A. KONSEP DASAR
1. Definisi
darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner &
Sudarth 2002).
kerusakan (nekrosis) dalam region jantung yang mengalami penurunan suplai darah
adekuat karena terjadi sumbatan pada arteri coroner sehingga aliran darah keotot
jantung tidak cukup akan menyebabkan otot jantung mengalami kematian (Margareth,
2012).
Infark miocard akut (IMA) merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang
menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah
terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh
darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran
darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot
IMA diklasifikasikan berdasarkan EKG 12 lead dalam dua kategori, yaitu ST-
elevation infark miocard (STEMI) dan non ST-elevation infark miocard (NSTEMI).
STEMI merupakan oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark
yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan adanya
elevasi segmen ST pada EKG. Sedangkan NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari
arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak ada
Infark miokard adalah suatu keadaan ketika secara tiba tiba pembatasan atau
Pemutusan aliran darah ke jantung yang menyebabkan kematian jaringan pada otot
lama yang mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan otot miokardium tiba- tiba
(Aspiani, 2015).
gelombang ST diagnostic pada EKG, dan angina tidak stabil. Miokardium infark yang
juga dikenal sebagai serangan jantung, thrombosis koroner, atau sumbatan koroner,
merupakan sumbatan yang tiba-tiba pada salah satu arteri koroner. Jika sumbatan
terjadi pada area yang kecil, nekrosis jaringan parut dan selanjutnya pembentukan
Infark miokard akut terjadi jika suplai oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan
dan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian sel-sel jantung
tersebut.
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
pembuluh darah dapat juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
b. Faktor sirkulasi
tubuh hingga kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari
jantung.
c. Faktor darah
Jika daya angkut berkurang maka sebagus apapun pembuluh darah dan
polisitemia.
emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertrofi miokard dapat memicu
terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus disuplai oksigen,
sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektif.
3) Faktor lainnya
serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner
dari beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati. Plak aterosklerotik
melekat, fibrin mulai menumpuk dan sel-sel darah terjaring dan menyumbat
( pada plak aterosklerotik) dan mengalir kecabang arteria koronaria yang lebih
aliran darah yang diperlukan. Bila ini terjadi maka hasil kerja otot jantung
kerusakan jaringan infark. Jika lebih dari separuh jaringan jantung yang
mampu memompa dengan baik sehingga terjadi gagal jantung atau syok.
menurun ( karna jantung yang lebih besar akan berdenyut lebih kuat). Jantung
Penyebab lain dari serangan jantung adalah suatu berkuan dari bagian jantungnya
sendiri. Terkadang embolus terbentuk didalam jantung lalu pecah dan tersangkut
di arteri koroner. Spasme pada arteri koroner menyebabkan aliran darah berhenti.
Spasme ini dapat disebabkan oleh obat (seperti kokain) atau merokok, tetapi
5) Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya infark miokard akut dibagi menjadi dua golongan, yaitu
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor resiko yang tidak dapat diubah.
hiperkolesterolemia, dan pada pola makan (diit tinggi lemak dan tinggi
kalori)
Faktor resiko ini meliputi hereditas/keturunan, usia lebih dari 40 tahun, ras
(insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam), wanita post menopause, dan
secara umum pria lebih sering mengalami penyakit infark miokard
(Aspiani,2015).
3. Patofisiologi
Infark miokard akut sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih
faktor resiko seperti obesitas, merokok, hipertensi dan lain lain. Faktor ini disertai
pembuluh darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid
yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata
yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila rupture dapat
terjadi trombus.
berkurang yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam laktat yang meningkatkan
berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel
Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak lagi
dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim dari intrasel ke
pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot jantung
yang mengalami infark tampak memar dan sianotik karena darah didaerah sel tersebut
terhenti dalam jangka waktu 24 jam timbul edema sel dan terjadi respons peradangan
penurunan stroke volume, pengurangan ejeksi , peningkatan volume akhir sistolik dan
kegagalan jantung dalam memompa darah (dekompensasi kordis). Ketika darah tidak
lagi dipompa, suplai darah, dan oksigen sistemik menjadi tidak adekuat sehingga
menimbulkan gejala kelelahan. Selain itu dapat terjadi akumulasi cairan di paru
karena manisfestasi nyeri dada seperti angina tapi lebih hebat. Serangan tersebut
terjadi ketika klien dalam keadaan istirahat, sering terjadi di dini hari. Paling nyata
dirasakan didaerah subternal kemudian menjalar kedua lengan, kerongkong atau dagu
atau abdomen sebelah atas (sering kali mirip dengan kolik kolelitiatis, kolelitiasis
akut, ulkus peptikum akut, atau pankreatitis akut). Mual dan muntah sering kali
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dirasakan pada pasien stemi (Black & Hawks, 2014) adalah:
a. Nyeri
Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-
menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah dan
tertahankan lagi.
Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu
Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan
Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening
b. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
katekolamin
c. Tekanan darah dan denyut nadi pada mulanya meninggi sebagai akibat aktivasi
system saraf simpatik. Jika curah jantung berkurang, tekanan darah mungkin
d. Keletihan dan rasa lemah akibat penurunan perfusi darah ke otot rangka
e. Nausea dan vomitus akibat stimulasi yang bersifat refleks pada pusat muntah oleh
g. Suhu tubuh yang rendah selama beberapa harisetelah serangan infark miokard
kongesti paru.
1. Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat dari STEMI menurut Smeltzer & Bare (2011) :
a. Disfungsi ventrikel
ketebalan baik pada segmen yang infark maupun non infark. Proses ini dinamakan
remodeling ventricular. Secara akut, hal ini terjadi karena ekspansi infark, disrupsi
sel-sel miokardial yang normal, dan kehilangan jaringan pada zona nekrotik.
nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan
mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya. Tanda klinis yang
sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop.
c. Aritmia
Insiden aritmia setelah STEMI meningkat pada pasien setelah gejala awal.
Hal ini terjadi karena kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Disfungsi
ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti vena pulmonalis,
e. Syok kardiogenik
Diakibatkan oleh disfungsi ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang massif,
biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan akibat
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik di rongga
interstisial maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda adanya kongesti
paru tingkat lanjut, di mana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler,
merembes keluar, dan menimbulkan dispnea yang sangat berat. Kongesti paru
terjadi jika dasar vascular paru menerima darah yang berlebihan dari ventrikel
kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri. Oleh karena
adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang serta
Disfungsi iskemik atau ruptur nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi
ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat yaitu pengurangan aliran ke
aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
i. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan infark
nekrotik yang tipis pecah, sehingga terjadi peradarahan massif ke dalam kantong
jantung. Tamponade jantung ini akan mengurangi aliran balik vena dan curah
jantung.
j. Aneurisma ventrikel
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan anterior atau apeks jantung.
Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setiap sistolik dan
k. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar yang
l. Perikarditis
2. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan medis
a. Pemberian oksigen
Terapi oksigen dimulai saat awitan nyeri. Oksigen yang dihirup akan
pasien mampu bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam darah secara
b. Morfin
Morfin adalah obat dengan fungsi untuk meredakan sakit atau nyeri yang
c. Nitrogliserin
Merupakan golongan obat nitrat yang digunakan untuk mengurangi intensitas
serangan angina (nyeri dada) guna untuk melebarkan pembuluh darah, serta
meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke otot jantung contoh nama merk
d. Aspilet
Aspilet merupakan salah satu nama obat dari aspirin. Aspirin mempunyai
agregasi platelet diberikan dosis awal paling sedikit 160 mg dan dilanjutkan
dosis 80-325 mg per hari ( Smelthzer, 2002, Nurarid & Kusuma, 2015).
b. Penatalaksanaan keperawatan
komplikasi,
v.Pantau EKG
vi.Pasang jalur IV
vii.Pemeriksaan laboratorium
diet jantung I
Hari I
cara dorsofleksi dan ekstensi 3x/hari. Makan sendiri dengan posisi duduk,
Hari II
Melakukan gerakan aktif anggota gerak, tiap gerakan 5x, duduk dipinggir
tempat tidur denagn kaki kebawah atau diletakkan diatas kursi selama 20
pengendaliaanya.
Hari III
Mengulangi latihan hari II, boleh turun dari tempat tidur.Perawatan diri
Hari IV
Ring jantung adalah sebuah alat berbentuk tabung kecil, tersusun dari kawat-
kawat seperti jala yang ditempatkan pada pembuluh darah koroner di jantung.
Tujuan dari pemasangan ring jantung adalah untuk membuka pembuluh darah
mendapatkan kembali suplai darah yang cukup. Pemasangan ring jantung atau
sering juga disebut dengan stent jantung merupakan salah satu tindakan medis
pembuluh darah tetap terbuka. Ring jantung tersebut berbentuk seperti tabung
kecil yang tersusun dari kawat- kawat seperti jala. Pemasangan ring jantung
ini bersifat menetap, sekali dipasang maka tidak dapat dilepas kembali.
Oleh karena itu penggunaan bahan untuk stent jantung harus yang aman bagi
tubuh. Pembuluh darah jantung yang dimaksud adalah arteri koroner, tugasnya
karena adanya timbunan lemak atau plak di dalam lumen pembuluh darah,
pembuluh darah dapat mengurangi aliran darah yang menuju otot jantung
sehingga dapat menimbulkan nyeri dada dan apabila pembuluh darah sudah
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi
Hasil pemeriksaan EKG pada pasien yang mengalami infark miokard akut
konveks dab diikuti gelombang T yang negative dan simetrik, Q menjadi lebar
b. Laboratorium
Isoenzim ini meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali
normal dalam 36-48 jam setelah serangan.Isoenzim ini dikeluarkan jika terjadi
LDH kurang normal dari 195 mU/mL.kadar enzim ini baru naik biasanya
sesuadah 48 jam, akan kembali kenilai normal antara hari ke-7 dan 12.
SGOT normal kurang dari 12 mU/mL.kadar enzim ini biasanya kembali kenilai
g. Kateterisasi
1. Pengkajian
a. Aktifitas
b. Sirkulasi
Gejala: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri coroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus
Tanda:
TD: dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk/berdiri
Nadi: dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
Murmur: bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
Friksi: dicurigai pericarditis
Warna: pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukossa atau bibir
c. Integritas ego
Gejala:
d. Eliminasi
Gejala:
Mual
Bersendawa
Muntah.
f. Higiene
g. Neurosensori
Gejala :
Pusing
Berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat) Tanda :
Gejala:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
skala 3-4 : yaitu nyeri ringan nyeri seperti tertimpa beban berat,
skala 9-10 : yaitu nyeri sangat berat, yaitu nyeri seperti diremas- remas.
i. Pernafasan Gejala :
Dispnea nocturnal
Pucat, sianosis
1). Gangguan pertukaran gas (D.0003) b.d perubahan membran alveolus -kapiler
3). Nyeri akut (D.0077) b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
4). Penurunan curah jantung (D.0008) b.d perubahan faktor-faktor listrik, penurunan
karakteristik miokard
Nyeri akut (D.0077) b.d iskemia jaringan Luaran Utama: Intervensi Utama:
sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai Tingkat Nyeri ( L.08066 ) Managemen Nyeri ( I.08238 )
dengan penurunan curah jantung Tujuan : Observasi:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan nyeri menurun. durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Kriteria Hasil: nyeri
Kemampuan melakukan aktivitas Identifikasi skala nyeri
meningkat Identifikasi nyeri non verbal
Keluhan nyeri menurun Identifikasi faktor yang memperberat
Meringis menurun dan memperingan nyeri
Gelisah menurun Identifikasi pengetahuan dan
Kesulitan tidur menurun keyakinan tentang nyeri
Intervensi Pendukung:
Managemen Syok
Kardiogenik( I.02051)
Observasi:
Monitor status kardiopulmonar
( frekuensi kekuatan nadi, nafas ,
TD, MAP)
Monitor status oksigen ( oksimetri
nadi, AGD )
Monitor status cairan ( Intake ,
output, turgor kulit dan CRT )
Monitor tingkst kesaran respon
pupil
Monitor EKG 12 lead
Monitor rontgen dada ( misal
kongesti paru, udem paru,
pembesaran jantung )
Monitor enzim jantung
Identifikasi penyebab utama
( volume, pompa atau irama )
Terapeutik:
Pertahankan jalan nafas paten
Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen >
94 %
Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanik, jika perlu
Pasang jalur IV
Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
Pasang selang NGT, untuk
dekompresi lambung
Kolaborasi:
Pemberian Inotropik ( dobutamin
jika TDS 70-100 mmhg tapa disertai
tanda/gejala syok
Pemberian Vasipressor ( dopamin
jika TDS 70-100 mmhg disertai
tanda/gejala syok
Vasopressor kuat ( norepineprin jika
TDS < 70 mmhg
Kolaborasi pemberian anti aritmia
Intoleransi aktivitas ( D.0056) b.d Luaran Utama: Intervensi Utama:
ketidakseimbangan antara suplay oksigen miokard Toleransi Aktivitas ( L.05047 ) Managemen Energi ( I.05178)
dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan Tujuan : Observasi
miokard Setelah dilakukan tindakan keperawatan Identifkasi gangguan fungsi tubuh
respon fisiologis terhadap aktivitas yang mengakibatkan kelelahan
meningkat Monitor kelelahan fisik dan
Kriteria hasil: emosional
Frekuensi nafas normal, saturasi Monitor pola dan jam tidur
oksigen meningkat Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Keluhan lelah, sesak saat beraktifitas selama melakukan aktivitas
menurun Terapeutik
Kemampuan berbicara meningkat Sediakan lingkungan nyaman dan
Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
meningkat kunjungan)
Pemahaman komunikasi membaik Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
Luaran Tambahan: Berikan aktivitas distraksi yang
Curah Jantung ( L.02008 ) menyenangkan
Kekuatan nadi perifer meningkat Fasilitas duduk di sisi tempat
Ejection fraction, CI,Stroke volume tidur, jika tidak dapat berpindah atau
index, Left ventricular stroke work berjalan
index meningkat Edukasi
Palpitasi, bradikardi, Takikardia, Anjurkan Anjurkan tirah baring
menurun Anjurkan melakukan aktivitas
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam perencanaan keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri dan tindakan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah,2011). Tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan rencana
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2011).
iii. REFERENSI
Aspiani, Reny yuli.(2015), Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC Jakarta: EGC
Amir, Hanafiah.2012 Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan . Jakarta, Buku kedokteran
Balck, J. M dan J.H. Hawks. (2014). Keperawatan medical bedah: Manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan. Edisi 8. Vol 3. Singapura: ELSEVIER.
Brunner & Suddarth,( 2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ,edisi 8 volume 2.
Jakarta:EGC
Cipto Susilo (2013). Pengaruh terapi nafas dalam dalam penanganan nyeri yang terjadi
pada penderita MCI. Jurnal Keperawatan. JKA 2015: 1-9
Doengoes, Marilyn E., M.F. Moorhouse dan A. C. Geissler. 2012. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika
SDKI, DPP & PPNI.2017. standard Diagnosis keperawatan Indonesia: definisi indicator
diagnostic. (Edisi 1). Jakarta:DPPPPNI.