PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan
jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung
terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian ( Robbins SL, Cotran RS,
Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012 ). Masyarakat sering menganggap nyeri dada
yang menjalar hanyalah rasa capek biasa, kemungkinan besar itu tanda dari
penyakit jantung. Nyeri pada infark miokard akut tidak bisa hilang sendirinya,
meskipun gejala berkurang saat istirahat. Pada masyarakat masih salah persepsi
ketika mereka istirahat, gejala mereka hilang berarti mereka sembuh. Salah satu
penyebab adalah anggapan bahwa penyakit yang ia derita hanya gejala masuk
angin atau angin duduk biasa. Cara yang paling sering ditempuh untuk mengatasi
gejala masuk angin adalah dengan menggosokkan balsam atau minyak rempah
pada tubuh penderita. Setelah itu sering kali dilanjutkan dengan mengerik, yaitu
menggoreskan uang logam pada punggung dan dada hingga meninggalkan bekas
berwarna kemerahan dan berpola seperti tulang sirip ikan. Bekas goresan yang
berwarna lebih merah sampai kehitaman adalah pertanda banyaknya angin yang
masuk ke dalam tubuh. Adapun jika penderita bersendawa saat digosok atau
dikerik, maka angin dianggap sudah berhasil dikeluarkan dari tubuh ( Yahya,
2010 ).
Dari data WHO tahun 2012 menunjukkan bahwa Infark Miokard Akut
atau IMA merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung 12,2%
kematian di dunia di akibatkan oleh penyakit kardiovaskuler salah satunya adalah
Infark Miokard Akut ( WHO, 2012 ). Di Indonesia, penyakit IMA merupakan
penyebab
kematian pertama, dengan angka mortalitas 2.200.000 ( 14% ) ( WHO, 2008 ).
Pada tahun 2009, IMA masuk dalam kategori 10 besar penyakit tidak menular
yang menjadi penyebab kematian di rumah sakit di seluruh Indonesia yaitu sekitar
6,25% (Kemenkes, 2012). Di Jawa Timur, IMA merupakan salah satu dari 20
penyakit terbanyak di rumah sakit di provinsi Jawa Timur yaitu sekitar 1,45%
(Dinkes Jawa Timur, 2010). Data yang didapatkan dari pada tahun 2017 terdapat
6 penyakit Infark Miokard Akut ( IMA ) ( Rekam Medik , 2017 ).
Penyebab utama dari terjadinya infark miokard adalah ketidakseimbangan
antara pasokan dan kebutuhan oksigen di jaringan otot jantung. Kebutuhan
oksigen di jaringan otot jantung yang tinggi, tetapi pasokan (supply) oksigen ke
daerah tersebut kurang. Jika tidak mendapatkan oksigen dalam waktu yang cukup
lama, lama kelamaan jaringan otot jantung dapat rusak dan bersifat menetap.
Sehingga darah yang membawa oksigen tidak mencapai otot jantung. Infark
miokard yang sering terjadi karena disebabkan sumbatan pembuluh darah jantung
atau ischemia. Tanda dan gejala dari IMA terjadi nyeri dada yang terjadi secara
mendadak dan terus-menerus tidak mereda, nyeri sering disertai dengan sesak
nafas, pucat, dingin, diaphoresis berat, pening atau kepala terasa melayang dan
mual muntah. Keluhan yang khas ialah nyeri dada seperti diremas-remas, ditekan,
ditusuk, panas atau tertindih barang berat, dan menjalar ke lengan (umumnya
kiri), bahu leher, rahang bahkan kepunggung dan epigastris ( Kasron, 2012 ).
Disritmia adalah komplikasi tersering pada infark, akibat perubahan
keseimbangan elektrolit dan penurunan PH. Dapat terjadi syok kardiojenik apabila
curah jantung sangat berkurang dalam waktu lama. Setelah infark miokard
sembuh, terbentuk jaringan parut yang menggantikan
sel-sel miokardium yang mati. Apabila jaringan parut cukup luas, kontraktilitas
jantung dapat berkurang secara permanen ( Corwin, 2009 ).
Mengingat begitu berbahaya nya Infark Miokard Akut bagi kesehatan
maka perlu diberikan asuhan keperawatan pada pasien Infark Miokard Akut
(IMA). Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat yakni asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka
insiden Infark Miokard Akut melalui upaya promotif yang dilakukan dengan cara
menganjurkan pada pasien sebisa mungkin menghindari faktor- faktor yang dapat
memperberat penyakit dan menurunkan angka kematian. Preventif dilakukan
dengan cara mengajarkan pasien cara untuk menanggulanginya. Kuratif yaitu
memberikan terapi yang tepat sesuai dengan perintah dokter. Rehabilitatif yaitu
memantau agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat pada organ tubuh
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.3.2.1 Mengkaji pasien dengan diagnosa Infark Mikard Akut di ruang Melati
.
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa Infark
Miokard Akut di ruang Melati .
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat :
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien Infark
Miokard Akut.
1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan
pada pasien dengan Infark Miokard Akut.
Intinya IMA terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian
sel – sel jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan
oksigenasi tersebut ( Kasron, 2016 ) diantaranya :
2.1.3.1 Berkurangnya suplai oksigen ke miokard
2.1.4.1 Ukuran infark : infark yang melebihi 40% miokardium berkaitan dengan
insiden syok kardiogenik tinggi.
2.1.4.2 Lokasi infark : lokasi di dinding anterior lebih besar kemungkinannya
mengurangi fungsi mekanik dibandingkan dengan kerusakan dinding
inferior.
2.1.4.3 Fungsi miokardium yang terlibat : infark tua akan membahayakan fungsi
miokardium sisanya.
2.1.4.4 Sirkulasi kolateral : baik melalui anastomosis arteri yang sudah ada atau
melalui saluran yang baru terbentuk, dapat berkembang sebagai respon
terhadap iskemia yang kronik dan hipoperfusi regional guna memperbaiki
aliran darah yang menuju ke miokardium terancam.
2.1.4.5 Mekanisme kompensasi dari kardiovaskuler mekanisme ini bekerja untuk
mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer ( Wijaya, Putri, 2013 ).
2.1.5.1 Klinis
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang
terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya
nekrosis.
2.1.6 Penatalaksanaan
3) NSAID
2.1.6.5 Pembedahan
Infark miokardium klasik oleh trias diagnostic yang khas ( Price, 2006
dalam Wijaya, Putri, 2013 ).
2.1.7.1 Pertama :
Gambaran klinis yang khas terdiri dari nyeri dada yang berlangsung lama
dan hebat, biasanya disertai mual, keringat dingin, muntah, dan perasaan
seakan – akan menghadapi ajal.
1) Tetapi, 20% - 60% kasus infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi
atau asimtomatik.
2) Sekitar setengah dari kasus ini benar – benar tersembunyi dan tidak
diketemukan kelainan, dan diagnosis melalui pemeriksaan EKG yang
rutin atau pemeriksaan postmortem.
2.1.7.2 Kedua
Meningkatkan kadar enzim – enzim jantung yang dilepaskan oleh sel – sel
miokardium yang nekrosis.
1) Enzim – enzim yang dilepaskan terdiri dari keratin, fosfokinase, ( CK
atau CPK ), glautamat, oksaloasetat transaminase ( SGOT atau GOT )
dan laktat dehidrogenase ( LDH ).
2) Pola peningkatan enzim ini mengikuti perjalanan waktu yang khas
sesudah terjadinya infark miokardium. Meskipun enzim ini merupakan
pembantu diagnosis yang sangat berharga, tetapi interprestasinya
terbatas oleh fakta bahwa peningkatan enzim yang terukur bukan
merupakan indikator spesifik kerusakan miokardium, terdapat proses –
proses lain yang juga dapat menyebabkan peningkatan enzim, sehingga
dapat menyesatkan interprestasi.
2.1.7.3 Ketiga :
Terlihat perubahan – perubahan pada EKG, yaitu gelombang Q yang
nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik.
1) Perubahan ini tampak pada hantaran yang terletak diatas daerah
miokardium yang mengalami nekrosis.
2) Sedang beberapa waktu segmen ST dan gelombang T akan kembali
normal, hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti
elektrokardiograp adanya infark lama
3) Tetapi hanya 50% atau 75% pasien infark miokardium akut yang
menunjukkan pemulihan elektrokardiografis klasik ini
4) Pada 30% pasien yang didiagnosis dengan infark tidak terbentuk
gelombang Q.( Price, Silvia, 2006 ).
Tabel 2.1 Tabel Perjalanan Waktu Enzim Jantung pada IMA
Enzim Onset Puncak Kembali normal
CK 3 – 6 Jam 12 – 24 Jam 3 – 5 Hari
2.1.8
Komplikasi Infark Miokard
2.1.8.1 Disritmia
Komplikasi paling sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama
jantung ( 90% ). Faktor predisposisi : 1) Iskemia Jaringan, 2) Hipoksemia,
3) Pengaruh Sistem Saraf Para-Simpatis dan Simpatis, 4) Asidosis laktat,
5) Kelainan Hemodinamaik, 6) Keracunan Obat, 7) Gangguan
Keseimbangan Elektrolit.
2.1.8.2 Gagal Jantung Kongestif dan Syok Kardiogenik
Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang untuk
terkena AMI, yaitu faktor resiko yang bisa di modifikasi dan faktor resiko
yang tidak bisa di modifikasi ( Kasron, 2016 ).
