Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAH

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

NAMA MAHASISWA : Novalin C Wakim

NPM : 214291517022

A. Definisi Gastroenteritis Akut (GEA)

Gastroenteritis akut adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes, 2016).

Gastroenteritis (GEA)  atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya


frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lender.

B. Tanda dan Gejala

Secara umum, tanda dan gejala gastroenteritis meliputi:

 Diare
 Kram perut
 Nyeri perut
 Mual
 Muntah
 Nyeri otot
 Sakit kepala
 Demam ringan
Tanda dan gejala penyakit yang menyebabkan gangguan pencernaan ini, biasanya
muncul 1-3 hari setelah seseorang terinfeksi.
C. Etiologi

Penyebab utama gastroenteritis adalah infeksi virus. Ada dua virus yang bisa menjadi
penyebab utama gastroenteritis yaitu norovirus, rotavirus, calicivirus, astrovirus, dan
adenovirus.Selain itu, juga bisa disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini:

 Bakteri, seperti bakteri Campylobacter.


 Parasit, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan Cryptosporidium.
 Bahan kimia, seperti keracunan timbal
 Obat, obat tertentu (seperti antibiotik)
 Seseorang bisa terserang virus penyebab gastroenteritis saat:

 Kontak langsung dengan penderita gastroenteritis, misalnya saat penderita


menghembuskan partikel kecil muntah
 Menyentuh permukaan atau benda yang terkontaminasi virus
 Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Hal ini dapat terjadi jika orang yang
terinfeksi tidak mencuci tangan sebelum memegang makanan, atau mengonsumsi
makanan yang telah bersentuhan dengan permukaan atau benda yang
terkontaminasi
 Keracunan makanan karena mengonsumsi makanan yang tidak disimpan dan
dimasak pada suhu yang tepat
D. Patofisiologi

Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa
lambung, meliputi : (1) kerusakan mukosa barrier yang menyebabkan difusi balik ion
H+meningkat; (2) perfusi mukosa lambung yang terganggu; dan (3) jumlah asam
lambung yang tinggi (Wehbi, 2009 dalam Muttaqin dan Kumala 2011).

Faktor- faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri, contohnya, stress fisik akan
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbuk daerah-daerah infark
kecil; selain itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada pasien strees
fisik biasanya tidak terganggu (Muttaqin & Kumala, 2009).
E. Penatalaksanaan

Sebagian besar penyakit diare pad anak disebabkan oleh infeksi. Pada sebagian kasus,
tidak perlu melakukan identifikasi terhadap organisme penyebab karena proses penyakit
dan pengobatan serupa apapun penyebabnya. Terapi utama adalah rehidrasi dan
pemeliharaan hidrasi sampai diare mereda serta menghindari malnutrisi akibat
kekurangan asupan nutrisi. Pada neonatus dengan diare diperlukan (pikiran terbuka)
mengenai kemungkinan kausa noninfeksi dan diagnosis penyakit diare kongenital,
termasuk gangguan malabsorpsi primer, kelainan transfortasi dan defek di struktur
membran brush border, harus dipertimbangkan.
(1). Rehidrasi Oral
Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterima diseluruh dunia
karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk penyakit diare.
Larutan rehidrasi oral efektif dalam mengobati anak apa pun penyebab diare atau
beberapa punkadar natrium serum anak saat awitan terapi. Larutan rehidrasi oral
yang optimal harus dapat menggantikan air, natrium, kalium dan bikarbonat dan
larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik.
Penambahan glukosa kedalam larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan
memanfaatkan kontransportasi natrium yang digabungkan dengan glukosa yang
maksimal nilai konsentrasi glukosa tidak lebih dari pada 110-140mmol/L (2,0-2,5
g/L).
(2). Asi ekslusif
(3). Obat antidiare

F. Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).


2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa.
6. Kejang yang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik
G. Masalah Keperawatan

1. Hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

H. Intervensi

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


(SLKI) (SIKI)
1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolomik
keperawatan 3x8jam diharapkan Obeservasi:
Status Cairan membaik dengan - Periksa tanda dan gejala hipovolemik
kriteria hasil: (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi
1. Kekuatan nadi meningkat teraba lemah, TD menurun, haus, lemah
2. Turgor kulit meningkat dl).
3. Berat badan meningkat - Monitor intake dan ouput cairan
4. Keluhan haus menurun Terapeutik:
5. Membrane mukosa membaik - Hitung kebutuhan cairan
6. Intake cairan membaik - Berikan asupan cairan oral
Edukasi:
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis, NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis, glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
Setelah dilakukan asuhan Pemenataun Elektrolit
keperawatan 3x8jam diharapkan Observasi:
Keseimbangan Elektrolit meningkat - Identifikasi kemungkinan penyebab
dengan kriteria hasil: ketidakseimbangan elektrolit
1. Serum natrium meningkat - Monitor kadar elektrolit serum
2. Serum kalium meningkat - Monitor mual, muntah dan diare
3. Serum klorida meningkat - Monitor kehilangan cairan, jika perlu
4. Serum kalsium meningkat Terapeutik:
5. Serum magnesium meningkat - Atur interval waktu pemantauan sesuai
6. Serum fosfor meningkat dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasi hasil pemantauan, jika perlu
Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
keperawatan 3x8jam diharapkan Observasi:
Status Nutrisi membaik dengan - Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil: - Monitor asupan makanan
1. Pengetahuan tentang pilihan - Monitor BB
makanan yang sehat Terapeutik:
meningkat - Berikan makan tinggi kalori dan
2. Pengetahuan tentang pilihan tinggi protein
minuman yang sehat - Berikan suplemen makanan, jika perlu
meningkat Edukasi:
3. Pengetahuan tentang standar
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
asupan nutrisi yang tepat
Kolaborasi:
meningkat
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
4. Diare menurun
menentukan jumlah kalori dan jenis
5. Nafsu makan membaik
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Aquila T, Susilaningsih Z. E (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK GASTRO


ENTENTERITIS AKUT (GEA) DENGAN KECEMASAN HOSPITALISASI
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN, Universitas Kusuma
Husada Surakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/396/1/Selesai.pdf

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta DPP
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta DPP
PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai