Anda di halaman 1dari 27

INFARK MIOKARD AKUT

Disusun oleh :

Apriawan

Erviana Yulianti

Jihan Sartika

Leni Husyanti

Nia Ayu Puspitasari

Nurhalimah

Roswati Handayani

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infark Miokard Akut (IMA) adalah kematian jaringan miokard akibat terjadi
penurunan aliran darah pada pembuluh koroner menuju miokard, sehingga cadangan
oksigen tidak mencukupi kebutuhan oksigen pada miokard. Berdasarkan data American
Heart Association pada tahun 2010 kasus IMA tercatat terjadi 8.500.000 dan terhitung
sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia .
DiIndonesia, berdasarkan laporan Direktorat Jendral Pelayanan Medik
(Ditjen Yanmed) tahun 2005, penyakit sistem sirkulasi termasuk didalamnya
penyakit kardiovaskular dan stroke menjadi penyebab kematian utama. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit jantung
koroner di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%.
IMA disebabkan oleh adanya thrombus arteri koroner, dengan menyebabkan
kematian miosit jantung pada area yang disuplai oleh arteri (Crawford, 2014). Sel-sel
miosit yang mati pada kondisi ini membedakan infark secara patologi dari bentuk lain
kerusakan jaringan miokard yang cenderung menghacurkan miosit lebih banyak. Sekitar
4 – 12 jam setelah kematian sel, miokard yang infrak mulai mengalami nekrosis
koagulasi, proses dimana adanya sel yang swelling, rusaknya organel, dan denaturasi
protein.Ada empat faktor risiko biologis infark yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis
kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Faktor risiko lain yang dapat diubah, sehingga
berpotensi dapat memperlambat proses pembentukan aterosklerosis. Faktor-faktor
tersebut adalah abnormalitas kadar serum lipid, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas,
faktor psikososial, konsumsi buah–buahan, diet dan alkohol, dan aktivitas fisik
Gambaran klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada substernum yang
terasa berat, menekan, seperti diremas-remas dan terkadang dijalarkan ke leher, rahang,
epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau hanya rasa tidak enak di dada. Selain itu timbul
rasa nyeri ekstremitas atas, mandibular (tulang rahang bawah), rasa tidak nyaman pada
pencernaan (saat beraktivitas atau istirahat), dispnea bahkan kelelahan. Nyeri pada IMA
biasanya berlangsung lebih dari 20 menit. Nyeri sering menyebar dan tidak tergantung
posisi, bahkan beberapa bagian tidak dapat bergerak dan kemungkinan disertai
berkeringat, mual dan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba. Infark Miokard Akut
diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasrkan hasil pemeriksaan EKG yaitu, STEMI dan
NSTEMI. Pasien STEMI mengalami perubahan pada hasil pemeriksaan EKG, yaitu
adanya kenaikan pada bagian gelombang ST. setelah pemeriksaan EKG, pasien diagnosis
IMA akan mendapatkan terpi oksigen dan aspirin.Obat lain yang diberikan pada pasien
yang didiagnosis IMA yaitu antitrombotik yang terdiri atas antiplatelet, fibrinolitik,
antikoagulan, βbloker, nitrat, CCB (Calcium Chanel Blocker), oksigen, statin, dan ACEI
(Angiotensin converting-enzyme inhibitor).Antikoagulan diberikan untuk revaskularisasi
arteri dan dikombinasi dengan antiplatelet untuk menghambat agregasi dan thrombosis
lebih lanjut yang terjadi pada arteri.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang  IMA.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari IMA.
3. Untuk memahami patofisiologi dari IMA.
4. Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien IMA.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Infark Miokard Akut (IMA)


Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik
pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.
(M. Black, Joyce, 2014 : 343). Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard
akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (M. Black, Joyce, 2014: 343).
Akut miokard infark atau yang sekarang dikenal dengan sindrom koroner akut
(SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan
spektrum keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak
stabil/APTS (unstable angina/UA), infark miokard gelombang non Q atau infark miokard
tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark
miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation
myocardial infarction/STEMI). (Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1, 2015 : 23).
Yang termasuk didalam Akut Miokard Infark (Morton, 2012)
1. Angina Tidak Stabil
Angina Pektoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri dada
atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri koronari, pasien dapat
menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh, diremas, berat atau nyeri.
Angina peltoris disebabkan oleh iskemia myocardium reversible dan sementara yang
dicetuskan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen myocardium dan
suplai oksigen myocardium yang berasal dari penyempitan aterosklerosis arteri
koroner.
Klasifikasi angina :
a. Angina Stabil (dikenal sebagai angina stabil kronis, angina pasif, atau angina
ekssersional). Nyeri yang dapat diprediksi, nyeri terjadi pada saat aktivitas
fisik atau stres emosional dan berkurang dengan istirahat atau nitrogliserin.
b. Angina tidak stabil juga disebut angina pra infark atau angina kresendo yang
mengacu pada nyeri dada jantung yang biasanya terjadi pada saat istirahat.
c. Angina Varian yabg juga dikenal sebagai angina prinzmetal atau angina
vasospatik, adalah bentuyk angina tidak stabil.
2. Infark Miokard Akut tanpa elevasi ST (NSTEMI), disebabkan oleh penurunan suplai
oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh
obstruksi koroner.
3. Infark Miokard Akut dengan elevasi ST (STEMI), umumnya terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik
yang sudah ada sebelumnya. Ini disebabkan karena injuri yang disebabkan oleh
faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.

B. Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab IMA paling sering adalah oklusi lengkap atau hampir lengkap dari
arteri coroner, biasanya dipicu oleh ruptur plak arterosklerosis yang rentan dan diikuti
pleh pembentukan trombus. Ruptur plak dapat dipicu oleh faktor-faktor internal maupun
eksternal. (M.Black, Joyce, 2014 : 343)
1. Factor internal antara lain karakteristik plak, seperti ukuran dan konsistensi dari inti
lipid dan ketebalan lapisan fibrosa , serta kondisi bagaimana plak tersebut terpapar,
seperti status koagulasi dan derajat vasokontriksi arteri. Plak yang rentan paling
sering terjadi pada area dengan stenosis kurang dari 70 % dan ditandai dengan bentuk
yang eksentrik dengan batas tidak teratur; inti lipid yang besar dan tipis ;dan pelapis
fibrosa yang tipis. (M. Black, Joyce, 2014: 343).
2. Factor eksternal berasal dari aktivitas klien atau kondisi eksternal yang memengaruhi
klien. Aktivitas fisik berat dan stress emosional berat, seperti kemarahan, serta
peningkatan respon system saraf simpatis dapat menyebabkan rupture plak. (M.
Black, Joyce, 2014 : 343)
Apapun penyebabnya, ruptur plak aterosklerosis akan menyebabkan :
a. paparan aliran darah terhadap inti plak yang kaya lipid
b. masuknya darah ke dalam plak, 2 menyebabkan plak membesar,
c. memicu pembentukan thrombus
d. oklusi parsial atau komplet dari arteri coroner. (M.Black, Joyce, 2014 :344).

Angina tak stabil berhubungan dengan oklusi parsial jangka pendek dari arteri
coroner, sementara IMA berasal dari oklusi lengkap atau signifikan dari arteri coroner
yang berlangsung lebih dari 1 jam. Ketika aliran darah berhenti mendadak, jaringan
miokardium yang disuplai oleh arteri tersebut akan mati. Spasme arteri coroner juga
dapat menyebabkan oklusi akut. Faktor risiko yang memicu serangan jantung pada klien
sama untuk semua tipe PJK. (M.Black, Joyce, 2014 : 344)

C. Patofisiologi
Infark miokardium terjadi saat aliran darah kebagian otot jantung sepenuhnya
terhambat, menyebabkan iskemia jaringan yang lama dan kerusakan sel ireversibel.
Oklusi koroner biasanya disebabkan oleh ulserasi atau rupturnya lesi aterosklerosis.
Ketika lesi aterosklerosis rupture atau membentuk ulkus, zat dilepaskan yang
menstimulasi agregasi trombosit, pembentukan thrombus, dan tonus vasomotor lokal.
Sebagai hasilnya, pembuluh mengecil dan terbentuk thrombus (bekuan) yang menyumbat
pembuluh dan aliran darah menuju miokardium yang jauh dari obstruksi.

Cedera seluler terjadi saat sel tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Dengan iskemia lama yang berlangsung lebih dari 20 hingga 45 menit, hipoksemia
ireversibel menyebabkan kematian selular dan nekrosis jaringan. Oksigen glikogen, dan
simpanan ATP sel iskemik dengan cepat berkurang. Metabolism seluler berpindah ke
proses anaerob, menghasilkan ion hydrogen dan asam laknat. Asidosis seluler
meningkatkan kerentanan sel terhadap kerusakan lebih lanjut dengan pelepasan enzim
intraseluler lewat membrane sel yang rusak.

Asidosis seluler, ketidakseimbangan elektrolit, dan hormone dilepaskan sebagai


respons terhadap iskemia sel yang mempengaruhi konduksi impuls dan kontraktilitas
miokardium. Kontraktilitas miokardium menurun, meningkatkan risiko disritmia,
sehingga menurunkan volume sekuncup, curah jantung, tekanan darah, dan perfusi
jaringan.
D. Manifestasi Klinis Infark Miokard Akut (IMA)
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan IMA berasal dari iskemia ototjantung dan
penurunan fungsi serta asidosis yang terjadi. Manifestasi klinis utama dari IMA adalah
nyeri dada yang serupa dengan angina pectoris tetapi lebih parah dan tidakberkurang
dengan nitrogliserin. Nyeri dapat menjalar ke leher, rahang, bahu, punggungatau lengan
kiri. Nyeri juga dapat ditemukan di dekat epigastrium, menyerupai nyeripencernaan. IMA
juga dapat berhubungan dengan manifestasi klinis yang jarang terjadi berikut ini :
(M.Black, Joyce, 2014 : 346).
1. Nyeri dada, perut, punggung, atau lambung yang tidak khas.
2. Mual atau pusing.
3. Sesak napas dan kesulitan bernapas.
4. Kecemasan, kelemahan, atau kelelahan yang tidak dapat dijelaskan
5. Palpitasi, kringat dingin, pucat

Wanita yang mengalami IMA sering kali datang dengan satu atau lebih
manifestasi yang jarang terjadi di atas. (M.Black, Joyce, 2014 : 346)

E. Klasifikasi Infark Miokard Akut (IMA)


1. Infark Miokard Subendokardial

Infark Miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang


relative menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat
penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi,
perdarahan dan hipoksia (Rendy & Margareth, 2012 : 87).

2. Infark Miokard Transmural

Pada lebih dari 90% pasien infark miokard transmural berkaitan dengan thrombosis
koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami penyempitan
arteriosklerosik. Penyebab lain lebih jarang di temukan (Rendy & Margareth, 2012 :
87).
F. Komplikasi Infark Miokard Akut (IMA)
Kemungkinan kematian akibat komplikasi selalu menyertai IMA. Oleh karena itu,
tujuan kolaborasi utama antara lain pencegahan komplikasi yang mengancam jiwa atau
paling tidak mengenalinya. (M.Black, Joyce, 2014 : 347)
1. Disritmia.
Disritmia merupakan penyebab dari 40 % hingga 50 % kematian setelah IMA.
Ritme ektopik muncul pada atau sekitar batas dari jaringan miokardium yang
iskemik dan mengalami cedera parah. Miokardium yang rusak juga dapat
mengganggu system konduksi, menyebabkan disosiasi atrium dan ventrikel (blok
jantung). Supraventrikel takikardia (SVT) kadang kala terjadi sebagai akibat gagal
jantung. Reperfusi spontan atau dengan farmakologis dari area yang sebelumnya
iskemik juga dapat memicu terjadinya ventrikel disritmia. (M.Black, Joyce, 2014 ;
347)
2. Syok kardiogenik.
Syok kardiogenik berperan hanya pada 9 % kematian akibat IMA, tetapi lebih dari 70
% klien syok meninggal karena sebab ini. Penyebabnya antara lain (1) penurunan
kontraksi miokardium dengan penurunan curah jantung, (2) disritmia tak terdeteksi,
dan (3) sepsis. (M.Black, Joyce, 2014 :347)
3. Gagal jantung dan edema paru.
Penyebab kematian paling sering pada klien rawat inap dengan gangguan jantung
adalah gagal jantung. Gagal jantung melumpuhkan 22 % klien laki-laki dan 46 %
wanita yang mengalami IMA serta bertanggung jawab pada sepertiga kematian
setelah IMA. (M.Black, Joyce, 2014 :347)
4. Emboli paru.
Emboli paru (PE) dapat terjadi karena flebitis dari vena kaki panggul (trombosis
vena) atau karena atrial flutter atau fibrilasi. Emboli paru terjadi pada 10 % hingga
20 % klien pada suatu waktu tertentu, saat serangan akut atau pada periode
konvalensi. (M.Black, Joyce, 2014: 347)
5. Infark miokardium berulang
Dalam 6 tahun setelah IMA pertama, 18 % lakilaki dan 35 % wanita dapat
mengalami IMA berulang. Penyebab yang mungkin adalah olahraga berlebih,
embolisasi, dan oklusi trombotik lanjutan pada arteri coroner oleh atheroma.
(M.Black, Joyce, 2014 : 347)
6. Komplikasi yang disebabkan oleh nekrosis miokardium. Komplikasi yang terjadi
karena nekrosis dari miokardium antara lain aneurisme ventrikel, ruptur jantung
(ruptur miokardium), defek septal ventrikel (VSD), dan otot papiler yang ruptur.
Komplikasi ini jarang tetapi serius, iasanya terjadi sekitar 5 hingga 7 ahri setelah MI.
Jaringan miokardium nekrotik yang lemah dan rapuh akan meningkatkan kerentanan
terkena komplikasi ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 347)
7. Perikarditis.
Sekitar 28 % klien dengan MI akut transmural akan mengalami pericarditis dini
(dalam 2 hingga 4 hari). Area yang mengalami infark akan bergesekan dengan
permukaan pericardium dan menyebabkan hilangnya cairan pelumas. Gesekan friksi
pericardium dapat didengar di area prekardial. Klien mengeluh bahwa nyeri dada
memburuk dengan gerakan, inspirasi dalam, dan batuk. Nyeri pericarditis akan
mereda dengan duduk dan condong ke depan. (M.Black, Joyce, 2014 : 348)
8. Sindrom dressler (perikarditis akut)
Sindrom dressler, suatu bentuk pericarditis, dapat terjadi paling akhir enam minggu
hingga beberapa bulan setelah IMA. Walaupun agen penyebabnya tidak diketahui,
diduga terjadi karena faktor autoimun. 7 Klien biasanya datang dengan demam
berlangsung satu minggu atau lebih, nyeri dadaperikardium, gesekan friksi
pericardium, dan kadang kala pleuritis dengan efusi pleura. Ini merupakan fenomena
yang akan sembuh sendiri dan tidak ada pengobatan yang telah diketahui. Terapi
meliputi aspirin, prednisone, dan analgesic opioid untuk nyeri. Terapi antikoagulasi
dapt memicu tamponade kordis dan harus dihindari pada klien ini. (M.Black, Joyce,
2014 : 348).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi
2. Uji Laboratorium :
a. CK-MB
b. Troponin
c. Laktat dehidrogenese (LDH)
d. Aspartat transaminase (AST)
e. Laju Endap Darah ( LED)
f. Leukosit
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama, pendidikan,
tanggal MRS, serta pekerjaan yang berhubungan dengan stress atau sebab dari
lingkungan yang tidak menyenangkan. Identitas tersebut digunakan untuk
membedakan antara pasien yang satu dengan yang lain dan untuk mementukan
resikopenyakit jantung koroner yaitu laki-laki umur di atas 35 tahun dan wanita lebih
dari50 tahun.
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Penderita dengan infark miokard akut mengalami nyeri dada, perut, punggung, atau
lambung yang tidak khas, mual atau pusing, sesak napas dan kesulitan bernapas.
3. Keluhan Utama
Pasien Infark Miokard Akut mengeluh nyeri pada dada substernal, yang rasanya
tajamdan menekan sangat nyeri, terus menerus dan dangkal. Nyeri dapat menyebar
kebelakang sternum sampai dada kiri, lengan kiri, leher, rahang, atau bahu kiri.
Nyerimiokard kadang-kadang sulit dilokalisasi dan nyeri mungkin dirasakan sampai
30menit tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien infark miokard akut mengeluh nyeri pada bagian dada yang
dirasakanlebih dari 30 menit, nyeri dapat menyebar sampai lengan kiri, rahang dan
bahu yangdisertai rasa mual, muntah, badan lemah dan pusing.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada klien infark miokard akut perlu dikaji apakah mempunyai riwayatdiabetes
mellitus, karena diabetes mellitus terjadi hilangnya sel endotel vaskulerberakibat
berkurangnya produksi nitri oksida sehingga terjadi spasme otot polos dinding
pembuluh darah. Hipertensi yang sebagian diakibatkan dengan adanya penyempitan
pada arteri renalisdan hipo perfusi ginjal dan kedua hal ini disebabkan lesi arteri oleh
arteroma dan memberikan komplikasi trombo emboli.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
7. Riwayat penyakit jantung keluarga, diabetes mellitus, peningkatan kolesterol darah,
kegemukan, hipertensi, yang beresiko diturunkan secara genetik berdasarkan
kebiasaan keluarganya. (Ni Luh Gede Y, 2011 : 94) g. Riwayat Psikososial Rasa takut,
gelisah dan cemas merupakan psikologis yang sering muncul pada klien dan keluarga.
Hal ini terjadi karena rasa sakit, yang dirasakan oelh klien. Peubhan psikologis
tersebut juga muncul akibat kurangnya pengetahuan terhadap penyebab, proses dan
penanganan penyakit infark miokard akut. Hal ini terjadi dikarenakan klien kurang
kooperatif dengan perawat.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau
compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkatan gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
b. Tanda-Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, suhu tubuh meningkat dan menurun, nadi
meningkat lebih dari 20 x/menit.
c. Pemeriksaan Fisik Persistem
1) Sistem Persyarafan
Kesadaran pasien kompos mentis, pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi.
2) Sistem Penglihatan
Pada pasien infark miokard akut penglihatan terganggu dan terjadi perubahan
pupil.
3) Sistem Pernafasan
Biasanya pasien infark miokard akut mengalami penyakit paru kronis, napas
pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernapasan, bunyi napas
tambahan (krekels, ronki, mengi), mungkin menunjukkan komplikasi 9
pernapasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
romboembolitik pulmonal, hemoptysis.
4) Sistem Pendengaran
Tidak ditemukan gangguan pada sistem pendengaran.
5) Sistem Pencernaan
Pasien biasanya hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah,perubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
6) Sistem Perkemihan
Pasien biasanya oliguria, haluaran urine menurun bila curah jantung menurun
berat.
7) Sistem Kardiovaskuler
Biasanya bunyi jantung irama tidak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
8) Sistem Endokrin
Pasien infark miokard akut biasanya tidak terdapat gangguan pada sistem
endokrin.
9) Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pada pasien infark miokard akut terjadi nyeri, pergerakan
ekstremitas menurun dan tonus otot menurun.
10) Sistem Integumen
Pada pasien infark miokard akut turgor kulit menurun, kulit pucat, sianosis.
11) Sistem Reproduksi
Tidak ditemukan gangguan pada sistem pendengaran
d. Pada pemeriksaan EKG
1) Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
Elevasi yang curam dari segmen ST
Gelombang T yang tinggi dan lebar
VAT memanjang Gelombang Q tampak.
2) Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
Gelombang Q patologis
Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
3) Fase resolusi (beberapa minggu / bulan kemudian)
Gelombang Q patologis tetap ada
Segmen ST mungkin sudah kembali iseolektris
Gelombang T mungkin sudah menjadi normal

B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan infark miokard akut menurut Black dan Hawks (2015) yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat oklusi arteri kororner
dengan hilang atau terbatasnya aliran darah ke area miokardium dan nekrosis dari
miokardium.
b. Perfusi jaringan tidak efektif (kardiopulmonal) berhubungan dengan thrombus
pada arteri koroner mengakibatkan gangguan aliran darah padda jaringan
miokardium.
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik negative pada
jantung karena iskemia, cedera, atau infark pada miokardium, dibuktikan oleh
perubahan tingkat kesadaran, kelemahan, pusing, hilangnya nadi perifer, suara
jantung abnormal, gangguan hemodinamik, dan henti jantung paru.
d. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan curah jantung,
yang ditunjukkan oleh sianosis, pengisian kapiler yang terganggu, penurunan
tekanan oksigen arteri (PaO2), dan dispnea
e. Kehilangan kekuatan berhubungan dengan pengalaman hamper mati dan
perubahan gaya hidup diantisipasi, yang dibuktikan oleh perasaan yang terucapkan
sebagai “merasa dikutuk”, menangis dan merah.
2. Diagnosa Keperawatan infark miokard akut menurut (…) yaitu:
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan Agens fisik (iskemia jaringan)
b. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan Penurunan preload
meningkatkan resistansi vascular sistemik (SVR)
c. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
d. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap atau perubahan status
kesehatan, ekonomi; ancaman kematian
e. Risiko ketidkefektifan perfusi jaringan otak, gastrointestinal,perifer Yang
berhubungan dengan Efek samping terapi; terapi trombolitik
3. Diagnosa Keperawatan infark miokard akut menurut SDKI-PPNI yaitu:
a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler dibuktikan
dengan kesadaran menurun, Dispnea, Pola napas abnormal, pusing dan gelisah.
b. Risiko penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia) dibuktikan dengan mengeluh
nyeri, tampak meringis, gelisah, tekanan darah meningkat dan pola napas berubah.
d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
dibuktikan dengan dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukan iskemia
dan sianosis.
e. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri dan kematian dibuktikan dengan
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, sulit
tidur, dan merasa tak berdaya.
f. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi dibuktikan dengan
menanyakan masalah yang dihadapi dan menunjukan perilaku berlebihan (misal
apatis, agitasi dan histeria).
C. Intervensi Keperawatan
1. Intervensi keperawatan infark miokard akut menurut Black dan Hawk (2015) yaitu:

Diagnosa Intervensi Intervensi NIC


keperawatan
1.Nyeri akut 1. Kajilah karakterisitik nyeri Manajemen nyeri
berhubungan dada, termasuk lokal, durasi, Perawatan jantung akut
dengan iskemia kualitas, intensitas, adanya
miokard akibat penjalaran, factor pemicu dan
oklusi arteri pereda, serta manifestasi yang
kororner dengan terkait. Minta klien menunjuk
hilang atau nyeri pada skala 0 hingga 10
terbatasnya dan catat semua temuan dalam
aliran darah ke catatan keperawatan
area miokardium 2. Kaji respirasi, tekanan darah, Perawatan jantung akut
dan nekrosis dari dan denyut jantung pada tiap
miokardium. episode nyeri dada.
3. Lakukan EKG 12- sadapan Perawatan jantung akut
pada saat klien dating dan tiap
kali nyeri dada muncul untuk
bukti adanya infark lebih lanjut
4. Monitor respons klien terhadap Manajemen nyeri
terapi obat. Beri tahu dokter Perawatan jantung akut
jika nyeri tidak mereda dalam
15-20 menit
5. Berikan perawatan dengan cara Perawatan jantung akut
yang tenang dan efesien yang Pengurangan kecemasan
memberikan kenyamanan dan
meminimalkan kecemasan
klien. Tetap bersama klien
hingga rasa tidak nyaman
berkurang. Perawatan jantung akut
6. Batasi pengunjung sesuai yang Pengurangan kecemasan
diminta klien. Manajemen nyeri
7. Berikan nitrat seperti Pemberian analgesic
diperintahkan. Perawatan jantung: akut
8. Berikan morfin seperti Pemberian obat-obatan
diperintahkan,
2. Perfusi jaringan 1. Jaga klien tetap tirah baring Perawatan jantung: Akut
tidak efektif dengan lingkungan yang Regulasi hemodinamik,
(kardiopulmonal) tenang perawatan sirkulasi:
berhubungan Insufisiensi arteri
dengan thrombus Perawatan jantung: Akut
pada arteri koroner 2. Berikan oksigen seperti Regulasi hemodinamik,
mengakibatkan diperintahkan perawatan sirkulasi:
gangguan aliran Insufisiensi arteri
darah pada Perawatan jantung: Akut
jaringan 3. Berikan trombolitik atau kirim Regulasi hemodinamik,
miokardium. klien untuk angioplasti seperti perawatan sirkulasi:
diperintahkan. Insufisiensi arteri
Pemberian obat-obatan
4. Monitor segmen ST perawatan jantung: akut
manajemen disaritmia

3. Penurunan 1. Status mental—waspada Perawatan jantung; akut,


curah jantung terhadap kegelisahan dan regulasi hemodinamik
berhubungan penurunan respons manajemen asam-basa
dengan 2. Suara paru—awasi adanya manajemen syok: jantung
perubahan suara jantung dan ronki manajemen jalan napas
inotropik 3. Tekanan darah—awasi Perawatan jantung: akut,
negative pada adanya hipertensi atau regulasi hemodinamik
jantung karena hipotensi manajemen syok: jantung
iskemia, cedera, Perawatan jantung: akut,
atau infark pada 4. Suara jantung—catat adanya regulasi hemodinamik
miokardium, irama, suara, dan peningkatan manajemen syok: jantung
dibuktikan oleh atau penurunan denyut
perubahan jantung. Regulasi: hemodinamik
tingakt 5. Pengeluaran urine—waspada manajemn syok: jantung
kesadaran, jika keluaran urine kurang
kelemahan, dari 0,5ml/kg/ jam Regulasi: hemodinamik
pusing, 6. Perfusi perifer—awasi manajemn syok: jantung
hilangnya nadi kepucatan, bintik-bintik, Perawatan sirkulasi:
perifer, suara sianosis, rasa dingin, keringat insufisiensi arteri.
jantung banyak, dan denyut nadi. Regulasi: hemodinamik
abnormal, 7. Awasi kadar gas darah arteri manajemn syok: jantung
gangguan (arterial blood gas/ABG) Manajemn asam-basa
hemodinamik,
dan henti
berhubungan
jantung paru
4. Gangguan 1. Berikan oksigen seperti Terapi oksigen
pertukara gas diperintahkan; tetap pasang Pengamatan pernafasan
yang berhbungan oksimetri
dengan 2. Monitor AGD seperti Terapi oksigen
penurunan curah diperintahkan Pengamatan pernafasan
jantung yang Manajemen asam-basa
ditunjukkan oleh 3. Teruskan mengkaji kulit, Terapi oksigen perawatan
sianosis, pengisian kapiler dan tingkat jantung
gangguan kesadarn klien tiap 2-4 jam
pengisian kapiler dan jika diperlukan
dan kadar AGD 4. Periksa status respirasi: terapi oksigen
dalam batas terhadap addanya dispnea dan Pengamatan pernapasan
normal. suara jantung Terapi oksigen
5. Persiapkan intubasi dan
ventilasi mekanik jika hiposia
meningkar

5. Kecemasan dan 1. Membatasi jumlah perawat; Pengurangan kecemasan


ketakutan memberikan perawat peningkan adaptasi
berhubungan berkesinambungan
dengan masuk 2. Izinkan dan dorong klien dan Pengurangan kecemasan,
rumah sakit dan keluarganya untuk bertanya; peningkatan adaprasi,
takut mati, yang jangan menghindari dukungan pengambilan
ditunjukkan oleh pertanyaan. Keluarkan keputusan
kllien dan permasalahan-permasalahan
keluarganya yang utama
tampak gelisah, 3. Izinkan klien dan keluarga Pengurangan kecemasan,
bermusuhan atau untuk mengungkapkan rasa peningkatan adaprasi,
menarik diri; takut. dukungan pengambilan
gklien dan keputusan
keluarga 4. Tekankan bahwa pemeriksaan Pengurangan kecemasan
berbicara tentang yang sering adalah hal rutin
kematian atau dan tidak menandakan
bertindak sangat kondisi yang semakin
emosional seperti menurun Pengurangan kecemasan
jika sedang 5. Ulangi informasi seperlunya
berduka karena adanya penurunan
perhatian dari klien dan
keluarganyan Pengurangan kecemasan
6. Berikan lingkungan yang Peningkatan adaptasi
nyaman dan tenang untuk
klien dan keluargany

2. Intervensi keperawatan infark miokard akut menurut (diangnosis Nanda. 1 2015-


2017 intervensi Nic hasil Noc, Deni Yasmara, Nursiswati, Rasyidah Arafat, Jakarta.
EGC, 2016) yaitu:

Diangnosis, Hasil, Dan Intervensi Keperawatan


Diangnosis Keperawatan Hasil yang Dicapai Intervensi
NANDA (NOC)4 (NIK)4
Nyeri akut3 Level Nyeri: Manajemen Nyeri:
yang berhubungan dengan4: - Mengungkapkan peredaan atau Independen
Agens fisik (iskemia jaringan) pengendalian nyeri dada dalam - Pantau dan dokumentasikan karakteristik nyari,
periode waktu yang tepat sesuai catat laporan verbal, menagis, gelisah,
Definisi3: dengan medikasi yang diberikan. diaforeis, mengerutkan dada, pernapasan cepat,
Pengalaman sensori dan emosional - Menunjukkan penurunan dan respons hemodinamik (perubahan TD dan
tidak menyenangkan yang muncul ketegangan, perilaku relaks, dan frekuensi jantung).
akibat kerusakan jaringan actual atau kemudahan pergerakan. - Dapatkan deskripsi lengkap tentang nyeri dari
potensial atau yang digambarkan klien termasuk lokasi, intensitas (menggunakan
sebagai kerusakan (International Kontrol Nyeri: sekala 0-10 atau menggunakan sekala yang
Association for the Study of pain); Mendemonstrasikan penggunaan serupa ), durasi, karakteristik (tumpul atau
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari teknik relaksasi. seperti dihancurkan), dan radiasi/penyebaran.
Intensitas ringan hingga berat dengan Bantu klien menilai nyeri dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau membandingkannya dengan pengalaman lain.
diprediksi. - Catat riwayat angina sebelumnya, ekuivalen
agina, atau nyeri infark miokardium.
Diskusikan riwayat keluarga jika berhubungan.
- Intruksikan klien untuk melaporkan nyeri
dengan segera.
- Bantu atau instruksikan (ajarkan) teknik
relaksasi, seperti nafas dalam dan lambat serta
distraksi.
- Periksa tanda vital sebelum dan setelah
pemberian medikasi opioid.

Kolaboratif
- Beri oksigen tambahan dengan rute yang tepat.
- Beri medikasi, sesuai indikasi; mis., isosorbid
dinitrat nitrogliserin, Analgesik, seperti morfin
sulfat.
Risiko penurunan curah jantung3 Efektivitas Pompa Jantung Perawatan Jantung: Akut
Faktor risiko4: - Mempertahankan stabilitas Independen
- Penurunan preload- meningkatkan hemodinamik, seperti TD, curah - Pantau status mental. Investigasi perubahan
resistansi vascular sistemik (SVR) jantung dalam kisaran normal, mendadak atau perubahan kontinu dalam
- Perubahan frekuensi/irama jantung haluaran urine adekuat, status mental, seperti ansietas, konfusi, letargi,
- Perubahan kontraktilitas- infarksi menurunkan frekuensi atau tidak dan stupor.
otot atau diskinetik terjadi disritmia. - Inpeksi pucat, sianosis, bercak, dan kulit dingin
- Melaporkan penurunan eoisode atau lembap.
Definisi3: dyspnea dan agina. - Pantau pernapasan, perhatikan kerja
Ketidakadekuatan darah yang dipompa - Mendemonstrasikan peningkatan pernapasan.
oleh jantung untuk memenuhi toleransi aktivitas. - Akultasi suara nafas.
kebutuhan metabolic tubuh. - Evaluasi kualitas dan ekualitas nadi.
Auskultasi bunyi jantung: Catat terjadinya
bunyi S3 dan S4.
- Catat keberadaan bising dan rubs.
- Periksa TD dengan sering. Pantau tekanan
hemodinamik ketika slang/alat invasive
terpasang.
- Pantau frekuensi dan irama jantung.
Dokumentasikan disritmia melalui telemetri.
- Pantau haluaran, perhatikan perubahan dalam
haluaran urine. Catat berat jenis urine, sesuai
indikasi. Hitung keseimbangan cairan.
- Catat distensi vena jugular dan pembentukan
edema akibat posisi tergantung.
- Timbang berat badan setiap hari menggunakan
timbangan yang sama.
- Sediakan perlengkapan dan medikasi
kedaruratan.

Kolaboratif
- Beri oksigen tambahan, sesuai indikasi.
- Ukur curah jantung dan parameter fungsional
jika tepat.
- Tinjau EKG berkala
- Pantau data laboraturium, seperti enzinm
jantung, gas darah arteri (GDA), elektrolit.
- Bantu intervensi medis atau bedah, sesuai
indikasi:
Beri medikasi sesuai indikasi:
Obat-obatan antidisritmia, beta blocker,
inhibitor enzim pengonversi angiotensin,
penyekat reseptor angiotensin, aspirin,
agens trombolitik, intervensi coroner
perkutan (PCI), termasuk angioplasty
coroner transluminal perkutan (PTCA),
dengan atau tanpa stenting
Persiapkan pembedahan, sesuai indikasi
Bantu pemasangan dan pertahankan alat
pacu jantung atau defibrillator kardiak
internal (AICD) jika digunakan.
Intoleran aktivitas3 Toleransi Aktivitas: Manajemen Energi:
Yang berhubungan dengan4: - Mendemonstrasikan peningkatan Independen
Ketidak seimbangan antara suplai dan progresif yang terukur dalam - Catat dan dokumentasikan frekuensi dan irama
kebutuhan oksigen toleransi terhadap aktivitas dengan jantung serta perubahan TD sebelum, selama,
frekuensi dan irama jantung, TD dan setelah aktivitas, sesuai indikasi.
Definisi3: dalam batas normal klien, dan kulit Hubungkan dengan laporan nyeri dada atau
Ketidakcukupan energy psikologis hangat, merah muda, dan kering. sesak napas.
untuk mempertahankan atau - Melaporkan tidak terjadinya agina - Dorong tirah baring pertama-tama ke kursi
menyelesaikan aktivitas kehidupan saat beraktivitas. untuk istirahat. Setelah itu, batasi aktivitas
sehari-hari yang baru atau yang ingin berdasarkan nyeri atau respons jantung yang
dilakukan. merugikan. Beri aktivitas pengalihan non-stres.
- Instruksikan klien untuk menghindari tindakan
yang meningkatkan tekanan abdomen, seperti
mengejan selama defekasi.
- Jelaskan pola peningkatan tingkat aktivitas
secara bertahap, seperti bagun ke kursi toilet
(commode) atau duduk di kursi, lakukan
ambulasi progresif, dan istirahat setelah makan.
- Tinjau tanda dan gejala yang merefleksikan
intoleransi terhadap tingkat aktivitas saat ini
atau yang memerlukan pemberitahuan ke
perawat atau dokter..

Kolaboratif
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
Ansitas3 kontrol Diri Terhadap Ansietas: Penurunan Ansitas:
Yang berhubungan dengan4: - Mengenali dan mengungkapkan Independen
- Ancaman terhadap atau perubahan perasaan. - Identifikasi dan kenali persepsi klien tentang
status kesehatan, ekonomi; - Mengidentifikasikan penyebab dan ancaman atau situasi. Dorong ekspresi, dan
ancaman kematian faktor kontribusi. hindari menolak perasaan, dan ketakutan.
- Konflik yang tidak disadari - Mengungkapkan penurunan - Catat terjadinya permusuhan, menarik diri, dan
mengenai nilai esensial, tujuan ansietas atau ketakutan. penyangkalan – afek yang tidak tepat atau
hidup - Mendemonstrasikan keterampilan menolak mematuhi regimen medis.
- Krisis situasi positif dalam menyelesaikan - Pertahankan sikap percaya diri, tampa
- Transmisi interpersonal masalah. penenangan yang salah.
- Mengidentifikasi dan - Orientasikan klien dan orang dekat kepada
Definisi3: menggunakan sumber secara tepat. prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Perasaan tidak nyaman atau Tingkatkan partisipasi jika memungkinkan..
kekhawatiran yang samar disertai - Observasi tanda verbal dan nonverbal dari
respons otonom (sumber sering kali ansietas, dan tinggal bersama klien. Intervensi
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh jika klien menunjukkan prilaku destruktif.
individu); perasaan takut yang - Terima tetapi jangan kuatkan penggunaan
disebabkan oleh antisipasi terhadap penyangkalan. Hindari konfrontasi.
bahaya. Hal ini merupakan isyarat - Jawab semua pertayaan secara faktual. Beri
kewaspadaan yang memperingatkan informasi yang konsisten; ulangi sesuai
individu akan adanya bahaya dan indikasi.
memampukan individu untuk bertindak - Beri privasi untuk klien dan orang dekat.
menghadapi ancaman. - Beri periode istirahat dan waktu tidur tampa
gangguan serta lingkungan yang tenang,
dengan klien mengendalikan tipe dan jumlah
stimulus eksternal.
- Dukung proses berduka, termasuk waktu yang
diperlukan untuk resolusi.
- Dorong kemandirian, perawatan diri sendiri,
dan pengambilan keputusan dalam rencana
terapi yang diterima.
- Dorong diskusi mengenai harapan setelah
pulang.

Kolaboratif
- Beri medikasi anti-ansietas atau hipnotik,
sesuai indikasi, seperti alprazolam dan
lorazepam.
Risiko ketidkefektifan perfusi Efektivitas pompa Jantung: Regulasi Hemodinamik:
jaringan [otak, Mendemonstrasikan perfusi yang Independen
gastrointestinal,perifer]3 adekuat yang tepat secara individual, - Investigasi perubahan mendadak atau
Yang berhubungan dengan4: seperti kulit hangat dan kering, nadi perubahan yang terus-menurus terjadi dalam
- Efek samping terapi; terapi perifer ada dan kuat, tanda vital berada kondisi mental seperti konfusi, iritabilitas,
trombolitik dalam kisaran normal klien, klien sadar letargi, dan stupor.
- Hipertensi atau terorientasi, asupan dan haluaran - Pantau respirasi, perhatikan kerja pernapasan.
- Spasme arteri coroner, infark seimbang, tidak ada edema, bebas - Pantau haluaran, perhatikan perubahan dalam
miokardium terbaru nyeri. Atau ketidaknyamanan, stabil, warna dan haluaran urine.
perbaikan EKG, tanda vital, dan - Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia,
Definisi3: kondisi mental. penurunan atau penghilangan bising usus,
Rentan terhadap penurunan sirkulasi mulai dan muntah, distensi abdomen, dan
otak, gastrointestinal, dan perifer yang konstipasi.
dapat mengganggu kesehatan. Perawatan Sirkulasi: Insufisiensi Vena
Independen
- Dorong latihan kaki aktif atau pasif dibantu.
- Kaji nyeri di eksremitas bawah dan tanda
Homan, eritema, dan edema.
- Instruksikan klien dalam pemakaian dan
pelepasan kaus kaki antiemboli, jika
digunakan.
Kolaboratif
Pakai alat kompresi sekuensial (SCD), sesuai
indikasi.

Perawatan Jantung: Akut


Kolaboratif
- Beri oksigen tambahan sesuai yang diresepkan.
- Pantau data laboratorium, seperti gas darah
arteri, nitrogen urea darah (BUN), kreatinin,
elektrolit, dan studi koagulasi (waktu
protrombin [PT], waktu protrombin aktivasi
[aPTT], waktu pembekuan).
- Beri medikasi sesuai indikasi: Agens
antitrombosit, seperti aspirin, absiksimab,
klopidogrel, dan eptifibatid: Antikoagulan,
seperti heparin/enoksaparin, simetidin,
ranitidine, dan antasida.
Defisiensi pengetahuan3 Pengetahuan: Manajemen Penyakit Penyuluhan: Individu
Yang berhubungan dengan4: Jantung Independen
- Kekurangan informasi, kesalahan - Mengungkapkan pemahaman - Kaji klien dan orang dekat tentang tingkat
persepsi informasi tentang kondisi, kemungkinan pengetahuan dan kemampuan atau keinginan
- Kelemahan memori komplikasi, faktor risiko untuk belajar.
- Tidak familiar dengan sumber individual, dan fungsi alat pacu - Waspadai tanda penghindaran, seperti
informasi jantung (jika digunakan). mengganti subjek yang jauh dari informasi
- Menghubungkan tanda-tanda yang sedang dipresentasikan atau melakukan
Definisi3: kegagalan alat pacu jantung. prilaku ekstrem, seperti menarik diri atau
Ketiadaan atau defisiensi informasi - Mengungkapkan pemahaman euphoria.
kognitif yang berkaitan dengan topic tentang regimen terapeutik. - Sajikan informasi dalam format pembelajaran
tertentu. - Menyebutkan tindakan yang yang beragam, seperti buku terprogram, kaset
diharapkan dan kemungkinan efek audiovisual, sesi Tanya jawab, dan aktivitas
samping yang merugikan dari kelompok.
medikasi.
Manajemen Diri: Penyakit jantung Perawatan jantung: Rehabilitasi
- Secara benar melaksanakan Independen
prosedur yang diperlukan dan - Perkuat penjelasan tentang faktor risiko,
menjelaskan alasan tindakan. pembatasan diet dan aktivitas, medikasi, dan
- Tetap mengikuti janji pertemuan. gejala yang memerlukan perhatian medis
dengan segera.
- Tinjau keterbatasan aktivitas, seperti tidak
melakukan aktivitas yang mengeluarkan tenaga
berat sampai pemeriksaan pertama dilakukan
dengan pemberi asuhan. Hindari melakukan
aktivitas berat dalam cuaca panas atau dingin
yang ekstrem. Hentikan setiap aktivitas jika
terjadi nyeri dada, sesak nafas yang tidak
biasa,pening, kepala berkunang-kunang, atau
mual.
- Jelaskan rasional regimen diet, diet rendah
natrium, lemak jenuh, dan kolesterol.
- Instruksikan klien untuk berkonsultasi dengan
pemberi asuhan kesehatan sebelum meminum
obat lain yang diresepkan atau yang dijual
bebas.
- Dorong identifikasi dan pengurangan faktor
risiko individual, seperti merokok dan
komsumsi alcohol serta obesitas.
- Peringatkan untuk tidak melakukan aktivitas
isometric, maneuver valsalva, dan aktivitas
yang mengharuskan lengan diposisikan di atas
kepala.
- Tinjau penambahan tingkat aktivitas yang telah
diprogramkan. Edukasi klien mengenai
pelaksanaan kembali aktivitas, seperti berjalan,
bekerja, dan melakukan aktivitas rekreasi dan
seksual. Beri pedoman untuk meningkatkan
aktivitas secara bertahap dan berikan instruksi
mengenai target frekuensi jantung dan nadi,
jika tepat.
- Identifikasi aktivitas alternatif untuk”cuaca
buruk”di siang hari, seperti berjalan berjalan
terukur di dalam rumah atau toko perbelanjaan.
- Tinjau tanda dan gejala yang memerlukan
penurunan aktivitas dan pemberitahuan
pemberi asuhan kesehatan. Bedakan antara
peningkatan frekuensi jantung yang normalnya
terjadi selama berbagai aktivitas dengan
perburukan tanda stress jantung: nyeri dada,
dyspnea, palpitasi, peningkatan frekuensi
jantung yang berlangsung lebih dari 15 menit
setelah aktivitas berhenti, dan keletihan
berlebihan pada hari berikutnya.
- Tekankan pentingnya perawatan lanjutan, dan
identifikasi sumber dan kelompok pendukung,
seperti program rehabilisasi jantung, ’’klub
koroner’’, dan klinik berhenti merokok.
- Rekomendasikan klien untuk mendapatkan
vaksinasi pneumonia periodik kecuali
dikontraindikasikan.
- Tekankan pentingnya menghubungi dokter jika
terjadi nyeri dada, terjadi perubahan dalam pola
angina, atau jika gejala lain terjadi kembali.
- Tekankan pentingnya melaporkan terjadinya
demam terkait dengan nyeri dada yang
meyebar atau atipikal (pleura, pericardium) dan
nyeri sendi.
- Dorong klien dan orang dekat untuk berbagi
kekhawatiran dan perasaan. Diskusikantanda-
tanda depresi patologis versus perasaan.
Sementara yang seringkali dikaitkan dengan
peristiwa kehidupan utama. Rekomendasikan
pencarian bantuan dari professional jika terjadi
perasaan depresi.

3. Intervensi keperawatan infark miokard akut menurut SIKI-PPNI yaitu:


D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan.
Tindakan yang mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri (Independen) Adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada
kesimpulan dan keputusan sendiri bukan merupakan petunjuk atau perintah
kesehatan lain.
2. Tindakan kolaborasi Adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil keputusan
bersama, seperti dokter atau petugas kesehatan lain .Berdasarkan referensi diatas,
impelementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan terhaadap klien sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat baik itu secara mandiri atau kolaborasi.

E. Evaluasi keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikat.Langkah-langkah
evaluasi sebagai berikut :
1. Daftar tujuan-tujuan pasien.
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.Melihat bahasan
diatas, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan hasil pencapaian yang telah
dilakukan dengan berdasarkan kriteria.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark Miokard Akut (IMA) adalah kematian jaringan miokard akibat terjadi
penurunan aliran darah pada pembuluh koroner menuju miokard, sehingga cadangan
oksigen tidak mencukupi kebutuhan oksigen pada miokard. IMA disebabkan oleh adanya
thrombus arteri koroner, dengan menyebabkan kematian miosit jantung pada area yang
disuplai oleh arteri). Sel-sel miosit yang mati pada kondisi ini membedakan infark secara
patologi dari bentuk lain kerusakan jaringan miokard yang cenderung menghacurkan
miosit lebih banyak. Sekitar 4 – 12 jam setelah kematian sel, miokard yang infrak mulai
mengalami nekrosis koagulasi, proses dimana adanya sel yang swelling, rusaknya
organel, dan denaturasi protein.
Gambaran klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada substernum yang
terasa berat, menekan, seperti diremas-remas dan terkadang dijalarkan ke leher, rahang,
epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau hanya rasa tidak enak di dada. . Infark Miokard
Akut diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasrkan hasil pemeriksaan EKG yaitu,
STEMI dan NSTEMI. Pasien STEMI mengalami perubahan pada hasil pemeriksaan
EKG, yaitu adanya kenaikan pada bagian gelombang ST.

B. Saran

Pasien dengan kecurigaan adanya serangan jantung harus mendapatkan diagnosis


yang cepat, penyembuhan nyerinya, resusitasi dan terapi reperfusi jika diperlukan. Pasien
dengan kecurigaan atau telah didiagnosis infark miokard harus dirawat oleh staf yang
terlatih dan berpengalaman di unit jantung yang modern. Mereka sebaiknya mempunyai
akses untuk mendapat metode diagnosis yang modern dan perawatan, baik itu di tempat
perawatan awal atau di tempat yang lebih khusus. Mereka harus mendapat informasi yang
cukup setelah pulang, rehabilitasi, dan pencegahan sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

Joyce M. Block, Jane Hokanson Hawks.Elsevier, 2015 Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk hasil yang diharapkan.

Priscilla Lemone, Karen M. Burke, Gerene Bauldoff, 2017. Buku Ajar Keperwatan Medikal
Bedah Gangguan Kardiovaskuler. Edisi 5, EGC : Jakarta.

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi
Jilid 1, 2015 : 23

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai