Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

Di susun oleh :
AHMAD FAHRUROJI
214291517008

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL

1
2

2021
A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Hipertensi merupakan pernyakit yang umum ditemukan

diberbagai negara. Menurut American Heart Association (AHA,

2014), penduduk amerika yang berusia diatas 20 tahun yang

menderita hipertensi mencapai angka 74,5 jiwa dan hampir 90-

95% tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes,2014). Menurut

World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2011 menunjukan

satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita

hipertensi berada di negara berkembang. Pravelensi hipertensi

akan terus meningkat dan diprediksi tahun 2025 sebanyak 29%

orang dewasa diseluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah

menyebabkan banyak kematian sekitar 8 juta orang setiap

tahunnya, dan 1,5 juta kematian terjai di Asia Tenggara dengan

1/3 populasinya menderita hipertensi (Kemenkes,2017).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang


3

(Kemenkes.RI, 2014).

2. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang

spesifik. Hipertensi teijadi sebagai respon peningkatan curah

jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa

factor yang memengaruhi teij adinya hipertensi :

a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan

ekskresi atau transport Na.

b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

c. Stress karena lingkungan

d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang

tua serta pelebaran pembuluh darah

(Aspiani, 2016)

3. Manifestasi klinis

Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki

keluhan. Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala,

gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada,

mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada

hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama


4

pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit

jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler,

dan gaya hidup pasien

1.Faktor risiko

 Riwayat hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal

pribadi dan di keluarga Riwayat faktor risiko pribadi dan di

keluarga (contoh: hiperkolesterolemia familial)

 Riwayat merokok

 Riwayat diet dan konsumsi garam Konsumsi alcohol

 Kurang aktivitas fisik/ gaya hidup tidak aktif Riwayat

disfungsi ereksi

 Riwayat tidur, merokok, sleep apnoea (informasi juga dapat

diberikan oleh pasangan)

 Riwayat hipertensi pada kehamilan/pre-eklampsiaKlasifikasi


5

4.Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla

diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpati

s, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medula spinalis ke ganglia simpati s di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf

simpati s ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-

ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat teijadi.

Pada saat bersamaan ketika system saraf simpati s

merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan


6

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi

epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang

dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah

ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II ,

vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubulus ginj al, menyebabkan

peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut

cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016).


7

PATHWAY HIPERTENSI
8

5. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris,

dan gagal jantung

b. Ginjal

Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan

progresif akibat tekanan tinggi padakapiler kapiler

ginjal glomelurus. Rusaknya membran glomelurus,

protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan

edema

c. Otak

Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri

yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

menebalsehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi

berkurang.

d. mata
9

Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan

penglihatan,hingga kebutaan.

e. kerusakan pada pembuluh darah arteri

Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan

penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan

ateroklorosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh

darah).

7. Penatalaksaan medis

Penatalaksanaan medis yang diterapakan pada penderita

hipertensi adalah sebagai berikut:

 Terapi oksigen

 Pemantauan hemodinamik

 Pemantauan jantung

 Obat-obatan/farmakologik

Menurut Susilo. Y dan Ari W (2011) pengobatan farmakologik

pada setiap penderita hipertensi memerlukan pertimbangan

berbagai faktor seperti beratnya hipertensi, kelainan organ dan

faktor lain. Jenis obat anti hipertensi yang sering digunakan

adalah sebagai berikut :


1
0

1) Diuretik

2) Alfa-blocker

3) Beta-blocker

4) Obat yang bekerja sentral

5) Vasodilator

6) Antagonis kalsium

7) Penghambat ACE

6.Pemeriksaan penunjang
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)

a. Pemerikaan Laboratorium

1. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan

faktor resiko seperti

hipokoagubilita, anemia.

2. BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang


perfusi / fungsi ginjal.

3. Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar

ketokolamin.
1
1

4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan


disfungsi ginjal dan ada

DM.

b. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

c. EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas,


peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung


hipertensi

d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu


ginjal, perbaikan

ginjal.

e. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area

katup, pembesaran jantung.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi

1. Pengkajian keperawatan

a. Identitas klien

1) Identitas klien

2) Identitas Penanggung Jawab

b. Keluhan utama
1
2

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku,

penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

d. Riwayat kesehatan Dahulu

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

f. Aktivitas / istirahat

1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

g. Sirkulasi

2. Diagnosa keperawatan

 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

 Gangguan pola tidur b.d perubahan lingkungan sekitar

 Resiko jatuh b.d penurunan dengan fungsi kesehatan

I. RENCANA KEPERAWATAN MELIPUTI DIAGNOSA, LUARAN DAN


INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama :
Umur :

NO Diagnosa keperawat Luaran keperawatan Intervensi keperawatan


an
I SDKI (D. 0077) SLKI (L. 08066) manajemen nyeri (I.08238)
Nyeri akut : Setelah dilakukan tinda observasi
Nyeri akut b.d agen pe kan intervensi keperaw - Identifikasi intensitas nyeri

ncedera fisiologis atan selama 4 jam, mak - Identifikasi skala nyeri


a tingkat nyeri menuru - Identifikasi pengaruh nyeri
n dengan kriteria hasil : pada kualitas hidup
 Keluhan nyeri menuru - Monitor keberhasilan terap
 Meringis menurun
i komplementer yang suda
 Gelisah menurun
 Kesulitan tidur menuru h diberikan
1
3

n - Monitor efek samping pen


 Frekuensi nadi membai
ggunaan analgesik
k
 Pola nafas membaik terapeutik
 Tekanan darah membai
- Berikan teknik nonfarmak
k
ologis untuk mengurangi r
asa nyeri (terapi pijat, aro
materapi)
- Fasilitasi istirahat tidur
edukasi
- Jelaskan penyebab, period
e, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredaka
n nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmak
ologis untuk mengurangi r
asa nyeri
- Anjurkan menggunakan an
algetik sacara tepat
kolaborasi
- Kolaborasi pemberian anal
getik, jika perlu
II SDKI : D. 0055 SLKI (L.05045) Dukungan tidur ( I.
Gangguan pola tidur b. setelah dilakukan interv observasi
ensi keperawatan  Identifikasi pola aktivitas d
d perubahan lingkunga selama 4 jam, maka, po an tidur
la tidur membaik denga  Identifikasi faktor penggan
n sekitar n kriteria hasil: ggu tidur (fisik dan atau ps
 Keluhan sulit ti ikologis)
dur menurun  Mendekati waktu tidur, mi
 Keluhan istirah num banyak air sebelum ti
at tidak cukup dur
menurun terapeutik
 Klien tampak se  Lakukan prosedur untuk m
gar eningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat,pengaturan posi
si,terapi akupresure)
 Sesuaikan jadwal pemberia
n obat dan atau tindakan u
ntuk menunjang siklus tidu
1
4

r terjaga
edukasi
 Ajarkan teknik rela
ksasi otot autogeni
k atau cara nonfar
makologi lainnya
III SDKI : (0056) Setelah di lakukan tind MANAJEMEN ENERGI (I.
Intoleransi aktivitas b.d akan keperawatan 3x24 05178)

kelemahan jam toleransi meningka Observasi


t dengan kriteriahasil
(I. 05178)  Identifkasi gangguan fu
ngsi tubuh yang menga
kibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik
dan emosional
 Monitor pola dan jam ti
dur
 Monitor lokasi dan keti
daknyamanan selama m
elakukan aktivitas

Terapeutik

 Sediakan lingkungan ny
aman dan rendah stimul
us (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distra
ksi yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi te
mpat tidur, jika tidak da
pat berpindah atau berja
lan

Edukasi

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan ak
tivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
1
5

perawat jika tanda dan


gejala kelelahan tidak b
erkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelel
ahan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara menin
gkatkan asupan makana
n

4.IMPLEMENTASI
Dx 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi
Jumat 12 nov 2021 Jam 17:00 wib
 Mengidentifikasi intensitas nyeri
 Mengidentifikasi skala nyeri
1
6

 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup


 Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
terapeutik
 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (SSBM)
 Menganjurkan menggunakan analgetik secara

Dx 2 : Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur dibuktikan dengan klien mengeluh sulit tidur

Jumat 12 Nov 2022 jam 19:00 wib


Observasi
 Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
 Menganjurkan
 mendekati waktu
 tidur minum banyak air
terapeutik
 Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis.pijat, pengaturan posisi terapi
akupresur)
edukasi
 Mengajarkan teknik relaksasi otot
 autogenik atau cara nonfarmakologis
Dx 3 : intoleransi aktivitas b.d kelemahan

Jumat 12 Nov 2022 jam 19:55 wib


 Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan Kelelahan
 Memonitoring lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
 Memberikan aktifitas distraksi yang menenangkan
 Menganjurkan tirah baring

5..Evaluasi
1
7

Dx 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi


DS : klien Mengatakan nyeri berkurang
DO : Tanda-tanda vital
TD :
120/80mmHg
Nadi : 80x/menit
Tingkat meringis menurun
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
edukasi

 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


 (rendam kaki
 menggunakan air hangat)
 Anjurkan menggunakan analgetik yang tepat
Dx 2 : Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur dibuktikan dengan klien mengeluh sulit tidur

DS : klien mengatakan setelah melakukan anjuran dari perawat klien merasa tidurnya sudah lebih

nyaman

DO : klien tampak lebih segar

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Dx 3 : intoleransi aktivitas b.d kelemahan


Ds.: Klien mengatakan bahwa klien sudah bisa melakukan aktifitasnya seperti biasa
DO :klien tampak mulai bisa melakukan aktifitasnya sendiri
A: Masalah teratasi
P: intervensi di hentikan

6. Referensi
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil- kesehatan-indonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia- 2018.pdf
1
8

Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403
Misbach, J. (2013). Aspek diagnostik, Patofisiolofi, Managemen.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Nurariif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan kepeawatan berdasarkan diagnosa medis & Nanda
Jilid 2.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan.
Probosari, E. (2017). Faktor Risiko Hipertensi Pada Remaja. JNH (Journal of Nutrition and
Health), 5(1), 18–27. https://doi.org/10.14710/JNH.5.1.2017.18- 27
Saputra, Lyndon. (2014). Buku Saku Keperawatan Kardiovaskular.Tanggerang Selatan:
Binarupa Aksara Publisher.
Sri & Herlina (2016). Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan Hipertensi pada
Penduduk Indonesia. 137–144.Jakarta: Media litbangkes

Anda mungkin juga menyukai