Anda di halaman 1dari 47

BAB 1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

SISTEM SKELETAL

Struktur tulang dan jaringan menyusun kurang lebih 25% berat badan,
sedangkan otot menyusun kurang lebih 50% berat badan. Struktur tulang manusia
berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap organ vital,Termasuk
diantaranya otak, jantung, dan paru. kerangka tulang merupakan kerangka yang
kuat menyanggah struktur tubuh. Sementara itu otot yang melekat pada kerangka
tulang memungkinkan tubuh untuk bergerak.Tubuh manusia terdiri dari 206 tulang
yang terbagi dalam empat kategori, Yaitu tulang pendek , tulang pipih, dan tulang
tidak beratur.

Gambar. Sistem skeletal manusia tampak depan dan belakang.

1. Tulang panjang

Tulang panjang (misalnya femur dan hemorus) terdiri dari bagian silindris
yang sempit dan panjang seperti batang pada bagian tengah (diafisis ) yg
bergabung kedalam leher tulang (metafisi) menuju ujungnya yang berbentuk bulat
(epifisi ). Tulang diafisis terdiri dari tulang spongiosa yang mengandung sumsum
kuning dan dibungkus oleh selapis tipis tulang kompak.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 1


2. Tulang pendek

Tulang pendek (misalnya falang dan karpal ) berbentuk kuboid, yg bentuknya


hampir sama dengn tulang panjang ,serta berukuran pendek dan kecil. Tulang
pendek terdiri dari tulang spongiosa yang ditutupi lapisan tipis tulang kompak.
contoh tulang pendek yaitu tulang pergelangan tangan dan tulang pergelangan
kaki.

3. Tulang pipih

Tulang pipih ( misalnya tulang dada {sternum } , kepala ,tulang belikat


(skapula), dan panggul ) berbentuk gepeng (pipih). salah satu fungsi dari tulang
pipih yaitu melindungi organ vital dan lunak yang berada didalamnya. tulang pipih
terdiri dari dua lapisan tulang kopak dan dibagian tengahnya terdapat lapisan
spongiosa .

4. Tulang tidak beraturan

Tulang tidak beraturan (misalnya tulang belakang {vertebra } , tulang wajah


,tulang sesamoid, dan mandibula) mempunyai berbagai bentuk serta memiliki
sekmen tipis dan tebal. segmen tipis pada tulang tidak beraturan terdri dari 2
lempeng tulang kompak dan tulang spongiosa diantara 2 lempeng tersebut . bagian
yang tebal terdiri dari tulang spongiosa yang di kelilingi lapisan tulang kompak .

Tulang smoid (misalnya tulang patella yang terletak pada ekstermitas bawah)
Merupakan tulang kecil yan terletak disekitar tulang yang terletak di sekitar tulang
yang berdekatan dengan persendian .

PEMBENTUAN TULANG

Proses pembentukan tulang telah dimulai sejak masih dalam kandungan saat
stem cell masenkin mulai berdiferentasi kedalam krondosit . proses tersebut di
namakan osifikasi yaitu proses saat matriks tulang berbentuk dan terjadi pengersan
mineral, kemudian di timbun pada serabut kolagen dalam suatu lingkungan
elektronegatif.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 2


Proses osifikasi terdiri dari 2 bentuk yaitu secara endokondral dan
intramembran. osifikasi secara endokodral terjadi saat stem cell mesenki mulai
berdiferensasi menjadi kondrosit yang kemudian berkembang menjadi lipatan
katilago dengan mineral , yang memungkinkan pembentukan osteoblast . sebagian
tulang secara intramembran merupakan proses pembentukan tulang dimana stem
cell mesenkin berdiferensiasi menjadi garis praosterblas dan membentuk osteoblas
tampa melalui rangkaian kartilago . langkah akhir pembentukan tulang yaitu
klasifikasi saat mineral disimpan dan diskritalisasi .

Struktur tulang

Tulang terdiri dari dua jenis jaringan tulang yaitu kompak ( cortical ) dan
spongiosa (cancellous). tulang kompak secara makroskopis terlihat padat,
Sedangkan tulang spongiosa berbentuk seperti spons. jika tulang kompak di periksa
secara mikroskopis , maka akan terlihat sistem heversian yang terdri dari :

 Sebua kanal pusat yaitu kanal haversian.

 Lapisan konsentris dari matriks tulang yang disebut lamela.

 Ruang kecil antara lamela ( lakunan ).

 Sel tulang ( osteosit ) di dalam lakuna.

 Saluran atau kanal kecil ( kanalikuli ).

Selain osteosit , sel penyusun tulang lainnya yaitu osteoblast dan osteoklast
memperlihatkan tampilan struktur tulang.

PERTUMBUHAN DAN METABOLISME

Pertumbuhan dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh sejumlah mineral


dan hormon. mineral dan hormon tersebut di jelaskan pada tabel.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 3


Hormon atau Keterangan
mineral
Kalsium dan  Kalsium dalam tulang sebesar 99% dan fosfor sebesar
fosfor 90%
 Konsentrasi kalsium dan fosfor mempunyai keterkaitan
yang erat.
 Keseimbangan kalsium dan fosfor di perhatankan oleh
kalsitonin dan hormon paratioid.
Kalsitonin  Diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menurunkan
konsentrasi kalsium serum.
Vitamin D  Terdapat dalam lemak hewan,minyak ikan dan
mentega.
 Tubuh manusia dan sinar ultraviolet dapat
menghasilkan vitamin D
 Kekurangan vitamin D dapat mengakibatkan defisit
mineralisasi,deformitas,fraktur,penyakit rickets pada
anak,dan osteomalasia pada orang dewasa.
Hormon  Pada saat kadar kalsium menurun,maka sekresi
paratiroid hormon paratiroid akan meningkat dan menstimulasi
tulang untuk meningkatkan aktifitas osteoblastik dan
menyumbangkan kalsium ke darah
Hormon  Hormon pertumbuhan bertanggung jawab
pertumbuhan meningkatkan panjang tulang dan menentukan jumlah
matriks tulang yang dibentuk sebelum masa pubertas.
Hormon  Hormon glukokortikoid mengatur metabolisme
glukokortikoi protein,hormon ini dapat meningkatkan atau
d menurunkan katabolisme untuk mengurangi matriks
organik di tulang,serta membantu absorpsi kalsium dan
absorpsi fosfor di usus.

Hormon  Hormon estrogen dapat menstimulasi aktivitas


seksual osteoblastik dan cenderung menghambat peran
hormon paratiroid.
 Kadar estrogen menurun saat monopouse,sehingga
penurunan kadar kalsium pada tulang dalam waktu

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 4


yang lama dapat menyebakan osteoporosis.

PERSENDIAN

Sendi memiliki sejumlah pengertian,diantaranya :

 Sendi merupakan semua persambungan tulang , baik yang memungkinkan


tulang tsb dapat bergerak satu sama lain maupun tidk dapat bergerak satu
sama lain

 Sendi merupakan hubungan antara dua tulang yang memungkinkan


pergerakan

simpulkan bahwa sendi merupakan hubungan atau pertemuan dua buah tulang
atau lebih yang memungkinkan pergerakan satu sama lain maupun yang tdk dapat
bergerak satu sama lain. Pada keadaan normal cairan sendi sangat sedikit sehingga
sulit untuk di aspirasi ataupun dipelajari .Cairan sendi merupakan ultraviltrasi atau
dialisat plasma . membran sinovial memiliki suplain darah dan limfe yang sangat
banyak , sehingga memungkinkan perbaikan dan regenersi yang cepat . sehingga
dapat menyesuaikan diri pada setiap gerakan sendi atau perubahan tekanan intra-
antrikuler.

OTOT

Otot skele t ( otot lurik ) berperan dalam gerak tubuh, postur, dan fungsi produksi
panas. otot di hubungkan oleh tendom ( tali jaringan ikat fibrosa ) atau opneurosis
( lembaran jaringn ikat fibrosa yang lebar dan pipih) ke tulang, jaringan ikat dan
kulit. jenis otot dijelaskan pada Tabel.

Karakteristik
Otot polos Dipersarafi oleh sistem saraf otonom
dimana kontraksinya di luar kontrol
motorik sistem saraf pusat.contohnya

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 5


otot yang terdapat pada saluran
cerna,saluran kemih,dan pembuluh
darah.
Otot rangka Otot yang mempunyai variasi ukuran
(otot lurik) dan bentuk,mulai dari
panjang,tipis,sampai lebar dan datar.
Otot jantung Ditemukan hanya pada jantung dan
kontraksinya diluar kontrol motorik
sistem saraf pusat atau di luar
keinginan(pengendalian).otot
berkontraksi jika terdapat rangsangan
dari adenosin trifosfat(ATP) dan
kalsium.

Fungsi otot

Fungsi otot yaitu mengontrol pergerakan, mempertahnkan postur tubuh dan


menghasilkan panas otot ,tulang , dan sendi terintegenasi mennghaisilkan
pergerakan tubuh, misalnya berjalan dan berlari . sifat sel otot dijelaskan pada tabel
berikut.

Sifat sel otot Definisi


Eksitabilitas Kemampuan sel untuk menerima dan merespons
stimulus,sehingga tubuh dapat merespon perubahan
lingkungan eksternal maupun internal.
Kontraktibilitas Kemampuan sel untuk m emendek saat menerima stimulus.
Ekstensibilitas Kemampuan sel untuk memanjang atau relaksasi
Elastisitas Kemampuan sel untuk kembali ke keadaan semula setelah
berkontraksi.
Tabel. Sifat sel otot

BAB 2 PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan sistem muskulokeletal bertujuan untuk memproleh data dasar


mengenai oto, tulang, persendihan, serta untuk mengetahui mobilitas, kekuatan,
atau adanya gangguan pada bagian tertentu . Dengan demikian pemeriksaan

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 6


muskulokaletal, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler biasanya dilakukan secara
bersamaan. Kedalaman pengkajian bergantung pada keluhan fisik klien dan riwayat
kesehatannya,serta semua petunjuk fisik yang ditemukan oleh pemeriksa yang
membutuhkan eksplorasi lebih lanjut. Pada saat pengkajian otot, pemeriksaan
sebaiknya menilai hasil pengkajian sesuai dengan skala yang telah ditentukan.

Pemeriksaan fisik Bagian yang di kaji


Mengkaji sistem skelet tubuh  Sistem skelet tubuh dikaji tentang
adanya deformitas dan
kesimetrisan..
 Pemeriksaan
ekstremitas,amputasi,dan bagian
tubuh yang tidak simetris harus di
catat.
 Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik
selain sendi biasanya menunjukkan
adanya patah tulang.
 Pada titik gerakan abnormal,dapat
terdengar krepitus(suara berderik)
 Gerakan fragmen tulang harus
diminimalkan untuk mencegah
cedera lebih lanjut.
Mengkaji tulang belakang  Kurvatura normal tulang belakang
biasanya konveks pada bagian
dada,serta konkaf sepanjang leher
dan pinggang.
 Deformitas tulang belakang yang
sering kali terjadi dan perlu
diperhatikan meliputi:
 Skoliosis
 Kifosis
 Lordosis
 Pada saat inspeksi tulang
belakang,baju klien di buka untuk

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 7


melihat seluruh punggung,bokong
dan tungkai.
 Kesimetrisan bahu dan panggul
serta kelurusan tulang belakang
dapat diperiksa dengan cara
memosisikan klien berdiri tegak dan
membungkuk kedepan.
Mengkaji sistem persendian  Sistem persendian di evaluasi
dengan memeriksa rentang
gerak,deformitas,stabilitas,dan
adanya benjolan.
Mengkaji sistem otot  Sistem otot dikaji dengan
memperhatikan kemampuan
mengubah posisi,kekuatan otot dan
koordinasi,serta ukuran masing
masing otot.
 Lingkar ekstremitas harus diukur
untuk memantau penambahan
ukuran akibat adanya edema atau
perdarahan kedalam otot.selain itu
juga dapat digunakan untuk
mendeteksi pengurangan akibat
atrofi.
Mengkaji gaya berjalan  Meminta klien untuk berjalan dari
tempat pemeriksa sampai beberapa
langkah ,kemudian pemeriksa
memperhatikan gaya berjalan klien.
Mengkaji kulit dan sistem  Palpasi kulit dapat menunjukkan
perifer adanya suhu yang lebih panas atau
lebih dingin dengan adanya edema.
Tabel. Pemeriksaan fisik sistem muskulooskleletal.

Tingkat fungsi otot nilai Skala lovett

Tidak ada bukti 0 0 (nol)


kontraktilitas

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 8


Sedikit kontraktilitas,tidak 1 T(trace/sedikit
ada gerakan
Rentang gerak 2 P(poor/buruk)
penuh,tidak ada gravitasi
Rentang gerak penuh 3 F(fair/sedang)
dengan gravitasi
Rentang gerak penuh 4 G (good/baik)
melawan
gravitasi,beberapa
resistensi.
Rentang gerak penuh 5 N (normal)
melawan
gravitasi,resistensi penuh.

PERIKSAAN LABOLATORIUM

Pemeriksaan labolatorium yang itu pemeriksaan darah lengkap . yang


meliputi kadar hemoglobin dan hitung sel darah putih . sebelum dilakukan
pembedahan, pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan untuk mendeteksi
kecenderungan perdarahan karena tulang merupakan jaringan jaringan yang sangat
vaskular. pemeriksaan darah dan urin dapat memberikan informasi tentang infeksi
dan pemberian terapi antikoagulan.

BAB 3 OSTEOMIELITIS

DEFENISI

Osteomielitis merupakan suatu istilah yang menujuk pada inflamsi tulang


yang disebabkan oleh infeksi . penyembuhan jenis infeksi lebih sulit jika
dibandingkan dengan infeksi jaringan lunak karena :

 Sifat tulang yang tidak permeabel terhadap sel dan biokimia sistem imun.

 Terbatasnya kemampuan penggantian tulang yang dihancurkan karena


infeksi.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 9


 Mikrosirkulasi tulang yang sangat rentang terhadap kerusakan oleh toksin
bakteri.

Osteomielitis dapat menyebabkan masalah kronis yang akan mempengaruhi


kualitas hidup seseorang atau bahkan mengakibatkan hilangnya fungsi
ekstremitas. Osteomielitis cenderung terjadi pada anak dan remaja. Namun
demikian osteomielitis dapat menyerang semua usia. pada usia dewasa banyak
ditemukan pada laki laki dibandingkan dengan perempuan.

ETIOLOGI

Penyebab( etiologi ) Osteomeilitis terdiri dari endogen dan eksogen.


Endogen (hematogen ) disebabkan oleh patogen yang membawa dalam darah dari
tempat infeksi dimanapun diseluruh tubuh . asteomolitiasi yang disebabkan oleh
penyebaran hematogen ini umumnya terjadi tepat terjadinya trauma karena
ketahan terhadap infeksi yan rendah. Eksogen disebabkan oleh infeksi yang masuk
dari luar tubuh , misalnya fraktur terbuka ,luka tusuk atau prosedur operasi.
Penyebab osteomielitis lainya yaitu tonsil yang terinfeksi, gigi yang terinfeksi,
ataupun infeksi saluran pernapsan bagian atas.

KLASIFIKASI

menurut tempat kejadianya, osteomielitis terbagi 2 macam, yaitu:

 Osteomielitis primer: osteomielitis mencapai tulang secara langsung melalui


luka.

 Osteomielitis sekunder: osteomielitis mencapai tuang melalui aliran darah dari


suatu infeksi di tempat lain.

Sementara itu, osteomielitis menurut waktu kejadiannya dijelaskan pada tabel.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 10


Jenis Gejala
osteomielitis
Osteomielitis  Nyeri pada area lesi
akut  Demam,mengigil,malaise,pembesaran kelenjar
limfe regional.
 Seringkali terdapat riwayat infeksi sebelumnya
atau terdapat luka
 Pembengkakan lokal
 Kemerahan
 Suhu tubuh teraba hangat
 Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
adanya anemia dan leukositosis.
Osteomielitis  Terdapat luka,bernanah,berbau busuk,dan nyeri
 Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan LED
Tabel. Jenis osteomielitis menurut waktu kejadiannya

PATOFISIOLOGI

Respons awal terhadap infeksi patogen yaitu reaksi inflamasi. Reaksi


inflamasi pada tulang berupa peningkatan vaskularisasi, edema, aktivitas keukosit
yang meningkat, dan stelah inflamasi dimulai , maka akan terjadi trombosis
pembulu darah pada tempat tsb .Pengankatan priosteum menghasilkan respons
osteoblastik dimana terjadi pertumbuhan tulang baru ( involikrum ) yg mengelilingi.
pembukaan involikrum memungkin kan eksudat kedalam jaringan lunak sekitar dn
melalui kulit . pada usiainfeksi
dewasa , kompliksi ini sering terjadi karena priostrum
melekat dengan kuat pada korteks.
Trombosis pembuluh darah

Abses tulang

Iskemia dengan nekrosis tulang Membentuk area jaringan tulang mati (sequestrum)

Pertumbuhan tulang baru (involukrum mengelilingi seguestum

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 11


Menyebar ke jaringan lunak/sendi di sekitarnya
Gambar. patofisiologi osteomielitis

MANIVESTASI KLINIS

Jika osteomilitis terjadi akibat penyebarab dari infeksi disekitarnya atau


kontaminasi langsung , maka tdk akan ada gejala septikemia . gejala yang
ditimbulkan bergantung pada tempat infeksi .

PEMERIKSAAN PENUNJANG

SeJumlah pemeriksaan awal pada osteomielitis yaitu:

Osteomielitis akut:

1. Pemeriksaan foto rontgen


Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak.

2. Bone scan dan MRI


Membantu diagnosis definitif awal

3. Pemeriksaan darah
Memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah.

4. Kultur darah dan kultur abses


Menentukan jenis antibiotik yang sesuai.

Osteomielitis kronis:

1. Foto rontgen

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 12


Memperlihatkan ukuran yang besar,kavitas ireguler,peningkatan
periosteum,sequestrum atau pembentukan tulang padat.

2. Bone scan,mengidentifikasi area infeksi


3. Pemeriksaan darah,laju endap darah dan jumlah leukosit biasanya normal,jika
hasil menunjukkan anemia maka hal ini dikaitkan dengan infeksi kronis.
Pemeriksaan kultur darah dan abses,menentukan organisme infektif dan
terapi antibiotik yang tepat

PENATALAKSANAAN

Tujuan awal trapi yang diberikan yaitu mengontrol dan menghentikan proses
infeksi . contoh terapi yang bsa diberikan yaitu

 Pemberian terapi antibiotik intravena .

Tujuan pemberian anti biotik yaitu mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke
area tsb menurun akibat terjadinya trombosis . pemberian dosis antibiotik secara
kontinun tepat waktu sangat penting agar kadar anti biotik dalam darah dapat di
pertahankan tetapi tinggi . anti biotik yang paling sensitif terhadap organisme
penyebab di brikan jika telah diketahu i biakan dan sensitivitasnya.

 Pembedahan

Jika trapi anti biotik tidak direspons oleh tubuh klien atau kondisi kronis , maka
tulang yang mengalami infeksi harus dilakukan pembedahan . jaringan purulen
dan area tersebut dialiri dengan larutan normal saline steril secra langsung
sementara itu , tapi anti biotik tetap dilanjutkan .

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 13


BAB 4 ARTRITIS REUMOID

A. Defenisi

Arti timoroid yaitu penyakit yang paling sering dari penyakit radang sendi kronis .
penyakit ini banyak diderita oleh perempuan .

B. Etiologi

Penyebab etiologi dan artritis reumotoik yaitu :

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 14


 Faktor kerentanan genetik.

 Reaksi imonologi ( antigen asing yang berfokus pada jringan sinovial).

 Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.

 Faktor reumotoid dalam darah dan cairan sinovial.

 Proses inflasi yang berkepanjangan.

 Kerusakan katilago artikuler.

C. patofisiologi

Pada awalnya proses inflamsi akan membuat sendi sinovial menjadi adema.
Kongesti vaskuler dengan pembentukan pembuku darah baru , eksudat fibrin Dan
infiltrasi selular . pradangan yang berkelanjutan akan membuat sinovial, Lama
proses artritis reumotoid berbeda pada setiap orang . lama proses artritis reumotoid
berbeda pada setiap orang .hal ini ditandai dengan adanya serangan .sejumla orang
akan sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi . sejumlah
orang akan sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lgi ,
sedangkan orang yang memiliki faktor reumotoik ( seropositif ) , maka kondisi yang
di alaminya akan menjadi kronis yang progresif .

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala artritis reumoid di bagi menjadi 2 yaitu , setempat dan sistemik :

a. Tanda dan gejala setempat

 Nyeri persendian disertai kaku terutama pada pagi hari { morning stiffines }
dan gerakan terbatas , kekakuan berlangsung selama kurang lebih 30 mnit
dan dapat berlanjut sampai berjam jam dalam sehari kekakuan ini berbeda
dengn kekakuan osteoritis .

 Perlahan lahan bagian yang terkena akan membengkak ,panas , merah ,


dan lemah

 Pembengkakan sendi yang meluas dan sistemis

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 15


 Poliartritis simetris sendi prifer : semua sendi dapat terserang , panggul ,
lutut , pergelangan tangan , siku , rahang , dan bahu .

 Artritis pradangan sendi yang kronis dapat menyebabkan erosi pada tepi
tulang dan ini dapat dilihat pda poto rontgen .

 Deformitas diantaranya pergeseran ulnar, defiasi jari subluksasi


metacarpophalageal joint ( mcp ), deformitas boutoniare dan leher angsa.

 Nodul reumotoid merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 klien
dewasa kasus ini sering menyerang daerah siku .

 Ciri khas artritis rumotoik yaitu bersifat kronis

b. Tanda dan gejala sistemik

Lemas, demam, berat badan turun, anemia, anoreksia, serta badan tersa nyeri dan
kaku.

Artritis rumotoik terbagi menjadi 3 stadium yaitu :

 Stadium sinovitis

Pada stadium ini , terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
dengan adanya pembengkakan sendi, nyeri pada saat bergerak, dan bengkak

 Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial , juga terjadi
krusakan pada jaringan sekitarnya yang ditandai dengan adanya kontraksi tendom
selain tanda dan gejala tersebut, terjadi pula perubahan bentuk pada tengah yaitu
bentuk jari seperti leher angsa..

 Stadium deformitas

Pada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan brulang kali.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 16


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan artritis reumatoid
meliputi pemeriksaan labolatorium , pemeriksaan radiologi , dan aspirasi cairan
sinovial yang dapat dilihat

PENATALAKSAAN

Program terapi dasar

Nonfarmakologi  Istirahat
 Latihan fisik
 Nutrisi:pola makan untuk
penurunan berat badan yang
berlebih.
Farmakologi  Obata nati inflamasi non
steroid(OAINS)
 Disease-modifying antiheumatic
drug (DMARD)
 Kortikosteroid
 Terapi biologi

BAB 5 GOUT

A. Definisi

Gout adalah pradangan pada sendi akibat adanya endapan kristal asamurat pada
sendi (.penyakit ini merupakan penyakit tertua dalam literatur medis dan sudah
dicatat oleh hippocrates pada zaman yunani kunopada saat itu , gout dianggap
sebagai penyakit kalangan sosial elite yangdisebabkan terlali banyak makanan
,minum anggur , dan aktivitas seksual.sejak saat itu , banyak teori nurologis dan

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 17


trapiutik yang telah di usulkan memperlihatkan perbedaan antara sendi normal
dengan sendi yang mengalami gout.

B. ETIOLOGI DAN PATOPISIOLOGI

Artritis gout berkaitan langsung dengan hiporerurisemia ( asam urat


serum tinggi ).gout terbagi menjadi gout primer dan gout
sekundememperlihatkan struktur kimia dari asam urat , sedangkan
menjelaskan tentang metabolisme puri .

a. Gout akut

Gout banyak ditemukan pada laki2 setelah usia 30 thun , sedangkan


pada perempuan terjadi setelah menopouse . hal ini di sebabkan kadar
asam pada laki laki akan mnungkat setelah pubertas , sedangkan pada
perempuan terdapat hormon estrogen yang berkurang setelah
menopouse.

Perkembangan serangan akut gout biasanya merupakan kelanjutan


dari suatu srangkaian kejadian . pertama , biasanya terdapat
supersturasi gout urat dalam plasma dan cairan tbuh . hal ini diikuti
dengan pengendapan kristal asam urat .

Reaksi peradangan terjadi merupakan proses yang berkembang dan


memperbesar endapan kristal asam urat .

b. Gout kronis

Serangan gout akut yang berulang dapat menyebabkan gou t kronis yang
bersifat poliartikuler . erosi sendi akibat gout kronis menyebabkan nyri kronis ,
kaku dan deformitas . tofi ini seringkali sulit dibedakan secara klinis dan nodul
reumatoid . kadang ,tofi dapat membentuk tukak kemudian mengeluarkan cairan
kental .

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 18


GAMBARAN KLINIK

Tanda dan gejala dari gout akut dan gout kronis dapat dilihat pada tabel.

Gout akut Gout kronis


1. Rasa nyeri yang hebat dan 1. Timbul dalam jangka waktu
peradangan lokal. beberapa tahun.
2. Demam dan jumlah sel darah 2. Ditandai dengan rasa nyeri,kaku
putih meningkat. dan pegal.
3. Mula mula yang terserang yaitu 3. Terjadi peradangan kronis akibat
ibu jari kaki.setelah itu adanya kristal urat.
menyerang sendi
Terbentuk nodular akibat sendi yang
jari,lutut,pergelangan
bengkok karena gout kronis yang
tangan,pergelangan kaki dan
membesar.
siku.

Gejala berkurang setelah 10-14 hari


walaupun tampa pengobatan.

KRITERIA DIAGNOSIS

Gout harus dipertimbangkan pada setiap klien yang mempunyai riwayat dan
temuan fisik sesuai dengan apa yang telah di bahas sebelumnya , terutama
gambaran klinis yang klasik . peningkatan kadar asam urat serum dapat membantu
mnentukan dagnosi.

Setelah diperkirrkan diagnosi gout , maka dapat di pstikan dengan 2 metode :

 Mencerminkan urat dalam endapan tofi


 Aspirasi cairan sinovial untuk menetukan kristal asam urat dalam cairan
sinovial

FAKTOR FAKTOR YANG BERPERAN


Sejumlah faktor tertentu berperan sebagai penyebab hiperuri semia yang
dapat dilihat pada gambar 5.7 .pola makan dengan tinggi purin merupak salah satu
faktor penyebab karena asam urat dibentuk dari purin .kelaparan atau dehidrasi dan
asupan etil alkohol yang berlebihan juga dapat mengakibatka hiperurisemia.
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 19


Penata laksanaan gout di bagi menjadi 2 yaitu farmakologi dan nonfarmakologi
yang dapat dilihat pada tabel.
D F
i Ae
K t
t T i
n O
g R
g Y i
p A
u N
r G i
n B
E
R
P
E
R
A
N

Gambar. faktor yang berperan sbagai penyebab hiperurisemia

Pelaksanaan
Farmakologi 1. Kolkisin
2. Fenilbutazon
3. Allopurinol
4. Probenesid dan sulfinpirazon

Nonfarmakologi Dianjurkan untuk menghindari


makanan yang mengandung kadar
purin yang tinggi,diantaranya
jeroan,hati,ginjal,otak dan roti
manis.sarden dan anchovy(ikan kecil
semacam haring) sebaiknya juga di
batasi.

BAB 6 TUMOR TULANG

A. DEFINISI

Tumor tulang merupakan pertumbuhan jaringan baru yang terus-menerus


secara cepat dan pertumbuhan tidak terkendali. Tumor neoplasma dapat berasal
dari dalam tulang atau dari jaringan kartilago yang berhubungan dengan epifisis atau
dari unsur pembentukan darah yang terdapat pada sumsum tulang.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 20


KLASIFIKASI TUMOR TULANG

1. Tumor tulang benigna

Tumor tulang benigna tumbuh lambat dan berbatas tegas. Gejalanya sedikit
dan tidak menyebabkan kematian. Neoplasma primer benigna muskuloskeletal
meliputi osteoma, osteoid, osteokondroma, endokondroma, serta kista tulang. Tumor
tulang benigna dan jaringan lunak lebih sering terjadi dibandingkan dengan tumor
tulang maligna.

Jenis jamur Deskripsi


Osteokondroma Merupakan tumur tulang jenis
banikna yang paling sering ditemukan
dan biasanya dimulai dengan
pertumbuhan yang berlebih dan
katilago pada ujung lempeng lisis
Endosar koma Merupkan tumur tulang yang ringan
dan sering terjadi pada katilago hialin
yang tumbuh
ditangan,rusu,femur,tibia,himerus,dan
velfis,serta dapat terjadi fraktur
patologis
Osteoid osteomah Tumur tulang yang kecil ini ukuran <1
cm) menyebabkan nyeri yang
paristen
Tumor sel raksasa testoklastomal Merupakan tumor tulang banikna
selama bebrapa waktu,tetapi dapat
menginovasi jaringan lokal dan dapat
menyebabkan rekontruksi
Tabel. Jenis tumor tulang benigna

2. Tumor tulang maligna

Tumor muskuloskeletal maligna prima relatif jarang terjadi. Tumor ini tumbuh
dari sel jaringan ikat dan penyokong sarkomaatau dari elemen sumsum tulang
mieloma. Sarkoma jaringan lunak meliputi liposarkoma dan fibrosarkoma jaringan
lunak. Tumor tulang biasanya bermetastasis ke tulang.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 21


Jenis umor Deskripsi
Sarkoma osteogonik lesteosalkomal Merupakan tumor tulang primer ganas
yang paling sering ditemukan dan yang
paling fatal,karna sering kali pasien
meninggal akibat matastasis
hemotogen keparu.

Tabel. Jenis tumor tulang maligna.

PATOFISIOLOGI

Keganasan pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang (mieloma) dari


jaringan sel tulang (sarkoma atau tumor tulang). Pada tahap lebih lanjut, sel tulang
akan berada pada nodul limfe, hati, serta limfe dan ginjal. Akibat adanya pengaruh
aktivitas hematopoietik sumsum tulang yang cepat pada tulang. Sel plasma yang
belum atau tidak matang akan terus membelah. Akibatnya, terjadi penambahan
jumlah sel yang tidak terkontrol lagi. Pertumbuhan akan terjadi terus-menerus yang
mendorong dan menekan jaringan tulang normal di sekitarnya, sehingga
melemahkan struktur tulang yang pada akhirnya menyebabkan fraktur patologis.

MANISFESTASI KLINIS

Klien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan dengan
tumor tulang yang bervariasi. Tanda dan gejala yang muncul dapat dilihat :

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 22


p
k
b
f
g
n
r
y
e

m
c
r
a
j
e
k
a
r
b
c
t
l
i
e
n
u
a
t
b
r
p
g
a
n
r
k
n
d
p
e
o
a
k
a
u
g
y
n
t
r
a
a
o
e
n
s
n
m
l
g
e
o
i
a
n
g
f
t
b
u
i
a
e
r
s
d
u
r
u
a
v
(
n
g
a
p
r
(
a
t
m
k
r
i
b
a
e
d
h
s
a
r
i
t
k
a
l
e
n
a
s
m
b
n
i
e
g
a
m
e
n
a
b
n
a
j
t
i
o

l
b
a
k
e
u
a
r
n
a
k

t
e
s
b
e
m
a
d
u
a
t
n
a
)
n

Gambar. Manifestasi klinis tumor tulang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sebagai penunjang penegakan


diferensial diagnosis dijelaskan pada tabel:

Pemeriksaan Tujuan
Ct scan Melihat secara akurat perluasan tumor
didalam dan diluar tumor
Foto renotgen Melihat lesi tumor dan jenisnya
Magnetic resonance imaging Menilai penyebaran tumor didalam
( mri) tulang sendi di sekitarnya,dan kedalam
jaringan lunak
Pemeriksaan labolatorium darah Menyingkirkan kondisi lain misalnya
darah infeksi,/kelainan metabolik
Pembidaian tulang ( bone scan ) Menunjukkan terdapat tumor kecil tdk
terlihat jelas pada rentgen
Tabel. Pemeriksaan penunjang tumor tulang.

PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksaan tumor tulang yaitu menghancurkan atau mengangkat


jaringan ganas dengan metode seefektif mungkin yang meliputi:

 Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan tindakan amputasi.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 23


 Kemoterapi, untuk mengurangi massa tumor dengan agen alkilatin
kemografi yang dikombinasikan, serta dilaksanakan sebelum dan
sesudah pembedahan dengan tujuan untuk membasmi lesi
mikrometastatik.
 Analgesik, narkotik, dan allopurinol, untuk mengontrol hiperurisemia.
 Pengeluaran urin harus baik (2500-3000 mL perhari), untuk mengukur
tingkat serum kalsium, serta mencegah hiperkalsium dan
hiperurisemia.

BAB 7 FRAKTUR

DEFINISI

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya


disebabkan oleh tekanan atau trauma. Selain itu, fraktur merupakan rusaknya

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 24


kontinuitas tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar
dibandingkan dengan yang dapat diserap oleh tulang.

ETIOLOGI

Fraktur disebabkan oleh sejumlah hal, yaitu trauma (kekerasan langsung dan
kekerasan tidak langsung), stres berulang, serta tulang yang yang lemah secara
abnormal.

Berdasarkan penyebab Keterangan

Trauma Kekerasan langsung Kekerasan langsung


menyebabkan patah
tulang pada titik
terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian dengan
garis patah melintang
atau miring.
Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung
menyebabkan patah
tulang di tempat yang
jauh dari tempat
terjadinya kekerasan.
Stres berulang
Tulang yang
lemah secara
abnormal

PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh, setelah terjadi fraktu, periosteum dan pembuluh darah,
serta saraf dalam korteks, sumsum tulang, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang menjadi rusak. Akibatnya, terjadilah perdarahan dan membentuk hematoma
di rongga medula tulang. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respons inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 25


dan leukosit. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya.

Fraktur

Periosteum, pembuluh
darah, dan jaringn lunak
pembungkus tulang rusak

perdarahan

Hematoma di rongga
medula tulang

Jaringan tulang berdekatan Vasolidasi, eksudasi


ke tulang yang patah plasma dan leukosit,
serta infiltrasi sel darah
putih
Respons inflamasi
Dasar proses
penyembuhan tulang

Gambar. Patofisioligi fraktur

Klasifikasi, Tanda, dan Gejala Fraktur

Klasifikasi fraktur sangat bervariasi, tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi
beberapa kelompok, yang dijelaskan pada tabel

Kelompok fraktur Jenis fraktur Deskripsi


Berdasarkan sifat Fraktur tertutup Jika kulit yang menutupi

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 26


fraktur ( luka yang tulag yang masi instak
ditimbulkan) ( utuh) untuk klasifikasi
fraktur tertutup
Jika sulit menutup kulit
intak

Tabel. Klasifikasi fraktur

Tingkat Deskripsi
Tingkat 0 Fraktur dapat dengan sedikit atau
tampa cederah jaringan lunak
Tingkat 1 Fraktur dengan abrasi dangkal atau
memar kulit dan jaringan subkutan
Tingkat 2 Fraktur lebih berat dengan kontusio
jaringan lunak bagian dalam dan
bagian pembeengkakan
Tingkat 3 Cedera berat dengan krusakan
jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindrom kompartemen
Tabel. Klasifikasi fraktur tertutup be rdasarkan keadaan jaringan lunak di sekitar
trauma.

PENATALA KSANAAN

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 27


Fraktur Terbuka

Fraktu r terbuka merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi


kontaminasi oleh bakteri dan disertai dengan perdarahan yang hebat.
Sebelum kuman meresap terlalu jauh, sebaiknya dilakukan:

 Pembersihan luka.
 Eksisi (pengangkatan jaringan).
 Hecting situasi (jahitan situasi).
 Antibiotik.

Seluruh fraktur

 Rekognisi/pengenalan
 Reduksi/manipulasi/reposisi

Jenis reduksi Deskripsi


Reduksi penutup  Reduksi tetutup dilakukan
saat kontur tulang barada
cukup sejajar dan dapat
dipertahankan dengan
imbolisasi
 Eksermitas dipertahankan
pada posisi yang diinginkan
 Alat imbolisasi akan
menjaga reduksi dan
mestabilkan ektermitas
untuk penyembuhan tulang.
 Faktor renotgen harus
dilakukan untuk mengetahui
apakah fragmen tulang telah
berada dalam ksejajaran
yang benar
Traksi  Dapat digunakan untuk
mendapat kan efekreduksi
dan imbolisasi
 Saat fragmen tulang berada
pada ,tempatya ,berat
digunakan memberikan

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 28


taksasi pada tumbuh
sepanjang tulang
 Traksi meregangkan dan
melepaskan otot yang
menarik oto keluar dari
tempatnya
 Fto retnogen digunakan
untuk memantau reduksi
fraktur
Reduksi terbuka Reduksi terbuka merupakan
prosedur bedah yang terbuka
Alat fiksasi
Alat ini dapt didekatkan pada
tulang
Alat tsb berfungsi untuk menjaga
aproksimasi dan fiksasi yang kuat
bagi fragmen tulang
Tabel. Penatalaksanaan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.

Hold Redukction

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali


seperti posisi anatomi semula yaitu melakukan imobilisasi fraktur. Pembatasan
pergerakan dibutuhkan untuk mendorong penyembuhan jaringan lunak dan
memungkinkan gerakan bebas dari bagian yang tidak terkena. Setelah fraktur
direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi
kesejajar yang benar sehingga terjadi penyatuan tulang.

Rehabilitasi

Menghindari atrofi dan kontraktur dapat dilakukan dengan fisioterapi. Reduksi


dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Latihan isometrik terhadap
kekuatan otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi Idisuse syndrome dan
meningkatkan peredaran darah.

Penatalaksanaan kedaruratan

Langkah-langkah dalam penatalaksanaan kedarurat dijelaskan pada tabel.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 29


n Plaksanaan kedaruratan
o
1. Segera setelah cederah , klien dalam keaadan bingung , tidak menyadari
adanya fraktur , dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah
2. Jika klien yang mengalami cederah harus dipindah kan dari kendaran
sebelum dapat dilakukan pembidaian , maka ektermitas harus disangga
pada bagian atas dan pada bagian bawa tempat terjadinya fraktur untuk
mencegah gerakan rotasi maupun agulasi
3. Grakan fragmen patah tulang dpat menyebabkn nyeri
4. Nyeri sehbungan dengan praktur adalah hal yang sangat berat dan dapt
dikurangi dengan menhindari grakan fragmen tulang
5. Area yang cederah dimobilisasi dengan memasang bidai sementara
dengan bantalan yang memadai dan dapat dibebet dengan kencang
6. Imbolisasi tulang panjang ektermitas bawa juga dpat dilakukan dengan
membabat semua tungkai bersamaan
7. Peredaran dara pada distal dari cedrah harus dikaji untuk menentukan
kecukupan perfusi jaringan priter
8. Pda praktur terbuka , luka ditutup dengan pembalut bersih steril untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam
9. Pada bagian gawat darurat ,klien dievaluasai dengan lengkap dan pakaian
dilepas dengan lembut
Tabel. penatalaksanaan kedaruratan

Perawatan klien fraktur tertutup

1. Klien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk dapat kembali ke


aktivitas sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan pengembalian
kekuatan penuh, serta mobilitas dibutuhkan waktu sampai berbulan-bulan.
2. Klien diajarkan bagaimana mengontrol pembengkakan dan nyeri sehubungan
dengan fraktur.
3. Klien didorong untuk aktif dalam batas imobilisasi fraktur.
4. Latihan segera dimulai untuk mempertahankan kesehatan otot yang
dibutuhkan untuk pemindahann dan menggunakan alat bantu.

Perawatan klien fraktur terbuka

Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka terbuka memanjang


sampai permukaan kulit dan area cedera tulang) terdapat risiko
infeksi,misalnyaosteomielitis, gas gangren, dan tetanus.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 30


Tujuan penanganan pada klien yang mengalami fraktur terbuka yaitu
meminimalakn kemungkinan infeksi luka pada jaringan lunak dan tulang untuk
mempercepat penyembuhan. Langkah-langkah yang dilakukan dijelaskan pada
tabel.

no Prawatan pada klien yang mengalami praktur terbuka


1. Bawa klien keruang oprsi ,kemuidan bersihkan ,dan di beridmen luka
( benda asing dan jaringan mati dan diangkat irigasi
2. Lakukan usapan luka untuk lukaan dan biakan dan kepekaan angkat dari
kepekaan ligament
3. Lakukan graft tulang untuk menjembatani defek ,jika pelu namun, herus
yakin bahwa jaringan resipien masi sehat dan mampu mempasilitasi
penyatuan
4. Reduksi fraktur dengan hati hati dan stabilisasi dengan fiksasi ekterna
,perbaiki setiap kerusakan pada pembulu darah ,jaringan lunak ,oto sraf,
dan tendom
5. Tinggikan ektermitas untuk meminimalkan terjadinya adema
6. Kaji status neovaskuler sesering mungkin
7. Periksa suhu tubu klien dengan interpal teratur dan pantauan klien
8. Penutup primer tidak dapat dicapai karna terdapat adema potensial
iskemia caian luka yang tidak dapat keluar da n terdapat intraksi anaerob
9. Jangan jahit luka yang sngat terkontaminasi, yang dibalut dengan dengan
pembalut steril , dan yang tidak ditutup sampai diketahui bahwa area tsb
tdk mengaalami infeksi
10 Berikan frofolaksis tetanus , kemudian berian anti botik intravena untuk
. mencegah dan menangani infeksi serius
11. Tutp luka dengan jahitan atu graft atau tlaft kulit atogen pada hari ke -5
dan ke -7
Tabel. Perawatan klien fraktur terbuka.

Proses penyembuhan tulang

Tulang dapat beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru di antara ujung patahan tulang.

Stadium Kerangka
Stadium Pembulu darah robek dan terbentuk hema toma disekitar dan
1.pembentuka didalam area fraktur.
n hematoma

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 31


Stadium 2 Pada stadium terjadi reaksi inflamsi akut dengan
inflamsi dan perpindahan sel inflamsi ,serta proliferasi dan diferensiasi sel
proliferasi menjadi fibro katilago yang barasal dari poriesterum
selular
Stadium 3 Sel yang berkembang memiliki potensi yang kengrogenik .
pembentukan jika berada dikeadaan yang tepat maka sek tsb akan
kALUS membentuk tulang dan katilago
Stadium Jika aktivitas osteoklas dan osteoblas berlanjut maka ,
4.konsolidasi anyaman tulang berrubah menjadi lamellar sistem inii telah
cukup kuat untuk osteoklas menerobos melalui reruntuhan
melalui garis fraktur , dan brada tepat di belakanya.
Stadium 5, Fraktur tlah dijembatani oleh tulang yang padat,selama
remodeling bebrapa bulan dan tahun ,pengerasaan kasar ini di bentuk
ulang oleh proses reprosi dan pembentukan tulang terus
mnerus
Tabel. Tahapan 5 stadium penyembuhan tulang

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur

Fragmen tulang yang bergeser harus benar-benar akurat dan dipertahankan


dengan sempurna agar proses penyembuhan benar-benar terjadi. Tulang yang
terkena harus mempunyai peredarah darah yang memadai. Faktor yang
berhubungan dengan proses menua yang mempengaruhi penyembuhan fraktur .
T
K
F
P
V P
a
o
ir
e e
lg
f
s
o
a
t
u
n y
n
a
k
o
ie
m
u
r k
a
t
m
n i
D
n
a t
t
u
e i
s
i
r
t
s t
s
s
r e
i
g
o i
m
n
e k
y
n
a
g
e
t
r
a
k
it
v
a
k
s
l
u
a
r
a
k
r
n
e
a
a
d
p
t
a
m
e
u
n
u
r
k
n
a
n
u
s
p
la
i
a
d
r
h
a
p
a
a
d
s
a
t
p
n
e
y
m
e
u
b
a
h
n

Gambar. Faktor yang berhubungan dengan proses menua yang mempengaruhi


penyembuhan fraktur.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 32


proses penyembuhan tulang dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal dan faktor
sistemik. Faktor tersebut dijelaskan pada gambar.

Faktor lokal Faktor sistemik

Lokasi terjadinya trauma


Keadaan umum klien

Jenis tulang yang mengalami trauma

usia

Reposisi anatomi dan imobilisasi yang stabil

Status nutrisi
Adanya kontak antarfragmen

Adanya infeksi atau tidak


Penyakit sistemik
Tingkat dari trauma

Gambar. Faktor-faktor proses penyembuhan tulang.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 33


BAB 8 OSTEOPOROSIS

A. DEFINISI

Osteoporosis merupakan penurunan massa tulang yang disebabkan


ketidakseimbangan resorpsi tulang yang dan pembentukan tulangatau penurunan
pembentukan tulang. Pada osteoporosis terjadi peningkatan resorpsi tulang atau
penurunan pembentukan tulang. Selain itu, osteoporosis merupakan suatu penyakit
tulang metabolik yang ditandai oleh reduksi kepadatan tulang sehingga mudah
terjadi fraktur.

B. ETIOLOGI

Osteoporosis dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Adapun 3 faktor utama


yang mempengaruhi osteoporosis djelaskan pada tabel.

Faktor Keterangan
penyebab
Defisiensi Dapat disebabkan oleh:
kalsium  Asupan kalsium dalam makanan yang tidak
adekuat sehingga mudah mempercepat
penurunan massa tulang.
 Penambahan usia yaitu dengan berkurangnya
absorpsi kalsium
 Tidak adekuatnya asupan vitamin D
 Penggunaan obat tertentu, misalnya penggunaan
kortikosteroid dalam jangka panjang.
Kurangnya Mobilitas dapat menyebabkan proses menurunnya
latihan yang massa tulang, sedangkan olahraga yang teratur dapat
teratur mencegah penurunan massa tulang. Tekanan mekanis
pada latihan akan membuatnotot berkontraksi yang
dapat merangsang formasi tulang.
Perbedaan Kekuatan tulang dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
jenis kelamin Pada perempuan postmenopause. Hormon reproduksi
dan timbunan kalsium tulang menurun. Hormon
reproduksi yang dimaksud yaitu estrogen.
Tabel. Faktor utama mempengaruhi osteoporosis

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 34


Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan massa tulang pada usia lanjut
sebagai berikut:

a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Sejumlah orang mempunyai tulang yang cukup besar, sedangkan
yang lain memiliki tulang yang kecil.
Faktor makanan dan hormon

Faktor yang mempengaruhi penurunan massa


tulang

Faktor mekanis Faktor genetik

Gambar. Faktor yang mempengaruhi penurunan massa tulang pada usia


lanjut.
b. Faktor mekanis
Selain faktor genetik, beban mekanis juga mempengaruhi terhadap massa
tulang. Penambahan beban akan mengakibatkan bertambahnya massa
tulang, sedangkan pengurangan beban akan mengakibatkan bekurangnya
massa tulang. Dengan kata lain disimpulkan bahwa terdapat hubungan
langsung dan nyata antara otot dan massa tulang. Kedua hal tesebut
menunjukkan respons terhadap kerja mekanik.
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seorang dengan pertumbuhan hormon dan nutrisi yang cukup (protein
dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan
pengaruh genetik yang bersangkutan.
 Kalsium merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tulang. Perempuan
pada massa perimenopause dengan asupan kalsium yang rendah dan
absorpsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsium
menjadi negatif, sedangkan bagi mereka yang asupan kalsiumnya baik
dan absorpsinya juga baik akan menunjukkan keseimbangan kalsium
positif.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 35


 Estrogen adalah berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium.
 Rokok dan kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, terlebih jika disertai asupan kalsium yang
rendah.
 Alkohol merupakan masalah yang sering kali ditemukan pada saat ini.
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan asupan kalsium
yang rendah disertai dengan eksresi melalui urin yang meningkat.
C. PATOGENESIS

Dalam keadaan normal, proses resorpsi dan proses pembentukan tulang


(remodeling) terjadi secara terus-menerus dan seimbang. Jika terdapat perubahan
dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorpsi lebih besar dibandingkan dengan
proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Proses
pembentukan secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang
bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula.

Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun akan
mempengaruhi massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Bahan katabolik
androgen dan eksogen juga dapat :

 Menyebabkan osteoporosis
 Keadaan medis penyerta
 Obat-obatan

Selain itu, imobilitas juga dapat mendukung perkembangan osteoporosis.


Pembentukan tulang dipercepat dengan adanya stress berat badan dan aktivitas
otot. Saat di imobilitas dengan bidai, pralisis, atau ini aktivitas umum, tulang akan
diresorpsi lebih cepat dari pembentukannya, sehingga akan terjadi osteoprsi lebih
cepat dari pembentukannya, sehingga akan terjadi osteoporosis.

D. MANIFESTASI KLINIS

Osteoporosis sering kali baru ditemukan pada orang yang mengalami fraktur.
Jenis fraktur yang berbeda memiliki gejala yang berbeda pada tempat yang berbeda.
Contohnya deformitas vertebra torakalis menyebabkan penurunan tinggi badan dan
juga nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 36


Sejumlah pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada osteoporosis yaitu
pemeriksaan sinar X, CT scan densitas tulang, Rontgen, pemeriksaan laboratorium,
dan penilaian massa tulang.

F. PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN

Penatalaksanaan Farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu :

 Meningkatkan pembentukan tulang. Obat-obat yang dapat meningkatkan


pembentukan tulang, misalnya steroid anabolik.
 Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat menghambat resorpsi
tulang yaitu estrogen, kalsitonin dan vitamin D yang cukup.

Pencegahan terapi osteoporosis dapat dilakukan sedini mungkin yaitu sejak massa
kanak-kanak. Pencegahan osteoporosis pada usia muda mempunyai tujuan
memcapai massa tulang dewasa (proses konsolidasi) yang optimal. Sejumlah
pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya.

 Mengomsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup.


 Latihan/olahraga secara teratur setiap hari.
 Mengonsumsi protein hewani.
 Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko osteoporosis, misalnya
merokok, alkohol dan kafein.

Proses keperawatan

Pengkajian

 Anamnesis, tanyankan tentang klien:


 Apakah terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarga.
 Apakah klien pernah mengalami fraktur sebelumnya.
 Apakah klien mengonsumsi kalsium diet harian sesuai dengan
kebutuhan.
 Bagimana pola latiahn klien.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 37


 Kapankah terjadinya dan faktor yang mempengaruhi terjadinya
menopause.
 Apakah klien mengalami gejala lain, misalnya nyeri pinggang,
konstipasi atau gangguan citra diri.
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
 Adanya”punuk Dowager” (kifosi).
 Nyeri punggung.
 Penurunan tinggi badan.
 Gaya berjalan bungkuk.
 Nyeri sendi.
 Kelemahan otot .
 Masalah mobilitas dan pernafasan akibat perubahan postur.
 Adanya konstipasi.

Diagnosis dan intervensi keperawatan

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan program


terapi.
KH: klien menyatakan pemahaman terhadap proses penyakit dan mampu
menjelaskan program terapi yang akan diberikan.
Intervensi keperawatan
1. Ajarkan pada klien tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya
osteoporosis.
R/ Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan klien mengenai osteoporosis.
2. Anjurkan diet yang mengandung vitamin C, kalsium, dan protein, serta
suplemen kalsium dan vitamin D.
R/ Dapat mendukung metabolisme skeletal dan pembentukan tulang
3. Anjurkan latihan aktivitas fisik.
R/ Dapat meningkatkan kepadatan tulang dan mencegah keparahan
penyakit.
4. Anjurkan pada lansia untuk tetapvmengonsumsi kalsium, vitamin D, sinar
matahari, dan latihan yang memadai.
R/ Untuk meminimalkan efek osteoporosis.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
KH: nyeri hilang, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan
tepat, serta menunjukkan pengguanaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.
Intervensi keperawatan.
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, frekuensi/lamanya nyeri terjadi, onset/kapan nyeri dimulai.
R/ Untuk menentukan kebutuhan akan manajemen nyeri dan
keefektifannya.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 38


2. Pantau tingkat nyeri pada punggung. Nyeri terlokasi atau menyebar pada
abdomen atau pinggang.
R/ Mengetahui tingkat nyeri untuk penentuan intervesi dalam peredaan
nyeri punggung.
3. Gunakan kasur yang padat dan tidak lentur.
R/ Membantu mempertahankan posisidan relaksasi klien.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam permberian analgesik.
R/ Untuk meredakan rasa nyeri.
3. Risiko terhadap cedera: fraktur berhubungan dengan tulang osteoporosis
KH: Klien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatka
kemungkinan terjadinya cedera dan mampu menerapkan instruksi yang dapat
mencegah terjadinya cedera.
Intervensi keperawatan
1. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur.
R/ Hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi, dan
memperlambat demineralisasi tulang progresif.
2. Ajarkan klien untuk melakukan latihan isometrik.
R/ Latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
3. Anjurkan klien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur tubuh
yang baik
R/ Postur yang anatomis dan mekanika tubuh dapat meminimalkan risiko
terjadinya tubuh.
4. Lakukan aktivitas di luar rumah agar terpapar sinar matahari pada pagi
hari.
R/ hal ini diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh untuk perbaiki
kemampuan tubuh untuk menghasilkan vitamin D.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 39


BAB 9 PEMBIDAIAN

A. DEFINISI DAN TUJUAN

Pembidaian merupakan imobilisasi eksternal yang kaku dan dicetak sesuai kontur
tubuh di mana bidai ini dipasang. Pada umumnya, bidai digunakan untuk trauma
berupa fraktur tulang panjang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada fraktur
terbuka.

Tujuan pemakaian bidai yaitu sebagai fiksasi eksternal, sarana untuk imobilisasi,
mencegah kecacatan, dan meredakan nyeri.

B. JENIS-JENIS BIDAI

Jenis bidai yang digunakan biasanya bergantung pada bagian tubuh mana yang
akan dipasang.

Jenis bidai Deskripsi


Lengan Memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan dan
pendek melingkar erat di dasar ibu jari. Jika ibu jari dimasukkan, maka
dinamakan spika ibu jari atau bidai gauntlet.
Lengan Memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai di sebelah
panjang proksimal lipatan telapak tangan dan siku biasanya diimobilisasi
dalam posisitegak lurus.
Tungkai Memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki. Posisi kaki
pendek dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.
Tungkai Memanjang dari pembatasan sepertiga atas dan tengah paha

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 40


panjang sampai dasar jari kaki. Pada pemakaian jenis ini, lutut harus
sedikit fleksi.
berjalan Bidai tungkai panjang atau tungkai pendek yang dibuat lebih
kuat dan dapat disertai telapak kaki untuk berjalan.
Spika Melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua
ekstremitas (bidai spika tunggal atau ganda).
Spika bahu Melingkari batang tubuh dan bahu, serta siku.
Tubuh Melingkar di batang tubuh.
Spika Melingkar batang tubuh dan satu ekstremitas bawah.
panggul

PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian

Sebelum bidai dipasang. Perawat harus melakukan:

 Pengkajian kesehatan umum klien.


 Memeriksa tanda dan gejala yang muncul, serta status emosional.
 Memberikan pemahaman tentang perlunya pemasangan bidai.

Pengkajian fisik yang dilakukan pada bagian tubuh yang harus diimobilisasi
melibatkan pengkajian status neurovaskular, derajat dan lokasi pembengkakan,
memar, serta adanya abrasi kulit. Komplikasi yang terjadi dapat dilihat pada gambar.

k
l u k a o
t e k a nm
s i n d r s i n
( d e k up l
o m d r o
b i t u s )i k
k o m m d
a
p a r t e i s u
s i
m e n s e
Gambar. Komplikasi yang muncul pada pemasangan bidai.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 41


Intervensi keperawatan

1. Sasaran
Sasaran utamanya yaitu klien yang dipasang bidai termasuk
pengetahuan mengenai program pengobatan, berkurangnya nyeri, perbaikan
mobilitas fisik, pencapaian perfusi jarimgan yang adekuat, serta pencegahan
komplikasi.
2. Intervensi keperawatan
a. Memahami program pengobatan
Sebelum bidai dipasang, klien harus diberikan informasi tentang masalah
patologi dan tujuannya, serta harapan prorgam penatalaksanaan yang
diberikan. Pengetahuan ini memungkinkan klien untuk berpartisipasi
secara aktif dan patuh pada program pengobatannya.
b. Meredakan nyeri
Nyeri yang berbuhubugan dengan masalah muskuloskeletal harus di
evaluasi dengan hati-hati . nyeri dapat dijadikan sebagia petunjuk adanya
komplikasi kerusakan kulit karena tekanan pada jaringan atau tonjolan
tulang, sidrom kompartemen yang berkaitan dengan gangguan peredaran
darah. Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit biasanya dapat
dikontrol dengan imobilisasi.
c. Peningkatan mobilitas
Setiap sendi yang tidak diimobilisasi harus dilatih dan digerakkan sesuai
kisaran geraknya untuk mempertahankan fungsinya. Jika klien dipasang
bidai tungkai atau lengan maka perlu dilakukan latiahan pada jari kaki atau
tangan. Klieb harus didorong untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan
diri dan mempergunakan alat bantu secara aman.
d. Mencapai perawatan diri maksimal
Kurangnya perawatan diri dapat terjadi jika sebagian tubuh diimobilisasi
karena mengakibatkan berkurangnya kemapuan perawatan diri.
mengidentifikasi masalah tentang perawatan diri yang kurang dan
mengembangkan strategi untuk membantu klien sebaik mungkin agar
dapat mencapai kemandirian dalam menjalangkan aktifvitas kehidupan
sehari-hari.
e. Penyembuhan abrasi kulit
Sebelum pemasangan bidai, laserasi dan abrasi kulit harus dirawat
terlebih dahulu agar proses penyembuhan cepat terjadi.kulit harus di cuci
dan dirawat sesuai perintah dokter.
f. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 42


Pembengkakan dan edema merupakan respos alami jaringan terhadap
trauma dan pembedahan. Pembengkakan dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan jaringan, oklusi pembuluh darah total, dan berakibat
anolsia, yang pada akhirnya mengakibatkan rusaknya serabut saraf
maupun jaringan otot.
g. Memantau dan menangani komplikasi potensial
 Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen diakibatkan oleh peningkatan tekanan jaringan
dalam rongga yang terbatas yang akan memperburuk peredaran darah
dan fungsi jaringan dalam rongga yang tertutup.
 Luka tekan
Tekanan bidai pada jaringan lunak mengakibatkan anoksia jaringan dan
ulkus. Ekstremitas bawah yang merupakan tempat paling rentan
permukaa anterior patela. Pada ekstremitas atas, tempat tekanan utama
terletak pada epiconylus medialis humeri dan processus styloideus ulnae.
 Disuse sydrome
Selama pembidaian, klien diajari untuk melakukan kontraksi otot yaitu
kontraksi otot isometrik. Klien dengan tungkai, salah satunya diminta
untuk mengepalakn lutut. Sementara itu, klien dengan bidai lengan
didorong untuk mengepalkan tangan. Latihan isometrik harus dilakukan
paling tidak setiap jam saat klien dalam keadaan terjaga.

PENDIDIKAN KLIEN DAN PERTIMBANGAN PERAWATAN DI RUMAH

Saat bidai telah kering, klien perlu diberikan instruksi oleh perawat. Instruksi
tersebut dijelaskan pada tabel.

No Tindakan yang harus dilakukan Keterangan


1 Lakukam gerakan senormal mungkin hindari -
pemakaian ekstremitas yang cedera secara
berlebihan.
2 Lakukan latihan yang dianjurkan secara teratur -
sesuai jadwal.
3 Tinggikan ekstremitas yang dibidai setinggi Untul mencegah
jantung sesering mungkin. pembengkakan.
4 Jagalah bidai tetap kering. - Kelembapan
dapat mengurngi
kekerasan bidai.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 43


Langkah yang
harus dilakukan
yaitu tidak boleh
membungkus
bidai dengan
plastik atau karet
karena dapat
menyebabkan
kondensasi dan
bidai menjadi
basah, serta
menghindari
berjalan di tempat
yang basah, licin,
atau tepi jalan.
- Setelah dibasahi,
bidai fiber glass
harus dikeringkan
menggunakan
pengering rambut
dengan level
dingin untuk
mencegah
terjadinya
masalah kulit.
5 Biarkan bantalan pada yang kasar dengan pita. -
6 Bersihkan bidai. - Kotoran
dibersihkan pada
permukaan
dengan kain
basah.
- Tempat yang
ternoda dapat
dihilangkan
dengan selapis

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 44


tipis semir sepatu
putih.

7 Jangan berusaha menggaruk kulit di bawah -


bidai karena akan merusak kulit dan
mengakibatkan terbentuknya ulkus. Udara
dingin dari pengering rambut dapat mengurangi
rasa gatal.
8 Perhatikan bau yang timbul pada bidai, -
Area yang ternoda, area hangat, dan area
tekanan.
9 Segera laporkan pada dokter jika terdapat -
nyeriYang menetap, pembengkakan yang tidak
berespons terhadap peninggian, perubahan
sensasi, berkurangnya kemampuan
menggerakkan jari tangan dan jari kaki yang
terbuka, serta perubahan warna dan temperatur
kulit.

BIDAI LENGAN

Klien yang lengannya diimobilisasi, harus mematuhi berbagai kewajiban rutin.


Lengan yang bebas harus selalu digerakkan sesuai gerakan lengan seperti biasa.
Saat klien berbaring, lengan ditinggikan dengan setiap sendi diposisikan lebih tinggi
dari sendi yang proksimal.

Gangguan peredaran darah pada tangan akan tampak dengan adanya tanda
sianosis, pembengkakan, dan ketidakmampuan menggerakkan jari. Kontraktur jari
dan pergelangan tangan dapat terjadi akibat iskemia karena obstruksi aliran darah
atrial ke lengan bawah dan tangan.

BIDAI TUBUH ATAU SPIKA

Bidai yang membungkus batang tubuh, sebagian batang tubuh dan satu atau
duaekstremitas membutuhkan teknik keperawatan khusus. Bidai tubuh dipasang jika
diperlukan imobilisasi tulang belakang. Spika panggul digunakan pada klien patah

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 45


leher tulang femur dan sebagian pembedahan sendi panggul, sedangkan bidai spika
bahu dipasang pada patah leher tulang humerus.

SINDROM PEMBIDAIAN

Klien yang diimobilisasi dengan bidai besar akan mengalami respons psikologis
dan fisiologis akibat keterbatasan. Klien memperlihatkan rekasi ansietas akut yang
ditandai dengan perubahan tingkah laku dan respons otonomik. Seperti pada
keadaan ileus adinamik pada umumnya, klien dirawat secara konservatif dengan
dekompresi dan terapi cairan intravena sampai motilitas gastrointestinal kembali.
Distensi dapat mengakibatkan tarikan pada arteri mesenterika superior, sehingga
menurunkan asupan darah ke usus. Usus dapat mengalami gangre dan memerlukan
intervensi bedah.

p e n in g k a ta
n denyut p e n in g k a t
ja n t u n g an
p e le b te k a n a n
a ra n d a ra h
p u p il
Resp o
ns
o to n o
d ia f m ik
o re s
is
p e n in g k a ta n
fre k u e n s i
p e rn ap a san

Gambar. Respons otonomik pada reaksi ansietas akut klien.

PERAWATAN BIDAI SECARA UMUM

Setelah dilakukan pemasangan bidai, bidai perlu dilakukan perawatan agar fraktur
dapat sembuh tepat pada waktunya. Untuk mencegah dekubitus, kulit klien harus

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 46


diperiksa sesring mungkin untuk mengetahui adanya tanda tekanan atau lecet.
Perubahan posisi harus sering dilakukan pada klien dan perawat juga harus
menggunakan alat pelindung kulit. Jika telah terbentuk ulkus akibat tekanan, maka
perawat harus berkonsultasi dengan dokter mengenai pennganannya.

Keperawatan medikal bedah sistem muskuloskeletal Page 47

Anda mungkin juga menyukai