TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Hiperkalsiuria
Hiperkalsiuria merupakan kelainan yang paling sering ditemukan pada
pasien dengan batu kalsium. Akan tetapi, peran hiperkalsiuria pada
pembentukan batu masih kontroversial. Investigasi terakhir menyatakan
bahwa plak adalah perkursor yang potensial pada pembentukan batu
kalsium dan angkanya berhubungan langsung dengan kadar kalsium dalam
urin dan angka kejadian batu (Pearle et al, 2012). Konsentrasi kalsium
dalam urin yang tinggi menyebabkan meningkatnya saturasi garam kalsium
pada urin dan menurunnya aktivitas inhibitor seperti sitrat dan kondroitin
sulfat (Stoller, 2008).
a. Absorptive Hypercalciuria
Konsumsi kalsium normal rata-rata per hari adalah 900-1000 mg.
Kira-kira 150-200 mg akan dieksresikan melalui urin. Absorptive
Hypercalciuria (AH) adalah suatu keadaan meningkatnya absorpsi kalsium
pada usus halus, terutama jejunum. Hal ini diakibatkan meningkatnya
jumlah kalsium yang disaring oleh glomerulus, mengakibatkan surpresi dari
hormon paratiroid. Selanjutnya, reabsorpsi kalsium pada tubulus ginjal akan
menurun, mengakibatkan hiperkalsiuria. Kaskade fisiologis ini adalah
sebagai respon dari meningkatnya absorpsi kalsium di usus halus (Stoller,
2008).
c. Renal Hyperkalsiuria
Pada hiperkalsiuria renal, kerusakan pada tubulus ginjal
mengakibatkan gangguan pada reabsorpsi kalsium. Hal ini menyebabkan
meningkatnya kadar kalsium dalam urin. Kadar kalsium dalam serum tetap
normal disebabkan ginjal yang kehilangan kalsium dikompensasi oleh
meningkatnya absorpsi kalsium melalui pencernaan dan mobilisasi kalsium
dari tulang diakibatkan peningkatan hormon paratiroid (Pearle et al, 2012).
2.4 Urin
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air
(96%) air dan sebagian kecil zat terlarut (4%) yang dihasilkan oleh ginjal,
disimpan sementara dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses
mikturisi. (Evelyn C. Pearce, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Astawan M. 2008. Sehat dengan Hidangan Hewani. Jakarta: Penebar
Swadaya
Butt M. S., A. Ahmed, M.T. Sultan A. Imran, M. Yasin and M. Imran. 2011.
Evaluating the effect of decaffeination on nutritional and antioxidant
status of different coffee brands. Journal of Food Safety., Vol. 13.,
Page :198-207.
Gropper, S. S., Smith, J. L. & Groff, J. L.2009. Advanced Nutrition and
Human Metabolism. Wadsworth: Cengage Learning.
Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat.
Bandung: Yrama Widya.
Lane NE. 2003. Lebih Lengkap Tentang : Osteoporosis Petunjuk untuk
Penderita dan Langkah Langkah Penggunaan Bagi Keluarga.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mithal A, Ebeling P, Kyer CS. 2014. The Asia-Pacific Regional Audit:
Epidemiology, costs & burden of osteoporosis in 2013. Int Osteoporos
Found. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism., Vol. 18.,
Hal : 449-454.
Murray, R. K., Granner, D. K., and Rodwell, V. W. 2009. Biokimia Harper
27th Edition. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nawrot. P., S. Jordan., J. Eastwood., J. Rotstein., A. Hugenholtz., and
M. Feeley. 2003. Effects of caffeine on human health. Journal of
Food Additives and Contaminants. Vol. 20(1): 130.
Nieves, J. W. 2005. Osteoporosis: The Role of Micronutrient. The American
Journal of Clinical Nutrition., Vol. 81., Page: 1232-1239.
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta :
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Pearle, M.S., Lotan, Y. 2012. Campbell Walsh Urology 10th Edition:
Urinary Lithiasis. USA: Saunders Elsevier.
Permatasari, Tria Astika Endah. 2011. Hubungan Asupan Kalsium dan
Faktor Risiko Lainnya Dengan Kejadian Osteoporosis Pada
Kelompok Dewasa Awal di Wilayah Ciputat-Tangerang Selatan.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan., Vol. 7., No. 2.
Pusdiknakes.1985. Diktat Kimia Klinik. Depkes RI: Jakarta
Ramadani, Meri. 2010. Faktor Faktor Resiko Osteoporosis dan Upaya
Pencegahannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat., Vol. 4., No.2.
Roger watson. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : ECG
Stoller, M.L. 2008. Smiths General Urology 18th Edition: Urinary Stone
Disease. USA: McGraw Hill.
Thompson, Janice. L., Melinda M. Manore., and Linda A. Vaughan.
2011. The Science of Nutrition. United States of America:
Pearson Education, Inc. p: 415-513.
Utomo, Margo., Wulandari Meikawati., dan Zilfa Kusuma Putri. 2010.
Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kepadatan Tulang pada
Wanita Postmenopause. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia.,
Vol. 6., No.2.
Widmann, Frances. K. 1992. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 9. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
World Health Organization. 1994. Assessment of fracture risk and its
application to screening for postmenopausal osteoporosis. Report of a
WHO Study Group. Rep a WHO Study Gr. Page;843:1129.
Yang-Hwei Tsuang, Jui-Sheng Sun, Li-Ting Chen, Samuel Chung-Kai Sun
and San-Chi Chen.2006. Direct effects of caffeine on osteoblastic
cells metabolism: the possible causal effect of caffeine on the
formation of osteoporosis. Journal of Orthopaedic Surgery and
Research. 1:7
Zaviera F. 2008. Osteoporosis : Deteksi Dini, Penanganan, dan Terapi
Praktis. Yogyakarta:Katahati