Anda di halaman 1dari 30

DM JUVENILLE

Disusun Oleh :
1. Putri amelia
2. Risdiani
3. Winda sabrina utami
Pengertian DM
Diabetes Melitus (DM) Menurut American Diabetes
Association (ADA), diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama
mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang
berlangsung kronik progresif, dengan gejala hiperglikemi
yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan
kerja insulin, atau keduanya (Darmono)
Diabetes Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang
bermanifestasi sebelum umur 15 tahun. (FKUI)
KLASIFIKASI DIABETES MELITUS

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :


1. Tipe I: Diabetes mellitus tergantung insulin
(IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung
insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan
keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering tejadi pada usia sebelum 15 tahun.
Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes ( DM Tipe I ), gangguan ini ditandai dengan adanya
hiperglikemia (meningkatnya kadar glukosa darah plasma >200mg/dl).
Etiologi DM tipe I adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetic
Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart,
2002). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanva
infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab DM lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari
lingkungan). Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
3. Faktor imunologi
Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel beta pankreas.
Patofisiologi
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster
didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai
hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas
dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian
pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput
pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari
dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Kelanjutan
Pankreas manusia mempunyai 1-2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya berdiameter
0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler. Pulau langerhans mengandung tiga jenis
s utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel
terletak terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan
bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau
langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormone
lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi
glukagon dan insulin. Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau langerhans.
Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah peningkatan kadar glukosa darah.
Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl. Pada Diabetes tipe I terdapat
ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans.
Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial.
Kelanjutan
Apabila insulin tidak dihasilkan maka akan mengalami gangguan
metabolisme, karbohidrat, protein dan lemak yang mana bila tanpa insulin
Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap dalam kompartemen
vaskular yang kemudian teriadilah hiperglikemi dengan demikian akan
meningkatkan konsentrasi dalam darah. Terjadinya osmotik diuretik
menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine(polyuria) sehingga
sel akan kekurangan cairan dan muncul gejala Polydipsia(kehausan).
Terjadinya polyuria mengakibatkan hilangnya secara berlebihan potasium dan
sodium dan terjadi ganggunag elektrolit. Dengan adanya glukosa yang
mencapai sel, maka sel akan mengalami "starvation" (kekurangan makanan
atau kelaparan) sehingga menimbulkan gejala polyphagia, fatigue dan berat
badan menurun. Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa
tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus karena melebihi ambang renal sehingga
menyebabkan lolos dalam urine yang disebut glikosuria.
Pathway
MANIFESTASI KLINIS
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita g. Ketonemia dan ketonuria, Penumpukan asam
oleh anak-anak ( diabetes melitus juvenil) mempunyai lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy.
dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma.
biasanya datang dengan ketoasidosis karena h. Mata kabur, Hal ini disebabkan oleh gangguan
keterlambatan diagnosis seperti : lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
a. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
>200mg/dl ). penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak.
b. Poliuria, Poliuria nokturnal seharusnya
menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe I pada anak i. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-
c. Polidipsia muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau kekakuan
abdomen dan gangguan kesadaran ( koma )
d. Poliphagia
e. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
f. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
Kelanjutan

Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas :


1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini sering didahului
oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini telah teratasi dan sudah
terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin menurun sehingga
dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi kekurangan
insulin endogen.
KOMPLIKASI

Diabetes melitus dapat sebagainya. Hipoglikemia yaitu • Nafsu makan menurun


menimbulkan berbagai kadar glukosa darah kurang dari (biasanya diabetisi mempunyai
komplikasi yang menyerang 80 mg/dl. Hipoglikemi sering nafsu makan yang besar)
beberapa organ dan yang lebih membuat anak emosional, mudah
• Minum banyak, kencing banyak
rumit lagi, penyakit diabetes tidak marah, lelah, keringat dingin,
menyerang satu alat saja, tetapi pingsan, dan kerusakan sel • Kemudian disusul rasa mual,
berbagai organ secara bersamaan. permanen sehingga mengganggu muntah, napas penderita menjadi
Komplikasi metabolik akut yang fungsi organ dan proses tumbuh cepat dan dalam, serta berbau
sering terjadi : kembang anak. aseton
1. Hipoglikemia 2. Koma Diabetik • Sering disertai panas badan
karena biasanya ada infeksi dan
Reaksi hipoglikemia adalah gejala Koma diabetik ini timbul karena penderita koma diabetik harus
yang timbul akibat tubuh kadar darah dalam tubuh terlalu segara dibawa ke rumah sakit
kekurangan glukosa, dengan tinggi, dan biasanya lebih dari
tanda-tanda rasa lapar, gemetar, 600 mg/dl. Gejala koma diabetik
keringat dingin, pusing, dan yang sering timbul adalah:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam
post prandial (pp) > 200 mg/dl
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit
• Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
• Kalium : normal atau peningk atan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
• Fosfor : lebih sering menurun
Lanjutan
f. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis
metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) : leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
i. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal sampai
tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody
( autoantibody)
j. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
k. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan DM tipe I menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :


1. Fase akut/ketoasidosis
koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemakaian
insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll, stabilisasi penyakit dengan insulin, menyusun
pola diet, dan penyuluhan kepada penyandang DM/keluarga mengenai pentignya pemantauan penyakitnya
secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin, pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan
diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahank an status metabolik dalam batas normal serta
mencegah terjadinya komplikasi.
Lanjutan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pemberian insulin
2. Perencanaa makanan
3. Latihan jasmani
4. Edukasi
CONTOH KASUS DM JUVENILLE
II. Identitas Orang Tua
Pengkajian Ayah
Nama : Tn. “ D ”
I. Biodata Umur : 26 tahun
Nama : An. “A”
Agama : Islam
Umur :11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Anak ke : Ke-1 Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Alamat : tanggerang banten
Pendidikan : SD
No.CM : 786
Diagnosa Medis : diabetes militus juvenile
Tanggal Pengakajian : 20-juni-2021
Tanggal Masuk : 19-Junii-2021
Lanjutan
Ibu III. Identitas Saudara Kandung :
Nama : Ny. “ F ” 1) Keluhan Utama
Umur : 25 tahun Klien sering buang air kecil saat malam
Agama : Islam hari,sering merasa lapar yang berlebihan dan
merasa lemas dan lemah
Pendidikan : S1
2) Riwayat penyakit dahulu
Pekerjaan : Guru
Klien baru pertama kali mengalami penyakit
Alamat : tanggerang banten yang seperti ijin.
3) Keluhan lain yang menyertai
Selain sering buang air kecil klien juga sering
merasakan lemas,pusing dan juga mual dan
muntah
Pola Kebiasaan

No Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit


Selalu memakan Nutrisi sangat tercukupi
1 Nutrisi
makanan yang sehat,
selalu bawa bekal
dari rumah.

1x sehari, lunak tidak Lunak, terpasang infus,


2 BAB
keras sekali dalam dua hari

4-3 kali sehari, jernih 3-4 kali sehari, pekat


  BAK

3
Lanjutan

4-3 kali sehari, 3-4 kali sehari, pekat


 3 BAK
jernih

Pola istirahat dan Teratur, tetapi Baik tidak kesulitan tidur


4
tidur akhir-akhir ini lagi
susah tidur dan
suka terbangun di
malam hari.
Riwayat Tumbuh Kembang

- Prenatal Care
Rutin setiap bulan saat masih dikandungan selalu periksa ke dokter kandungan
-Natal
An. A lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala spontan, langsung
menangis, berat badan 2600 gram, panjang badan 48 cm, umur kehamilan 9 bulan.
-Postnatal
Bayi diasuh oleh kedua orang tua nya, diberikan ASI ekslusif, mulai umur 4 bulan
diberikan makanan tambahan 6 bulan.
-Imunisasai
a. BCG: Umur 6 bln sekali
b. DP (I, II,III): Umur 5 bulan
c. POLIO (I, II, III, IV) : Tidak diketahui
d. HEPATITIS: Tidak diketahui
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)
IV. Data Psikososial
- Anak tinggal bersama ibu dan ayahnya serta bibi dan 4. Antropometri
pamannya
TB : 130 cm
- Hubungan antara anggota kelurga harmonis
BB (sekarang) : 2O kg
- Anak di asuh oleh kedua orang tuanya, terkadang diasuh
oleh bibinya BB sebelum sakit : 23 kg
V. Riwayat spiritual 5. Head To Toe
- Klien rajin shalat dan mengaji a. Kulit dan kepala di dapatkan data :
VI. Pemeriksaan Fisik Aga pucat tetapi kepala bersih tidak ada kotoran di
kepala
1. Keadaan umum : klien Nampak lemah dan lemas
b. Mata di dapatkan data :
2. Tingkat kesadaraan : compos mentis
Mata aga memerah
3. Tanda-tanda vital
c. Hidung di dapatkan data :
Tekanan darah : 90/60 kali permenit
Penciuman baik, mamu membedakan bau obat
Nadi : 80 kali permenit
denga bau parfum, tidak terdapat secret di hidung.
Pernafasan : 23 kali permenit
Suhu : 36,0 C
Lanjutan
h. Abdomen di dapatkan data :
d. Mulut di dapatkan data :
mulut tidak mengalami stomatitis, jumlah gigi Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen
30 buah, kemampuan menelan bagus. i. Genitalia dan anus di dapatkan data :
e. Leher di dapatkan data : -Anus : Anus tidak lecet
Leher baik mampu menengok ke kanan dan ke j. Ekstremitas Atas di dapatkan data :
kiri
Lingkar lengan atas 14 cm
f. Telinga di dapatkan data :
Keadaan daun telinga baik, tidak terdapat nyeri k. Ekstremitas bawah di dapatkan data :
tekan, tidak terdapat serumen. Fungsi Baik
pendengaran baik.
l. Kulit dan kuku di dapatkan data :
g. Dada di dapatkan data :
kulit dan kuku bagus putih bersih.
Bentuk dada normal, gerakan dada simetris pada
saat otot bantu pernafasan berfungsi.
Pemeriksaan Diagnostik/Laboratorium

- Glukosa darah : meningkat 100 200 mg/dl atau lebih.


- Aseton plasma : positif secara menyolok.
- Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
- Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m
osm/l.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan merasa lemas dan lemah saat beraktivitas
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan kurangnya pemahaman tentang
penyakitnya

VII. Therapi
- Pemeriksaan kadar gula darah srcara rutin (HB A1C)
- Pemberian obat insulin
Lanjutan
Analisa Data
Nama : An.A
No.CM : 786
Ruangan : MELATI

NO DATA PENYEBAB MASALAH

DS: ps mengatakan lemas


1 Ps mengatakan tidak bisa melakukan Kelemahan Defisit perawatan diri
  aktivitas
DO: ps tampak lemah     
   
DS: -keluarga ps mengatakan kurang paham    
2 tentang penyakitnya
Defisit pengetahuan  Kurang informasi
-Keluarga Ps mengatakan baru pertama kali
mengalami penyakit seperti ini  
DO: - keluarga ps tampak kebingungan

 
 
VIII. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai


dengan merasa lemas dan lemah saat beraktivitas
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan kurangnya pemahaman tentang penyakitnya
IX. PERENCANAAN/INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tgl Dx kep Tujuan Intervensi Rasional
21 juni 2021 1) Defisit perawatan diri setelah dilakukan tindakan observasi : agar
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam - Identifikasi kebiasaaan aktivitas keluarga
kelemahan ditandai dengan diharapkan perwatan diri ps perawatan diri sesuai usia pasien bisa
merasa lemas dan lemah meningkat dengan kh : - minat Terapeutik : mengatur
saat beraktivitas melakukan perawatan diri - Fasilitasi kemandirian,bantu jika perawatan
mrningkat tidak mampu melakukan diri secara
perawatn diri mandiri
- Jadwalkan runkititas perawatan
diri
Edukasi :
- anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan
Lanjutan

21 juni 2) defisit pengetahuan setelah dilakukan Observasi : Agar keluarga pasien


2021 berhubungan dengan tindakan - Identifikasi kesiapan dan bisa mengetahui
kurang terpapar informasi keperawatan 2x24 kemampuan menrima tentang penyakitnya
ditandai dengan jam diharapkan informasi
kurangnya pemahaman tingkat pengetahuan Terapeutik :
tentang penyakitnya. meningkat dengan - Sediakan materi dan media
kh: pendkes
- perilaku sesuai - Jadwalkan pendkes sesuai
anjuran meningkat kesepakatan
- Verbalisasi minat - Berikan kesempatan untuk
dalam belajar bertanya
meningkat Edukasi :
- Perilaku sesuai - Jelaskan faktor resiko yang
dengang pengtahuan dapat mempengaruhi
meningkat kesehatan
X. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI KEPERAWATAAN
Tanggal/ No. Tindakan keperawatan Tanda
jam Dp tangan
1. Observasi :
- mengidentifikasi kebiasaaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
Terapeutik :
- memfasilitasi kemandirian,bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
- menjadwalkan runititas perawatan diri
Eduksi :
- menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

2. Observasi :
- mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menrima infoornasi
Terapeutik :
- menyediakan materi dan media pendkes
- menjadwalkan pendkes sesuai kesepakatan
- memberikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
- Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
XI. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ No. Dp Catatan perkembangan Tanda tangan
Jam
1). S: keluarga Ps mengatakan sudah bisa merawat secara
manadiri
O: respon keluarga ps cukup baik yterhadap intervensi yang
dilakukan
A: Masalah teratasi
P: intervensi di hentikan

2) S: Keluarga ps mengatakan sudah mengerti tentang


penyakitnya
O: Respon keluarga ps cukup baik
Keluarga ps tampak mengerti
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai