Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KMB 1

“Askep Endokarditis”

Disusun oleh :
Astri Ilafi millenia (1811001)
Annisa Marini (1811002)
Arvyan Eka Yudha P (1811003)
Fatma Susanti (1811008)
Gracia Lucas Victory (1811009)

Program Studi S1 Pendidikan Ners


STIKes Patria Husada Blitar
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
dan rahmat–Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang merupakan tugas
dalam Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kehadirat Nabi Muhammad
SAW atas keluarganya, sahabat–sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya
yang telah membimbing umat manusia kejalan yang benar untuk menuju
kehidupan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Makalah ini dengan judul “Askep Endokarditis” yang merupakan tugas dari
dosen pembimbing. Mengingat materi ini yang menjadi tugas kami untuk
menggali lebih luas dan mendalam, namun kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis, baik tentang
pengetahuan dan literature yang kami miliki.
Maka dari itu, adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi tercapainya makalah yang lebih baik dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Blitar, 14 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN KONSEP DASAR PENYAKIT ................................ 2
A. Definisi ....................................................................................................... 2
B. Etiologi ....................................................................................................... 2
C. Patofisiologi ............................................................................................... 3
D. Pathway ...................................................................................................... 4
E. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 4
F. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................. 5
G. Penatalaksanaan/Terapi Farmakologi ........................................................ 5
H. Pencegahan ................................................................................................. 6
I. Komplikasi ................................................................................................. 6
BAB III KONSEP ASKEP .................................................................................. 7
BAB IV APLIKASI KASUS SEMU ................................................................. 15
A. Kasus ........................................................................................................ 15
B. Pengkajian ................................................................................................ 15
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Endokarditis merupakan penyakit oleh mikroorganisme pada endokard atau
katup jantung nama lain endokarditis infektif adalah endokarditis bakterialis. Lesi
yang khas pada endokarditis infektif adalah vegetasi pada katub tetapi lesi juga
ditemukan padaendokard dan pembuluh darah besar endokarditis infektif biasanya
terjadi pada jantungyang mengalami kerusakan.
Endokarditis tidak hanya terdapat pada katub yang mengalami kerusakan
akan tetapi pada katub yang sehat misalnya: endokarditis yang terjadi pada
penyalahgunaan narkotik intravena. Perjalanan penyakit bisa hiperakut, akut, sub
akut, atau kronik bergantung padavirulensi mikroorganisme dan imunitas pasien.

B. Tujuan
Dengan adanya makalah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan/terapi
farmakologi, dan komplikasi dari endokarditis.

1
BAB II
PEMBAHASAN KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi
Endokarditis merupakan infeksi katub dan permukaan endotel jantung yang
disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organism lain dan menyebabkan
deformitas bilah katub. Mikroorganisme penyebab meliputi bakteri (streptokokus,
enterokokus, pneumokokus, stafilokokus), fungi/jamur, riketsia, dan streptokokus
viridians.
Endokarditis infeksius yang sering terjadi pada lansia, mungkin akibat
menurunnya respon imunoligis terhadap infeksi, perubahan metabolism akibat
penuaan, dan meningkatnya prosedur diagnostic invasive, khusunya pada penyakit
genitourinaria.
Terdapat infeksi tinggi endokarditis stapilokokus diantara pemakai obat
intravena, penyakit yang terjadi paling sering pada orang yang secara yang secara
umum sehat. Endokarditis yang didapatkan di rumah sakit terjadi paling sering
pada klien dengan penyakit yang melemahkan yang memakai cateter indwelling,
dan yang menggunakan terapi intravena atau antibiotic jangka panjang. Klien
yang diberi pengobatan imunosupresif atau steroid juga dapat mengalami
endokarditis fungi (Nurachmach, 2009).

B. Etiologi
Mikroorganisme, biasanya bakteri, memasuki aliran darah dan melekat di
batas jantung bagian dalam (endokardium) dan klep jantung, mengakibatakan
inflamasi. Pemborokan dan necrosis terjadi ketika mikroorganisme menutup katub
jantung. Hal ini biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit jantung rematik atau
penyakit jantung degenerative; mereka dengan peralatan baru (IV, GU, dan
prosedur respirator) atau prosedur dental; pengguna obat IV (Corwin, 2009).

2
C. Patofisiologi
Terjadinya endokarditis rematik disebabkan langsung oleh demam rematik,
suatu penyakit sistemis yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A.
Demam rematik mempengaruhi semua persendian, menyebabkan poliartritis.
Jantung juga merupakan organ sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya
paling serius.
Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya jaringan tersebut
tidak mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organism tersebut,
namun hal ini merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi yang terjadi sebagai
respon terhadap streptokokus hemolitikus. Leukosit darah akan tertimbun pada
jaringan yang terkena dan membentuk nodul, yang kemudian akan diganti dengan
jaringan parut.
Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan dengan adanya
tumbuhan kecil yang transparan, yang meyerupai manic-manik dengan ukuran
sebesar kepala jarum pentul, tersusun dalam deretan sepanjang tepi bilah katup.
Manic-manik kecil tadi tidak tampak bahaya dan dapat menghilang tanpa merusak
bilah katub, namun yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka
menjadi awal terjadinya suatu proses yang secara bertahap menebalkan bilah-bilah
katub, menyebabkannya menjadi memendek dan menebal dibanding dengan bilah
katub yang normal, sehingga tak dapat menutup dengan sempurna. Sebagai
akibatnya terjadilah kebocoran, keadaan ini disebut regurgitasi katub. Tempat
yang paling sering mengalami regurgitasi adalah katub mitral.
Pada klien lain, tepi bilah katub yang meradang menjadi lengket satu sama lain
mengakibatkan stenosis katub yaitu penyempitan lumen katub. Sebagian kecil
klien dengan demam rematik menjadi sakit berat dngan gagal jantung yang berat,
disritmia serius, dan pneumonia rematik. Klien ini harus dirawat diruang
perawatan intensif.
Biasanya klien dapat sembuh dengan segera. Namun, meskipun klien telah
bebas dari gejala, masih ada beberapa efek residual permanen yang tetap tinggal
yang sering menimbukan deformitas katub progresif. Beratnya kerusakan jantung
atau bahkan keberadaannya, mungkin tidak Nampak pada pemeriksaan fisik
selama fase akut penyakit ini (Nurachmach, 2009).

3
D. Pathway

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut (Nurachmach, 2009) :
1. Kedinginan/demam-karena proses infeksi.
2. Petecchiae pada palate, di bawah kuku jari, nodus osler (menyakitkan,
pucat, pada bagian menonjol di jari dan kaki), lesi Janeway (menyakitkan,
luka pada telapak tangan dan telapak kaki).
3. Lelah- karena proses infeksi.
4. Mendesis-baru atau perubahan .

4
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduksi, disritmia.
(peninggian ST dapat terjadi pada kebanyakan lead) depresi PR, gelombang
T datar atau cekung, pencitraan voltase rendah umum terjadi.
2. Ekokardiogram : dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrofi jantung,
disfungsi katub, dilatasi tuang.
3. Enzim jantung : CPK mungkin tinggi tetapi isoenzim MB tak ada.
4. Angiografi : dapat menunjukkan stenosis katub regurgitasi dan/penuunan
gerak dinding.
5. Sinar x dada : dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi pilmona
6. JDL : dapat menunjukkan proses infeksi akut atau kronis; anemia
7. Kultur darah: digunakan untuk mengisolasi bakteri, virus, dan jamur
penyebab.
8. LED : umumnya meningkat.
9. Titer ASO : peninggian pada demam reumatik (kemungkinan pencentus).
10. Titer ANA : positif pada penyakit autoimun, misalnya SLE (kemungkinan
pencentus).
11. Perikardiosentesis: cairan pericardial dapat diperiksa untuk etiologi
infeksi, seperti bakteri, tuberculosis, infeksi virus atau jamur, SLE,
penyakit rheumatoid, keganasan.

G. Penatalaksanaan
1. Terapi medis :
a. Minum antibiotic untuk mematikan bakteri misal gentamicyn,
streptomicyn.
b. Terapi pembedahan.
2. Terapi non medis :
a. Tirah baring.

5
H. Pencegahan
1. Preventif :
a. Tidak menggunakan jarum suntik untuk penggunaan non medis.
b. Menjaga kebersihan rongga mulut.
2. Kuratif :
a. Memberikan obat anti biotic.
b. Perawatan di RS untuk pemberian antibiotic parenteral.
3. Rehabilitative
a. Tetap menjalankan pengobatan sampai bakteri mati.
b. Jaga kondisi tetap fit.

I. Komplikasi
1. Terbentuknya abses atau kumpulan nanah pada otak, paru-paru, maupun
jantung.
2. Adanya gangguan pada jantung, seperti gagal jantung, dan bising jantung.
3. Emboli paru, yaitu kondisi ketika pembuluh darah yang membawa darah
dari jantung ke paru-paru mengalami penyumbatan.
4. Stroke.
5. Kejang.
6. Kerusakan ginjal.
7. Splenomegali, atau pembesaran limpa.

6
BAB III
PEMBAHASAN KONSEP ASKEP

A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Keluhan utama
Pada fase awal keluhan utama biasanya terasa sesak nafas dan nyeri
tenggorokan. Sesuai perkembangan penyakit endokarditis yang
mengganggu katup jantung, keluhan sesak nafasdan kelemahan menjadi
alasan klien untuk meminta pertolongan
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Apakah terdapat adanya penurunan respons imunologis terhadap
infeksi seperti pada klien HIV atau AIDS.
2) Apakah klin mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan.
3) Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif secara
intravena.
4) Apakah klien mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat dahulu (RPD) yang mendukung adalah dengan
mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita infeksi
tenggorokan, infeksi sinus akut, riwayat minum obat, dan adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu. Juga harus menanyakan adanya alergi
obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien tidak
dapat membedakan suatu alergi dengan efek samping obat.
d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh
keluarga, serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka
penyebab kematiannya juga di tanyakan.

7
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri atas pengkajian B1-B6.
a. B1 (Breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung, biasanya klien terlihat
sesak dan frekuensi nafas melebihi normal.sesak nafas ini terjadi akibat
pengerahan tenaga dan kenaikan tekanan akhir diastolik pada ventrikel
kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena
terdapat ke gagalan eningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu
melakukan kegiatan fisik. Bila sudah parah, dispnea kardiak dapat timbul
pada waktu beristirahat. Klien biasanya di dapat kan batuk.
b. B2 (Bleeding)
1) Inspeksi : Adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal
atau nyeri di atas perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada,
terjadi nyeri, serta ketidakmampuan bahu dan tangan.
2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9o - 40oC),
dan menggigil.
3) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup. Gejala sistemik yang terjadi sesuai dengan virulensi
organisme yang menyerang. Bila di temukan mur-mur pada seseorang
yang menderita infeksi sistemik maka harus di curigai adanya infeksi
endokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukan adanya kerusakan
katup akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendineae.
Pembesaran jantung atau adanya bukti gagal jantung kongestif juga
bisa terjadi.
4) Perkusi : Pada batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut
pembesaran jantung.
c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, sakit tenggorokan, dan kemerahan pada
tenggorokan di sertai eksudat (awitannya mendadak) serta nyeri sendi
dan punggung. Sinusitis akut dan otitis media akut terjadi mungkin
karena streptokokus. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit

8
kepala, iskemia serebral transien atau sementara, dan stroke yang
mungkin di akibatkan oleh emboli pada arteri serebral.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine yang berhubungan dengan adanya
penurunan suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi dari
penurunan perfusi perifer.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya di dapatkan mual dan muntah, tidak nafsu makan dan
berat badan turun. Pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe, nyeri
abdomen (lebih sering pada anak).
f. B6 (Bone)
Aktivitas Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda : takikardia, dispnea,
pada istirahat / aktivitas. Higiene : kesulitan melakukan tugas perawatan
diri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Elektrokardiografi

B. Analisa Data
Proses analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan
konsep, teori, prinsip asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi klien.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, upaya batuk buruk dan edema tracheal/ faringeal.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan,
anoreksia, ketidakcukupan nutrisi.
3. Gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan defisiensi
volume cairan.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan efektif
paru, kerusakan membran di alveolar- kapiler.

9
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan inadekuat
oksigen untuk aktivitas.
6. Hipertermi berhubungan dengan adanya inflamasi.

D. Rencana keperawatan
Tujuan rencana keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi masalah
kebutuhan dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal, dan
mengurangi dampak kekambuhan pada endokarditis rematik. Sehingga
komplikasi yang paling parah dari kerusakan katup dapat di kurangi. Untuk
rencana keperawan fase akut yang di lakukan perawat, meliputi :
1. Diagnosa I :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, upaya batuk buruk dan edema tracheal/ faringeal.
Tujuan : kepatenan jalan napas.
Kriteria Hasil : klien mampu menunjukkan jalan napas yang paten (klien
merasa tidak tercekik, irama napas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara napas abnormal).
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas misalnya mengi,
kerkel, ronki.
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan napas dan cepat dimanifestasikan dengan bunyi nafas tambahan.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada pasien cemas dan adanya proses infeksi akut.
c. Catat adanya derajat dispnea, missal keluhan “lapar udara”, gelisah,
ansietas, distress pernafasan dan penggunaan oto bantu pernafasan
Rasional : disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada
tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di
rumah sakit.
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, missal peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

10
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, missal debu, asap, dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat
meningkatkan episode akut.

2. Diagnosa II :
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan,
anoreksia, ketidak cukupan nutrisi.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Klien tidak mengeluh pusing, alat dan sarana untuk
memenuhi aktivitas tersedia dan mudah klien terjangkau.
Intervensi :
a. Kaji respon aktivitas pasien. Catat adanya/ timbulnya perubahan keluhan
seperti kelemahan, kelelahan, san sesak napas saat beraktivitas.
Rasional : Penurunan pengisian jantung/ kardiak output akan
menyebabkan cairan terkumpul pada rongga pericardial (bila ada
perikarditis) yang pada akhirnya endokarditis dapat menimbulkan
gangguan fungsi katup dan kecendrungan penurunan kardiak output.
b. Pantau denyut atau irama jantung, tekanan darah dan jumlah pernapasan
sebelum/ sesudah serta selama aktivitas sesuai kebutuhan.
Rasional : Membantu menggambarkan tingkat dekompensasi jantung
dan paru penurunan tekanan darah, takikardi dan takipneo adalah indikasi
gangguan aktivitas jantung.
c. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh: bangun
dari kursi, bila tak ada nyeri ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah
makan.
Rasional : Aktivitas yang maju memberikan control jantung,
meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan.

11
3. Diagnosa III :
Gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan defisiensi
volume cairan.
Tujuan :
Kriteria hasil : mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
Urine normal, HT normal.
Intervensi :
a. Pantau TTV dan CVP
Rasional : takikardi tergantung pada derajat kekurangan cairan
pengukuran CVP untuk penentuan derajat cairan dan respons terhadap
terapi penggantian.
b. Pantau masukan dan haluaran urine
Rasional : kebutuhan penggantian cairan didasarkan pada perbaikan
kekurangan dan kehilangan terus menerus.
c. Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan keseimbangan cairan 24
jam.
Rasional : perubahan dalam berat badan tidak secara akurat
mempengaruhi volume intravaskuler.

4. Diagnosa IV :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan efektif
paru, kerusakan membran di alveolar- kapiler.
Tujuan : nafas kembali normal.
Kriteria hasil : klien mampu mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
oksigenisasi yang adekuat.
Intervensi :
a. Pantau bunyi nafas, catat krekles.
Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan
sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.

12
c. Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.

5. Diagnosa V :
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan inadekuat
oksigen untuk aktivitas.
Tujuan : aktivitas kembali normal.
Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan sarah, nadi, dan RR.
Intervensi :
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila
klien menggunakan vasodilator,diuretik dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi
jantung.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan
segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan
kelelahan dan kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi
jantung daripada kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi).
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi
jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.

13
6. Diagnosa VI :
Hipertermi berhubungan dengan adanya inflamasi.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil : suhu tubuh dalam rentang normal.
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil/diafpresis.
Rasional : suhu 38,90C, 41,10C menunjukkan proses penyakit infeksius
akut. Pada demam dapam membantu dalam diagnosis ; missal kurun
demam lanjut berakhir dari 24 jam.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi.
Rasional : suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal.
c. Berikan kompres mandi hangat.
Rasional : dapat membantu mengurangi demam.
d. Berikan antipiretik, missal : paracetamol, asetaminofen.
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari
sel–sel yang terinfeksi.

E. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi berupa keakuratan, kelengkapan
dan kualitas data teratasi atau tidaknya masalah klien serta pencapaian tujuan dan
ketepatan intervensi keperawatan.

14
BAB IV
APLIKASI KASUS SEMU

A. Kasus
Nn. Y (14 tahun) datang ke RS Sehat Sentosa bersama orang tuanya dengan
keluhan demam hilang timbul sejak 7 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh sesak,
batuk kering dan nyeri pada persendian lokasi di lutut dan siku tangan. Pasien
juga mengatakan kalau dadanya berdebar-debar. Dalam pemeriksaan darah
lengkap memperoleh hasil leukosit 70.500, Hb 12,89g/dl, hematokrit 42,49%,
platelet 236.600, TD : 100/60mmHg, N : 84x/mnt, S : 38,6 ºC, RR : 28x/mnt.

B. Analisa Data
Dengan (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, n.d.) dan (Standar
Luaran Keperawatan Indonesia, n.d.).
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: Virus, bakteri, jamur Hipertermi b.d proses
1. keluarga pasien penyakit d.d suhu
mengatakan anaknya Peningkatan produksi 38,6ºC.
demam sejak7 hari yang leukosit
lalu.
Gangguan pertahanan
Do: tubuh
1. S: 38,6ºC.
2. Kulit terasa hangat. Infeksi
3. Takipnea.
Laju metabolism

Hipertermi

15
2. Ds: Virus, bakteri, jamur Bersihan jalan nafas
1. Pasien mengeluh sesak tidak efektif b.d
dan batuk kering. Invasi saluran nafas proses infeksi d.d RR
2. Pasien mengeluh dada atas 28x/mnt, batuk (+),
berdebar-debar. dispnea.
Kuman berlebih di
bronkus
Do:
1. RR28x/mnt. Proses peradangan
2. Batuk (+).
3. Dispnea. Penumpukan sekret

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
3. Ds: Virus, bakteri, jamur Nyeri akut b.d agen
1. Pasien mengeluh nyeri Peningkatan produksi pencendera fisiologis
di bagian persendian leukosit d.d pasien Nampak
lokasi di lutut dan siku gelisah, pasien
tangan. Infeksi saluran nafas meringis saat
Do: berjalan, RR:
1. Pasien Nampak gelisah. Dilatasi pembuluh 28x/mnt.
2. Pasien meringis saat darah
berjalan.
3. RR: 28x/mnt. Eksudat masuk
alveoli

Gangguan difusi gas

Suplai O2 dalam
darah menurun

Nyeri akut

16
C. Masalah Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi d.d RR 28x/mnt, batuk
(+), dispnea.
2. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu 38,6ºC.
3. Nyeri akut b.d agen pencendera fisiologis d.d pasien Nampak gelisah,
pasien meringis saat berjalan, RR : 28x/mnt.

D. Standar Luaran Keperawatan

Dx Kriteria Hasil Intervensi

1. Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi


2x24 jam bersihan jalan napas 1. Observasi
meningkat dengan criteria hasil a. Monitor frekuensi, irama,
sebagai berikut : kedalaman dan upaya napas.
1. Batuk efektif (4) b. Monitor pola napas.
2. Dispnea (4) c. Auskultasi bunyi napas.
3. Frekuensi napas (4) d. Monitor saturasi oksigen.
4. Pola nafas (4) 2. Terapeutik
a. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien.
b. Dokumentasi hasil pemantauan.
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pamantauan.
b. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi
2x24 jam termoregulasi 1. Observasi
membaik dengan criteria hasil a. Identifikasi penyebab hipertermi.
sebagai berikut: b. Monitor suhu tubuh.
1. Suhu tubuh (4) c. Monitor kadar elektrolit.
2. Takipnea (4) 2. Terapeutik
3. Suhu kulit (4) a. Longgarkan atau lepaskan

17
pakaian.
b. Lakukan pendinginan eksternal.
c. Berikan cairan oral.
3. Edukasi
a. Anjurkan tirah baring.
4. Kolaborasi
a. Pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
3. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
2x24 jam tingkat nyeri 1. Observasi
menurun dengan criteria hasil : a. Identifikasi skala nyeri.
1. Kemampuan b. Identifikasi pengaruh nyeri
menuntaskan aktivitas (3) terhadap kualitas hidup.
2. Keluhan nyeri (4) c. Identifikasi factor yang
3. Meringis (4) memperberat dan memperingan
4. Pola nafas (4) nyeri.
d. Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Terapeutik
a. Berikan tehnik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi pijat, kompres hangat).
b. Fasilitasi istirahat dan tidur.
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgesic,
jika perlu.

18
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan endotel
jantung. Disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung.
Infeksi endokarditis biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami
kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit
jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada
endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial.
Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh
mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain
Pada endokarditis penatalaksanaan medisnya yaitu penicilin, stretomycin,
vancomysin, gentamicin. Diagnosa yang muncul pada pasien endokarditis adalah
Aktual/risiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai ke miokardium
sekunder karena penurunan perfusi, Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer
yang berhubungan dengan tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup
pada endokarditis, Aktual/risiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan,
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan, dan Kurangnya
pengetahuan (mengenai kondisi dan tindakan) yang berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit, cara pencegahan, dan terjadinya
komplikasi.

B. Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu
waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk
kesempernaan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan
yang bersifat membangun kepada semua pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J. elizabeth. (2009). buku saku patofisiologi. ( karyuni pamilih eko yudha
egi komara, wahyuningsih Esty, yulianti devi, Ed.) (1st ed.). jakarta.

Nurachmach, E. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardivaskular, 238.

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. (n.d.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Standar Luaran Keperawatan Indonesia. (n.d.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

20

Anda mungkin juga menyukai