Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASAM URAT

A. Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat
yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan
defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth.
2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi
akut.
Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit metabolik
dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam
urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

B. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan
purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
ginjal yang akan menyebabkan :
 Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
 Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti :
aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan
etambutol.

C. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang). Rangka
(skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan
(kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206 tulang )
yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama
tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago.
Rangka digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.

1. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.


 Kolumna vertebra
 Tengkorak
 Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-organ panca
indera.
 Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.
 Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
 Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
2. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang
pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan
tungkai pada rangkai aksial.
3. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.

Fungsi Sistem Rangka :


1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya
ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada
tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak, adanya
persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow).

Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :


1. Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang
karang, bagian luas terdiri dari tulang padat
3. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang
karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang,
tulang berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat juga
tulang yang berkembang didalam tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid).
Semua tulang memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya. Bagian tulang
tumbuh secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan dengan
metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan
total aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah
yang membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke
atas dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai
korteks, morrow, dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi
tulang dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf
efferent menstramisikan rangsangan nyeri.

Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang


Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan maksimal.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian pertumbuhan yang
seimbang pembentukan dan penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia 35
tahun. Tahun –tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga
tulang mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap
injury.Pertumbuhan dan metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone
sebagai berikut :
 Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor.
Konsentrasi ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar
kalsium meningkat maka kadar fosfor akan berkurang, ketika kadar kalsium
dan kadar fosfor berubah, calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara
keseimbangan.
 Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam menurunkan
kadar kalsium jika sekresi meningkat di atas normal. Menghambat reabsorbsi
tulang dan meningkatkan sekresi fosfor oleh ginjal bila di perlukan.
 Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk
meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus, juga memberi
kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas kalsium dari tulang.

Proses Pembentukan Tulang


Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar ultraviolet
matahari dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi denagan kalsium dan fosfor,
vitamin ini penting untuk pembentukan tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin, termasuk
vitamin D2 dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah D3 (kolekalsiferol),
yang dihasilkan olehakifitas foto kimia pada kulit ketika dikenai sinar ultraviolet
matahari. D3 pada kulit atau makanan diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa –
globulin sebagai transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi
kolekalsiferon atau kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk
transformasi ke dalam metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho
lekalciferol atau calcitriol. Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh hormone
parathyroid (PTH) dan kadar fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor
penambahan produksi kalsitriol terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau
pengurangan kadar fosfat dalam cairan darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara optimal dan
bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu pengaturan kalsium darah.
Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena pengurangan
penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT
dan pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
 Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi
hormone parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam menyalurkan
kalsium ke dalam darah lebih lanjutnya hormone ini menurunkan hasil
ekskresi kalsium melalui ginjal dan memfasilitasi absorbsi kalsium dari usus
kecil dan sebaliknya.
 Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan
penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
 Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini
dapat meningkat atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau
meningkatkan matriks organic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi
absorbsi kalsium dan fosfor dari usus kecil.
 Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat
hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada masa
menopause, wanita sangat rentan terjadinya massa tulang (osteoporosis).

Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya
rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat
yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian
(berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
Ø Klasifikasi struktural persendian :
 Persendian fibrosa
 Persendian kartilago
 Persendian synovial.
Ø Klasifikasi fungsional persendian :
 Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara structural, persendian ii dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa
atau kartilago.
 Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit
gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi .
 Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi ini
memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul sendi yang
menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi
kartilago artikular.
Ø Klasifikasi persendian sinovial :
 Sendi sfenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju ke
tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.
 Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh : persendian
pada lutut dan siku.
 Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis sentral.Contoh :
persendian antara bagian kepala proximal tulang radius dan ulna.
 Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut kanan
setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang karpal.
 Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
 Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan
tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra.
Anatomi Fisiologi Otot.
Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia
menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap perubahan lingkungannya.
Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-
sel kontraktil yang serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan
pergerakan dan melakukan pekerjaan.
Ø Fungsi sistem Muskular
 Pergerakan
 Penopang tubuh dan mempertahankan postur
 Produksi panas.
Ø Ciri-ciri otot
 Kontraktilitas
 Eksitabilitas
 Ekstensibilitas
 Elastisitas
Ø Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang
(lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya,volunteer (sadar)
atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang
hanya ditemukan di jantung.
Ø Jenis-jenis Otot
 Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
 Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus,
serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik,
pencernaan,reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
 Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.

D. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan
menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b. Menurunnya ekskresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan
ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan
ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki,
tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan
demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan
interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun
setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang
tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai
dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan
polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane
synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar,
helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar
mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal
asam urat.

E. Manifestasi Klinis
a. Nyeri tulang sendi
b. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
c. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d. Peningkatan suhu tubuh.

Gangguan akut :
 Nyeri hebat
 Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
 Sakit kepala
 Demam.

Gangguan kronis :
 Serangan akut
 Hiperurisemia yang tidak diobati
 Terdapat nyeri dan pegal
 Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan
monosodium urat dalam jaringan)

F. Manifestasi klinis
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
berulang, dan pencegahan komplikasi.
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine
1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
c. Kompres dingin
d. Diet rendah purin
e. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
f. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
g. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
h. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
i. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam
urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien
dengan gagal ginjal).
j. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan
terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol
100 mg 2 kali/hari.

G. Komplikasi
a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi
yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi
b. SDP meningkat (leukositosis)
c. Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
d. Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop khusus akan
tampak kristal urat yang berbentuk seperti jamur
e. Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa tefoseus
dan destruksi tulang dan perubahan sendi

I. Pencegahan
a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan
(jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan,
Bayam, Udang, Daun melinjo.
b. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan
asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan
tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
c. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani
dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan
segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah
semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-
buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-
buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari
adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang
tinggi.
g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka
yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam
laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh

J. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan.
Untuk itu, diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien
sehingga dapat memberi arah terhadap.
a. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui: Identitas meliputi nama, jenis
kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawainan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umunya keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah
sendi yang mengalami masalah.Untuk mempperoleh pengkajian yang lengkap
tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.

1. Provoking incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah


peradangan.
2. Quality Of Painn: Nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk.
3. Region,Radition,Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar , dan nyeri
terjadi di sendi yang mengalami masalah.
4. Severity(scale) Of Pain: Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3 pada rentang
skala pengukuran 0-4.
5. Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
b. Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data dilakukan sejak muncul keluhan dan secara umum,


mencakup awitan gejala, dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting di
tanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, alopurinol.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung
terjadinya gout. Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah adakah klien pernah
dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alcohol yang
berlebihan dan penggunaan obat diuretic.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adakah keluarga dari genarasi terdahulu mempunyai keluhan yang
sama dengan klien karena penyakit gout berhubungan dengan genetik. Ada
produksi/sekresi asam urat yang berlebihan yang tidak di ketahui penyebabnya.
e. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan penyakit
klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon yang di dapat meliputi adanya
kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat
respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis
penyakit serta peningkatan asam urat terhadap sirkulasi.
Adanya perubahan peran dalanm keluarga akibat adanya nyri dan hambatan
mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang maldaptif.
f. Pengkajian Berdasarkan Pola
1. Pola Presepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Keluhan utama nyeri pada pada sendi
b) Pencegahan penyerangan dan bagaimana cara mengatasi atau mengurangi
serangan.
c) Riwayat penyakit Gout pada keluarga
d) Obat utntuk mengatasi adanya gejala
2. Pola nutrisi dan metabolic
a) Peningkatan berat badan
b) Peningkatan suhu tubuh
c) Diet

3. Pola aktifitas dan Latihan


a) Respon sentuhan pada sendi dan menjaga sendi yang terkena

4. Pola presepsi dan konsep diri


a) Rasa cemas dan takut untuk melakukan pergerakan
b) Presepsi diri dalam melakukan mobilitas
g. Pemeriksaaan fisi
1. B1 (Breathing)
a) Inspeksi: bila tidak melibatkan sistem pernapasan,biasanya ditemukan
kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas, tidak ada penggunaan
otot bantu pernapasan.
b) Palpasi: taktil fremitus seimbang kiri dan kanan
c) Perkusi : Suara resona pada seluruh lapang paru
d) Auskultasi : suara napas hilang/melemah pada sisi yang sakit, biasanya di
dapat suara ronki atau mengi.

2. B2 (Blood): pengisian kapiler kurang dari 1 detik,sering ditemukan keringat


dingin,dan pusing karena nyeri.

3. B3 (Brain): kesadaran biasanya kompos mentis


a) Kepala dan wajah : ada sianosis
b) Mata : sclera biasanya tidak ikterik
c) Leher : biasanya JVP dalam batas normal

B4 (Blader) : produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada sistem perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami
komplikasi ke gijal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan GGK yang akan
menimbulka perubahan fungsi pada sistem ini.

5 B5 (bawel) : kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan,


tetapi perlu dikaji frekuensi, konsistensi,warna, serta nbau feses. Selain itu
perlu di kaji frekiensi, konstitensi, warna, bau, dan jumlah urine. Klien
biasanya mual, mengalami nyeri lambung,dan tidak ada nafsu makan,
terutama klien yang memakai obat analgesik dan anti hiperurisemia.

6 B6 (Bone) : pada pengkajian ini ditemukan


a) Look: keluhan nyeri sendi uyang merupakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan (meskipun sebelumnya sendi sudah
kaku dan berubah bentuknya).
b) Feel: ada nyeri tekan pada sendi yang membengkak
c) Move: hambatan gerahan sendi biasanya semakin memberat

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera.


b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan kontraktur.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.

3. Perencanaan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri akut Pasien mampu 1. Kaji nyeri pasien menggunakan
berhubungan menjelaskan kadar metode PQRST.
dengan agen-agen dan karakteristik R/ Memberikan informasi sebagai
penyebab cedera nyeri dasar dan pengawasan keefektifan
intervensi.

2. Bantu pasien untuk mendapatkan


posisi yang nyaman.
R/ Untuk menurunkan ketegangan
atau spasme otot dan
mendistribusikan kembali tekanan
pada bagian tubuh.

3. Lakukan tindakan kenyamanan


untuk meningkatkan relaksasi,
seperti pemijatan, mengatur posisi,
dan teknik relaksasi.
R/ Membantu pasien mwmfokuskan
pada subjek pengurangan nyeri.

4. Cegah agar tidak terjadi iritasi


pada tofi, misalnya menggunakan
sepatu yang sempit dan terantuk
benda yang keras
R/ Bila terjadi iritasi maka akan
semakin nyeri.

5. Berikan obat-obatan yang


dianjurkan sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi nyeri yang
adekuat.
2. Hambatan Pasien mampu 1. Melakukan latihan ROM untuk
mobillitas fisik mempertahankan sendi yang terkena gout jika
berhubungan kekuatan otot dan memungkinkan
dengan kaku sendi ROM sendi R/ Tindakan ini mencegah kontraktur
dan kontraktur sendi dan atrofi otot.

2. Miringkan dan atur posisi pasien


setiap 2 jam sekali pada pasien
tirah baring
R/ Tindakan ini mencegah kerusakan
kulit dengan mengurangi tekanan.

3. Pantau kemajuan dan


parkembangan kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas
R/ untuk mandeteksi perkembangan
klien.

4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi


untuk latihan fisik klien.
R/ kemampuan mobilisasi ekstremitas
dapat ditingkatkan dengan latihan
fisik.

5. Ajarkan pasien atau anggota


keluarga tentang latihan ROM
R/ Untuk membantu persiapan
pemulangan pasien.
3. Defisit Pasien mampu 1. Kaji kemampuan pasien dalam
pengetahuan mengkomunikasikan mengungkapkan intruksi yang
berhubungan apa yang dirasakan diberikan
kurang dan yang diajarkan. R/ Mengetahui respond an
pajanan informasi kemampuan kognitif pasien dalam
menerima informasi.

2. Berikan jadwal obat yang di


gunakan meliputi nama obat, dosis,
tujuan dan efek samping
R/ Tindakan ini dapat meningkatkan
koordinasi dan kesadaran pasien
terhadap pengobatan yang teratur.
3. Berikan informasi mengenai alat-
alat bantu yang mungkin
dibutuhkan
R/ mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut
serta secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.

4. Jelaskan pada pasien menegenai


penyakit yang dialami.
R/ memberikan pengetahuan pasien
sehingga dapat menghindari
terjadinya serangan berulang.

5. Dorong pemasukan diet rendah


purin dan cairan yang adekuat
R/ meningkatkan penyembuhan.

4. Evaluasi
Discharge Planning
Selama dirawat di Rumah Sakit, pasien sudah dipersiapkan untuk perawatan
dirumah. Beberapa informasi penyuluhan pendidikan yang harus sudah
dipersiapkan/diberikan pada keluarga pasien ini adalah:
1) Pengertian dari penyakit Arthritis gout.
2) Penjelasan tentang penyebab penyakit.
3) Memanifestasi klinik yang dapat ditanggulangi/diketahui oleh keluarga.
4) Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat keluarga lakukan.
5) Klien dan keluarga dapat pergi ke Rumah Sakit/Puskesmas terdekat apabila
ada gejala yang memberatkan penyakitnya.
6) Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan pada pasien dalam menaati
program pemulihan kesehatan.
7) Anjurkan pasien untuk diet rendah purin.

Anda mungkin juga menyukai