Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL

oleh :
Karinda Evita Sari
NIM 172310101190

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

1
LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal


Dosen pengampu : Ns Jon Hafan Sutawardana, M.Kep, Sp.Kep.MB

oleh :
Karinda Evita Sari
NIM 172310101190

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga


penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan
Perikarditis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Keperawatan Medikal Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Medikal sekaligus dosen pengampu yang telah
membimbing dalam penyelesaian tugas ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik,
2. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini,
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 20 Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................


KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
1.1 Definisi ............................................................................................................... 5
1.2 Anatomi dan Fisiologi ........................................................................................ 5
1.3 Epidimiologi ....................................................................................................... 6
1.4 Etiologi ............................................................................................................... 7
1.5 Klasifikasi ........................................................................................................... 8
1.6 Patofisiologi ........................................................................................................ .9
1.7 Manifestasi Klinis .............................................................................................. 9
1.8 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 10
1.9 Penatalaksanaan Medis ...................................................................................... 11
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI ................................
2.1 Pengkajian ........................................................................................................... 13
2.2 Diagnosa .............................................................................................................. 18
2.3 Intervensi ............................................................................................................. 18
2.4 Evaluasi ............................................................................................................... 24
BAB 3.
PATHWAYS.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Perikarditis adalah inflamasi pada lapisan tipis berbentuk kantong yang


melapisi jantung (perikardium) dan dapat bersifat akut atau kronis (kekambuhan)
(Black, 2009).
Perikarditis merupakan proses inflamasi pada perikardium, kantong membran
yang membungkus jantung. Merupakan penyakit primer atau dapat terjadi sesuai
perjalanan berbagai penyakit medikal bedah (Mutaqin, 2009).
Perikarditis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun jamur.
Perikarditis juga dapat timbul sebagai komplikasi dari penyakit sistemis, seperti
artritis reumatoid, lupus eritematosus, uremia, infeksi miokardium, atau trauma
(Baradero, 2008).
Perikarditis adalah peradangan pada viseral, parietal perikardium atau
keduanya. Pada perikarditis eksudatif biasanya terdapat cairan yang bercampur nanah
(purulen) di dalam celah perikardium. Apabila cairan tersebut semakin bertambah
banyak maka akan timbul temponade jantung., karena jantung tertekan sehingga
fungsi jantung sebagai pemompa menjadi terganggu. Apabila temponade jantung
tidak segera ditangani maka akan menyebabkan syok dan kematian (Baradero, 2008).
1.2 Anatomi dan Fisiologi

5
Perikardium adalah kantung yang membungkus jantung dan merupakan dinding
terluar jantung. Perikardium terdiri atas dua lapisan yaitu perikardium viseralis dan
perikardium paietalis. Perikardium viseralis merupakan lapisan dalam yang berhubungan
langsung dengan epikardium. Sedangkan perikardium parietalis merupakan lapisan luar yang
berhubungan langsung dengan dinding dada. Didalam perikardium terdapat rongga cairan
sebanyak 15-50 ml yang disekresi oleh sel mesotelia. Perikardium melekat kuat pada jantung
dan beberapa sentimeter pertama arteri pulmonalis dan aorta (Gray, 2010).

Perikardium viseral terbungkus oleh perikardium parietal, membran terluar fibrosa


yang longgar dan kuat yang terbentang bagian depan ke setengah bawah dari sternum, bagian
belakang ke vertebra traksis dan bagian bawah ke diafragma. Dua perikardium ini berfungsi
sebagai pembungkus dan melindungi jantung. Diantara perikardium viseral dan parietal ini
terdapat ruang perikardial yang berisi 5-10 ml cairan. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas
perikardial pada saat perikardial saling bergesek selama jantung berdenyut (Kuntoadi, 2009).

1.3 Epidimiologi

Kelainan perikardial akibat keganasan tidak jarang dijumpai. Dilaporkan bahwa 0,1-
21% penderita kanker yang sudah bermetastatis disertai metastatis pada perikardium pada
saat otopsi. Dalam satu seri kasus kanker yang diotopsi didapatkan bahwa metastase
perikaridal merupakan penyebab kematian langsung pada 35% kasus kanker dan
penyebab tambahan pada 50% kasus (Gray, 2010).
Epidemiologi pada kejadian perikarditis sering terjadi tanpa adanya gejala klinis.
Lorell mencatat diagnosis perikarditis akut tejadi sekitar 1 per 1000 pasien yag masuk
rumah sakit , terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat darurat pada pasien dengan
segmen S-T elevasi. Bahkan kejadian perikardial akut temponade sekitar 2%, namun
konidisi ini jarang terjadi pada trauma dada tumpul (Gray, 2010).
Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa tahun
terakhir spektrum klinis perikarditis konstruktif telah berubah. Di Amerika Serikat sekitar
9% dari pasien dengan perikarditis akut terus berkembang secara konstruktif. Frekuensi
itu bergantung pada penyebab kejadian secara spesifik dari perikaritis, namun perikarditis
akut ini hanya secara klinis didiagnosis 1 dari 1000 pasien yang masuk rumah sakit.
Sedangkan perikarditis konstruktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien yang masuk rumah
sakit (Sidney, 2010).

6
1.4 Etiologi
Tanda dan gejala perikarditis (Gray, 2010)
a. Idiopatik (Penyebab paling umum)
Idiopatik adalah suatu keadaan yang belum diketahui penyebabnya.
b. Infeksi Virus (Coxsackie)
c. Infeksi bakteri (Tuberclosis)
d. Infark miokard
Infark miokard ini biasanya disebut juga gagal jantung, terjadi apabila
ada gumpalan darah menghalangi aliran darah ke jantung. Hal ini akan
menyebabkan jantung akan kehilangan oksigen.
e. Penyakit autoimun (lupus eritematosus sistemik, reumatoid, sklerosis sistemik,
AIDS)
f. Uremia
Uremia adalah keadaan ketika ginjal tidak lagi menyaring dengan baik.
g. Neoplasia

Neoplasia adalah massa jaringanyang abnormal, tumbuh berlebihan.


Seperti kanker, tumor dan lain-lain

h. Trauma
i. Hipersensitivitas
j. Obat, misalnya: Hydralazine, nydrazid, phenytoin, procainamide
k. Auneurisma aortic disertai kebocoran pericardial

Perikarditis merupakan peradangan yang menyerang lapisan perikardium


viseralis dan parietalis. Dan biasanya disebabkan oleh berbagai macam faktor namun
yang paling sering muncul adalah akut, perikarditis non spesifik, infark miokard dan
uremia.

7
1.5 Klasifikasi

A. Perikarditis Akut

Perikarditis akut adalah sindrom yang disebabkan inflamasi pada perikardium parietal
dan viseral. Perikarditis akut ini biasanya disebabkan oleh virus. Inflamasi pada perikarditis
akut disebabkan oleh eksudat dan fibrin. Eksudat menyelimuti daerah perikardium dan
menyebabkan inflamasi yang lebih lanjut pada pleura dan daerah sekitarnya. Eksudat
fibrinosa dapat menginflamasi seluruh bagian jantung. Perikarditis akut dapat bersifat kering
(fibrinosa) atau eksudat. Perikarditis eksudat yaitu terdapat cairan yang bercampur nanah
(purulen) dalam daerah perikardium (Black, 2009).

B. Perikarditis Akut dengan Efusi

Perikarditis akut dengan efusi terjadi jika akumulasi cairan secara cepat terjadi
dikantong perikardium. Cairan menyebabkan jantung tertekan dan mengurangi pengisian
ventrikel dan curah jantung. Jika dengan cairan hanya 80-200 ml dapat menyebabkan
ruangan perikardium menurunkan curah jantung. Menimbulkan rasa tidak nyaman
dikarenakan penuruanan curah jantung ataupun syok. Hal ini bisa menyebabkan takikardi,
diaforesis, ekstermitas dingin, sianotik dan kecemasan (Black, 2009).

C. Perikarditis Konstruktif Kronis

Perikarditis Konstruktif Kronis adalah kondisi inflamasi kronis ketika perikardium


berubah menjadi suatu jaringan fibrosa yang tebal. Jaringannya menyelubungi , mengelilingi,
dan menekan jantung sehingga pengisian dan pengosongan ventrikel terhambat. Hal ini bisa
menyebabkan gagal jantung. Trauma dapat menyebabkan fibrosis atau terjadi pembentukan
jaringan yang berlebihan pada jantung akibat peradangan. Perikarditis jenis ini biasanya
jarang terjadi dan sebagian besar kasus dari perikarditis konstruktif kronis ini tidak diketahui
penyebabnya (Black, 2009).

D. Temponade Jantung

Temponade jantung adalah suatu komplikasi yang dapat mengancam nyawa karena
akumulasi cairan pada perikardium. Cairan dapat berupa darah, pus atau udara pada kantung
perikardium yang terakumulasi dalam kecepatan yang cepat da jumlah yang cukup menekan
jantung serta membatasi aliran aliran darah masuk dan keluar ventrikel. Jika sudah memasuki
fase temponade jantung ini akan menjadi darurat jantung (Black, 2009).

8
1.6 Patofisiologis

Proses inflamasi dan akibat sekunderdari fenomena infeksi pada perikarditis biasanya
akan memberikan respon sebagai berikut (Mutaqin, 2009) :

 Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium


 Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk fibrinogen
atau fibrin di dalam cairan akan meningkat
 Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
 Perdarahan akibat trauma tembus, hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan yang diikuti klasifikasi dari lapisan perikardium viseral
maupun parietal yang akan menyebabkan perikarditis konstruktif yang cukup berat
akan bisa menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik
Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium dimana sekresi melebihi dari
absorpsi yang akan menyebabkan susatu efusi perikardium. Penumpukan cairan
intraperikardium dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan obstruksi serius terhadap
masuknya darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan temponade jantung.

1.7 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi tergantung pada berat, distribusi, dan
kecepatan terjadinya sikatriks (Baradero, 2008):

1. Nyeri dada seperti ditusuk bila sedang bergerak ataupun bernafas dalam, dan
akan berkurang apabila dalam posisi duduk atau membungkuk
2. Friction rub; positif
3. Nyeri dada substernal atau parasternal, biasanya menjalar ke bagian bahu dan
leher dan lengan bagian kiri
4. Distensi vena jugularis
5. Hepatomegali
6. Edema pada ekstermitas bagian bawah
7. Sesak napas, denyut jantung meningkat
8. Bunyi jantung lemah atau normal
9. Suhu meningkat
10. Pembesaran perut dan gangguan abdomen

9
11. Lelah
12. Palpitasi
13. Batuk
14. Asites
15. Ewarts’s sign (perkusi pekak di bawah angulus scapula kiri bila di efusi)
16. Rontgen toraks : bayangan jantung membesar
17. Iso-Enzym Cardiac : meningkat
18. Pola EKG
 ST elevasi pada area yang rusak tanpa diikuti perubahan di area
resiprokal
 Kompleks QRS voltase rendah (Amplitudo kecil)
 Atrium fibrilasi
 Bradikardi toraks terdapat eksudatif perikardium
19. Pada saat sinar-X terdapat eksudatif pada perikardium
20. Leukositosis (Sel darah putih 10.000-20.000/ mm3)

Gejala perikarditis yang paling sering muncul yaitu :

1. Tekanan vena jugularis


2. Hapatomegali
3. Asites
4. Edema ekstermitas bawah
5. Pulsus paradoksus
6. Percardial knock
7. Sianosis
8. Splenomegali
9. Friction rub; positif

1.8 Pemeriksaan Penunjang

a. EKG
Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia.
Elektrokardiografi memperlihatkan eleyasi segmen ST dan perubahan
resiprokal, voltase QRS yang rendah namun dengan EKG bisa juga normal
atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.

10
b. Ekokardiografi
Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrofi jantung, disfungsi katup,
dilatasi ruang. Dengan ekokardiografi jika terjadi efusi pericardial mampu
mendiagnosa jika menunjukkan ruang antara dinding ventricular dan
pericardium. Menunjukkan banyaknya cairan pada perikardium.
c. Pengecekan kadar enzim
Kadar enzim kardiak pada perikarditis ini cenderung naik.
d. Angiografi
Dapat menunjukkan stenosis katup dan reguritasi dan penurunan aktifitas
dinding.
e. X-ray dada
Biasanya pada perikarditis akan menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi
pulmonal
f. Pemeriksaan radiologis (Rontgen)
Jantung hanya terlihat sedikit biasanya hanya tampak bayangan jantung yang
membesar seperti water-bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya
efusi perikardium yang banyak dan nampak. Pada posisi berdiri ataupun
duduk akan terlihat pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan
berubah bentuk menjadi globular pada saat posisi tidur. Akan terlihat bulir-
bulir air namun juga terkadang terlihat normal.
g. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pada darah akan terdapat leukosit yang disertai kuman.
2. Cairan purulen akan ditemukan pada infeksi banal.
3. Pemeriksaan kimia terhadap kandungan protein yang tercampur
dengan baketeri
h. Foto Thoraks
Untuk mengetahui adanya cairan perikard.

1.9 Penatalaksanan Medis

Pada perikarditis penatalaksanaannya sebagai berikut (Mutaqin, 2009) :

a. Obat analgetik golongan anti inflamasi non steroid (NSAID) untuk


mengurangi atau menghilangkan nyeri

11
b. Aspirasi dipantau dengan EKG dan ekokardiografi didukung dengan
pembedahan jantung
c. Reseksi perikardium
d. Indometasin atau kortikosol
e. Pada perikarditis efusi perikardium maka penatalaksanaannya yaitu
Perikardisentesis ke dalam kantung perikardium dengan tujuan agar proses
drainase dari aspirasi dapat adekuat (Rubin,1990).
f. Pada fase temponade jantung perlu aspirasi perikardium dengan jarum
maka manifestasi klinisnya yaitu Ekokardiografi dengan kateterisasi
jantung

12
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Tn. D usia 56 tahun datang ke rumah sakit Citra Husada pada tanggal 1 November
2019 pukul 19.30 WIB dengan diantar oleh anak dan juga istrinya dan Tn. D mengeluhkan
batuk dan nyeri dada di bagian kiri nyeri seperti ditusuk saat bernafas dan menjalar ke sekitar
bahu leher pada saat melakukan aspirasi, skala nyeri 7, badan terasa panas, sesak nafas dan
juga batuk. Pasien merasakan nyeri sudah 3 hari yang lalu namun semakin hari nyeri terasa
semakin parah, CRT > 3detik. Terlihat ada edema pada ekstermitas bawah pasien. BB pasien
sebelum sakit 70 dan setelah sakit menjadi 75 kg dan TB 168 kg, kulit sianosis. Pemeriksaan
TTV menunjukkan TD 140/100 mmHg, nadi 110x/ menit RR 24x/ menit. Terdapat bunyi
friction rub pada saat dilakukan auskultasi dan adanya distensi vena jugularis. Keluarga
mengatakan bahwa 3 tahun yang lalu pernah menderita Tubercolosis. Pasien mengatakan
badannya terasa lemas dan pasien mengurangi aktivitas berat bahkan pasien lebih banyak
tidur.

2.1 Pengkajian

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. D

Usia : 56 Tahun

Alamat : Jl. Mawar Putih gang sukma no. 45

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : S1

Diagnosa medis : Perikarditis

13
Tanggal pengkajian : 1 November 2019

Jam : 19.30 WIB

Sumber informasi : Pasien dan keluarga

II. Riwayat Kesehatan


1. Keluhan utama
Nyeri di daerah dada bagian kiri dan menjalar ke leher
2. Keluhan tambahan
Badan terasa panas, sesak nafas
3. Alasan datang ke rumah sakit
Rasa sakit semakin lama semakin parah.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada dada bagian kiri dan menjalar ke bagian leher.
Pasien meminimalisir kegiatan fisik yang berat karena ingin meminimalisir
rasa nyeri yang ada namun meskipun pasien tidak melakukan aktivitas yang
berat pasien masih merasakan nyeri semakin bertambah.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan bahwa pernah menderita penyakit tuberculosis 3 tahun
yang lalu.
6. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit perikarditis.
7. Alergi
Pasien mengatakan tidak punya alergi terhadap makanan dan obat.

III. Pemeriksaan fisik


A. Keadaan umum
 Sesak nafas
 Lemas
 Edema di bagian ekstremitas
 Friction rub (+)
 Sianosis
 Distensi vena jugularis
B. Pemeriksaan tanda-tanda vital :

14
 BB : 75 kg
 TB : 168
 TD : 140/100 mmHg
 Suhu : 38,5°C
 Nadi : 110x/ menit
 RR : 24x/ menit
C. Nilai GCS: 15
E : 4 (membuka mata secara spontan)
M : 6 (melakukan sesuai perintah)
V : 5 (Menjawab secara tepat)
D. Sistem kardiovaskular
a) Inspeksi : warna kulit sianosis
b) Palpasi : toraks kanan dan kiri seimbang
c) Perkusi : bunyi pada daerah toraks pekak
d) Auskultasi : denyut jantung meningkat (Friction rub +)
E. Head to toe
a. Kepala
 Bentuk : simetris
 Rambut : warna hitam beruban
 Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik
 Mulut : Mukosa kering
b. Wajah : tampak meringis dan lemah
c. Leher : tidak ada pembesaran tiroid
d. Dada : pernafasan dangkal dan Friction rub (+)
e. Abdomen : mengalami pembesaran
f. Genetalia : bersih
g. Ekstermitas atas : tidak mengalami edema
h. Ekstremitas bawah : adanya edema

F. Pemeriksaan penunjang
a. X-ray : pembesaran pada jantung
b. Foto Rontgen : efusi perikardium
c. Laboraturium :

15
 Leukosit >10.000 dan mengandung kuman
 Terdapat cairan purulen pada perikardium
G. Data Fokus
 DS :
pasien mengatakan nyeri dibagian dada bagian kiri yang semakin lama nyeri
semakin bertambah
 DO :
TD : 140/100 mmHg
RR : 24x/ menit
Nadi : 110x/ menit
Suhu : 38,5°C
Klien tampak lemah dan pasien tampak memegangi area dada kirinya
Terdengar bunyi friction rub pada saat auskultasi.

Analisa Data

Data Masalah Etiologi


DS : Nyeri akut Bakteri
-Klien mengatakan nyeri
pada daerah dada atas dan Inflamasi pada perikardium
menjalar hingga ke leher
-pasien tampak meringis Penumpukan cairan pada perikardium
-skala nyeri 7
DO : Tekanan berlebih pada jantung
-P : Efusi perikardium
-Q: Nyeri seperti tertusuk Nyeri akut
-R: bagian dada sebelah kiri
sampai ke bahu dan leher
-S: 7
-T: nyeri hilang timbul
DS : - Penurunan curah Distensi vena jugularis
DO : jantung
-TD : 140/100 mmHg Takikardi
-RR : 24x/ menit

16
-Nadi : 110x/ menit Perubahan irama jantung
-CRT > 3detik
- Friction rub (+) Penurunan curah jantung
DS : Intoleransi aktivitas Perfusi jaringan
Pasien mengatakan badannya
terasa lemas Aliran darah tidak adekuat
DO :
-pasien tampak lemas Kelemahan fisik
-Pasien tidak bisa
bermobilisasi dengan Intoleransi aktivitas
maksimal pasien hanya tidur
ditempat tidur saja

DS : - Kelebihan volume Bakteri


DO : cairan
-Edema bagian ekstremitas Infeksi
bawah
-Distensi vena jugularis Kehilangan fungsi ginjal
-Gangguan pola nafas
-BB sebelum sakit : 70kg Uremia
-BB setelah sakit : 75 kg
Edema

Kelebihan volume cairan

DS :- Resiko Infeksi Kemampuan dilatasi jantung

DO :
Penumpukan cairan pada perikardium
-Terjadi akumulasi cairan di
perikardium
-Suhu 38,5°C
Akumulasi bakteri di perikardium

Resiko infeksi

17
2.2 Diagnosa

NO Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut b.d agen cidera biologis d.d pasien tampak meringis, skala nyeri 7
2 Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d distensi vena jugularis
3 Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d pasien tampak lemas
4 Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi d.d edema pada
ekstremitas bawah
5 Resiko infeksi d.d penumpukan cairan pada perikardium

2.3 Intervensi

No. Tanggal Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi TTD


Keperawatan hasil
1. Jum’at 1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pemberian ¥
November agen cidera tindakan keperawatan Analgesik (2210)
2019 biologis d.d pasien selama 2x24 jam 1.Tentukan lokasi,
tampak meringis, diharapkan nyeri karakteristik,
skala nyeri 7 yang dialami kualitas dan
berkurang dengan keparahan nyeri
kriteria hasil: sebelum pengobatan
Tingkat Nyeri 2. Cek adanya alergi
(2102) obat
1 .Melaporkan nyeri 3. Tentukan pilihan
berkurang dari skala 2 obat analgesik
menjadi 5 (Cukup NSAID
berat ke tidak ada) 4. Monitor tanda-
2. Frekuensi nyeri tanda vital sebelum
berkurang dari skala 2 dan setelah
ke 5 (cukup berat ke memberikan
tidak ada) analgesik.
3. Ekspresi nyeri 5. Berikan analgesik
wajah berkurang dari sesuai waktu
skala 3 menjadi 5 paruhnya, terutama

18
(sedang ke tidak ada) pada nyeri yang
4. Skala nyeri berat
berkurang dari 2 Manajemen
menjadi 5 (cukup lingkungan:
berat ke tidak ada) Kenyamanan
Kontrol Nyeri (6482)
(1605) 1. Hindari gangguan
1. Mengenali faktor yang tidak perlu dan
penyebab nyeri dari berikan waktu untuk
skala 4 menjadi 1 istirahat
(Sering menunjukkan 2. Ciptakan
menjadi tidak lingkungan tenang
menunjukkan) dan mendukung
2. Menggunakan 3. Sediakan
tindakan pengurangan lingkungan aman
tanpa menggunakan dan bersih
analgesik dari skala 3 4. Posisikan pasien
menjadi 5 (kadang- untuk untuk
kadang ke tidak memfasilitasi
pernah ke secara kenyamanan
konsisten
menunjukkan)
3. Melaporkan
perubahan terhadap
gejala nyeri pada
profesional kesehatan
dari skala 4 menjadi 1
(sering menunjukkan
ke tidak pernah
menunjukkan)
4. Menggunakan
sumber daya yang
tersedia dari skala 2

19
menjadi 5 (kadang-
kadang menunjukkan
ke secara konsisten
menunjukkan)

2. Jum’at 1 Penurunan curah Setelah dilakukan Terapi Oksigen ¥


November jantung b.d tindakan keperawatan (3320)
2019 perubahan irama selama 2x24 jam 1. Pertahankan
jantung d.d distensi diharapkan penurunan kepatenan jalan
vena jugularis curah jantung bisa nafas
meningkat dengan 2. Siapkan peralatan
kriteria hasil: oksigen dan berikan
Keefektifan Pompa melalui sistem
Jantung (0400) hunnidifer
1.Denyut nadi perifer 3. Berikan oksigen
dari skala 1 menjadi 4 tambahan seperti
(Berat ke ringan) yag diperintahkan
2. Ukuran jantung 4. Monitor aliran
dari skala 1 menjadi 4 oksigen
(Berat ke ringan) 5. Monitor
3. Keseimbangan efektivitas terapi
intake dan output oksigen (tekanan
cairan dari skala 5 oksimetri, ABGs)
menjadi 3 (tidak ada dengan tepat
ke sedang) Monitor
4. Distensi Vena Pernapasan (3350)
jugularis dari skala 1 1.Monitor kecepatan
menjadi 5 (Berat ke irama, kedalaman
tidak ada) dan kesulitan
5. Suara jantung bernapas
abnormal dari skala 1 2. Monitor suara
menjadi 3 (berat ke nafas tambahan
sedang). seperti ngorok atau

20
6. Edema Perifer dari mengi
skala 1 menjadi 5 3. Monitor pola
(berat ke tidak ada) nafas (Bradipneu,
7. Sianosis dari skala takipneu,
1 menjadi 5 (berat ke hiperventilasi,
tidak ada) pernapasan
Kepatenan Jalan kusmaul)
Nafas (0410) 4. Auskultasi suara
1. Frekuensi nafas setelah
pernapasan dari skala tindakan
1 menjadi 3 (Berat ke
sedang)
2. Irama Pernapasan
dari skala 1 menjadi 4
(berat ke ringan)
3. Suara nafas
tambahan dari skala 1
menjadi 5 (berat ke
tidak ada)
3. Jum’at 1 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
November aktivitas b.d tirah tindakan keperawatan (0180)
2019 baring d.d pasien selama 2x24 jam 1.Kaji status
tampak lemas diharapkan intoleransi fisiologis pasien
aktivitas dapat yang menyebabkan
berkurang dengan kelelahan sesuai
kriteria hasil: dengan kontek usia
Kelelahan: Efek dan perkembangan
yang mengganggu 2. Pilih intervensi
(0008) untuk mengurangi
1.Malaise dari skala 5 kelelahan baik
menjadi 1 (Berat ke secara farmakologis
tidak ada) dan non
2.Penurunan energi farmakologis secara

21
dari skala 1 menjadi 5 tepat
(Berat ke tidak ada) 3. Monitor asupan
3. Gangguan aktivitas nutrisi untuk
fisik dari skala 1 mengetahui sumber
menjadi 5 (Berat ke energi yang adekuat
tidak ada) 4. Tingkatkan tirah
Status Jantung Paru baring/ pembatasan
1. Intoleran aktivitas kegiatan
dari skala 1 menjadi 5 5. Lakukan ROM
(berat ke tidak ada) aktif dan pasif untuk
2. Sianosis dari skala menghilangkan
1 menjadi 5 (berat ke ketegangan otot
tidak ada) Perawatan
3. Distensi vena jantung:
jugularis dari skala 1 rehabilitatif (4046)
menjadi 5 (berat ke 1.Monitor toleransi
tidak ada) pasien terhadap
4. Edema perifer dari aktivitas
skala 1 menjadi 5 2. pertahankan
(berat ke tidak ada) jadwal ambulasi
5. Kelelahan dari 3. Instruksikan
skala 1 menjadi 5 pasien dan keluarga
(berat ke tidak ada) mengenai
pertimbangan
khusus terkait
dengan aktivitas
sehari-hari.

4. Jum’at 1 Kelebihan volume Setelah dilakukan Manajemen cairan


November cairan b.d tindakan keperawatan (4120)
2019 gangguan selama 2x24 jam 1.Timbang berat
mekanisme diharapkan kelebihan badan setiap hari
regulasi d.d edema volume cairan bisa dan monitor status

22
pada ekstremitas berkurang dengan pasien
bawah kriteria hasil: 2. Masukkan kateter
Hidrasi (0602) urin
1.Output urin dari 3. Monitor TTV
skala 1 meenjadi 5 pasien
(Sangat terganggu ke 4. Berikan diuretik
tidak terganggu) yang diresepkan
2. Penurunan tekanan 5. Monitor hasil
darah dari skala 1 laboraturium
menjadi skala 5 (Penurunan
(sangat terganggu ke hematokrit)
tidak terganggu)
3. Peningkatan
hematokrit dari skala
1 menjadi 5 (sangat
terganggu ke tidak
terganggu)
5. Jum’at 1 Resiko infeksi d.d Setelah dilakukan Perlindungan
November penumpukan tindakan keperawatan infeksi (6550)
201 cairan pada selama 2x24 jam 1.Monitor adanya
perikardium diharapkan resiko tanda dan gejala
infeksi dapat infeksi sistemik
berkurang dengan 2. Instruksikan
kriteria hasil: pasien untuk minum
Keparahan Infeksi antibiotik yang
(0703) diresepkan
1.Drainase purulen 3. Ajarkan pasien
dari skala 1 menjadi 5 dan keluarga
(berat ke tidak ada) bagaimana cara
2. Demam dari skala menhindari infeksi
1 menjadi 5 (berat ke
tidak ada)
3. Infiltrasi X-ray

23
dada dari skala 1
menjadi 5 (berat ke
tidak ada

2.4 Evaluasi

Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


dan Jam
Nyeri akut b.d agen cidera S: Pasien mengatakan nyeri ¥
biologis d.d pasien tampak pada dada bagian atas
meringis, skala nyeri 7 berkurang
O: Ekspresi meringis (-)
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Penurunan curah jantung b.d S: - ¥
perubahan irama jantung d.d
O: TD : 120/80 mmHg
distensi vena jugularis
-RR : 21x/ menit
-Nadi : 100x/ menit
-CRT < 3detik
- Friction rub (-)
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1 dan
2 (monitor pernapasan)
Intoleransi aktivitas b.d tirah S: Pasien mengatakan bahwa ¥
baring d.d pasien tampak badannya sudah tidak lemas
lemas lagi
O:
-Pasien tampak tidak lemas
-Pasien mampu melakukan
mobilisasi
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

24
Kelebihan volume cairan b.d S: - ¥
gangguan mekanisme regulasi O:
d.d edema pada ekstremitas -Tidak ada edema pada
bawah bagian ekstremitas
-Distensi vena jugularis tidak
ada
-Gangguan pola nafas
berkurang
-BB : 70kg
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Resiko infeksi d.d S: - ¥
penumpukan cairan pada O: - Penumpukan cairan pada
perikardium perikardium berkurang
-Tidak ada pembesaran
jantung
-Suhu : 37,5°C
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi

BAB III

PATHWAY

25
Daftar Pustaka

26
Baradero, Marry., Dayrit, M. W., Siswadi, Yakobus. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Kardovaskular. Jakarta: EGC

Black, J. M., J. H. Hawks., 2009. Medical-Surgical Nursing: Clinical Mangement for Positif
Outcomes. Eight Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh J. Mulyanto., N. H.
Setiawan., K. S. Kadar., S. Karunianingsih., R. Martianti., Natalia., Y. Wibowo., L.
Rujitno., E. Sulistyoningrum., S. Candrawati. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi delapan. Jilid 8 Jakarta: PT.
Salemba Medika.

Chandrasoma, Parakrama. Clive R. Taylor. 1994. Concise Pathology.Two Edition. Los


Angeles: EGC. Terjemahan oleh Soedoko, Roem., M. Lydia I., S. Vivi., M. Dewi
Asih., Vera., S. Natalia., S. Joko. 2009. Patologi Anatomi. Edisi dua. Jakarta: EGC

Gray, H. H., Dawkins, K. D., Morgan, J. M., Simpson, I. A. 2010. Lecture Notes Kardiologi.
Edisi Empat. Jakarta: Erlangga.

Mutaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai