KEPERAWATAN MEDIKAL
oleh :
Karinda Evita Sari
NIM 172310101190
1
LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS
KEPERAWATAN MEDIKAL
oleh :
Karinda Evita Sari
NIM 172310101190
ii
KATA PENGANTAR
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
5
Perikardium adalah kantung yang membungkus jantung dan merupakan dinding
terluar jantung. Perikardium terdiri atas dua lapisan yaitu perikardium viseralis dan
perikardium paietalis. Perikardium viseralis merupakan lapisan dalam yang berhubungan
langsung dengan epikardium. Sedangkan perikardium parietalis merupakan lapisan luar yang
berhubungan langsung dengan dinding dada. Didalam perikardium terdapat rongga cairan
sebanyak 15-50 ml yang disekresi oleh sel mesotelia. Perikardium melekat kuat pada jantung
dan beberapa sentimeter pertama arteri pulmonalis dan aorta (Gray, 2010).
1.3 Epidimiologi
Kelainan perikardial akibat keganasan tidak jarang dijumpai. Dilaporkan bahwa 0,1-
21% penderita kanker yang sudah bermetastatis disertai metastatis pada perikardium pada
saat otopsi. Dalam satu seri kasus kanker yang diotopsi didapatkan bahwa metastase
perikaridal merupakan penyebab kematian langsung pada 35% kasus kanker dan
penyebab tambahan pada 50% kasus (Gray, 2010).
Epidemiologi pada kejadian perikarditis sering terjadi tanpa adanya gejala klinis.
Lorell mencatat diagnosis perikarditis akut tejadi sekitar 1 per 1000 pasien yag masuk
rumah sakit , terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat darurat pada pasien dengan
segmen S-T elevasi. Bahkan kejadian perikardial akut temponade sekitar 2%, namun
konidisi ini jarang terjadi pada trauma dada tumpul (Gray, 2010).
Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa tahun
terakhir spektrum klinis perikarditis konstruktif telah berubah. Di Amerika Serikat sekitar
9% dari pasien dengan perikarditis akut terus berkembang secara konstruktif. Frekuensi
itu bergantung pada penyebab kejadian secara spesifik dari perikaritis, namun perikarditis
akut ini hanya secara klinis didiagnosis 1 dari 1000 pasien yang masuk rumah sakit.
Sedangkan perikarditis konstruktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien yang masuk rumah
sakit (Sidney, 2010).
6
1.4 Etiologi
Tanda dan gejala perikarditis (Gray, 2010)
a. Idiopatik (Penyebab paling umum)
Idiopatik adalah suatu keadaan yang belum diketahui penyebabnya.
b. Infeksi Virus (Coxsackie)
c. Infeksi bakteri (Tuberclosis)
d. Infark miokard
Infark miokard ini biasanya disebut juga gagal jantung, terjadi apabila
ada gumpalan darah menghalangi aliran darah ke jantung. Hal ini akan
menyebabkan jantung akan kehilangan oksigen.
e. Penyakit autoimun (lupus eritematosus sistemik, reumatoid, sklerosis sistemik,
AIDS)
f. Uremia
Uremia adalah keadaan ketika ginjal tidak lagi menyaring dengan baik.
g. Neoplasia
h. Trauma
i. Hipersensitivitas
j. Obat, misalnya: Hydralazine, nydrazid, phenytoin, procainamide
k. Auneurisma aortic disertai kebocoran pericardial
7
1.5 Klasifikasi
A. Perikarditis Akut
Perikarditis akut adalah sindrom yang disebabkan inflamasi pada perikardium parietal
dan viseral. Perikarditis akut ini biasanya disebabkan oleh virus. Inflamasi pada perikarditis
akut disebabkan oleh eksudat dan fibrin. Eksudat menyelimuti daerah perikardium dan
menyebabkan inflamasi yang lebih lanjut pada pleura dan daerah sekitarnya. Eksudat
fibrinosa dapat menginflamasi seluruh bagian jantung. Perikarditis akut dapat bersifat kering
(fibrinosa) atau eksudat. Perikarditis eksudat yaitu terdapat cairan yang bercampur nanah
(purulen) dalam daerah perikardium (Black, 2009).
Perikarditis akut dengan efusi terjadi jika akumulasi cairan secara cepat terjadi
dikantong perikardium. Cairan menyebabkan jantung tertekan dan mengurangi pengisian
ventrikel dan curah jantung. Jika dengan cairan hanya 80-200 ml dapat menyebabkan
ruangan perikardium menurunkan curah jantung. Menimbulkan rasa tidak nyaman
dikarenakan penuruanan curah jantung ataupun syok. Hal ini bisa menyebabkan takikardi,
diaforesis, ekstermitas dingin, sianotik dan kecemasan (Black, 2009).
D. Temponade Jantung
Temponade jantung adalah suatu komplikasi yang dapat mengancam nyawa karena
akumulasi cairan pada perikardium. Cairan dapat berupa darah, pus atau udara pada kantung
perikardium yang terakumulasi dalam kecepatan yang cepat da jumlah yang cukup menekan
jantung serta membatasi aliran aliran darah masuk dan keluar ventrikel. Jika sudah memasuki
fase temponade jantung ini akan menjadi darurat jantung (Black, 2009).
8
1.6 Patofisiologis
Proses inflamasi dan akibat sekunderdari fenomena infeksi pada perikarditis biasanya
akan memberikan respon sebagai berikut (Mutaqin, 2009) :
Manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi tergantung pada berat, distribusi, dan
kecepatan terjadinya sikatriks (Baradero, 2008):
1. Nyeri dada seperti ditusuk bila sedang bergerak ataupun bernafas dalam, dan
akan berkurang apabila dalam posisi duduk atau membungkuk
2. Friction rub; positif
3. Nyeri dada substernal atau parasternal, biasanya menjalar ke bagian bahu dan
leher dan lengan bagian kiri
4. Distensi vena jugularis
5. Hepatomegali
6. Edema pada ekstermitas bagian bawah
7. Sesak napas, denyut jantung meningkat
8. Bunyi jantung lemah atau normal
9. Suhu meningkat
10. Pembesaran perut dan gangguan abdomen
9
11. Lelah
12. Palpitasi
13. Batuk
14. Asites
15. Ewarts’s sign (perkusi pekak di bawah angulus scapula kiri bila di efusi)
16. Rontgen toraks : bayangan jantung membesar
17. Iso-Enzym Cardiac : meningkat
18. Pola EKG
ST elevasi pada area yang rusak tanpa diikuti perubahan di area
resiprokal
Kompleks QRS voltase rendah (Amplitudo kecil)
Atrium fibrilasi
Bradikardi toraks terdapat eksudatif perikardium
19. Pada saat sinar-X terdapat eksudatif pada perikardium
20. Leukositosis (Sel darah putih 10.000-20.000/ mm3)
a. EKG
Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia.
Elektrokardiografi memperlihatkan eleyasi segmen ST dan perubahan
resiprokal, voltase QRS yang rendah namun dengan EKG bisa juga normal
atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
10
b. Ekokardiografi
Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrofi jantung, disfungsi katup,
dilatasi ruang. Dengan ekokardiografi jika terjadi efusi pericardial mampu
mendiagnosa jika menunjukkan ruang antara dinding ventricular dan
pericardium. Menunjukkan banyaknya cairan pada perikardium.
c. Pengecekan kadar enzim
Kadar enzim kardiak pada perikarditis ini cenderung naik.
d. Angiografi
Dapat menunjukkan stenosis katup dan reguritasi dan penurunan aktifitas
dinding.
e. X-ray dada
Biasanya pada perikarditis akan menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi
pulmonal
f. Pemeriksaan radiologis (Rontgen)
Jantung hanya terlihat sedikit biasanya hanya tampak bayangan jantung yang
membesar seperti water-bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya
efusi perikardium yang banyak dan nampak. Pada posisi berdiri ataupun
duduk akan terlihat pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan
berubah bentuk menjadi globular pada saat posisi tidur. Akan terlihat bulir-
bulir air namun juga terkadang terlihat normal.
g. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pada darah akan terdapat leukosit yang disertai kuman.
2. Cairan purulen akan ditemukan pada infeksi banal.
3. Pemeriksaan kimia terhadap kandungan protein yang tercampur
dengan baketeri
h. Foto Thoraks
Untuk mengetahui adanya cairan perikard.
11
b. Aspirasi dipantau dengan EKG dan ekokardiografi didukung dengan
pembedahan jantung
c. Reseksi perikardium
d. Indometasin atau kortikosol
e. Pada perikarditis efusi perikardium maka penatalaksanaannya yaitu
Perikardisentesis ke dalam kantung perikardium dengan tujuan agar proses
drainase dari aspirasi dapat adekuat (Rubin,1990).
f. Pada fase temponade jantung perlu aspirasi perikardium dengan jarum
maka manifestasi klinisnya yaitu Ekokardiografi dengan kateterisasi
jantung
12
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Tn. D usia 56 tahun datang ke rumah sakit Citra Husada pada tanggal 1 November
2019 pukul 19.30 WIB dengan diantar oleh anak dan juga istrinya dan Tn. D mengeluhkan
batuk dan nyeri dada di bagian kiri nyeri seperti ditusuk saat bernafas dan menjalar ke sekitar
bahu leher pada saat melakukan aspirasi, skala nyeri 7, badan terasa panas, sesak nafas dan
juga batuk. Pasien merasakan nyeri sudah 3 hari yang lalu namun semakin hari nyeri terasa
semakin parah, CRT > 3detik. Terlihat ada edema pada ekstermitas bawah pasien. BB pasien
sebelum sakit 70 dan setelah sakit menjadi 75 kg dan TB 168 kg, kulit sianosis. Pemeriksaan
TTV menunjukkan TD 140/100 mmHg, nadi 110x/ menit RR 24x/ menit. Terdapat bunyi
friction rub pada saat dilakukan auskultasi dan adanya distensi vena jugularis. Keluarga
mengatakan bahwa 3 tahun yang lalu pernah menderita Tubercolosis. Pasien mengatakan
badannya terasa lemas dan pasien mengurangi aktivitas berat bahkan pasien lebih banyak
tidur.
2.1 Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Usia : 56 Tahun
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : S1
13
Tanggal pengkajian : 1 November 2019
14
BB : 75 kg
TB : 168
TD : 140/100 mmHg
Suhu : 38,5°C
Nadi : 110x/ menit
RR : 24x/ menit
C. Nilai GCS: 15
E : 4 (membuka mata secara spontan)
M : 6 (melakukan sesuai perintah)
V : 5 (Menjawab secara tepat)
D. Sistem kardiovaskular
a) Inspeksi : warna kulit sianosis
b) Palpasi : toraks kanan dan kiri seimbang
c) Perkusi : bunyi pada daerah toraks pekak
d) Auskultasi : denyut jantung meningkat (Friction rub +)
E. Head to toe
a. Kepala
Bentuk : simetris
Rambut : warna hitam beruban
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik
Mulut : Mukosa kering
b. Wajah : tampak meringis dan lemah
c. Leher : tidak ada pembesaran tiroid
d. Dada : pernafasan dangkal dan Friction rub (+)
e. Abdomen : mengalami pembesaran
f. Genetalia : bersih
g. Ekstermitas atas : tidak mengalami edema
h. Ekstremitas bawah : adanya edema
F. Pemeriksaan penunjang
a. X-ray : pembesaran pada jantung
b. Foto Rontgen : efusi perikardium
c. Laboraturium :
15
Leukosit >10.000 dan mengandung kuman
Terdapat cairan purulen pada perikardium
G. Data Fokus
DS :
pasien mengatakan nyeri dibagian dada bagian kiri yang semakin lama nyeri
semakin bertambah
DO :
TD : 140/100 mmHg
RR : 24x/ menit
Nadi : 110x/ menit
Suhu : 38,5°C
Klien tampak lemah dan pasien tampak memegangi area dada kirinya
Terdengar bunyi friction rub pada saat auskultasi.
Analisa Data
16
-Nadi : 110x/ menit Perubahan irama jantung
-CRT > 3detik
- Friction rub (+) Penurunan curah jantung
DS : Intoleransi aktivitas Perfusi jaringan
Pasien mengatakan badannya
terasa lemas Aliran darah tidak adekuat
DO :
-pasien tampak lemas Kelemahan fisik
-Pasien tidak bisa
bermobilisasi dengan Intoleransi aktivitas
maksimal pasien hanya tidur
ditempat tidur saja
DO :
Penumpukan cairan pada perikardium
-Terjadi akumulasi cairan di
perikardium
-Suhu 38,5°C
Akumulasi bakteri di perikardium
Resiko infeksi
17
2.2 Diagnosa
NO Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut b.d agen cidera biologis d.d pasien tampak meringis, skala nyeri 7
2 Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d distensi vena jugularis
3 Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d pasien tampak lemas
4 Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema pada
ekstremitas bawah
5 Resiko infeksi d.d penumpukan cairan pada perikardium
2.3 Intervensi
18
(sedang ke tidak ada) pada nyeri yang
4. Skala nyeri berat
berkurang dari 2 Manajemen
menjadi 5 (cukup lingkungan:
berat ke tidak ada) Kenyamanan
Kontrol Nyeri (6482)
(1605) 1. Hindari gangguan
1. Mengenali faktor yang tidak perlu dan
penyebab nyeri dari berikan waktu untuk
skala 4 menjadi 1 istirahat
(Sering menunjukkan 2. Ciptakan
menjadi tidak lingkungan tenang
menunjukkan) dan mendukung
2. Menggunakan 3. Sediakan
tindakan pengurangan lingkungan aman
tanpa menggunakan dan bersih
analgesik dari skala 3 4. Posisikan pasien
menjadi 5 (kadang- untuk untuk
kadang ke tidak memfasilitasi
pernah ke secara kenyamanan
konsisten
menunjukkan)
3. Melaporkan
perubahan terhadap
gejala nyeri pada
profesional kesehatan
dari skala 4 menjadi 1
(sering menunjukkan
ke tidak pernah
menunjukkan)
4. Menggunakan
sumber daya yang
tersedia dari skala 2
19
menjadi 5 (kadang-
kadang menunjukkan
ke secara konsisten
menunjukkan)
20
6. Edema Perifer dari mengi
skala 1 menjadi 5 3. Monitor pola
(berat ke tidak ada) nafas (Bradipneu,
7. Sianosis dari skala takipneu,
1 menjadi 5 (berat ke hiperventilasi,
tidak ada) pernapasan
Kepatenan Jalan kusmaul)
Nafas (0410) 4. Auskultasi suara
1. Frekuensi nafas setelah
pernapasan dari skala tindakan
1 menjadi 3 (Berat ke
sedang)
2. Irama Pernapasan
dari skala 1 menjadi 4
(berat ke ringan)
3. Suara nafas
tambahan dari skala 1
menjadi 5 (berat ke
tidak ada)
3. Jum’at 1 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
November aktivitas b.d tirah tindakan keperawatan (0180)
2019 baring d.d pasien selama 2x24 jam 1.Kaji status
tampak lemas diharapkan intoleransi fisiologis pasien
aktivitas dapat yang menyebabkan
berkurang dengan kelelahan sesuai
kriteria hasil: dengan kontek usia
Kelelahan: Efek dan perkembangan
yang mengganggu 2. Pilih intervensi
(0008) untuk mengurangi
1.Malaise dari skala 5 kelelahan baik
menjadi 1 (Berat ke secara farmakologis
tidak ada) dan non
2.Penurunan energi farmakologis secara
21
dari skala 1 menjadi 5 tepat
(Berat ke tidak ada) 3. Monitor asupan
3. Gangguan aktivitas nutrisi untuk
fisik dari skala 1 mengetahui sumber
menjadi 5 (Berat ke energi yang adekuat
tidak ada) 4. Tingkatkan tirah
Status Jantung Paru baring/ pembatasan
1. Intoleran aktivitas kegiatan
dari skala 1 menjadi 5 5. Lakukan ROM
(berat ke tidak ada) aktif dan pasif untuk
2. Sianosis dari skala menghilangkan
1 menjadi 5 (berat ke ketegangan otot
tidak ada) Perawatan
3. Distensi vena jantung:
jugularis dari skala 1 rehabilitatif (4046)
menjadi 5 (berat ke 1.Monitor toleransi
tidak ada) pasien terhadap
4. Edema perifer dari aktivitas
skala 1 menjadi 5 2. pertahankan
(berat ke tidak ada) jadwal ambulasi
5. Kelelahan dari 3. Instruksikan
skala 1 menjadi 5 pasien dan keluarga
(berat ke tidak ada) mengenai
pertimbangan
khusus terkait
dengan aktivitas
sehari-hari.
22
pada ekstremitas berkurang dengan pasien
bawah kriteria hasil: 2. Masukkan kateter
Hidrasi (0602) urin
1.Output urin dari 3. Monitor TTV
skala 1 meenjadi 5 pasien
(Sangat terganggu ke 4. Berikan diuretik
tidak terganggu) yang diresepkan
2. Penurunan tekanan 5. Monitor hasil
darah dari skala 1 laboraturium
menjadi skala 5 (Penurunan
(sangat terganggu ke hematokrit)
tidak terganggu)
3. Peningkatan
hematokrit dari skala
1 menjadi 5 (sangat
terganggu ke tidak
terganggu)
5. Jum’at 1 Resiko infeksi d.d Setelah dilakukan Perlindungan
November penumpukan tindakan keperawatan infeksi (6550)
201 cairan pada selama 2x24 jam 1.Monitor adanya
perikardium diharapkan resiko tanda dan gejala
infeksi dapat infeksi sistemik
berkurang dengan 2. Instruksikan
kriteria hasil: pasien untuk minum
Keparahan Infeksi antibiotik yang
(0703) diresepkan
1.Drainase purulen 3. Ajarkan pasien
dari skala 1 menjadi 5 dan keluarga
(berat ke tidak ada) bagaimana cara
2. Demam dari skala menhindari infeksi
1 menjadi 5 (berat ke
tidak ada)
3. Infiltrasi X-ray
23
dada dari skala 1
menjadi 5 (berat ke
tidak ada
2.4 Evaluasi
24
Kelebihan volume cairan b.d S: - ¥
gangguan mekanisme regulasi O:
d.d edema pada ekstremitas -Tidak ada edema pada
bawah bagian ekstremitas
-Distensi vena jugularis tidak
ada
-Gangguan pola nafas
berkurang
-BB : 70kg
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Resiko infeksi d.d S: - ¥
penumpukan cairan pada O: - Penumpukan cairan pada
perikardium perikardium berkurang
-Tidak ada pembesaran
jantung
-Suhu : 37,5°C
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
BAB III
PATHWAY
25
Daftar Pustaka
26
Baradero, Marry., Dayrit, M. W., Siswadi, Yakobus. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Kardovaskular. Jakarta: EGC
Black, J. M., J. H. Hawks., 2009. Medical-Surgical Nursing: Clinical Mangement for Positif
Outcomes. Eight Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh J. Mulyanto., N. H.
Setiawan., K. S. Kadar., S. Karunianingsih., R. Martianti., Natalia., Y. Wibowo., L.
Rujitno., E. Sulistyoningrum., S. Candrawati. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi delapan. Jilid 8 Jakarta: PT.
Salemba Medika.
Gray, H. H., Dawkins, K. D., Morgan, J. M., Simpson, I. A. 2010. Lecture Notes Kardiologi.
Edisi Empat. Jakarta: Erlangga.
Mutaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.
27