KELOMPOK 2
DISUSUN OLEH :
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian AMI
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang etiologi dan faktor resiko AMI
3. Mahassiswa mampu mengetahui tentang tanda dan gejala AMI
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisologi AMI
5. Mahasiswa mampu menegetahui klasifikasi AMI
6. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi AMI
7. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang AMI
8. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis AMI
9. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan AMI
BAB II
PEMBAHASAN
2. Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein
tertentu keluar masuk aliran darah.
a. LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard
yaitu setelah 24 jam kemudian mencapai puncak dalam 3-6 hari. Masih dapat
dideteksi sampai dengan 2 minggu.Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan
CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih kalah akurat dengan nilai
Troponin, terutama Troponin T. Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata
isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung juga bisa
ditemukan pada otot skeletal.
b. Troponin T & I merupakan protein merupakan tanda paling spesifik cedera
otot jantung, terutama Troponin T (TnT)Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca
kerusakan miokard dan masih tetap tinggi dalam serum selama 1-3
minggu.Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari
pertama; peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai
normal.
3. Oronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada
jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk
menemukan letak sumbatan pada arteri koroner. Dokter memasukan kateter
melalui arteri pada lengan atau paha menujua jantung. Prosedur ini dinamakan
kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi koroner Zat
kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter pada
aliran darah. Zat kontras itu memingkinkan dokter dapat mempelajari aliran
darah yang melewati pembuluh darah dan jantung Jika ditemukan sumbatan,
tindakan lain yang dinamakan angioplasty, dpat dilakukan untuk memulihkan
aliran darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang akan ditempatkan stent (pipa
kecil yang berpori) dalam arteri untuk menjaga arteri tetap terbuka.
3.1 Kesimpulan
Akut Miokard Infark merupakan penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke
jaringan otot jantung. Penyebab AMI paling sering adalah oklusi lengkap atau
hampir lengkap dari arteri koroner, biasanya dipicu oleh ruptur plak arterosklerosis
yang rentan dan diikuti oleh pembentukan trombus yang dapat dipicu oleh faktor
internal maupun eksternal. Penyakit ini memiliki tanda dan gejala yaitu nyeri dada
kiri dengan atau tanpa penjalaran, nyeri dapat menjalar ke lengan, bahu, leher,
rahang bahkan kepunggung dan epigastrium dan dapat disertai perasaan mual,
muntah, sesak nafas, pusing, keringat dingin berdebar-debar dan pasien, sering
tampak ketakutan, seperti ditusuk-tusuk, kadang berupa nyeri dagu, leher terasa
seperti ditekan beban berat atau panas seperti terbakar, sering didahului dengan
keluhan angina dan perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.
Akut Miokard Infark dapat menyebabkan beberapa komplikasi yaitu disritmia,
Syok kardiogenik, penurunan kontraksi miokardium dengan penurunan curah
jantung, disritmia tak terdeteksi, sepsis, agal jantung dan edema paru, emboli paru
(PE). Kejadian infark miokard 90% disebabkan oleh proses aterosklerosis, ruptur
plak aterosklerosis dan terbentuknya trombus. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan yaitu EKG (Electrocardiogram), test darah LDH (Laktat
Dehidrogenisasi) dan troponin T & I, serta oronary Angiography. Penatalaksanaan
AMI ada dua yaitu medis dengan pemberian terapi oksigen dan tirah baring
dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan jantung dan
penatalaksaan farmokologi bisa diberikan vasodilator untuk mengurangi nyeri
jantung dan anti koagulan untuk mempertahankan integritas jantung, seperti
heparin. Beberapa diagnosa yang dapat muncul pada AMI yaitu nyeri akut b/d agen
injuri fisik penurunan cardiac output b/d gangguan stroke volume (preload,
afterload, kontraktilitas), dan ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi,
kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., & Jane, H. 2014, Medical surgical nursing vol 2. Salemba Medika, Jakarta
Bulechek, M.G dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.
Herdman, T.H . 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 (NANDA),
Edisi 11 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.
Price., Sylvia, A., & Lorraine, M.W. 2003, Patofisiologi konsep klinis proses penyakit edisi 6.
EGC, Jakarta.
Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam.Yogyakarta : Nuha Medika.
Robbins, S.L., Cotran, R.., Kumar,V. 2007, Buku ajar patologi robbins. EGC, Jakarta.
Setianto, B. 2003, Hubungan angka leukosit pada infark miokard akut dengan kejadian cardiac
event selama dirawat di rumah sakit. Bagian ilmu penyakit dalam. Fakultas Kedokteran
UGM RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Berkala Ilmu Kedokteran vol. 35, no. 1.
World Health Organization. 2008, The top ten causes of death. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf (Diakses 25 November
2014).
World Health Organization. 2011, The world medicine situation 2011 3ed. Rational Use of
Medicine, Geneva.