Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH
PERIKARDITIS






DISUSUN OLEH :

1. YUMNI RUMIWANG
2. HUSNIAWATI
3. ABDULLAH TAMIM S.
4. L. M. ARIEF ASAD
5. ASRIATUN
6. M. MAKSUM
7. M. IRWAN SURYADI
8. DIAN EFITA YANTI
9. ATIKA KHETRYN
10. HELMIYATI ASRI
11. HARSUNI RASYID
12. OKSA SUHENDI
13. RONI ANDANI


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT pantaslah kami ucapkan, karena berkat
bantuan dan petunjuk-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu
kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kami membuat makalah ini dengan seringkas-ringkasnya dan bahasa yang
jelas agar mudah dipahami. Karena kami menyadari keterbatasan yang kami
miliki, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar pembuatan
makalah kami yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram, April 2014


Penyusun
















iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Pengertian Perikarditis ...................................................................... 3
2.2 Etiologi Perikarditis .......................................................................... 5
2.3 Manifestasi Klinik .............................................................................. 6
2.4 Patofisiologi ....................................................................................... 8
2.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 9
2.6 Penatalaksanaan .............................................................................. 10
BAB 3 PENUTUP ...................................................................................... 16
3.1 Simpulan ......................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya
sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos
yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Perikardium adalah lapisan jantung sebelah luar yang merupakan
selaput pembungkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral
yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua
lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar
pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan
makanan yang dibawa oleh darah. Pembuluh darah yang terpenting dan
memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri
koronaria.
Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika,
radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh timbunan
cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis). Perikarditis
ialah penyakit sekunder dimanapun di tubuh contohnya penyebaran infeksi
kedalam kantung perikareritematasus sistemik. Tetapi kadang-kadang
perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.
Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan
perikardium viseratis dan atau parietalis. Ditemukan banyak penyebab tetapi
yang paling sering ialah akut, perikarditis non spesifik (viral), infark miokard
dan uremia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pericarditis ?
2. Apa saja gejala-gejala pericarditis ?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya pericarditis ?
4. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan pericarditis ?
2

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pericarditis
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari pericarditis
3. Agar bisa menjelaskan patofisiologi dari pericarditis
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari klien dengan pericarditis



























3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perikarditis
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung (membran
tipis yang mengelilingi jantung). Perikarditis adalah peradangan perikardium
parietal, perikardium viseral, atau kedua-duanya (Arif Mansjoer, 2000).
Respons perikardium terhadap peradangan bervariasi dari akumulasi cairan
atau darah (efusi perikard), deposisi fibrin, proliferasi jaringan fibrosa,
pembentukan granuloma (lesi makrofak yang terjadi dari reaksi peradangan
lokal dari suatu sjaringan tubuh) atau kalsifikasi (pengapuran). Itulah
sebabnya manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi dari yang tidak khas
sampai yang khas (Sudoyo,2009). Jadi kesimpulannya perikarditis adalah
peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun viseral.
Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan perikarditis kronis,
dan perikarditis kronis konstriktif. Perikarditis akut adalah peradangan pada
perikardium (kantung selaput jantung) yang dimulai secara tiba-tiba dan sering
menyebabkan nyeri. Peradangan tersebut dapat menyebabkan cairan dan
menghasilkan darah (fibrin, sel darah merah dan sel darah putih) yang akan
memenuhi rongga pericardium. Perikarditis kronis (Chronic Pericarditis)
adalah suatu peradangan perikardium (kantung jantung) yang menyebabkan
penimbunan cairan atau penebalan dan biasanya terjadi secara bertahap serta
berlangsung lama. Perikarditis kronis konstriktif adalah suatu penyakit yang
terjadi karena ada penebalan pada perikardium akibat adanya inflamasi yang
terjadi sebelumnya sehingga luas ruangan jantung berkurang. Akibatnya curah
jantung menurun dan tekanan pengisian berkurang. Perikarditis akut terjadi
kurang dari 6 minggu, sedangkan pada perikarditis subakut dan perikarditis
kronis lebih dari enam 6 bulan.
Secara garis besar, perbedaan anatara perikarditis akut, perikarditis
kronis dan perikarditis kronis konstruktif adalah sebagai berikut.


4

Klasifikasi Perikarditis Klasifikasi Etiologis
Perikarditis
akut <6
minggu
Fibrinosa Perikarditis
infeksiosa
Virus pirogenik, tuberculosis,
mikotik, infeksi lain (sifilis, parasit).
Perikarditis
kronis >6
minggu
Konstruktif
efusi
Prikarditis non-
infeksiosa
Infark miokardium akut, uremia
(kondisi yang terkait dengan
penumpukan urea dalam darah karena
ginjal tidak bekerja secara efektif),
neoplasia: tumor primer dan
tumor metastasis, miksedema
(keadaan lebih lanjut yang
diakibatkan oleh karena kadar
hormon tiroid dalam darah
berkurang), kolesterol,
kiloperikardium, trauma: luka
tembus dinding dada, aneurisma aorta
(Aneurisma Aorta merupakan dilatasi
dinding aorta yang sifatnya patologis,
terlokalisasi, dan permanen
(irreversible)) dengan kebocoran ke
dalam kantong perikardium pasca
radiasi, cacat sekat atrium,
perikarditis familial: mulberry
aneurysm, idiopatik akut (biduran).
Perikarditis
kronik
konstruktif >6
minggu
Hipersensitivitas
atau autoimun
Demam rematik, penyakit
vaskular kolagen: SLE, reumatik
arthritis, skleroderma, akibat obat:
prokalnamid, hidralazin, pasca cedera
kardiak.





5

Perbedaan Perikardium normal dan Infeksi pada Perikardium (Perikarditis)
berdasarkan gambar adalah sebagai berikut.

Pada gambar perikardium normal, lapisan antara parietal dan viseral tampak
jelas. Sedangkan pada perikardium yang terjadi inflamasi, tampak antara
lapisan parietal dan viseral terjadi perlengketan akibat tekanan cairan yang
masuk pada lapisan perikardium.
2.2 Etiologi Perikarditis
1. Perikarditis Akut
Perikarditis akut dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun
infeksi bakteri. Berdasarkan studi pada anak-anak dari tahun 1960-an,
virus patogen yang paling umum adalah Coxsackie, tetapi data terakhir
menunjukkan bahwa pada orang dewasa yang paling sering terpengaruh
adalah virus Sitomegalo, virus Herpes dan HIV. Adapun bakteri paling
umum yang dapat menyebabkan penyakit perikarditis yaitu bakteri
Pneumococcus dan Tuberculosis. Di Afrika dan India, tuberkulosis masih
merupakan penyebab tersering dari semua bentuk perikarditis. Selain itu
penyebab perikarditis akut lain yaitu sebagai berikut:
a. Idiopatik (biduran)
b. Trauma
c. Sindrom pasca infark miokard
d. Uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif)
e. Sindrom pasca perikardiotomi
6

f. Neoplasma (neoplasma adalah massa abnormal dari jaringan yang
terjadi ketika sel-sel membelah lebih dari yang seharusnya atau tidak
mati ketika mereka seharusnya)
2. Perikarditis kronis
Pada umumnya penyebab perikarditis kronis tidak diketahui, tetapi
mungkin disebabkan oleh kanker, tuberkulosis atau penurunan fungsi
tiroid. Sebelumnya tuberkulosis adalah penyebab terbanyak dari
perikarditis kronis di Amerika Serikat, tetapi saat ini kasus tersebut hanya
tinggal 2%. Selain itu penyebab perikarditis kronis yang lain yaitu sebagai
berikut:
a. Operasi jantung sebelumnya
b. Radiasi dada
c. Pasca infark yang luas
d. Sarkoidosis (Sarkoidosis adalah suatu penyakit peradangan yang
ditandai dengan terbentuknya granuloma pada kelenjar getah bening,
paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan lainnya)
e. Trauma dada
f. Infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie virus) atau kronis
(Tuberculosis).
2.3 Manifestasi Klinis Perikarditis
1. Manifestasi Klinis pada Perikarditis Akut
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction
rub dan abnormalitas EKG yang khas. Dari pemeriksaan fisik juga dapat
ditemukan pembesaran jantung, peningkatan tekanan vena, hepatomegali,
edema kaki dan mungkin tanda-tanda tamponade (merupakan suatu
sindroma klinis akibat penumpukan cairan berlebihan di rongga perikard
yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan
hemodinamik (Dharma, 2009). Gambaran EKG perikarditis adalah sebagai
berikut.
7


Perhatikan elevasi ST dalam memimpin beberapa dengan ST depresi
timbal balik sedikit di aVR.

EKG yang menunjukkan pericarditis
2. Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik
Manifestasi klinis perikarditis kronik adalah sesak nafas, batuk
(karena tekanan tinggi pada vena paru-paru mendorong cairan masuk ke
dalam kantung-kantung udara), dan kelelahan (karena kerja jantung
menjadi tidak efisien). Biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri dan bisa
terjadi edema. Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk penting bahwa
seseorang menderita perikarditis kronis adalah tekanan darah tinggi,
penyakit arteri koroner atau penyakit katup jantung.
3. Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik Konstriktif
Manifestasi klinis perikarditis kronik konstruktif adalah keluhan
berupa rasa lelah, lemah, dispnea saat beraktifitas, orptopnea (napas
pendek yang terjadi pada posisi berbaring karena pengaruh adanya gaya
gravitasi) dan keluhan gagal jantung lainnya. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis, bunyi jantung melemah,
8

dapat terdengar perikardial knock, pulsus paradoksus (pengecilan
amplitudo denyut nadi yang tajam selama inspirasi), hepatosplenomegali,
ikterus, ascites (penimbunan cairan secara abnormal di rongga
peritoneum) dan edema.


2.4 Patofisiologi Perikarditis
Patofisiologi perikarditis bermula dari adanya proses peradangan yang
diakibatkan oleh infeksi virus dan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan
penumpukan cairan efusi dalam rongga perikardium dan dapat menimbulkan
kenaikan tekanan intrakardial. Kenaikan tekanan tersebut akan mempengaruhi
daya kontraksi jantung, sehingga akhirnya dapat menimbulkan proses fibrotik
dan penebalan perikardial, setelah lama kelamaan maka akan terjadi kontriksi
perikardial dengan pembentukan cairan, jika berlangsung secara kronis maka
akan menyebabkan fibrosis (pembentukan jaringan ikat fibrosa yang
berlebihan dalam suatu organ atau jaringan dalam sebuah proses reparatif atau
reaktif). Adapun patofisiologis secara garis besar adalah sebagai berikut.





9

Virus

Bakteri


Trauma

inflamasi perikardium

penumpukan cairan efusi

peningkatan tekanan intrakardial

daya kerja jantung terganggu

proses febrotik

Penebalan periakardial

kontriksi perikardial

fibrosis paru

2.5 Pemeriksaan Penunjang Perikarditis
1. Perikarditis Akut
Pada perikarditis akut, pemeriksaan EKG ditemukan elevasi
segmen ST, depresi segmen PR dan sinus takikardia, dan setelah beberapa
waktu dapat ditemukan inversi gelombang T. Sebagai komplikasi dapat
ditemukan aritmia supraventrikular, termasuk vibrilasi atrium.
10

Foto thoraks tampak normal bila efusi perikard hanya sedikit,
tetapi bila banyak dapat terlihat bayangan jantung membesar seperti botol
air. Adanya inflamasi dapat diketahui dari peningkatan LED dan
leukositosis. Pemeriksaan lain dilakukan atas dasar indikasi bila terdapat
kecurigaan mengenai etiologinya, misalnya test tuberkulin.
2. Perikarditis Kronis
Untuk memperkuat diagnosis perikarditis kronis dilakukan 2 prosedur,
yaitu:
a. Kateterisasi jantung
Katerisasi jantung digunakan untuk mengukur tekanan darah di
dalam bilik jantung dan pembuluh darah utama.
b. MRI scan atau CT scan
CT scan digunakan untuk mengukur ketebalan perikardium.
Dalam keadaan normal, tebal perikardium kurang dari 0,3 cm, tetapi
pada perikarditis konstriktif kronis tebalnya mencapai 0,6 cm atau
lebih.
3. Perikarditis Kronik Konstriktif
Pada perikarditis konstruktif, pemeriksaan EKG memperlihatkan
penurunan voltase pada lead di ekstremitas. Foto thoraks menunjukkan
klasifikasi perikardium, kadang dapat terlihat kardiomegali. Dengan
Ekokardigrafi dapat dideteksi penebalan yang terjadi namun sulit. Untuk
memastikan diagnosis dapat dilakukan kateterisasi jantung kiri dan kanan.
2.6 Penatalaksanaan Perikarditis
Tujuan penatalaksanaan adalah :
1. Menentukan penyebab
2. Menentukan terapi yang sesuai dengan penyebab (bila diketahui)
3. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya temponade jantung (kompresi
jantung oleh cairan dalam kantung perikard)
Terapi Umum
1. Tirah baring, disertai elevasi bagian kepala tempat tidur untuk perbaiki
pernapasan
2. Terapi oksigen
11

3. Pembedahan dengan melakukan perikardiosintesis atau drainase untuk
mengatasi tamponade
4. Drainase cairan pericardium atau pengangkatan pericardium
Terapi Farmakologi
1. Analgesic, diberikan untuk mengurangi nyeri dan mempercepat reabsorbsi
cairan pada klien pericarditis rematik.
2. Kortikosteroid, diberikan untuk mengontrol gejala, mempercepat resolusi
proses inflamasi dalam pericardium dan mencegah kekambuhan.
Digunakan pada lupus eritematosus diseminata.
Waspadalah terhadap kemungkinan terjadinya temponade jantung.
Pergunakan keterampilan pengkajian keperawatan untuk
mengantisipasi dan mengidentifikasi trias gejala (turunnya tekanan
arteri, meningkatnya tekanan vena dan bunyi jantung lemah)
3. Antibiotic, pasien dengan infeksi pericardium harus segera diobati dengan
antimikroba pilihan begitu organisme penyebabnya dapat diidentifikasi.
Pericarditis yang berhubungan dengan demam rematik berespon baik
terhadap penicillin. Pericarditis akibat tuberculosis dapat diobati dengan
isoniazid, etambutol hidroklorid, rifampisin dan steptomisin dalam
berbagai kombinasi. Ampoterisin B digunakan untuk pericarditis jamur.
Diit Klien Perikarditis
Tujuan diet:
Mencukupi asupan gizi seimbang tanpa memberatkan kerja jantung, mencegah
atau menghilangkan penimbunan garam dan air, serta membantu penurunan
berat badan bila kegemukan.
1. Makanan mengandung gas dan alkohol seperti ubi, singkong, tape
singkong/ketan, kol, kembang kol, sawi, nangka, dan durian.
2. Daging sapi dan ayam yang berlemak, gajih, sosis, ham, jeroan, otak,
kepiting, kerang, keju, dan susu full cream
3. Kacang - kacangan kering tinggi lemak seperti kacang tanah, kacang mete
dan kacang bogor
4. Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, santan kental
12

5. Teh dan kopi kental, minuman bersoda dan beralkohol seperti bir dan
wiski
6. Bumbu beraroma tajam seperti cabe rawit
7. Roti, mie, kentang, makaroni, biskuit, tepung beras/terigu/sagu, kentang,
gula pasir, gula merah, madu, dan sirup
8. Daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu rendah lemak dalam jumlah
terbatas
9. Kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe
10. Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam, kangkung, buncis,
kacang panjang, wortel, tomat, labu siam, dan tauge
11. Buah-buahan segar seperti pisang, pepaya, jeruk, apel, melon, semangka,
dan sawo
12. Minyak jagung, minyak kedelai, mentega, margarin dalam jumlah terbatas
dan tidak untuk menggoreng tapi menumis, kelapa atau santan encer dalam
jumlah terbatas
13. Teh encer, coklat, sirup

Diet Rendah Garam
Tanpa penggunaan garam dapur, kandungan Na dalam makanan dapat
dikurangi sampai seperti jumlah Na yang biasa terkandung di dalamnya. Diet
rendah garam pada dasarnya adalah diet biasa yang dimasak dan dimakan tanpa
garam. Di samping itu penggunaan bahan makanan yang kandungan Na-nya
tinggi dalam diet ini, dikurangi.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian bagi penderita yang harus
menjalani diet pantang garam adalah penderita tidak dibenarkan menggunakan
garam baik untuk dimasak atau untuk dimakan.
Bahan makanan yang diolah dengan menggunakan garam, seperti kecap,
margarin, mentega, keju, terasi, petis, kue-kue, dan sebagainya tidak boleh
dimakan. Demikian juga bahan makanan awetan yang menggunakan garam
seperti ikan asin, sardencis, corned beef, sosis, dan sebagainya. Bahan makanan
yang kandungan natriumnya tinggi baik bahan makanan hewani maupun nabati
13

harus dibatasi.



Diet Rendah Natrium
Dalam diet rendah garam, kandungan Na masih agak tinggi, yaitu sekitar
2500 mg. Pada diet rendah natrium, kandungan Na adalah antara 600 mg 1200
mg. Akan tetapi dengan hanya menggunakan bahan makanan tertentu dalam diet,
kandungan Na dalam makanan dapat ditekan sampai batas minimal.
Diet rendah natrium hanya diberikan kepada penderita yang dirawat di
rumah sakit. Salah satu diet rendah natrium yang paling sering digunakan adalah
disebut diet kempner. Diet terdiri atas beras dan buah-buahan kandungan natrium
sebanyak 200 mg, protein nabati 20 gram, dan hidrat arang 460 gram sehari.
Jumlah cairan yang diberikan antara 700 ml sampai 1000 ml sehari.
Cara memberikan diet Kempner tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penderita diberi makanan yang terdiri atas 200 300 gram beras sehari yang
dimasak sebagai nasi. Nasi tidak boleh dimasak dengan garam. Jumlah kalori
yang didapat dari nasi adalah antara 700 100 kalori.
2. Tambahan kalori diperoleh dengan menambahkan gula atau buah-buahan
segar. Semua buah-buahan dapat diberikan kecuali advokad, kurma, dan buah-
buahan yang sudah diawetkan/ buah-buahan kaleng. Sari tomat dan sari
sayuran tidak boleh diberikan.
3. Diet rendah garam atau rendah natrium tidak hanya diberikan kepada
penderita penyakit jantung, tetapi juga diberikan kepada penderita penyakit
ginjal, penyakit sirosis hati, dan keracunan kehamilan.
4. Penderita bukan saja harus membatasi makanan yang mengandung natrium
tinggi dan pantang garam, tetapi juga obat-obatan ataupun bahan lainnya yang
kadar natriumnya tinggi seperti Na-siklamat (gula tiruan), bumbu masak
(monosodium glutamat), dan sebagainya.
5. Penderita yang harus menjalani diet rendah garam harus memperhatikan hal-
hal berikut ini :
14

Apabila fungsi ginjal tidak sempurna, penderita akan mengalami defisiensi
natrium karena kemampuan ginjal menyerap kembali Na menurun.
Defisiensi Na juga dapat terjadi jika penderita diberi obat diuretik.
Sindrom kurang garam dapat timbul pada penderita, yaitu tubuh menjadi
lemah, nafsu makan hilang, mual, dan muntah. Selain itu tekanan darah
akan turuh, denyut nadi menjadi cepat. Keadaan ini disebut juga
intoksikasi air.
Dalam keadaan akut, kepada penderita kegagalan jantung diberikan Diet
Cair Karell (Karell Liquid Diet) yang terdiri dari 800 ml susu segar yang
diberikan sebanyak 4 kali 200 mg yang masing-masing diberikan pada jam
8.00, jam 12.00, jam 16.00, dan jam 20.00.
Dari diet ini penderita akan memperoleh kalori sebanyak 550 kal, protein
28 gram, sedangkan kandungan Natrium dalam diet itu adalah 450 mg Na.
Diet Cair Karell ini biasanya hanya diberikan untuk satu atau dua hari saja.
Apabila keadaan penderita berangsur baik, diet cair dapat diganti dengan
Diet Lunak Rendah Natrium. Garam dapur tetap tidak boleh diberikan.
Demikian juga bahan makanan atau makanan yang kandungan natriumnya
tinggi.
Penatalaksanaan medis perikarditis akut, kronis, dan kronik konstruktif adalah
sebagai berikut.
1. Penatalaksanan Medis Perikarditis Akut
Terapi pada perikarditis akut bergantung dari penyebabnya. Misalnya
diberikan salisilat atau obat anti-inflamasi non-steroid lain bila penyebabnya
virus atau idiopatik. Bila gejala tidak membaik, dapat diberikan kortikosteroid.
Sebagian besar kasus sembuh sendiri dalam beberapa minggu. Sebagian
kambuh kembali dan hanya sedikit yang menjadi kronik serta jarang yang
menjadi perikarditis kronik konstriktif bila berasal dari virus atau idiopatik.
2. Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis
Pemberian obat diuretik (obat yang membuang kelebihan cairan) bisa
memperbaiki gejala, tetapi penyembuhan hanya mungkin terjadi jika
dilakukan pembedahan perikardiektomi untuk mengangkat perikardium.
3. Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis Konstriktif
15

Perikardioektomi adalah satu-satunya pengobatan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi perikarditis kronik konstruktif. Perikardiektomi
dilakukan untuk memperbaiki hemodinamik yang abnormal dan terbukti
menghasilkan perbaikan klinis. Operasi perikardioektomi dapat dilakukan
melalui 2 insisi yaitu sebagai berikut.
a. Sternotomi mediana yaitu insisi sternotomi memberikan paparan yang
lebih baik untuk membebaskan ventrikel kanan dan merupakan pilihan bila
akan dilakukan cardiopulmonary bypass.
b. Torakotomi (torakotomi anterolateral kiri atau torakotomi anterior
bilateral) yaitu memberikan paparan yang lebih baik untuk membebaskan
ventrikel kiri dan diafragma.





















16






BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung baik pada
parietal maupun viseral. Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan
perikarditis kronis, dan perikarditis kronis konstriktif. Penyebab dari ketiga
jenis perikarditis tersebut berbeda-beda. Penyebab dari perikarditis akut
yaitu Virus pirogenik, tuberculosis, mikotik, infeksi lain (sifilis, parasit).
Sedangkan penyebab perikarditis kronis yaitu operasi jantung
sebelumnya, radiasi dada, pasca infark yang luas, sarkoidosis, trauma
dada, infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie virus) atau kronis
(Tuberculosis). Kemudian penyebab dari perikarditis
kronis konstriktif yaitu Demam rematik, penyakit vaskular kolagen: SLE,
reumatik arthritis, skleroderma, akibat obat: prokalnamid, hidralazin, pasca
cedera kardiak. Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dari
ketiga jenis perikarditis tersebut hampir sama yaitu dengan melakukan
pemeriksaan EKG, kateterisasi jantung, dan MRI scan atau CT scan.
3.2 Saran
1. Bagi Pembaca
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pembaca, namun tidak hanya berpatokan pada makalah ini, yakni
dapat termotivasi untuk mencari materi ini dari berbagai sumber.
2. Bagi Penulis
Diharapkan sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan penulis
tentang penyakit pericarditis.

17






DAFTAR PUSTAKA


http://ekp2011.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pericarditis.html
Dikutip pada 1 April 2014.
http://obral-askep.blogspot.com/2009/04/pericarditis.html Dikutip pada 1 April
2014.
Sidney, Darren. 2012. Constrictive pericarditis.
(http://emedicine.medscape.com/article/157096-overview). Dikutip pada 1
April 2014.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (terjemahan).
Vol. 2. E/8. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W.,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai