Kelompok 11 :
5. Asuhan Keperawatan
4. Konsep retasdasi Pada Anak Berkebutuhan
Mental Khusus
1. Konsep Autisme
3. Pola perilaku
Winarno dan Agustinah (2008) mneyatakan, dua alergen utama pada
penderita autis, yaitu : gluten (protein gandum) dan
kasein (protein susu). Gluten adalah protein yang secara alami terdapat
dalam
keluarga wheat seperti tepung terigu, oat, barley. Sedangkan kasein
merupakan
protein yang terdapat dalam susu dan olahannya, seperti : keju dan
yoghurt. Kedua bahan ini pada anak autis dapat memicu masalah
Pemeriksaan Diagnostik
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari tetapi belum ada satu pun
penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua gangguan yang ada. Berbagai virus,
zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar, faktor genetika,
masalah selama kehamilan atau kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan
kerusakan perkembangan otak, berperan penting sebagai faktor penyebab ADHD ini.
Karakterisik ADHD
Menurut DSM IV (dalam Baihaqi & Sugiarman, 2006: *) kriteria ADHD adalah
sebagai berikut :
a. Kurang perhatian
b. Hiperaktivitas Impulsifitas
Beberapa gejala hiperaktifitas impulsifitas atau kurang perhatian yang
menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun
d. Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/situasi
e. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan
f. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia, atau gangguan
psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental
lainnya.
Ciri ADHD
dimana ciri-ciri ini muncul pada masa kanak-kanak awal, bersifat menahun, dan
tidak diakibatkan oleh kelainan fisik yang lain, mental, maupun emosional. Ciri
utama individu dengan gangguan pemusatan perhatian meliputi: gangguan
pemusatan perhatian (inattention), gangguan pengendalian diri (impulsifitas),
dan gangguan dengan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas).
Manifestasi klinis Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit Down
Syndrome pada umumnya kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan
Down Syndrome ini lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak
yang menderita Down Syndrome memiliki penampilan yang khas:
Masalah Kesehatan Penderita Down Syndrome
d. Masalah Neurologi
Penelitian telah mencatat perbedaan anatomi dan fisiologis pada otak individu
normal dan penderita down syndrome. Dua masalah neurologis yang terjadi dengan
meningkatnya prevalensi penyakit down syndrome adalah Alzheimer dan kejang.
Peran Keluarga Pada Penderita Down Syndrome
Dukungan dan penerimaan dari lingkungan keluarga pada seorang dengan down syndrome akan
memberikan kekuatan, kenyamanan dan keamanan serta meningkatkan kepercayaan diri, sehingga mereka
cenderung tidak lagi mengasingkan diri. Dukungan dari kelurga besar dan kedekatan emosional akan
membantu meminimalkan hambatan perkembangan yang dimiliki oleh penderita down syndrome.
A. Pengkajian
2. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang 1. Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak
lain yang berhubungan dengan rawat inap di mungkin rutinitas sepanjang periode perawatan di
rumah sakit RS
2. Lakukan intervensi keperawatan dalam
sesingkat dan sering.
3. Gunakan restrain fisik
4. Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat
untuk menghargai perilaku positif dan
menghukum perilaku yang negatif.
Intervensi :
Diagnosa keperawatan :
1. Anjurkan orang tua untuk
3. Resiko perubahan peran orangtua berhubungan
mengekpresikan perasaan dan
dengan gangguan perilaku dan sikap anak
kekhawatiran mereka
2. Rujuk orang tua ke kelompok
pendukung autisme setempat dan
kesekolah khusus jikadiperlukan
3. Anjurkan orang tua untuk mengikuti
konseling bila ada
Implementasi
.Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan
yang nyatauntuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus
bersifat khusus agar semua perawat dapat menjalankan dengan
baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalamimplementasi
keperawatan perawat langsung melaksanakan atau dapat
mendelegasikankepada perawat lain yang dipercaya
Evaluasi
1. Pengkajian
A. Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang
mengalami Attention DeficytHiperactivity Disorder
(ADHD) antara lain:
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan 1. Berikan pada anak yang membutuhkan
gangguan kepribadian. ketrampilan dan perhatian
2. Kurangi stimulus yang berlebihan
terhadap orang-orang dan lingkungan dan
orang/bebda-benda disekitarnya.
3. Berikan umpan balik yang positif dan
perilaku yang sesuai.
4. Bantu anak untuk mengidentifikasikan
benda-benda disekitarnya seperti,
memberikan permainan-permainan yang
dapat merangsang pusat konsentrasi.
5. Kolaborasi medis dalam pemberian terapi
obat stimulan untuk anak dengan gangguan
pusat konsentrasi.
Diagnosa Keperawatan Intervensi :
3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua 1. Berikan informasi kepada orang tua tentang
berhubungan dengan anak dengan gangguan bagaimana cara mengatasi perilaku anak yang
pemusatan perhatian hiperaktivitas hiperaktif
2. Ajarkan pada orang tua tentang tahapan
penting perkembangan normal dan perilaku
anak.
3. Bantu orang tua dalam
mengimplementasikan program perilaku anak
yang positif.
4. Bantu keluarga dalam membuat perubahan
dalam lingkungan rumah yang dapat
menurunkan perilaku negative anak.
Evaluasi
1. Pengkajian
A. Data Umum
B. Genogram
C. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
D. Data lingkungan
E. Sruktur Keluarga
F. Koping dan stres keluarga
G. Pola kebiasaan sehari-hari
2. Diagnosa Keperawatan
2. Defisit Perawatan Diri: Mandi, Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri:
Berpakaian, Makan, Toileting, dan Berhias keperawatan selama 7x BAB/BAK (SIKI 2018, 1.11349,
berhubungan dengan Gangguan kunjungan rumah diharapkan Hal. 37) Observasi: 1.
Neuromuskuler. Perawatan Diri meningkat Identifikasi kebiasaan
dengan kriteria hasil: 1. BAK/BAB sesuai usia. 3.
Kemampuan mandi meningkat. Monitor integritas kulit pasien
2. Kemampuan mengenakan Terapeutik: 1. Suka pakaian
pakaian meningkat. yang diperlukan untuk
3. Kemampuan makan memudahkan eliminasi. 2. 2.
meningkat. Dukung penggunaan
4. Kemampuan ke toilet toilet/commode/pispot/urinal
(BAB/BAK) meningkat. secara konsisten. 3. 3. Jaga
5. Verbalisasi keinginan privasi selama eliminasi 4. 4.
melakukan perawatan diri Ganti pakaian pasien
Edukasi: 1. Anjurkan BAB/BAK
secara rutin. 2. Anjurkan ke
kamar mandi/toilet, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi