Anda di halaman 1dari 24

CASED ANALYZES METHOD (CAM)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. KT 22 THN DENGAN


PENYALAHGUNAAN NAPZA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1

dosen pengampu Shella Febrita PU,Skep., Ners, M. Kep

disusun oleh :

Aprilia Nurfadillah (302017011) Nur Ranti L (302017052)


Aqmarina Ghoesani (302017012) Sania Suci D (302017064)
Denurta Nuzul R (302017019) Shofia Nailah (032016031)
Ika Kartika C (302017039) Yuli Yulianti (302017085)
Nia Kurnia (302017049)

Kelompok: IV

PROGRAM STUDI SARJANI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
Jl. K.H. Ahmad Dahlan (Banteng) Dalam No.6 Bandung 4026.
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penyusun telah
menyelesaikan Tugas Case Analized Method dengan membahas “Asuhan
Keperawatan Penyalahgunaan Napza pada Tn. KN” dalam bentuk makalah.
Makalah ini telah penyusun susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehigga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu penyusun menyampaikan banyak terma kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sebagai mahasiswa yang
pengetahiannya belum seberapa, masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
sempurna dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan saran ataupun masukan agar penyusun dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal kepada yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Bandung, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
1) Tujuan Umum .......................................................................................... 2
2) Tujuan Khusus ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................................................... 3
A. Definisi NAPZA ...................................................................................... 3
B. Dampak Penyalahgunaan Narkoba ........................................................... 4
C. Jenis-Jenis dan Perubahan Pada Orang Yang Mengonsumsi NAPZA ....... 4
D. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza ....................................... 6
E. Manisfestasi Klinis ................................................................................... 7
F. Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 9
BAB III KASUS .............................................................................................. 10
A. Kasus ..................................................................................................... 10
B. Pembahasan ........................................................................................... 11
C. ANALISA DATA .................................................................................. 15
D. Perencanaan keperawatan ....................................................................... 17
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 19
A. Kesimpulan ............................................................................................ 19
B. Saran ...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Badri, M (2013) penyalahgunaan NAPZA biasanya didasari atas
beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi penyalahgunaan NAPZA.
Pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar. Pertama, sebab-
sebab yang berasalh dari faktor individu seperti pengetahuan, sikap, kepribadian,
jenis kelamin, usia, dorongan kenikmatan, perasaan ingin tahu dan untuk
memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Kelompok kedua berasal dari
lingkungannya seperti pekerjaan, ketidakharmonisan keluarga, kelas sosial
ekonomi dan tekanan kelompok.
Narkotika menurut UU RI no 22 tahun 1997 adalah opiat, ganza dan
kokain. Adapun menurut Undang-Undang RI no 2 tahun 1997 adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan makanan baik sintesis maupun semi
sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan
ketergantungan. Psikotropika menurut Undang-Undang RI No.5 Tahun 1997
dalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Kasus penyalahgunaan NAPZA Indonesia dari tahun ke tahun juga terus


mengalami kenaikan dimana tahun 2008 ada sebanyak 3,3 juta (3.362.527)
dengan prevalensi 1,99% menjadi pada tahun 2011 menjadi 4 juta (4.071.016)
dengan prevalensi 2,32% dan diprediksikan angka tersebut akan terus menerus
mengalami kenaikan pada tahun 2015 menjadi 5,1 juta (5.126.913) denga
prevalensi 2,8%. Diketahui 5,3% diantaranya adalah kalangan pelajar dan
mahasiswa.

1
2

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini akan diuraikan dalam bab
pembahasan berdasarkan latarbelakang yang telah dibuat. Rumusan masalah ini
terdiri dari:
1. Apa definisi dari NAPZA?
2. Apa dampak penyalahgunaan dari NAPZA?
3. Apa jenis dari NAPZA dan perubahan pada orang yang mengkonsumsi
NAPZA?
4. Apa faktor penyebab penyalahgunaan dari NAPZA?
5. Apa manisfestasi klinis dari NAPZA?
6. Apa penatalaksaan dari NAPZA?
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah melakukan Case Analyze Method (CAM) ini mahasiswa
diharapkan mampu mengkaji, memahami kasus NAPZA baik secara konsep
klinis dan asuhan keperawatanya.

2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari NAPZA.
2. Untuk mengetahui dampak penyalahgunaan dari NAPZA.
3. Untuk mengetahui jenis NAPZA dan perubahan pada orang yang
mengonsumsi NAPZA.
4. Untuk mengetahui faktor penyalahgunaan dari NAPZA.
5. Untuk mengetahui manisfestasi klinis dari NAPZA.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari NAPZA.
3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi NAPZA
Narkoba merupakan zat psikoaktif narkotika, dan bahan-bahan berbahaya
lainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bahan atau zat-zat kimiawi yang jika
masuk ke dalam tubuh baik secara oral (dimakan, diminum, ditelan), diisap, dihirup,
atau disuntikan dapat mengubah suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang. Hal
ini dapat menimbulkan gangguan keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi
negatif, waktu pemakaian panjang dan pemakaian dosis yang berlebih.

Narkotika menurut UU no 9 tahun 1976 adalah bahan-bahan seperti tanaman


papaver, ovium mentah, ovium masak (candu, jicing, jicingko), ovium obat, morfin,
tanaman koka, daun koka, kokaina mentah, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, damar
ganja. Bahan lain: baik yang alamiah, semisintetis, sintesis yang dapat dipakai
sebagai pengganti morfin atau kokain; di tetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika
jika penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat ketergantungan yang merugikan
seperti morfin dan kokaina.

Menurut Yusuf (2015), zat adiktif atau istilah yang paling dikenal kalangan
masyarakat luas dengan istilah narkoba adalah berasal dari kata narkotik dan bahan
adiktif. Istilah tersebut kemudian berkembang menjadi napza, yang merupakan
kependekan dari narkotik, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Narkotik
adalah obat-obatan yang bekerja pada susunan saraf pusat dan digunakan sebagai
analgesik (pengurang rasa sakit) pada bidang kedokteran. Psikotropika adalah obat-
obatan yang efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, biasanya digunakan
untuk pengobatan gangguan kejiwaan.

Menurut penulis napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) yaitu
obat berbahaya merupakan masalah yang sangat kompleks yang memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif.
4

B. Dampak Penyalahgunaan Narkoba


1. Menurut badan narkotika nasional republic Indonesia (BNRI) tahun 2009 bahwa
dampak fisik, psikologis, sosial dan spiritual tersebut saling berhubungan erat.
a) Dampak fisik
- Sering lemas, ingin tidur terus dan nafsu makan besar
- Pelupa, sukar bernafas, sakit kepala, suhu tubuh sewaktu-waktu
meningkat dan adanya juga yang sulit tidur.
b) Dampak Fsikologis
- Pemalas, lamban bekerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah, sulit
focus, merasa tertekan dan emosi labil.
- Memiliki perasaan gembira dan selalu tertawa untuk hal-hal yang tidak
lucu, suka menghayal, sulit focus dan merasa dan tertekan dalam diri.
c) Dampak sosial
Menjadi antisosial dan bergaul hanya dengan teman sesame pemakan serta
di kucilkan oleh masyarakat lingkungan tempat tinggal.
2. Tubuh kita bahkan dapat berubah begitu banyak hingga sel-sel dan organ-organ
tubuh kita menjadi tergantung pada obat itu hanya untuk bisa berfungsi normal.
Tetapi apabila pengguna napza dihentikan, akan mengubah semua susunan dan
keseimbangan kimia tubuh. Mungkin akan ada kelebihan suatu jenis enzim dan
kurangnya transmisi syarat tertentu.

C. Jenis-Jenis dan Perubahan Pada Orang Yang Mengonsumsi NAPZA


Berbagai jenis NAPZA ada beberapa seperti, ganja, opiat (morphine,
heroin/”putaw”), kokain, alkohol (minuman keras), amphetamine (ekstasi, “shabu-
shabu”), sedativa/hipnotika (nitrazepam, barbiturat), dan tembakau (rokok).
1. Ganja
Mereka yang mengonsumsi NAPZA jenis ganja akan memperlihatkan
perubahan-perubahan mental dan perilaku seperti:
a. Jantung berdebar-debar
5

b. Gejala psikologik:
1) Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar
2) Halusinasi dan delusi
Halusinasi adalah pengalaman pancaindera tanpa adanya
sumber stimulus (rangsangan) yang menimbulkannya. Delusi adalah
suatu keyakinan yang tidak rasional meski telah diberikan bukti-bukti
bahwa fikiran itu tidak rasional, yang bersangkutan tetap meyakininya.
3) Perasaan waktu berlalu dengan lambat
4) Apatis
Bersikap acuh tak acuh, masa bodoh, tidak peduli dengan tugas
atau fungsinya sebagai mahkluk sosial, sering kali lebih senang
menyendiri dan melamun, dan tidak ada kemauan.
c. Gejala fisik, seperti mata merah, nafsu makan bertambah, mulut kering dan
perilaku adaptif
2. Opiat
Mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis opiat baik dengan cara menghirup asap
setelah bubuk opiat dibakar akan menghasilkan:
1) Pupil mata mengecil ataupun sebaliknya melebar
2) Euforia atau sebaliknya disforia, disforia adalah gangguan pada afektif (alam
perasaan/mood)
3) Apatis
4) Retardasi psikomotor, merasakan kelesuan dan ketiadanan tenaga.
5) Mengantuk/tidur. Pada umumnya penyalahguna tidak dapat tidur pada
malam hingga dini hari namun apabila sudah mengonsumsi nya akan tertidur
hingga siang atau sore keesokan harinya.
6) Pembicaraan cadel (slurred speech)
7) Gangguan pemusatan perhatian atau konsentrasi
8) Daya ingat menuurn
3. Kokain
6

Mereka yang mengkonsumsi NAZA jenis ini dengan cara dihidu(bubuk


kokain dihirup melalui hidung) akan mengalami gangguan seperti agitasi
psikomotor, rasa gembira (elation), rasa harga diri meningkat, banyak bicara,
dan kewaspadaan.
4. Alkohol
Termasuk zat adiktif, artinya zat tersebut dapat menimbulkan adiksi yaitu
ketagihan dan dependensi (ketergantungan).
5. Amphetamine, dengan cara dihirup dengan alat khusus dan akan mengalami
gejala-gejala seperti gejala psikologik (agitasi psikomotor, rasa gembira, harga
diri meningkat, banyak bicara, kewaspadaan meningkat, dan halusinasi) dan
gejala fisik (mual muntah, tingkah laku maladaptif, keringat berlebihan, jantung
berdebar-debar, dan pupil mata membesar).
6. Sedativa
Akan mengalami tanda dan gejala seperti gejala psikologik (emosi labil,
hilangnya hambatan dorongan, mudah tersinggung, dan banyak bicara), dan
gejala neurologik (pembicaraan cadel, cara jalan yang tidak menetap, gangguan
perhatian atau daya ingat, dan efek perilaku maladaptif).
7. Tembakau
Termausk zat adiktif karena menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi
(ketergantungan).

D. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza


Menurut (Nurmaya, 2016) ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
penyalahgunaan NAPZA seperti:

1. Faktor individu merupakan salah satu bagian dari penyebab terjadinya


penyalahgunaan napza individu yang coba-coba menggunakan napza biasanya
memiliki sedikit pengetahuan akan napza serta efek-efek bahaya yang
ditimbulkan oleh napza
2. Faktor lingkungan pergaulan (teman sebaya)
7

3. Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibatkan


adanya perceraian dan perkembangan.
Faktor internal dalam penyalahgunaan NAPZA biasanya berasal dari diri
sendiri yang menyebabkan adanya perubahan perilaku, adapun diantaranya : rasa
ingin tahu yang tinggi sehingga terdapat keinginan untuk mencoba, keinginan untuk
bersenang-senang, keinginan untuk mengikuti gaya hidup terbaru, keinginan untuk
diterima oleh lingkungan atau kelompok, pengertian yang salah bahwa penggunaan
sekali-kali tidak menimbulkan ketagihan, pengetahuan agama yang kurang,
ketidaktahuan akan bahaya NAPZA baik bagi dirinya, keluarga, lingkungan maupun
masa depannya. Selain itu juga disebabkan oleh faktor lain seperti rendah diri dan
merasa tertekan atau ingin lepas dari segala aturan-aturan dari orang tua (Mei, 2015).

E. Manisfestasi Klinis
Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi. Selain intoksikasi ada juga
sindroma putus zat, yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat gejala yang timbul
akibat penggunaan zat yang dikurangi atau dihentikan. Tanda dan gejala yang
ditampilkan akibat intoksikasi dan putus zat berbeda-beda, tergantung pada jenis zat
yang di konsumsi.
1. Tanda-tanda non fisik yang biasa ditampakkan di rumah, meliputi:
a. Membangkang terhadap teguran orangtua
b. Tidak mau mempedulikan peraturan keluarga
c. Mulai melupakkan tanggung jawab rutinnya di rumah.
d. Malas mengurus diri ( tidak mau membereskan tempat tidur, malas mandi,
sering tidur, malas menggosok gigi, kamar berantakan, malas membantu)
e. Sering tersinggung dan mudah marah
f. Sering berbohong
g. Banyak menghindar pertemmuan dengan anggota keluarga lainnya karena
takut ketahuan bahwa ia menggunakan narkotika. Banyak mengurung diri di
kamar, dan menolak diajak makan bersama-sama anggota keluarga lainnya
8

h. Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga lainnya dibandingkan


dengan sebelumnya.
i. Sering mencuri uang dan barang-barang berharga dirumah, dan ini sering
tidak di ketahui.
j. Berubah teman dan jarang mau mengenalkan teman-temannya
k. Sering pulang lewat jam malam dan menginap dirumah teman
l. Sering pergi ke disko, mall atau pesta
m. Bila ditanya sikapnya defensif atau penuh kebencian
n. Sekali-sekali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara pelo (cadel dan jalan
sempoyongan)
o. Ada obat-obatan, kertas timah, bau-bauan yang tidak biasa dirumah (
terutama kamar mandinya atau kamar tidurnya) atau ditemukannya jarum
suntik, namun ia akan mengatakan bahwa barang-barang itu bukan
miliknya.
2. Tanda-tanda non fisik yang biasa ditampakkan di sekolah, melputi:
a. Prestasi di sekolah tiba-tiba menurun mencolok
b. Membolos sekolah, tidak disiplin
c. Perhatian terhadap lingkungan tidak ada
d. Sering kelihatan mengantuk di sekolah
e. Sering keluar dari kelas pada waktu jam pelajaran dengan alasan ke
kamar mandi.
f. Sering terlambat masuk kelas setalah jam istirahat.
g. Mudah tersinggung dan mudah marah di sekolah.
h. Sering berbohong.
i. Meninggalkan hobi-hobinya yang terdahulu (misalnya kegiatan
ekstrakulikuler dan olahraga yang dulu di gemarinya)
j. Mengeluh karena menganggap keluarga dirumah tidak memberikan
dirinya kebebasan, atau menganggap keluarga dirumah terlalu
9

menegakkan disiplin muali sering berkumpul dengan anak-anak yang


“tidak beres” di sekolah.
F. Penatalaksanaan Medis
Hawari (2017) dalam penelitiannya telah menemukan suatu metode terapi dan
rehabilitas pasien penyalahguna dan ketergantungan NAZA yang dikenal sebagai
metode prof Dadang Hawari dengan pendekatan holistic tersebut di atas.prinsip terapi
metode prof.dadang hawari adalah berobat dan berobat. Berobat artinya
membersihkan Naza dari tubuh (detoksifikasi) dan mengobati komplikasi
medic,psikiatrik dan sosial:sedangkan berobat artinya mohon maaf kepada Allah swt
dan berjanji tidak akan mwngulanginya lagi.mengapa NAZA harus berobat karena
haram hukumnya dari segi agama maupun dari undang-undang (UU).

Terapi (pengobatan) terhadap penyalagunaan dan ketergantungan NAZA


haruslah rasional dan dapat dipertanggung jawabkan dari segi medik,psikiatik,sosial
dan agama.Terapi yang dimaksud tersebut diatas terdiri dari 2 tahapan yaitu
detoksifikasi dan pasca detoksifikasi (permantapanm) yang mencakup komponen-
komponen sebagai berikut:

1. Terapi medik-psikiatrik(detoksifikasi,psikofarmaka dan psikososial).


2. Terapi medic-somatik(komplikasi medik).
3. Terapi psikososial.
4. Terapi psikoreligius.
10

BAB III

KASUS

A. Kasus
Klien berinisial KT, laki-laki usia 22 tahun, mahasiswa semester 9 yang
sednang menyusun skripisi namun tidak kunjung beres. KT adalah anak tunggal yang
kini tinggal bersama neneknya, karena ibunya sudah meninggal sejak KT di bangku
SMP, sedangkan bapaknya sudah menikah lagi sejak KT masuk kelas 1 SMA dan
tinggal bersama keluarga barunya di luar kota. Bapaknya sampai sekarang masih
rutin mengirimkan uang bulanan untuk keperluan KT melalui neneknya. Pada
dasarnya, KT merupakan orang yang manja, periang, dan mudah bergaul. KT pertama
kaliu mengenal rokok saat di bangku SMP karena di ajak oleh teman-teman sekelas.
Mulai mengenal minuman beralkohol saat di bangku SMA kelas 2. Saat masuk
bangku kuliah semester 7 akhir, KT mulai terpengaruhi oleh temanya untuk
mengkonsumi puthao.

Sodara KT di bawa ke RS ke bagian dengan gejala overdosis puthao, sudah 1


minggu dirawat. KT menggunakan puthao sudah satu tahun dengan cara suntik dan
intravena. Pada awalnya klien menggunakan puthao dengan alas an supaya diakui
oleh gengnya sehingga dia bisa punya temen untuk cerita atau kumpul-kumpul.
Karena di rumahnya dia merasa bosan, sendiri dengan neneknya tidak bisa berbagi
cerita berbagai permasalahanya yang di rasakan. Hingga , akhirnya KT menjadi
ketergantungan , terutama bila KT menghadapi masalah. KT sudah berusaha untuk
bisa berhenti tetapi gagal karena tidak dapat mengatasi keinginan menggunakan zat
yang begitu kuat, KT sering menyayat pergelangan tanganya untuk bisa menangani
sakau nya saat dia tidak memiliki obat. KT sering berbohong dan mencuri di rumah
neneknya, selain itu juga dia sering tidak pulang berhari-hari dan jauh dari agama.
Saat di kaji oleh perawat, KT mengatakan ingin sembuh dan tidak mau lagi
berhubungan dengan zat psikoaktif. KT tampak lemas, badan kurus, tampak beberapa
11

bekas luka sayatan yang sudah menghitam di tanganya, tidak bertenaga, tatapan
kurang focus, saat di ajak ngobrol kurang berkonsentrasi dan tidak nyambung, respon
menjawab pelan, tidak bersemangat. Keluhan yang di rasakan klien sekarang adalah
badan terasa merinding, merasa kurang percaya diri, merasa tidak berguna setelah
menjadi pemakai obat, malu dengan teman-teman yang bukan pemakai dan merasa
tidak di percaya lagi oleh keluarganya.

B. Pembahasan
1. Pengkajian
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA TN.KT
a. Identitas Klien
Nama : Tn. KT
No. Merdec : 0000001
Umur : 22 tahun
Pendidikan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Kasih Sayang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Ruangan : Melati
Tanggal Masuk RS : 8 April 2018
Tanggal Pengkajian : 9 April 2019
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Y
Umur : 50 Tahun
Hubungan klien : Nenek
12

Faktor Predisposisi
1. Kehilangan objek
Klien kehilangan ibunya yang sudah meninggal sejak klien di bangku SMP dan
ayahnya yang sudha menikah lagi sejak klien masuk kelas 1 SMA
2. Kepribadian
Klien merupakan orang yang manja, periang, dan mudah bergaul
3. Kognitif
Klien merasa kesepian dan tidak ada teman untuk bercerita terutama ketika dia
mendapat masalah
Faktor Presipitasi
a. Faktor biologis
Klien
b. Faktor psikologis
Klien merasa kurang percaya diri dan merasa tidak berguna setelah pemakaian
obat dan malu terhadap teman-temannya
c. Faktor sosial dan budaya
Klien terpengaruh oleh pergaulan bebas broken home dan jauh dari agama
2. Data Psikologis
a. Status Emosi
Klien mengatakan gagal untuk berhenti menggunakan zat yang begitu kuat,
sehingga klien sering menyayat pergelangan tangannya saat menangani
sakau saat klien tidak memiliki obatnya.
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Data yang harus ditambahkan adalah anggapan klien terhadap anggota
bagian tubuh klien.
2) Harga Diri
Klien merasa kurang percaya diri, malu dengan teman-temannya yang
bukan pemakai dan merasa dipercayai lagi oleh keluarganya
13

3) Peran Diri
Klien adalah seorang mahasiswa
4) Identitas Diri
Klien orang yang memakai puthao hingga overdosis
5) Ideal Diri
Klien mengatakan ingin sembuh dan tidak mau lagi berhubungan dengan
zat psikoaktif
c. Pola Koping
Klien mengatasi masalah yang dihadapinya dengan menggunakan puthao
d. Gaya Komunikasi
Saat diajak ngobrol kurang berkonsentrasi dan tidak nyambung, respon
menjawab pelan, tidak bersemangat.
e. Data Sosial
1) Pendidikan dan pekerjaan
Klien seorang mahasiswa semester 9
2) Gaya Hidup
Klien mengatakan menggunakan Puthao dengan alasan supaya diakui
oleh geng nya sehingga dia punya teman untuk cerita dan kumpul-
kumpul, karena dirumahnya dia merasa bosan hanya berdua dengan
neneknya tidak bisa berbagi cerita berbagai permasalahan yang dirasakan.
f. Data Spiritual
1) Konsep Ketuhanan
Klien jauh dengan agamanya
2) Ibadah Praktik
Data yang harus ditambahkan adalah kebiasaan beribadah klien setiap
hari.
14

3) Makna Sehat-Sakit Spiritual


Data yang harus ditambahkan adalah pandangan bagaimana menurut
agama klien tentang sakit. Serta untuk upaya yang bisa dilakukan yaitu
dengan mengikuti kajian atau pengajian
4) Support Sosial
Data yang harus ditambahkan adalah adanya support pada pasien tentang
masalahnya
4. Tanda dan Gejala
a. Ketergantungan pada puthao perilaku menyakiti diri sendiri
b. Tidak bisa berkonsentrasi
5. Data lain yang perlu dikaji
a. Pemeriksanaan Fisik
b. Pengkajian ADL (Activity Daily Living)
15

C. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Penggunaan puthao Harga Diri
- Klien mengatakan ↓ Rendah
merasa malu dengan Menggunakan puthao
teman-temannya dengan alasan supaya
yang bukan pemakai diakui gengnya
dan merasa tidak ↓
percaya lagi oleh Ketergantungan dengan
keluarganya. puthao
- Klien mengatakan ↓
menggunakan Merasa kurang percaya
puthao dengan diri
alasan supaya diakui ↓
oleh gengnya Merasa malu
sehingga dia bisa ↓
punya teman untuk Merasa tidak berguna
cerita atau kumpul- ↓
kumpul. Harga Diri Rendah

DO :

2. DS : Broken home Resiko distress


- Klien mengatakan ↓ spiritual
jauh dari agamanya Ingin diakui oleh
- Klien mengatakan teman-temannya
sering berbohong ↓
16

dan mencuri Menggunaka puthao


dirumah neneknya ↓
DO : Berbohong dan mencuri
- Klien merasa malu ↓
- Klien merasa tidak Jauh dari agamanya
berguna ↓
- Klien tampak Resiko distress spiritual
beberapa bekas luka
sayatan yang sudah
menghitam
ditangannya
17

D. Perencanaan keperawatan
Nama klien : Tn. KT Dx Medis : Penyalahgunaan NAPZA No Medrec : Ruang :
Diagnosi Rencana tindakan krperawatan Rasional
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Risiko Tujuan umum: 1. Keyakinan terhadap 1. 1.
distress Klien menjadi dekat agama 2. Bantu klien untuk 2. untuk membuat klien
spiritual dengan agamanya 2. Arti dan tujuan memutuskan merencanakan tindakan
Tujuan Khusus: hidup bagaimana cara kehidupannya selanjutnya
1. Klien kembali 3. Beinteraksi dengan untuk memutuskan 3. untuk membantu klien
pada keyakinan orang lain untuk masalah yang dapat kembali dekat dengan
agamanya berbagi ide perasaan dihadapinya agamanya
2. Klien bisa lebih dan keyakinan 3. Gunakan contoh
memaknai tujuan untuk
hidup meningkatkan
kemampuan
pemecahan
masalah klien
dengan cara yang
tepat
Harga Tujuan Umum: 1. Klien dapat menjalin 1. Monitor pernyataan 1. Untuk memastikan
18

Diri Klien memilki konsep hubungan secara baik pasien terhadap harga diri klien
Rendah diri yang positif dengan berkomunikasi harga diri. 2. Untuk membantu klien
bd Tujuan Khusus: 2. Klien dapat 2. Bantu pasien kembali menjadi
Ganggua 1. Klien dapat menerima masalahnya mengidentifikasi percaya diri
n Citra berkomunikasi dan kembali dengan respon positif dari 3. Untuk membantu
Tubuh dengan baik percaya diri orang lain. pasien dalam
2. Klien dapat 3. Klien dapat 3. Dukung pasien menangani masalahnya
kembali percaya berkomunikasi dengan untuk mengevaluasi
diri baik dengan cara dirinya sendiri.
3. Klien dapat membina hubungan
dapat
membecirakan
perasaan yang
dirasakan secara
sosial
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Narkoba merupakan zat psikoaktif narkotika, dan bahan-bahan berbahaya
lainnya. Selain itu juga dapat diartikan sebagai bahan atau zat-zat kimiawi yang jika
masuk ke dalam tubuh baik secara oral (dimakan, diminum, ditelan), diisap, dihirup,
atau disuntikan dapat mengubah suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang. Hal ini
dapat menimbulkan gangguan keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi negatif,
waktu pemakaian panjang dan pemakaian dosis yang berlebih.
NAPZA memiliki beberapa dampak seperti, dampak fisik, psikologis, sosial
dan spiritual dan ada erbagai jenis NAPZA ada beberapa seperti, ganja, opiat
(morphine, heroin/”putaw”), kokain, alkohol (minuman keras), amphetamine (ekstasi,
“shabu-shabu”), sedativa/hipnotika (nitrazepam, barbiturat), dan tembakau (rokok).
NAPZA memilki beberapa faktor seperti faktor individu dan faktor lingkungan
pergaulan (teman sebaya).
Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi. Selain intoksikasi ada juga
sindroma putus zat, yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat gejala yang timbul
akibat penggunaan zat yang dikurangi atau dihentikan. Tanda dan gejala yang
ditampilkan akibat intoksikasi dan putus zat berbeda-beda, tergantung pada jenis zat
yang di konsumsi. NAPZA memiliki tanda dan gejala yang bisa ditampakkan dari
keluarga dan sekolah seperti, tanda non-spesifik yang bisa ditampakkan dari keluarga
dan tanda non-spesifik yang bisa ditampakkan dari sekolah. NAPZA juga bisa
tangani dengan beberapa terapi seperti, terapi medik-
psikiatrik(detoksifikasi,psikofarmaka dan psikososial), terapi medic-
somatik(komplikasi medik), terapi psikososial, dan terapi psikoreligius.

19
20

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih banyak kekurangan, kedepannya penulis
akan terus memperbaiki baik dari segi penulisan dan pengetikkan juga akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. (2013). PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN NAZA


(NARKOTIKA, ALKOHOL, & ZAT ADIKTIF). Jakarta: FKUI.

Kamitsuru, S. (2015). DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi 2015-


2017 Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
M, G. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Oxford: UNITED
KINGDOM.
Mei, C. (2015). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN
JEMBER . Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 2 No. 1, 1-4.
Moorhead, S. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford: UNITED
KINGDOM.
Nurmaya, A. (2016). Penyalahgunaan napza di kalangan remaja (studi kasus pada 2
Siswa di MAN 2 Kota Bima) . Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling
Volume 2, 26-32.

Anda mungkin juga menyukai