Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 3

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ADHD

Della Anindia Kholifatus Sa’


Kartikasari Diyah
(1130016061) (1130016088)
Pokok Bahasan
Pemeriksaan
Komplikasi
Konsep Anak penunjang
ADHD
ADHD

Penatalaksan
Definisi Pencegahan
aan Medis
ADHD ADHD
ADHD

Epidemiologi Manifestasi Peran


ADHD klinis ADHD orangtua

Penyebab Patofisiologi
ADHD ADHD
Pengertian
Anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18


tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan terdapat dalam Undang-undang
No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak
adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun
dan termasuk anak yang masih didalam
kandungan, yang berarti segala kepentingan
akan pengupayaan perlindungan terhadap
anak sudah dimulai sejak anak tersebut
berada didalam kandungan hingga berusia 18
tahun (Damayanti,2008).
Definisi ADHD
Menurut Permadi, ADHD Menurut Barkley, ADHD
adalah singkatan dari Attention didefinisikan sebagai sebuah
Deficit Hyperactivity Disorder, suatu gangguan di mana respons
kondisi yang pernah dikenal sebagai menjadi terhalang dan
Attention Deficit Disorder (Sulit mengalami disfungsi pelaksana
memusatkan perhatian), Minimal yang mengarah pada
Brain Disorder (Ketidak beresan kurangnya pengaturan diri,
kecil di otak), Minimal Brain lemahnya kemampuan untuk
Damage (Kerusakan kecil pada mengatur perilaku untuk
otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak tujuan sekarang dan masa
bergerak/aktif), dan Hyperactive depan, serta sulit beradaptasi
(Hiperaktif). Ada kira-kira 3-5% anak secara sosial dan perilaku
usia sekolah menderita ADHD. dengan tuntutan lingkungan.
Penyebab ADHD
Menurut Dr. Dwidjo Saputro, SpKJ(K) Menurut Schaefer, penyebabnya adalah
tahun 2009, etiologi dari ADHD sebagai gangguan diotak bagian depan yang disebut
berikut : Lobus Frontalis dan sekitarnya, yang mengontrol
Gangguan perilaku pada anak proses berpikir dan yang mempengaruhi perilaku
adalah akibat dari interaksi antara faktor anak. Di duga terjadi kelainan strukturan dan
alami (nature), yaitu faktor bawaan dan kemunkinan juga ada masalah dengan biokimia
lingkungan (nurture). Faktor alami di otak mereka. Dengan pemeriksaan tertentu
meliputi faktor genetik, gangguan biologik (PET, SPECT, dan MRI), di dapatkan
yang telah diperoleh sejak saat anak dalam hipometabolisme dan hipoperfusi pada anterior
kandungan dan pada waktu lahir. Faktor kiri lobus frontalis dan nucleus caudtus. Faktor
lingkungan adalah pengalaman genetika juga di duga berpengaruh kuat karena
psikoedukatif dan psikososial yang 90% dari saudara kembar anak ADHD juga
diperoleh setelah anak lahir, yang meliputi menyandang kelainan yang sama. Juga di
pola asuh, pendidikan, nutrisi, kondisi dapatkan beberapa faktor pemicu seperti BBLR,
lingkungan, teman sebaya, nilai sosial dan gangguan pernapasan bayi waktu lahir,
budaya. keracunan dalam rahim dan trauma kepala. Juga
di duga akibat timah hitam yang banyak dijumpai
di lautan.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti
dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya
(autisme), beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD
adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan,
perkembangan otak saat perinatal, tingkat kecerdasan (IQ), terjadi
disfungsi metabolisme, hormonal, lingkungan fisik dan sosisal
sekitar, asupan gizi, dan orang-orang di lingkungan sekitar termasuk
keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan
antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor
genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga
penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya
satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita
ADHD memiliki resiko hingga 2-8 kali terdapat gangguan ADHD.
LANJUTAN

Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit


neuron diotak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan
neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan kontrol aktivitas
diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD :
kurangnya deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi,
genetik, keracunan obat dan alkohol, perokok dan stress
psikogenik), gangguan pada masa persalinan (prematur, posmatur,
hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan). (Dr. Dwijo,
2009)
Manifestasi Klinis

Gejala inti dari ADHD yaitu:


• Inatensi (gangguan pemusatan
perhatian)
• Hiperaktif (gangguan dengan
aktivitas yang berlebihan)
• Impulsivitas (gangguan
pengendalian diri)
Menurut Videbeck (2008) tanda dan gejala yang dapat ditemukan
pada anak dengan ADHD antara lain :
• Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
menggeliat-geliat
• Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
• Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu
permainan atau keadaan di dalam suatu kelompok
• Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari
orang lain
• Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai
ke kegiatan lainnya
• Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
• Sering berbicara secara berlebihan
• Sering menyela atau mengganggu orang lain
Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan
• Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi
nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek
obat lengkap dalam 2 hari.
• Dekstroamfetamin (dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau
adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan,
efek obat lengkap dalam 2 hari.
• Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantau
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk
mencapai efek obat yang lengkap.
2. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan
orangtua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain:
• Terapi medis : mengendalikan simptom-simptom ADHD disekolah dan di
rumah.
• Pelatihan manajemen orangtua : mengendalikan perilaku anak yang
merusak dirumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri.
• Intervensi pendidikan : mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial
dan regulasi diri.
• Merencanakan program-program bulanan : melakukan penyesuaian di
rumah dan keberhasilan ke depan disekolah dengan mengombinasikan
perlakuan tambahan dan pokok dalam program terapi.
• Melakukan konseling keluarga : coping terhadap stres keluarga dan individu
yang berkaitan dengan ADHD, ternasuk kekacauan hati dan permasalahan
suami istri.
• Melakukan konseling individu : memberi dukungan di mana anak dapat
membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya.
Masalah yang sering dialami oleh anak ADHD

Kesulitan dalam
bidang sosial Masalah
emosional
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, 2007 pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
anak dengan ADHD antara lain :
• Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah
• Tes neurologist (misalnya EEG, CT Scan) menentukan adanya gangguan otak
organic
• Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu
belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa.
• Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP).
• Pemeriksaan darah : Ditemukan toksin dalam darah penderita ADHD.
Selain itu lakukan skrinning DDTK pada anak pra sekolah dengan
ADHD. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur
36 bulan ke atas. Jadwal deteksi dini GGPH pada anak prasekolah dilakukan
atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU,
pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau
lebih keadaan di bawah ini :
• Anak tidak bisa duduk tenang
• Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
• Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners
Ratting Scale) yaitu formulir yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan
kepada orangtua/pengasuh anak/guru TK dan pertanyaan yang perlu
pengamatan pemeriksa.
Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
• Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH.
Jelaskan kepada orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu
atau takut menjawab.
• Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan
pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.
• Keadaan yang dinyatakan/diamati ada pada anak dimanapun
anak berada, misal ketika dirumah, sekolah, pasar, toko, dll.
Setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.
• Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan
telah dijawab.
FORMULIR DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN
PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)
(Abbreviated Conners Ratting Scale)
Kegiatan Yang Diamati 0 1 2 3
1. Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebihan
2. Mudah menjadi gembira, impulsive
3. Mengganggu anak-anak lain
4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang perhatian
pendek
5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus-menerus

6. Kurang perhatian, mudah teralihkan


7. Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustasi

8. Sering dan mudah menangis


9. Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastic

10. Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga

Jumlah :
Nilai total :
Interpretasi :

Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak

Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan


pada anak

Niali 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak

Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak. Beri


nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
Komplikasi
Diagnosis sekunder-
gangguan konduksi,
depresi dan penyakit Pencapaian
ansietas. akademik kurang,
gagal disekolah, sulit
Percaya diri rendah
membaca dan
dan penolakan
mengerjakan
teman-teman sebaya
aritmatika (sering
(perilakunya kali akibat
membuat anak-anak
abnormalitas
lainnya marah).
konsentrasi)

Hubungan dengan
teman sebaya buruk
Resiko kecelakaan (seringkali perilaku
(karena impulsifitas) agresif dan kata-
kata yang
diungkapkan).
IQ rendah / kesulitan
belajar (anak tidak
duduk tenang dan
belajar)
Pencegahan

Skrinning DDTK pada ADHD

Perawatan saat hamil (hindari obat-


obatan dan alkoholic) untuk orang tua

Asupan nutrisi yang seimbang

Berikan rutinitas yang terstruktur


(membantu anak untuk mematuhi
jadwal yang teratur).
Manajemen perilaku (dapat
mendorong anak untuk fokus pada
apa yang mereka lakukan).
Peran Orang Tua
Sedini mungkin membiasakan anaknya untuk hidup dalam suatu aturan.
Dengan menerapkan peraturan secara konsisten, anak dapat belajar
untuk mengendalikan emosinya.

Sedini mungkin memberikan kepercayaan dan tanggungjawab


terhadap apa yang seharusnya dapat dilakukan anak.

Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orang tua tak
akan memberikan tekanan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan
penolakan anak untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

Upayakan untuk menyediakan ruang belajar yang jauh dari gangguan


televisi, mainan atau kebisingan.

Sedini mungkin melakukan monitoring dan evaluasi secara


berkelanjutan, dan konsistensi terhadap terapi yang sedang dijalankan
oleh anak anda.
ASUHAN KEPERAWATAN ADHD
Riwayat
Riwayat
tumbuh
imunisasi
kembang

Riwayat
Identitas Activity daily
Pengkajian psiko, sosio,
Klien living (ADL)
dan spiritual

Penampilan
Riwayat
Keluhan umum dan
penyakit
Utama perilaku
keluarga
motorik

Riwayat Riwayat
penyakit penyakit
sekarang sebelumnya
Diagnosa
Menurut Videbeck (2008) diagnosa keperawatan yang dapat
dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain :
1. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku
impulsive
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak
adekuatnya tingkat kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk
melakukan koping.
3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
4. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri
dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber
informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.
KASUS
Anak D seorang anak laki-laik usia 7 tahun datang ke rumah sakit bersama ibunya
dengan keluhan tidak mampu untuk diam sejenak dengan tenang dikursi belajarnya
untuk beberapa menit (paling lama hanya lima menit). Energi anak saya seperti tiada
habisnya. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, berlarian ke sana-kemari dan
sering mengganggu teman-temannya. Anak D lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada
pekerjaan sekolahnya, saat di sekolah An. D terlihat bermain-main pada saat pelajaran
sedang berlangsung, dan anak D susah untuk diam dan sulit untuk berkonsentrasi
mengikuti pembelajaran. Ibunya mengakui bahwa anak D berganti-ganti aktivitas dan
tidak pernah sampai selesai. Dirumah anak D adalah anak yang sulit diatur. Rumahnya
menjadi berantakan karena ia sering melakukan aktivitas memprakasai untuk
mencoba-coba membongkar dan memasang benda-benda yang ada disekitarnya tanpa
di selesaikan dengan baik. Sering kali ia membanting dan melempar benda-benda yang
ada disekitar ruangannya. Kondisi seperti ini mempengaruhi prestasinya di sekolah.
Anak D juga mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan PR yang susah dan dia
bilang tidak pernah mendapatkan nilai bagus dan selalu mendapat nilai merah dan ia
merasa tidak berguna. Anak D seringkali sulit dikontrol. Dari pemeriksaan ditemukan
banyak luka atau parut bekas terjatuh, konsentrasi buruk.
Laporan resume day care poli tumbuh kembang anak
dan remaja
Identitas
Nama : An. D
Umur : 7 Tahun
TTL : Surabaya, 01-01-2011
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Ketintang
Pendidikan : SLTP
Nama Ayah/ibu : Andik
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Keluhan Utama Dengan teman sebaya
Tidak mampu untuk diam sejenak dengan Disekolah ataupun dirumah An. D tidak banyak
tenang dikursi belajarnya untuk beberapa memiliki banyak teman karena teman-teman
menit (paling lama hanya lima menit), sangat An. D tidak menyukainya, karena setiap
bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, berlarian ke bermain dengan anak D teman-teman nya
sana-kemari dan sering mengganggu teman- selalu diganggu dan anak D tidak bisa diam dan
temannya. meraka beranggapan bahwa An. D musuh
Riwayat Sakit besar atau troublemaker yang selalu membuat
An. D adalah anak yang sulit berkonsentrasi, kesal atau menyulut kemarahan banyak orang.
suka berlarian kesana-kemari dan tidak bisa Dengan lingkungan
diam dengan tenang sejenak. Di sekolah An. D Di dalam lingkungan An. D adalah anak periang
malas mengerjakan PR yang susah dan dia yang suka bermain dan suka mengganggu
bilang tidak pernah mendapatkan nilai bagus teman-temannya. saat di sekolah An. D terlihat
dan selalu mendapat nilai merah. bermain-main pada saat pelajaran sedang
Hubungan Sosial berlangsung, dan anak D susah untuk diam dan
Dalam keluarga (dengan orang tua dan sulit untuk berkonsentrasi mengikuti
saudara) pembelajaran.
An. D adalah anak tunggal, di dalam keluarga
An. D adalah anak yang sulit diatur dan suka
memberantakan barang dirumah, terkadang
anak D juga anak yang pemarah suka
membanting dan melempar benda-benda yang
ada disekitar ruangannya.
Riwayat perkembangan Perkembangan psikososial
Kehamilan Anak D adalah anak periang dan bisa berinteraksi
Pada saat hamil usia cukup bulan, dan tidak ada dengan orang sekitar.
masalah asupan obat-obatan selama kehamilan. Pola Asuh Orang Tua
Persalinan Anak D diasuh oleh kedua orang tuanya, ibu An. D
Pasien lahir cukup bulan dengan normal, berat sangat sayang kepada An. D, ibu nya selalu
badan saat lahir normal yaitu 2600 gram. mengasuh dengan sabar, dan penuh dengan
Perkembangan fisik perhatian, ketika dirumah An. D selalu dipantau
oleh kedua orang tuanya.
Perkembangan pasien baik hingga usia 4 tahun ,
sampai usia 4 tahun pasien sulit untuk bicara. Riwayat Alergi
Perkembangan emosi An. D tidak memiliki alergi
Perkembangan emosi pasien sangat labil, kadang
senang berlebihan dan kadang anak D suka
marah-marah sendiri, dan tertawa sendiri, tetapi
An. D seringkali merasa frustasi dan terlihat tidak
bahagia karena anak D seringkali mengalami
kegagalan.
Terapi Terapi wicara
Farmakoterapi Melakukan terapi bernyanyi untuk menstimulus
1. Metilfenidat (Ritalin) daya ingat dan mempercepat anak dalam berpikir,
Dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi. contohnya dengan memberikan lagu tentang
warna dan hewan.
2. Dekstroamfetamin (dexedrine) amfetamin Terapi okupasi
(Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Latihan berkomunikasi dengan tatap muka,
bermain puzzle, dan latihan menggunakan bola
3. Pemolin (Cylert) fisio (fisio ball) dapat merangsang anak untuk bisa
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. bermain dengan permukaan yang bertekstur.
Remedial teaching
Diet khusus Terapi dengan menggunakan membaca buku
1. Tinggi Protein disertai gambar untuk tahap baca permulaan, lalu
Membantu anak dalam berkonsentrasi. Selain itu melihatkan video cerita yang menarik untuk anak.
juga membuat kerja obat ADHD lebih lama.
2. Menambahkan karbohidrat komplek
Day Care
Terapi perilaku
Melakukan pendekatan dengan mencoba
mengajak bermain puzzle atau menyusun, namun
anak D terlihat mudah sekali bosan karena
permainan ini melibatkan aspek kognitifnya.
Hasil Observasi Perilaku
Sebelum terapi
Anak D terlihat suka mondar-mandir, suka marah-marah, dan anak D juga suka
berganti-ganti mainan.
Saat terapi
Anak D kurang kooperatif dan mau mendengarkan perawat, tetapi setelah perawat
mengajak bermain dengan puzzle atau menyusun anak d terlihat sekali bosan. Saat
perawat memberikan kuis pada anak D bila anak D bisa menjawab akan diberi
hadiah anak D merasa sangat antusias dan mengikuti apa yang diminta oleh
perawat.
Setelah terapi
Setelah terapi anak D merasa senang karena mendapat hadiah dari perawat dan
selama diterapi anak D sudah bisa duduk dengan tenang tanpa mondar-mandir
kesana kemari.
Kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal
Anak D mampu berkomunikasi verbal dengan menjawab pertanyaan dari perawat
tetapi kata-kata yang digunakan kurang jelas, anak D juga mampu berkomunikasi
nonverbal dengan menunjukan benda yang dipilih perawat
ANALISA DATA
No Analisa Data Diagnosa Etiologi
Keperawatan
1 DS : anak D mengatakan bahwa dia tidak pernah mendapatkan Harga diri rendah koping individu tidak efektif
nilai bagus dan selalu mendapat nilai merah dan anak d merasa situasional
tidak berguna.
2 DS : orang tua mengatakan anak D suka berganti-ganti aktivitas Ketidakefektifan tidak adekuatnya tingkat
dan tidak pernah sampai selesai. koping kepercayaan diri terhadap
kemampuan untuk melakukan
koping.
3 DS : orang tua mengatakan bahwa anak tidak kenal lelah, tidak Resiko cidera hiperaktivitas dan perilaku
mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas, sering berlari dan impulsive
mengganggu anak-anak di sekitarnya.
DO : Dari pemeriksaan ditemukan banyak luka atau parut bekas
terjatuh, konsentrasi buruk.
Diagnosa Keperawatan
1. Harga Diri Rendah situasional berhubungan dengan koping
individu tidak efektif
2. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan tidak
adekuatnya tingkat kepercayaan diri terhadap kemampuan
untuk melakukan koping.
3. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan
perilaku impulsive

Anda mungkin juga menyukai