk mengidentifikasikan
benda-benda disekitarnya seperti,
memberikan permainan-permainan yang
dapat merangsang pusat konsentrasi.
5. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi
obat stimulan untuk anak dengan gangguan
pusat konsentrasi.
Diagnosa Keperawatan Intervensi :

3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua 1. Berikan informasi kepada orang tua tentang
berhubungan dengan anak dengan gangguan bagaimana cara mengatasi perilaku anak yang
pemusatan perhatian hiperaktivitas hiperaktif
2. Ajarkan pada orang tua tentang tahapan
penting perkembangan normal dan perilaku
anak.
3. Bantu orang tua dalam
mengimplementasikan program perilaku anak
yang positif.
4. Bantu keluarga dalam membuat perubahan
dalam lingkungan rumah yang dapat
menurunkan perilaku negative anak.
Evaluasi

1. Kemampuan interaksi sosial


2. Proses pikir
3. Fokus terhadap sesuatu
4. Respon terhadap stimulus
5. Harapan peran orang tua
6. Mengungkapkan dengan kata sifat positif
7. Gaya hidup untuk mengurangi resiko
Asuhan Keperawatan Pada
Anak Down Syndrome Dan
Retardarsi Mental

1. Pengkajian

A. Data Umum
B. Genogram
C. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
D. Data lingkungan
E. Sruktur Keluarga
F. Koping dan stres keluarga
G. Pola kebiasaan sehari-hari
2. Diagnosa Keperawatan

berdasarkan Townsend (2011); Carpenito (2013); dan Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia atau SDKI (2017)
pada seorang dengan retardasi mental berkaitan dengan down
syndrome adalahsebagai berikut:

a. Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan Defisiensi


Stimulus(SDKI 2017, D.0106, Hal. 232).

b. Defisit Perawatan Diri: Mandi, Berpakaian, Makan, Toileting, dan


Berhiasberhubungan dengan Gangguan Neuromuskuler (SDKI 2017,
D.0109, Hal. 240).

c. Defisit Pengetahuan Pada Keluarga Tentang Down Syndrome


berhubungandengan Kurang Terpapar Informasi (SDKI 2017, D.0111,
Hal. 246).
Intervensi
Keperawatan

Tujuan & Hasil Kriteria Intervensi :


Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan Latihan Pengendalian Impuls


1. Gangguan Tumbuh Kembang
keperawatan selama 7x Observasi
berhubungan dengan Defisiensi
kunjungan rumah diharapkan 1. Identifikasi masalah yang dialami
Stimulus.
Status Perkembangan membaik 2. Identifikasi tindakan yang mungkin
dengan kriteria hasil: dilakukan danbermanfaat.
1. Keterampilan/perilaku sesuai Terapeutik: 1. Terapkan strategi
usia meningkat. pemecahan masalah sesuai dengan
2. Kemampuan melakukan tingkat perkembangan dan fungsi
perawatan diri meningkat. kognitif. 2. .Lakukan modifikasi
3. Respon sosial meningkat. perilaku, sesuai kebutuhan.
4. Kontak mata meningkat. 3.Fasilitasi melakukan tindakan yang
bermanfaat 4. Berikan penguatan
positif untuk tindakan yang berhasil di
lakukan. 5. Motivasi memberi
penghargaan pada diri sendiri
Diagnosa keperawatan : Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

2. Defisit Perawatan Diri: Mandi, Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri:
Berpakaian, Makan, Toileting, dan Berhias keperawatan selama 7x BAB/BAK (SIKI 2018, 1.11349,
berhubungan dengan Gangguan kunjungan rumah diharapkan Hal. 37) Observasi: 1.
Neuromuskuler. Perawatan Diri meningkat Identifikasi kebiasaan
dengan kriteria hasil: 1. BAK/BAB sesuai usia. 3.
Kemampuan mandi meningkat. Monitor integritas kulit pasien
2. Kemampuan mengenakan Terapeutik: 1. Suka pakaian
pakaian meningkat. yang diperlukan untuk
3. Kemampuan makan memudahkan eliminasi. 2. 2.
meningkat. Dukung penggunaan
4. Kemampuan ke toilet toilet/commode/pispot/urinal
(BAB/BAK) meningkat. secara konsisten. 3. 3. Jaga
5. Verbalisasi keinginan privasi selama eliminasi 4. 4.
melakukan perawatan diri Ganti pakaian pasien
Edukasi: 1. Anjurkan BAB/BAK
secara rutin. 2. Anjurkan ke
kamar mandi/toilet, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

3. Defisit Pengetahuan Pada Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


Keluarga Tentang Down keperawatan selama 3x Observasi: 1. Identifikasi kesiapan
Syndrome berhubungan dengan kunjungan rumah diharapkan dan kemampuan menerima informasi.
Kurang Terpapar Informasi Tingkat Pengetahuan meningkat 2. 2. Identifikasi faktor- faktor yang
dengan kriteria hasil: dapat meningkatkan dan menurunkan
1. Perilaku sesuai anjuran motivasi perilaku hidup bersih dan
meningkat. sehat. Terapeutik: 1. Sediakan materi
2. Kemampuan menjelaskan dan media pendidikan kesehatan. 2.
pengetahuan tentang suatu topik Jadwalkan pendidikankesehatan
meningkat. sesuai kesepakatan. 2. Berikan
3. . Pertanyaan tentang masalah kesempatan untuk bertanya.
yang dihadapi menurun Edukasi: 1. Jelaskan faktor risiko
4. Persepsi yang keliru terhadap yang dapat mempengaruhi kesehatan.
masalah menurun. 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat. 3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
4. Implementasi

Menurut Murwani dalam Bakri (2020) dalam tindakan keperawatan


keluargaterdapat beberapa komponen yaitu:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga Mendiskusikan
masalahkesehatan dengan keluarga yang akan mendorong kesadaran
keluarga berkaitandengan kesehatan serta informasi tentang kesehatan akan
mudah diterima.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan Perawat
memberikan informasi kepada keluarga sebagai bahan pertimbangan keluarga
untukmemutuskan perawatan yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga Perawat
memotivasi keluarga supaya percaya diri merawat anggota keluarganya yang
sakit, supaya tidak merasa kurang ilmu dan takut dalam merawat keluarga
karena anggotakeluarga yang sakit membutuhkan bantuannya
d. Membantu keluarga mewujudkan lingkungan sehat Perawat menjadi
konsultanbagi keluarga untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat
e. Memotivasi keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
5. Evaluasi

Menurut Bakri (2020) tahapan evaluasi dapat dilakukan dengan formatif


dansumatif. Evaluasi formati yaitu tindakan evaluasi selama proses asuhan
keperawatan. Sedangkan evaluasi sumatif yaitu evaluasi akhir. Untuk
mengevaluasi, akan lebihbaik disusun dengan menggunakan SOAP secara
operasional:
S : Berbagai persoalan yang disampaikan keluarga setelah dilakukan
tindakankeperawata. Misalnya yang tadinya merasa sakit, setelah dilakukan
tindakanmenjadi tidak sakit.
O : Berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat setelah
tindakankeperawatan dilakukan. Misalnya berat badan naik 1 kg dalam1
bulan setelahdilakukan tindakan keperawatan.
A : Analisi dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan terkait
dengan diagnosis.
P : Perencanaan yang direncanakan kembali setelah mendapatkan hasil dari
respons keluarga pada tahapan evaluasi.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai