Penatalaksan
Definisi Pencegahan
aan Medis
ADHD ADHD
ADHD
Penyebab Patofisiologi
ADHD ADHD
Pengertian
Anak
Kesulitan dalam
bidang sosial Masalah
emosional
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, 2007 pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
anak dengan ADHD antara lain :
• Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah
• Tes neurologist (misalnya EEG, CT Scan) menentukan adanya gangguan otak
organic
• Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu
belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa.
• Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP).
• Pemeriksaan darah : Ditemukan toksin dalam darah penderita ADHD.
Selain itu lakukan skrinning DDTK pada anak pra sekolah dengan
ADHD. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur
36 bulan ke atas. Jadwal deteksi dini GGPH pada anak prasekolah dilakukan
atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU,
pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau
lebih keadaan di bawah ini :
• Anak tidak bisa duduk tenang
• Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
• Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners
Ratting Scale) yaitu formulir yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan
kepada orangtua/pengasuh anak/guru TK dan pertanyaan yang perlu
pengamatan pemeriksa.
Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
• Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH.
Jelaskan kepada orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu
atau takut menjawab.
• Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan
pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.
• Keadaan yang dinyatakan/diamati ada pada anak dimanapun
anak berada, misal ketika dirumah, sekolah, pasar, toko, dll.
Setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.
• Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan
telah dijawab.
FORMULIR DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN
PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)
(Abbreviated Conners Ratting Scale)
Kegiatan Yang Diamati 0 1 2 3
1. Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebihan
2. Mudah menjadi gembira, impulsive
3. Mengganggu anak-anak lain
4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang perhatian
pendek
5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus-menerus
Jumlah :
Nilai total :
Interpretasi :
Hubungan dengan
teman sebaya buruk
Resiko kecelakaan (seringkali perilaku
(karena impulsifitas) agresif dan kata-
kata yang
diungkapkan).
IQ rendah / kesulitan
belajar (anak tidak
duduk tenang dan
belajar)
Pencegahan
Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orang tua tak
akan memberikan tekanan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan
penolakan anak untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.
Riwayat
Identitas Activity daily
Pengkajian psiko, sosio,
Klien living (ADL)
dan spiritual
Penampilan
Riwayat
Keluhan umum dan
penyakit
Utama perilaku
keluarga
motorik
Riwayat Riwayat
penyakit penyakit
sekarang sebelumnya
Diagnosa
Menurut Videbeck (2008) diagnosa keperawatan yang dapat
dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain :
1. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku
impulsive
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak
adekuatnya tingkat kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk
melakukan koping.
3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
4. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri
dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber
informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.
KASUS
Anak D seorang anak laki-laik usia 7 tahun datang ke rumah sakit bersama ibunya
dengan keluhan tidak mampu untuk diam sejenak dengan tenang dikursi belajarnya
untuk beberapa menit (paling lama hanya lima menit). Energi anak saya seperti tiada
habisnya. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, berlarian ke sana-kemari dan
sering mengganggu teman-temannya. Anak D lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada
pekerjaan sekolahnya, saat di sekolah An. D terlihat bermain-main pada saat pelajaran
sedang berlangsung, dan anak D susah untuk diam dan sulit untuk berkonsentrasi
mengikuti pembelajaran. Ibunya mengakui bahwa anak D berganti-ganti aktivitas dan
tidak pernah sampai selesai. Dirumah anak D adalah anak yang sulit diatur. Rumahnya
menjadi berantakan karena ia sering melakukan aktivitas memprakasai untuk
mencoba-coba membongkar dan memasang benda-benda yang ada disekitarnya tanpa
di selesaikan dengan baik. Sering kali ia membanting dan melempar benda-benda yang
ada disekitar ruangannya. Kondisi seperti ini mempengaruhi prestasinya di sekolah.
Anak D juga mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan PR yang susah dan dia
bilang tidak pernah mendapatkan nilai bagus dan selalu mendapat nilai merah dan ia
merasa tidak berguna. Anak D seringkali sulit dikontrol. Dari pemeriksaan ditemukan
banyak luka atau parut bekas terjatuh, konsentrasi buruk.
Laporan resume day care poli tumbuh kembang anak
dan remaja
Identitas
Nama : An. D
Umur : 7 Tahun
TTL : Surabaya, 01-01-2011
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Ketintang
Pendidikan : SLTP
Nama Ayah/ibu : Andik
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Keluhan Utama Dengan teman sebaya
Tidak mampu untuk diam sejenak dengan Disekolah ataupun dirumah An. D tidak banyak
tenang dikursi belajarnya untuk beberapa memiliki banyak teman karena teman-teman
menit (paling lama hanya lima menit), sangat An. D tidak menyukainya, karena setiap
bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, berlarian ke bermain dengan anak D teman-teman nya
sana-kemari dan sering mengganggu teman- selalu diganggu dan anak D tidak bisa diam dan
temannya. meraka beranggapan bahwa An. D musuh
Riwayat Sakit besar atau troublemaker yang selalu membuat
An. D adalah anak yang sulit berkonsentrasi, kesal atau menyulut kemarahan banyak orang.
suka berlarian kesana-kemari dan tidak bisa Dengan lingkungan
diam dengan tenang sejenak. Di sekolah An. D Di dalam lingkungan An. D adalah anak periang
malas mengerjakan PR yang susah dan dia yang suka bermain dan suka mengganggu
bilang tidak pernah mendapatkan nilai bagus teman-temannya. saat di sekolah An. D terlihat
dan selalu mendapat nilai merah. bermain-main pada saat pelajaran sedang
Hubungan Sosial berlangsung, dan anak D susah untuk diam dan
Dalam keluarga (dengan orang tua dan sulit untuk berkonsentrasi mengikuti
saudara) pembelajaran.
An. D adalah anak tunggal, di dalam keluarga
An. D adalah anak yang sulit diatur dan suka
memberantakan barang dirumah, terkadang
anak D juga anak yang pemarah suka
membanting dan melempar benda-benda yang
ada disekitar ruangannya.
Riwayat perkembangan Perkembangan psikososial
Kehamilan Anak D adalah anak periang dan bisa berinteraksi
Pada saat hamil usia cukup bulan, dan tidak ada dengan orang sekitar.
masalah asupan obat-obatan selama kehamilan. Pola Asuh Orang Tua
Persalinan Anak D diasuh oleh kedua orang tuanya, ibu An. D
Pasien lahir cukup bulan dengan normal, berat sangat sayang kepada An. D, ibu nya selalu
badan saat lahir normal yaitu 2600 gram. mengasuh dengan sabar, dan penuh dengan
Perkembangan fisik perhatian, ketika dirumah An. D selalu dipantau
oleh kedua orang tuanya.
Perkembangan pasien baik hingga usia 4 tahun ,
sampai usia 4 tahun pasien sulit untuk bicara. Riwayat Alergi
Perkembangan emosi An. D tidak memiliki alergi
Perkembangan emosi pasien sangat labil, kadang
senang berlebihan dan kadang anak D suka
marah-marah sendiri, dan tertawa sendiri, tetapi
An. D seringkali merasa frustasi dan terlihat tidak
bahagia karena anak D seringkali mengalami
kegagalan.
Terapi Terapi wicara
Farmakoterapi Melakukan terapi bernyanyi untuk menstimulus
1. Metilfenidat (Ritalin) daya ingat dan mempercepat anak dalam berpikir,
Dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi. contohnya dengan memberikan lagu tentang
warna dan hewan.
2. Dekstroamfetamin (dexedrine) amfetamin Terapi okupasi
(Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Latihan berkomunikasi dengan tatap muka,
bermain puzzle, dan latihan menggunakan bola
3. Pemolin (Cylert) fisio (fisio ball) dapat merangsang anak untuk bisa
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. bermain dengan permukaan yang bertekstur.
Remedial teaching
Diet khusus Terapi dengan menggunakan membaca buku
1. Tinggi Protein disertai gambar untuk tahap baca permulaan, lalu
Membantu anak dalam berkonsentrasi. Selain itu melihatkan video cerita yang menarik untuk anak.
juga membuat kerja obat ADHD lebih lama.
2. Menambahkan karbohidrat komplek
Day Care
Terapi perilaku
Melakukan pendekatan dengan mencoba
mengajak bermain puzzle atau menyusun, namun
anak D terlihat mudah sekali bosan karena
permainan ini melibatkan aspek kognitifnya.
Hasil Observasi Perilaku
Sebelum terapi
Anak D terlihat suka mondar-mandir, suka marah-marah, dan anak D juga suka
berganti-ganti mainan.
Saat terapi
Anak D kurang kooperatif dan mau mendengarkan perawat, tetapi setelah perawat
mengajak bermain dengan puzzle atau menyusun anak d terlihat sekali bosan. Saat
perawat memberikan kuis pada anak D bila anak D bisa menjawab akan diberi
hadiah anak D merasa sangat antusias dan mengikuti apa yang diminta oleh
perawat.
Setelah terapi
Setelah terapi anak D merasa senang karena mendapat hadiah dari perawat dan
selama diterapi anak D sudah bisa duduk dengan tenang tanpa mondar-mandir
kesana kemari.
Kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal
Anak D mampu berkomunikasi verbal dengan menjawab pertanyaan dari perawat
tetapi kata-kata yang digunakan kurang jelas, anak D juga mampu berkomunikasi
nonverbal dengan menunjukan benda yang dipilih perawat
ANALISA DATA
No Analisa Data Diagnosa Etiologi
Keperawatan
1 DS : anak D mengatakan bahwa dia tidak pernah mendapatkan Harga diri rendah koping individu tidak efektif
nilai bagus dan selalu mendapat nilai merah dan anak d merasa situasional
tidak berguna.
2 DS : orang tua mengatakan anak D suka berganti-ganti aktivitas Ketidakefektifan tidak adekuatnya tingkat
dan tidak pernah sampai selesai. koping kepercayaan diri terhadap
kemampuan untuk melakukan
koping.
3 DS : orang tua mengatakan bahwa anak tidak kenal lelah, tidak Resiko cidera hiperaktivitas dan perilaku
mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas, sering berlari dan impulsive
mengganggu anak-anak di sekitarnya.
DO : Dari pemeriksaan ditemukan banyak luka atau parut bekas
terjatuh, konsentrasi buruk.
Diagnosa Keperawatan
1. Harga Diri Rendah situasional berhubungan dengan koping
individu tidak efektif
2. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan tidak
adekuatnya tingkat kepercayaan diri terhadap kemampuan
untuk melakukan koping.
3. Resiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan
perilaku impulsive