2.1.9.1 Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi
1) Merokok
4) Hipertensi Sistemik
Hipertensi sistemik menyebabkan peningkatan after load yang secara
tidak langsung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi
seperti ini akan memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi
dari meningkatnya after load yang pada akhirnya meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung.
5) Obesitas
Merupakan faktor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu
diantaranya :
1) Usia
2.2.1 Pengkajian
Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama, nomor
register, pendidikan, tanggal MRS, serta pekerjaan yang berhubungan
dengan stress atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jenis
kelamin lebih sering terjadi pada laki – laki umur 35 tahun dan wanita
lebih dari 50 tahun ( Shoemarker, 2011 ).
2.2.1.2 Riwayat Kesehatan
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang
rasanya tajam dan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal.
Nyeri dapat menyebar ke belakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri,
leher, rahang, atau bahu kiri. Nyeri miokard kadang-kadang sulit
dilokalisasi dan nyeri mungkin dirasakan sampai 30 menit tidak hilang
dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin ( Yuniarta, 2011 ).
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang
dirasakan lebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar samapi lengan kiri,
rahang dan bahu yang disertai rasa mual, muntah, badan lemah dan
pusing. ( Yuniarta, 2011 ).
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada klien infark miokard akut perlu dikaji mungkin pernah mempunyai
riwayat diabetes mellitus, karena diabetes mellitus terjadi hilangnya sel
endotel vaskuler dan berakibat berkurangnya produksi nitri oksida
sehingga terjadi spasme otot polos dinding pembuluh darah
( Underwood, 2012 ).
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Rasa takut, gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering muncul
pada klien dan keluarga. Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang dirasakan
oleh klien. Perubahan psikologis tersebut juga muncul akibat kurangnya
pengetahuan terhadap penyebab, proses dan penanganan penyakit infark
miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang kooperatif dengan
perawat ( Yuniarta, 2011 ).
7) Pemeriksaan Fisik
(1) Airways
Jalan Napas dan preNapasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila
perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
(2) B1 ( Breathing )
((2)) Getaran suara : getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang
diletakkan pada dada pasien saat pasien mengucapkan kata – kata.
(3)) Perkusi
(1)) Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut, dan
berdebar.
(2)) Keluhan sulit tidur ( karena adanya orthopnea, dispnea noktural
paroksimal, nokturia, dan keringat pada malam hari ).
(3)) Istirahat tidur : kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam
pasien tidur dalam 24 jam dan apakah pasien mengalami sulit tidur
dan bagimana perubahannya setelah pasien mengalami gangguan
pada sistem kardiovaskuler. Perlu diketahui, pasien dengan IMA
sering terbangun dan susah tidur karena nyeri dada dan sesak napas.
(4)) Aktivitas : kaji aktivitas pasien dirumah atau dirumah sakit.
Apakah ada kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktivitas.
Aktivitas pasien biasanya berubah karena pasien merasa sesak napas
saat beraktivitas.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu
harus spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan mengutamakan
prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
2.2.2.1 Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli sekunder
kegagalan fungsi jantung.
2.2.2.2 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung.
2.2.2.4 Penurunan curah jantung b.d perubahan laju, irama, dan konduksi
elektrikal.
2.2.2.5 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard.
2.2.2.6 Ansietas b.d perubahan kesehatan dan status sosio-ekonomi.
Ketidakefektifan perfusi
Iskemia Tidak seimbang kebutuhan dengan
jaringan perifer
suplai oksigen
Kelemahan miokard Komplikasi : Asam laktat meningkat
Penurunan kontraktilitas miokard Gagal jantung
Infark kongesti
Miokardium Metabolisme anaerob meningkat
Vol akhir diastolic ventrikel kiri meningkat
Shock kardiogenik
Perikarditis
Rupture jantung Nyeri Dada
Tekanan atrium kiri meningkat Aneurisma jantung
Defek septum ventrikel
Tekanan vena pulmonalis meningkat Disfungsi otot papilaris
Tromboembolisme
Oedema paru
Tidak tahu kondisi dan
Gangguan pertukaran gas
Suplai darah kejaringan tak pengobatan ( klien dan
adekuat Kelemahan fisik
keluarga bertanya )
Intoleransi aktivitas
Gambar 2.1 Pohon masalah pada pasien dengan IMA Defisiensi pengetahuan Ansietas
( Sumber : Huda Nurarif, Kusuma, 2013
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang mulai
dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi dari tanggal
27 Desember 2018 di ruang Melati .
Data diambil tanggal : 27 Desember 2018 Jam : 21.00 Tgl MRS : 27 Desember 2018
Ruang rawat/kelas : Mawar Diagnosa Medis : Stemi Anterior No.
Rekam medis : 0038xxxx
3.1 Identitas Klien
Klien adalah seorang laki - laki bernama Tn. H usia 50 tahun beragama islam, klien
tinggal di Gempol – Pasuruan, klien bekerja sebagai sopir dengan pendidikan terakhir
SD, klien menikah dengan Ny. T dan dikaruniai dua orang anak. Klien MRS pada
tanggal 27 Desember 2019 di Ruang Melati .
3.1.2 Riwayat Penyakit
Ket :
= Perempuan = Pasien
= Tinggal serumah
2) Tanda Vital :
3) Respirasi (B1)
Bentuk dada normal chest, tidak ada skoliosis pada susunan ruas tulang
belakang, irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea, terdapat retraksi
otot bantu pernafasan, perkusi thorax sonor, getaran sama kanan kiri pada
vokal premitus, menggunakan alat bantu nafas NRBM 10 Lpm, dan
terdapat suara nafas wheezing, pasien mengatakan sesak dan letih setelah
beraktivitas.
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan pola nafas dan Intoleransi Aktivitas
4) Kardiovaskuler (B2)
Terdapat nyeri dada, irama jantung reguler, ictus cordis teraba kuat
pada ICS V Midclavicula, dunyi jantung S1 dan S2 Tunggal, CRT <3
detik, tidak terdapat sianosis, tida terdapat clubbing finger, dan tidak ada
pembesaran JVP.
P = Nyeri timbul saat beraktivitas
Q = Nyeri seperti diremas – remas
R = Nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 6
T = Nyeri hilang timbul
5) Persyarafan (B3)
7) Pencernaan (B5)
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, terdapat caries, dan saat
di RS tidak menggosok gigi tetapi melakukan oral hygiene menggunakan
listerine. Pasien tidak mengalami kesulitan menelan dan tidak ada
pembesaran tonsil. Tidak ada nyeri abdomen, tidak kembung dan
peristaltik usus 10 x/menit. Pasien mengatakan saat dirawat di RS belum
BAB.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Tidak terdapat fraktur, tidak ada dislokasi, akral pucat, turgor kulit
baik, tidak ada oedema, dan kekuatan otot
5 5
5 5
9) Pengindraan (B7)
Pada mata tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pasien bisa
melihat dengan jelas, konjungtiva anemis, sklera putih. Ketajaman
penciuman normal, tidak ada sekret dan mukosa hidung lembab. Pada
telinga tidak ada keluhan. Perasa normal ( bisa merasakan manis, pahit,
asam, asin )
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10) Endokrin (B8)
Pada pasien tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada
pembesaran kelenjar parotis. Tidak terdapat luka gangren.
11) Data Psikososial
Nama : Tn. H
Darah Lengkap
Neutrofil 9,0
Limfosit 2,5
Monosit 1,0
Eosinofil 0,1
Basofil 0,1
KIMIA KLINIK
LEMAK
FAAL GINJAL
PEMERIKSAAN
PATOLOGI KLINIK
JANTUNG
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
GULA DARAH
Terapi
Tanggal : 27 – 12 - 2018
Nama pasien : Tn. H
Umur : 50 Th
NO RM : 0038xxxx
b. GCS 456
c. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
Lpm
2. Ds : Pasien mengatakan nyeri dada Iskemia Jaringan Nyeri Akut
sebelah kiri dan menjalar ke Miokard
punggung, seperti diremas – remas,
skala nyeri 6, terasa nyeri saat
beraktivitas dan istirahat
Do :
d. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
3. Ds : Pasien mengatakan nyeri dada Ketidakseimbangan Intoleransi
sebelah kiri dan badannya terasa antara suplay oksigen aktivitas
lemah dan sesak setelah aktivitas miokard dan kebutuhan,
Do : adanya iskemia/nekrosis
a. Pasien tampak lemah jaringan miokard
b. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
c. ADL dibantu keluarga dan
perawat
a. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 28 x/menit
S = 36º C
b. Terpasang O2 masker 10
Lpm
c. Terdapat St elevasi antara
V1 sampai V4
3.2 MASALAH KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
BERDASARKAN PRIORITAS
Pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebab. Selain itu harus
spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan
diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
3.2.1 Daftar Masalah Keperawatan
frekuensi.
menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 6
pencahayaan
x/menit
frekuensi
ke punggung
S = Skala nyeri 4
N = 98 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 36,1º C
= 26 x/menit
air besar
cola.
3.5 Evaluasi Keperawatan
2. Kesadaran composmentis,
GCS 456
3. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
4. Wajah Tampak rileks
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
5. Kulit lembap
6. TTV :
TD = 130/80 mmHg
N = 90 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36º C
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. (2007). Buku Ajar Patologi Volume 2 edisi 7.
Jakarta : EGC