Anda di halaman 1dari 84

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN ANEMIA ZAT BESI PADA IBU HAMIL DI
KELURAHAN NAN BALIMO WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK
TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh

SYAFRINA
NIP.19700101 201905 2 001

PROFESI KEBIDANAN

PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK

TAHUN 2021
i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Peneliti Ucapkan Kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian anemia zat besi pada ibu hamil

di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota

Solok tahun 2020”. Shalawat dan salam peneliti memohonkan kepada

Allah SWT semoga disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

memberikan contoh dan suri tauladan bagi manusia untuk keselamatan di

dunia dan di akhirat.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam

angka kredit Bidan. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti

banyak mendapatkan masukan, bantuan, dukungan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan

penuh penghargaan peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Ibu Dra.Dessy Syafril, Apt, MPH selaku Plt. Kepala Dinas Kesehatan

Kota Solok

2. Ibu dr. Uswatun Hasanah selaku Kepala Puskesmas Tanjung Paku

yang telah membimbing dan memberikan arahan serta masukan

untuk penelitian dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah


ii

3. Seluruh Staf puskesmas Nan Balimo yang telah banyak

memberikan dukungan kepada peneliti.

4. Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan semangat,

dorongan baik itu moril maupun materil kepada peneliti dalam

mempersiapkan diri untuk menjalani semua tahapan dalam

penyusunan proposal ini.

Selaku hamba Allah, peneliti sadar bahwa terdapat keterbatasan

yang dimiliki, sehingga menjadikan proposal ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, peneliti menerima kritikan dan saran yang dapat

menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

bisa dilanjutkan.

Solok, Januari 2020

Syarina, A.Md.Keb
iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. iii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………….... 8

C. Tujuan Penelitian………………………………………………..... 8

D. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia Dalam Kehamilan.............................................................. 10

B. Faktor –faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia ...... 23

C. Kerangka Teori................................................................................ 32

D. Kerangka Konsep........................................................................... 33

E. Defenisi operasional....................................................................... 33

BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian …………………………….............. 35

B. Karakteristik Responden ……………………………………....... 36

C. Hasil Analisa Univariat …………………………………………. 38

D. Hasil Analisa Bivariat..................................................................... 40

E. Pembahasan ……………………………........................................ 44
iv

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………....................................... 58

B. Saran ……………………………………..................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 32

2.2 Kerangka Konsep................................................................... 33


vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1: Kuesioner

2: Master tabel

3: Hasil Olahan Data


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di

negara sedang berkembang, ketimbang negara yang sudah maju.

Anemia dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu hamil

memerlukan banyak tenaga untuk melahirkan. Kebutuhan gizi pada

masa kehamilan akan meningkat sebesar 15 % dibandingkan dengan

kebutuhan wanita normal. Peningkatkan gizi ini dibutuhkan untuk

pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mamae), volume darah,

plasenta, air ketuban, dan pertumbuhan janin. Makanan yang

dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin

sebesar 40 % dan sisanya 60 % digunakan untuk pertumbuhan ibunya

(Huliana 2001, p. 68).

Anemia defisiensi zat besi merupakan gizi yang paling lazim di

dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia perkiraan prevalensi

anemia secara global adalah sekitar 51 %, (Arisman 2010, p. 172).

WHO (2010) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada kehamilan

secara global sebesar 55% dan pada umumnya terjadi pada trimester

ketiga. Indikator menurunkan angka kematian ibu dari 359 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015 menjadi 67 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2025 (SDKI, 2012).

1
2

Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah satu masalah

gizi yang utama di Indonesia (Arisman, 2010, p. 172). Prevalensi

anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2015 adalah 70 % atau 7

dari 10 wanita hamil menderita anemia. AKI di Sumatra Barat tahun

2015 yaitu 213 orang / 100.000 kelahiran hidup selama tahun 2015

dinas kesehatan hanya mampu mengurangi AKI sebanyak satu ibu

dengan tingkat Rasio 228 orang/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan

profil Kesehatan Sumatera Barat tahun 2015, jumlah ibu hamil di

Sumatera Barat yaitu sebanyak 106.536 orang dan jumlah ibu dengan

anemia dalam kehamilan sebanyak (14,21%).

Di Kota Solok, tahun 2019 kejadian anemia adalah 109 orang

(7,7 %) dari 1.402 orang ibu hamil sedangkan pada tahun 2020 jumlah

anemia ibu hamil adalah 114 orang yang tersebar pada 4 Puskesmas,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1
Jumlah Anemia ibu Hamil Pada 4 Puskesmas Yang ada di Kota Solok
pada tahun 2020

NO Puskesmas Sasaran Ibu hamil Jumlah Anemia %


Ibu Hamil
1 Tanjung Paku 464 33 7,1
2 Tanah Garam 423 53 12,5
3 Nan Balimo 140 22 15,7
4 KTK 302 6 2,0
Jumlah 1.329 114 8,5
(Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2020)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anemia

ibu hamil terbanyak pada tahun 2020 adalah Puskesmas Nan Balimo

sebanyak 22 orang (15,7 %). Dan selama tahun 2020 jumlah bayi
3

BBLR yang terbanyak adalah di Puskesmas Nan Balimo yaitu 4 orang

bayi (Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2020).

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb atau hitung

eritrosit rendah dari harga normal akibat kekurangan zat besi, vitamin B

12, asam folat, penyakit kronik, perdarahan dan kelainan darah yang

didapat (Mansjoer, 2010). Anemia dalam kehamilan yang paling sering

dijumpai ialah anemia akibat kekurangan zat besi. (Manuaba, 2014)

Anemia defisiensi zat besi merupakan gizi yang paling lazim di dunia

dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia, perkiraan prevalensi

anemia secara global adalah sekitar 51 % (Arisman, 2010)

Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20 %

sampai 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya,

(Manuaba, 2014) sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil di

Indonesia adalah 70 %, ini berarti 7 dari 10 wanita hamil menderita

anemia (Khomsan, 2009). Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung

berlangsung di negara sedang berkembang, ketimbang negara yang

sudah maju. Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah satu

masalah gizi yang utama di Indonesia (Arisman, 2010).

Anemia dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu hamil

memerlukan banyak tenaga untuk melahirkan. Setelah itu pada saat

melahirkan biasanya darah keluar dalam jumlah banyak sehingga

kondisi anemia akan memperburuk keadaan ibu hamil. Kekurangan

darah dan perdarahan akut merupakan penyebab utama kematian ibu

saat melahirkan. Ibu hamil yang menderita anemia tidak mampu


4

memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan janin dalam

kandungannya. Oleh karena itu, keguguran, kematian bayi dalam

kandungan, berat bayi lahir rendah, atau kelahiran prematur rawan

terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia (Arisman, 2010).

Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas

dan sering tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar, takikardia,

dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku

dan konjungtiva palpebra (Arisman, 2010). Asupan gizi sangat

menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.

Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15%

dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatkan gizi ini

dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mamae),

volume darah, plasenta, air ketuban, dan pertumbuhan janin. Makanan

yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan

janin sebesar 40 % dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan

ibunya (Huliana, 2010).

Menurut Manuaba (2014) banyak faktor terkait dengan anemia

ibu hamil yaitu status gizi buruk, persalinan dengan jarak yang

berdekatan, paritas dan ibu hamil dengan pendidikan, pengetahuan

dan tingkat sosial ekonomi rendah. Berbagai penelitian yang dilakukan

oleh penelitian Luthfiati (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas Jetis Kota

Yogyakarta tahun 2012 diperoleh hasil penelitian bahwa kejadian

anemia pada ibu hamil 18,9 %, faktor yang secara signifikan


5

berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil adalah umur,

status gizi dan paritas. Penelitian Yanti (2015) tentang faktor-faktor

terjadinya anemia pada ibu primigravida di wilayah kerja puskesmas

Pringsewu Lampung diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara

kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia kehamilan

diperoleh.

Penelitian Fitria (2015) tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas Gunung

Labuhan Kabupaten Way Kanan dimana terdapat hubungan antara

Jarak Kelahiran, paritas, penyulit kehamilan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil. Berdasarkan penelitian Noverstiti (2012) tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang

diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak

kehamilan dan tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil trimester III.

Berdasarkan penelitian Yanti (2014) tentang faktor-faktor

terjadinya anemia pada ibu primigravida di wilayah kerja Puskesmas

Pringsewu Lampung diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara

kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Penelitian Ariyani (2015) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja

Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo diperoleh hasil bahwa


6

terdapat hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe, paritas

dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Menurut Cuningham (2007) terjadinya proses hemodilusi pada

kehamilan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 24 minggu dan

dapat terus meningkat sampai usia kehamilan 37 minggu dan juga

Cuningham (2012) mengatakan bahwa anemia merupakan konsentrasi

hemoglobin yang kurang 12 g/dl pada wanita yang tidak mengalami

kehamilan. Hal ini mengakibatkan pada ibu hamil yang usia

kehamilannya ≥24 minggu rentan terhadap kejadian anemia.

Penelitian yang dilakukan oleh Wawointana (2013), Faktor-

Faktor Terjadinya Anemia pada Ibu Primigravida di Wilayah Kerja

Puskesmas Pringsewu Lampung dimana terdapat hubungan antara

ketaatan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Kombos Kota Menado. Penelitian yang dilakukan oleh

Mega (2014), yang menyatakan di wilayah kerja Puskesmas Sario Kota

Manado, ada hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan

kejadian anemia dalam kehamilan. Penelitian Wisnu (2012) tentang

kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di Puskesmas

Tegalrejo Salatiga diperoleh hasil kepatuhan konsumsi tablet Fe

mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil.

Anemia umumnya memiliki prognosis yang sangat baik dan

mungkin dapat disembuhkan dalam banyak hal. Prognosis

keseluruhan tergantung pada penyebab anemia, tingkat keparahan

dan kesehatan keseluruhan pasien. Anemia yang parah dapat


7

menyebabkan rendahnya kadar oksigen pada organ-oragan vital

seperti jantung dan dapat menyebabkan serangan jantung

(Proverawati 2011, p.36). Dampak kekurangan zat besi pada ibu hamil

dapat diamati dari besarnya angka kesakitan dan kematian maternal,

peningkatan angka kesakitan dan kematian janin serta peningkatan

risiko terjadinya berat badan lahir rendah. Penyebab utama kematian

maternal antara lain perdarahan pascapartum dan plasenta previa

yang semuanya bersumber pada anemia defisiensi (Arisman, 2010).

Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Nan

Balimo pada tanggal 19 Januari 2020, berdasarkan hasil pemeriksaan

Hb pada 10 orang ibu hamil yang memeriksakan kandungannya ke

Puskesmas Pembantu, 1 orang ibu hamil mengalami anemia sedang

(Hb= 9 gr %), 6 orang (60%) diantaranya mengalami anemia (Hb = 10

gr %) dan 3 orang (30 %) tidak mengalami anemia berdasarkan

wawancara 5 orang ibu (50%) mengatakan kehamilan ke 4, dan 2

orang ibu (20 %) mengatakan anak yang paling kecil berumur 1 tahun

dan 2 tahun, 4 orang ibu (40 %) mengatakan mual bila mengkonsumsi

obat penambah darah dari Puskesmas

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui

“Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia zat besi

pada ibu hamil di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas

Nan Balimo Kota Solok tahun 2020”.


8

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yang peneliti ambil

adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian

anemia zat besi pada ibu hamil di Kelurahan Nan Balimo Wilayah

Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2020 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian anemia zat besi pada ibu hamil di Kelurahan Nan Balimo

Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2020.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi paritas ibu hamil di Kelurahan Nan

Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun

2020

b. Diketahui distribusi frekuensi jarak kelahiran anak pada ibu hamil

di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo

Kota Solok tahun 2020

c. Diketahui distribusi frekuensi kepatuhan konsumsi tablet Fe pada

ibu hamil di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas

Nan Balimo Kota Solok tahun 2020

d. Diketahui distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil di

Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo

Kota Solok tahun 2020.


9

e. Diketahui hubungan antara paritas ibu hamil dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2020

f. Diketahui hubungan antara jarak kelahiran anak pada ibu hamil

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kelurahan Nan

Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun

2020

g. Diketahui hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe pada

ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kelurahan

Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok

tahun 2020

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Sebagai pedoman bagi sarana pelayanan kesehatan khususnya

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok dalam menanggulangi kejadian

anemia pada ibu hamil dan informasi tentang anemia dalam

kehamilan.

2. Bagi Ibu Hamil

Dapat menjadi pedoman bagi ibu hamil dalam mencegah anemia

dalam kehamilan dengan meningkatkan makanan bergizi dan

mengkonsumsi tablet Fe secara teratur.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia Dalam Kehamilan

1. Pengertian

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan

zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif

mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan

masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial

ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap

kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut potential

danger to mother and child, karena itulah anemia memerlukan

perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan

pada lini terdepan (Manuaba, 2014)

2. Derajat Anemia

a. Ringan sekali : Hb 11 gr % - batas normal

b. Ringan : Hb 8 gr % - < 11 gr %

c. Sedang : Hb 5 gr % - < 8 gr %

d. Berat : < 5 gr %

(Arisman, 2010).

3. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang malaise, lidah luka,

nafsu makan turun (anokresia), nafas pendek (pada anemia parah)

1
0
11

dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda

(Manuaba, 2014).

4. Dampak Anemia Dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas

a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan

1) Bahaya selama kehamilan: Dapat terjadi abortus, persalinan

prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 g

%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan

anterpartum, kebutuhan pecah dini (KPD)

2) Bahaya saat persalinan: Gangguan His (kekuatan mengejan),

kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus

terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat

melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi

kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan

perdarahan pospartum karena atonia uteri, kala empat dapat

terjadi perdarahan pospartum sekunder dan atonia uteri

3) Pada kala nifas: Terjadi subbinvolusi uteri menimbulkan

perdarahan pospartum, memudahkan infeksi puerperium,

pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis

mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi

infeksi mamae

b. Bahaya anemia terhadap janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai

kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi


12

kemampuan metabolisme tubuh sebingga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat

anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk : abortus, kematian

intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir

rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan,

bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan

inteligensia rendah (Manuaba, 2014).

5. Penggolongan Anemia

a. Anemia dalam defiensi zat besi (kekurangan zat besi : 62,3 %)

Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai

adalah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat

disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan

makanan, karena gangguan resorbsi, gangguan penggunaan

atau karena terlampau banyanya zat besi keluar dari badan,

misalnya pada perdarahan (Prawihardjo, 2005)

b. Penyebab Anemia efisiensi Besi

1. Kekurangan zat besi

Kekurangan zat besi yaitu tidak cukupnya asuhan zat besi

dalam makanan dan kurangnya gizi yang mengandung

unsur besi seperti pada makanan dari sumber hewani

(daging, telur, hati dan ikan dan juga karena banyaknya zat

besi yang keluar dari tubuh)


13

2. Perdarahan

Perdarahan dapat memyebabkan volume dan kuantitas sel

darah merah berkurang sehingga menyebabkan kurangnya

darah seperti perdarahan kronik pada penyakit malaria,

hemoroit, polip dan molahidatidosa

3. Kurangnya konsumsi tablet Fe

Kurangnya konsumsi tablet Fe selama kehamilan dapat

menimbulkan terjadinya anemia efesiensi besi karena pada

kehamilan kebutuhan akan zat besi semakin meningkat.

Kebutuhan zat besi selama kehamilan sebanyak 900 mg Fe

dan berguna untuk meningkatkan sel darah ibu sebanyk 500

mg Fe, terdapat dalam plasenta sebanyak 300 mg Fe dan

untuk darah janin 100 mg Fe (Manuaba, 2014).

b. Anemia megaloblastik (kekurangan vit B 12: 29 %)

Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena

defisiensi asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena

difisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) biasanya karena mal

nutrisi dan infeksi yang kronik (Prawirahardjo, 2005)

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian asam

folik 15 – 30 mg/hari, vitamin B12 3 x1 tablet per hari, sulfas

ferosus 3 x 1 tablet/hari, pada kasus berat dan pengobatan per

oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah

(Mochtar, 2011)
14

c. Anemia hipoplastik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari

pembentukan: 8,0 %)

Anemia pada ibu hamil diebabkan karena sum-um

tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi

anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui

dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen,

racun atau obat-obatan.

Pengobatan dengan obat-obat penambah darah tidak

memberi hasil, melainkan dengan transfusi darah yang perlu

diulang sampai beberapa kali (Prawihardjo, 2005).

d. Anemia hemolitik (gangguan pembentukan sel-sel darah : 0,7%)

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah

merah lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia

hemolitik sukar untuk hamil. Apabila ia hamil maka anemianya

biasanya lebih berat.

6. Pencegahan Anemia Defisiensi Zat Besi

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah

terjadinya anemia jika sedang hamil atau mencoba menjadi hamil.

Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran

berdaun hijau, daging merah, sereal, telur dan kacang tanah) dapat

membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang

diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk

memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat.

Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari.


15

Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati

dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil

dicek pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan

anemia (Proverawati, 2011). Anemia defisiensi zat besi dapat

dicegah dengan pemberian tablet tambah darah. Tablet tambah

darah adalah tablet untuk suplementase penanggulangan anemia

gizi setiap tablet mengandung 200 mg ferosulfat atau 600 mg zat

besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Dengan pertimbangan

bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka

dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet selama

kehamilan (Proverawati, 2011).

Menurut Arisman (2010) pencegahan anemia terdiri dari

empat pendekatan dasar yaitu:

a. Pemberian Suplemen Tablet Besi

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan

dalam program suplementasi. Dosis suplementatif yang

dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet (satu tablet

mengandung 60 mg Fe dan 200 µg adam folat) yang

dimakan selama paruh kedua kehamilan karena pada saat

tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi.

b. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan

peningkatan asupan zat besi melalui makanan. Konsumsi

tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang

mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang


16

diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari

ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan mereka

memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti, para ibu

hamil harus diberikan pendidikan yang tepat, misalnya

tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan

harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia

adalah defisiensi zat besi

c. Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi

dampak gizi yang tidak diingini. Meskipun, misalnya jumlah

episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan

pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan

lama, serta beratnya infeksi.

d. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang

diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia

di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah

satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi

(Arisman, 2010).

7. Penyebab Anemia Dalam Kehamilan

Menurut Mochtar (2011) penyebab anemia dalam kehamilan

adalah:
17

a. Faktor dari konsumsi makanan

Faktor konsumsi makanan ini akibat dari tidak terpenuhinya

beberapa sumber makanan yang terdiri dari sumber protein,

glukosa, lemak,vitamin B12, V6, asam folat, vitamin C dan

elemen dasar yang terdiri dari Fe, Ion Cu serta Zink.

b. Kemampuan reabsorbsi usus halus terhadap bahan yang

diperlukan

c. Umur sel darah merah yang terbatas sekitar 120 hari, sementara

sumber pembentukan sel darah yang baru berjalan lambat.

d. Terjadinya perdarahan kronik seperti gangguan menstruasi,

penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita serta

parasit usus seperti askariasis, ankilostomiasis dan taenia.

Penyebab utama anemia kurang zat besi tampaknya adalah

karena konsumsi zat besi yang rendah dari pola makanan yang

sebagian besar terdiri dari nasi, dan menu yang kurang beraneka

ragam. kosumsi zat besi dari makanan tersebut sering lebih rendah

dari dua pertiga kecukupan kosumsi zat besi yang dianjurkan, dan

susunan menu makanan yang dikosumsi tergolong pada tipe

makanan yang rendah.

Faktor sosial budaya sangat berperan penting dalam kosumsi

makanan serta tablet tambah darah, keadaan terakhir tadi akan

semakin parah bila masih ditambah oleh adanya patangan terhadap

beberapa jenis makanan, terutama yang kaya zat besi selama masa

kehamilan. Sebaliknya apabila wanita hamil tidak mempunyai


18

masukan zat besi yang cukup banyak dan tidak mendapatkan

suplemen preparat besi, sedangkan janin mengalami pertumbuhan

terus dan semakin pesat, maka janin dalam hal ini berperan sebagai

perasit. Ibu akan menderita akibatnya, dan janin umumnya

dipertahankan normal, kecuali pada keadaan yang sangat berat,

misalnya kadar hemoglobin yang sangat rendah maka zat besi yang

kurang akan berpengaruh pula terhadap janin.

8. Faktor Risiko Anemia dalam Kehamilan

Tubuh berada pada risiko tinggi untuk menjadi anemia

selama kehamilan jika:

a. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan

b. Hamil dengan lebih dari satu anak

c. Sering mual dan muntah karena sakit pagi hari

d. Tidak mengkonsumsi cukup zat besi

e. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan

f. Hamil saat masih remaja

g. Kehilangan banyak darah (misalnya dari cedera atau selama

operasi) (Proverawati, 2011).

9. Patofisiologi Anemia

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat

digolongkan pada tiga kelompok:

a. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau

gagal Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang

terlalu
19

sedikit atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi

dengan baik. Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel

darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang

dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan

normal. Kondisi kondisi yangmengakibatkan anemia ini antara

lain Sickle cell anemia, gangguansumsum tulang dan stem cell,

anemia defisiensi zat besi, vitamin B12,dan Folat, serta

gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan

penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.

b. Anemia akibat penghancuran sel darah merah

Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak

mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah

merah akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia

hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara

lain:

1) Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia

2) Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan,

atau

beberapajenis makanan

3) Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis

4) Autoimun

5) Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka

bakar,
20

paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan

thrombosis

6) Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak

sel

darah merah dan menghancurkannya sebelum sempat

bersirkulasi.

c. Anemia akibat kehilangan darah

Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat

ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun

kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat gangguan

gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker

saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang

mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi,

dan proses kelahiran (Prawihardjo, 2005).

10. Peningkatan Kebutuhan Zat Besi

Kebutuhan zat besi ibu hamil pada Trimester I yaitu 0,8 mg

sehari, yang kemudian meningkat tajam selama Trimester II dan III,

yaitu 6,3 mg sehari. peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan

zat besi yang terserap melalui saluran cerna. sedangkan kandungan

dan sarapan zat besi dalam dari makanan sangat sedikit, pemberian

suplementasi pada masa-masa ini menjadi sangat penting (Arisman,

2010).
21

11. Pengobatan Anemia

Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi dengan pemberian

tambahan vit zat besi (sulfas ferosus) atau tablet penembah zat besi

lainnya. Anemia jenis ini paling banyak dijumpai dalam kehamilan

(62,3%) pengobatan yang biasa dilakukan pada kasus ini antara lain:

a. Pemberian zat besi per oral : sulfas ferosus atau glokosa dengan

dosis 3-5x 0,20 mg

b. Pemberian zat besi per parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak

tahan pemberian per oral atau absorbsi disaluran pencernaan

kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau

intravena. Kemasan ini antara lain imferon, jectofer dan ferrigen.

Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral (Arisman, 2010).

12. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil Yang Anemia

Gizi yang baik selama hamil akan membantu ibu dan bayi

untuk tetap sehat. Kebutuhan akan nutrisi akan tertentu seperti

kalsium, zat besi dan asam folat meningkatkan pada masa

kehamilan ini, namun hanya perlu sedikit tambahan energi. Wanita

harus didorong dengan makanan yang bergizi dan mengontrol berat

badan selama masa kehamilan, pertambahan berat badan selama

kehamilan yang normal adalah sekitar 10-13 kg untuk wanita yang

sebelum kehamilan memiliki berat badan ideal. Pemilihan makanan

yang sangat bervariasi merupakan hal penting untuk mengetahui

kebutuhan gizi baik untuik wanita hamil maupun bagi yang sedang

dikandung. Cobalah untuk mengkomsumsi :


22

a. Sayur-sayuran, buah-buahan, roti, dari gandum utuh, cereal

dalam jumlah besar, Produk susu rendah lemak, dan daging

tanpa lemak dalam jumlah sedang.

b. Makanan tinggi lemak gula dan garam dalam jumlah kecil.

c. Daging tanpa lemak, ayam dan ikan

d. Kacang-kacangan dan biji-bijian.

e. Susu rendah lemak seperti keju dan yogurt.

f. Sayur-sayuran yang berdaun hijau

g. Suplemen seperti asam folat.

Seperti halnya diet sehat, suplemen asam folat

direkomendasikan untuk dikomsumsi sebelum konsepsi dan pada

trimester pertama untuk membuat menurunkan resiko neural tube

defect (cacat bawaan saraf) seperti spina bifida (Winkjosastro,

2002).

Evidence Based adalah cara yang untuk membantu tenaga

kesehatan dalam membuat keputusan saat merawat pasien sesuai

dengan kebutuhan pasien dan keahlian klinis tenaga kesehatan

berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Praktik berdasarkan penelitian

merupakan penggunaan yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari

penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang

asuhan pasien secara individu. Hal ini menghasilkan asuhan yang

efektif dan tidak selalu melakukan intervensi. Kajian ulang intervensi

secara historis memunculkan asumsi bahwa sebagian besar

komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau


23

dicegah. Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan

antenatal atau yang dikenal antenatal care merupakan prosedur

rutin yang dilakukan petugas (dokter/bidan/perawat) dalam membina

suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk

mempersiapkan persalinan.

B. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia pada

Ibu Hamil

1. Paritas

a. Pengertian

Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan

janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir

hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi

paritas (Bobak, 2005). Paritas adalah keadaan wanita berkaitan

dengan jumlah anak yang dilahirkan (Ramli, 2005).

Adapun klasifikasi paritas adalah sebagai berikut,

nuligravida seorang wanita yang belum pernah hamil. Primigravida

seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Multigravida

seorang wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih. Nulipara

seorang wanita yang belum pernah menjalani kehamilan sampai

janin mencapai tahap viabilitas. Primipara yaitu wanita yang sudah

menjalani kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas.

Multipara yaitu seorang wanita yang sudah menjalani dua atau


24

lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai tahap viabilitas

(Bobak, 2005).

Paritas anak kedua dan ketiga merupakan paritas paling

aman ditinjau dari sudut kematian meternal. Pada paritas tinggi

lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.

Maka oleh sebab itu, ibu-ibu yang sedang hamil anak pertama dan

lebih dari anak ketiga harus memeriksakan kehamilan sesering

mungkin agar tidak beresiko terhadap kematian maternal. Pada

paritas rendah, ibu-ibu hamil belum begitu mengerti tentang

kehamilan dan pentingnya pemeriksaan kehaamilan (Saifuddin,

2007).

Ibu-ibu yang mempunyai anak < 3 (paritas rendah) dapat

dikategorikan pemeriksaan kehamilan dengan kategori baik. Hal ini

dikarenakan ibu paritas rendah lebih mempunyai keinginan yang

besar untuk memeriksakan kehamilannya, karena bagi ibu paritas

rendah kehamilannya ini merupakan sesuatu yang sangat

diharapkannya. Sehingga mereka sangat menjaga kehamilannya

tersebut dengan sebaik-baiknya. Mereka menjaga kehamilannya

tersebut dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara

rutin demi menjaga kesehatan janinnya (Mirza Maulana, 2010).

Penelitian Fitria (2015) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

puskesmas Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan dimana


25

terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada

ibu hamil.

2. Jarak Kehamilan Ibu

Jarak kehamilan adalah jarak antara waktu sejak ibu hamil

sampai terjadi kelahiran berikutnya. Jarak kehamilan yang terlalu

dekat dapat menyebabkan anemia hal ini dikarenakan kondisi ibu

masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum

optimal, namun sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

dikandungnya. Jarak kehamilan yang pendek akan mempengaruhi

daya tahan dan gizi ibu yang selanjutnya akan mempengaruhi

reproduksi. Seorang wanita setelah melahirkan membutuhkan 2

tahun atau lebih jarak melahirkan agar keadaan uterus dan kondisi

ibu pulih kembali secara fisiologik dari persalinan dan mampu

mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya.

Jarak kehamilan pendek akan meningkatkan risiko terhadap

ibu dan anak dan jarak persalinan yang optimal adalah antara 2

sampai 3 tahun, jarak kehamilan 2 tahun tergolong risiko tinggi

karena menimbulkan komplikasi pada persalinan (Sarwono, 2005).

Studi di tahun 2002 yang dilakukan oleh para peneliti dari Program

Survei Demografik dan Kesehatan (DHS) menemukan bahwa

dibandingkan dengan anak-anak yang dilahirkan dengan jarak

kelahiran kurang dari 2 tahun setelah kelahiran sebelumnya, maka


26

anak-anak yang dilahirkan dengan jarak kelahiran 3-4 tahun setelah

kelahiran sebelumnya, akan memiliki kelangsungan hidup:

a. 1,5 kali lebih tinggi selama minggu pertama kehidupannya

b. 2,2 kali lebih tinggi selama 28 minggu pertama kehidupannya

c. 2,3 kali lebih tinggi selama setahun pertama kehidupannya

d. 2,4 kali lebih tinggi selama minggu pertama kehidupannya

Berbagai studi menunjukkan bahwa jarak kelahiran yang lebih

pedek tidak memungkinkan waktu yang cukup bagi para ibu untuk

mengembalikan tingkat cadangan nutrisi yang diperlukan bagi

perkembangan dan nutrisi janin.Perkembangan janin yang terhambat

dan kelahiran prematur dapat menyebabkan kurangnya berat tubuh

dan lebih besarnya risiko kematian.

Telah diketahui bahwa menghindari jarak kelahiran yang dekat,

akan sangat memberikan mamfaat bagi kesehatan anak. Jarak

kelahiran 2 tahun, secara luas telah diidentifikasi dan dipromosikan

sebagai “jarak kelahiran yang sehat’. Banyak studi yang menemukan

bahwa bayi-bayi yang lahir dnegan jarak kelahiran paling sedikit 2

tahun akan memiliki tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi

dibandingkan dengan bayi-bayi yang hanya berjarak kelahiran kurang

dari dua tahun. Selain itu, bayi-bayi yang dilahirkan paling tidak

dengan berjarak dua tahun dari kelahiran, lebih kecil kemungkinannya

untuk dilahirkan prematur, kekurangan berat badan, dan kekurangan

gizi. Kemungkinan hidup dari anak kedua terkecil akan meningkat jika

kelahiran selanjutnya berjarak paling sedikit dua tahun setelahnya.


27

Berdasarkan penelitian Noverstiti (2012) tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester

III di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang diperoleh hasil

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dan

tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

trimester III.

2. Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe (Zat besi)

a. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju

terhadap intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk

terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan

atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Niven, 2008).

b. Faktor – faktor yang mendukung kepatuhan pasien :

Menurut Feuer Stein ada beberapa faktor yang mendukung sikap

patuh pasien, diantaranya :

1) Pendidikan .

Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia

meningkatkan kepribadian atau proses perubahan perilaku

menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia

dengan jalan membina dan mengembangkan potensi

kepribadiannya, yang berupa rohni (cipta, rasa, karsa) dan

jasmani. Domain pendidikan dapat diukur dari : (Notoatmodjo,

2010).
28

a)Pengetahuan terhadap pendidikan yang

diberikan(knowledge).

b) Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang

diberikan (attitude).

c) Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi

pendidikan yang diberikan.

2) Akomodasi : Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami

ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.

Pasien yang mandiri harus dilibatkan secara aktif dalam

program pengobatan.

3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial .

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman – teman

sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu memahami kepatuhan terhadap program

pengobatan.

4) Perubahan model terapi .

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

5) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien .

6) Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada

pasien setelah memperoleh informasi diagnosa (Niven, 2008).

c. Pengertian Zat besi

adalah zat penting untuk pembentukan dan

mempertahankan kesehatan sel darah merah, sehingga bisa


29

menjamin sirkulasi oksigen dan zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan

ibu hamil. Kebutuhan tubuh akan zat besi selama hamil ini

terutama harus terpenuhi pada trimester kedua dan ketiga

kehamilan (Musbikin, 2008).

d. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil

Sebagian besar wanita dalam usia siap hamil mempunyai

kadar zat besi yang rendah. Itu sebabnya cadangan zat besi

(hemoglobin) selalu diukur selama kehamilan. Jika ditemukan ibu

hamil dengan kadar zat besi rendah, dia dikatakan menderita

anemia. Untuk mengatasinya dokter/bidan yang memeriksa akan

memberikan tambahan zat besi agar tidak kekurangan zat besi,

ada baiknya mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi

(Maulana, 2008).

Bahan-bahan makanan yang kaya akan zat besi seperti

daging berwarna merah, hati, ikan, telur, sayuran berdaun hijau,

kacang-kacangan, tempe, roti dan serealia (Musbikin, 2008, p.

113). Meningkatnya volume darah berarti bahwa kandungan ekstra

besi dibutuhkan untuk membuat hemoglobin guna memperbanyak

jumlah sel darah merah. Semakin banyak hemoglobin dalam

darah, semakin banyak oksigen yang dapat dialirkan ke berbagai

jaringan, 24 termasuk plasenta. Kandungan besi dalam tubuh juga

akan diserap oleh janin untuk cadangan karena setelah kelahiran

bayi hanya mendapat sedikit besi dari ASI (Stoppard, 2007).


30

Sehubungan dengan hal itu, melalui makanan yang

dikonsumsi, ibu hamil memenuhi kebutuhan tubuhnya akan zat

besi, yaitu sekitar 15 mg sehari (Musbikin, 2008). Zat besi

diperlukan untuk memproduksi sel darah merah yang berkualitas

baik. Inilah sebabnya wanita hamil secara tradisional diberi tablet

ekstra besi untuk mempertahankan persediaan zat ini (Tiran,

2007). Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah

hilang, satu tablet sehari selama minimal 90 hari. Tiap tablet

mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg dan asam folat 500

mg) (Saifuddin, 2006).

e. Pemberian tablet besi

Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah

hilang yaitu memasuki usia kehamilan 16 mg, dikonsumsi satu tablet

sehari minimal 90 hari. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat

besi 60 mg dan asam folat 500 mg) (Saifuddin, 2006).

f. Fungsi zat besi untuk ibu hamil

Selain berfungsi untuk mendorong perkembangan janin, zat besi

juga penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah

merah, sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan zat-zat gizi

yang sangat dibutuhkan ibu hamil (Musbikin, 2008).

g. Efek samping

Salah satu efek samping dalam mengkonsumsi zat besi adalah

timbulnya sembelit, sebaiknya makan buah-buahan/makanan lain

yang mengandung serat, serta minum sedikitnya delapan gelas


31

cairan dalam sehari (Musbikin, 2008). Saat meminum suplemen zat

besi, kadang timbul mual, nyeri lambung, konstipasi, maupun diare

sebagai efek sampingnya. Keluhankeluhan tersebut biasanya

ringan. Untuk mengatasinya, mulailah dengan setengah dosis yang

dianjurkan. Dalam mengkonsumsi zat besi sebaiknya pada malam

hari sebelum tidur, biasakan pula menambahkan substansi yang

memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk,

daging ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi penghambat

penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari (Arief, 2008)

Penelitian Yanti (2014) tentang faktor-faktor terjadinya

anemia pada ibu primigravida di wilayah kerja Puskesmas

Pringsewu Lampung diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan

antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada

ibu hamil.
32

C. Kerangka Teori

Faktor Dasar

- Pengetahuan
- Sosial ekonomi
- Pendidikan
- Budaya

Faktor Tidak Langsung

- Kunjungan Antenatal
Care (ANC) Anemia pada Ibu
- Paritas Hamil
- Umur
- Jarak Kelahiran

Faktor Langsung

- Pola Konsumsi Zat


Besi
- Penyebab Infeksi
- Perdarahan

Gambar 2.1.
Sumber: (Modifikasi teori Lawrence Green (1980) dan Arisman, 2010)

Keterangan
- Yang diteliti
- Yang tidak diteliti

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yaitu sutau hubungan antara konsep-konsep

atau variabel – variabelyang akan diamati (diukur) melalui penelitian,

mengacu pada kerangka teori Lawrence Green (dalam Notoadmodjo,

2010), kerangka konsep pada penelitian ini digambarkan sebagai


33

berikut dimana yang menjadi variabel independen adalah paritas, jarak

kelahiran dan kepatuhan konsumsi Fe, sedangkan variabel dependen

adalah kejadian anemia ibu hamil.

Variabel Independen Variabel Dependen

Paritas

Kejadian Anemia Ibu


Jarak Kelahiran hamil

Kepatuhan Konsumsi
Tablet Fe

Gambar. 3.1
Kerangka Konsep
E. Defenisi Operasional

N Defenisi Skala
Variable Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
o operasional ukur
1. Paritas Jumlah Studi Daftar cheklist Berisiko bila Ordinal
persalinan yang dokumentasi jumlah anak
dialami ibu ≥ 3 orang
sebelum
persalinan atau Tidak
kehamilan berisiko bila
sekarang jumlah anak
< 3 orang

(Saifuddin,
2007)

2. Jarak Kelahiran Rentang waktu Studi Daftar cheklist Berisiko bila Ordinal
antara dokumentasi jarak
persalinan ibu kelahiran < 2
bersalin yang tahun
terakhir dengan
persalinan yang Tidak
sekarang berisiko bila
jarak
kelahiran ≥ 2
34

tahun

(Sarwono,
2004)

3. Kepatuhan Ketaatan ibu Kuesioner Wawancara Patuh jika Nominal


mengkonsumsi hamil dalam nilai ≥
tablet Fe mengkonsumsi (mean)
tablet zat besi Tidak patuh
yang diberikan jika nilai <
oleh tenaga (mean)
kesehatan
4. Variabel
Dependen
Kejadian Kadar Hb Sahli Memeriksa Anemia bila Ordinal
Anemia haemoglobin ibu darah dengan Hb < 11 gr %
hamil yang Hb Sahli Tidak
diperiksa pada anemia bila
saat penelitian Hb ≥ 11 gr%
35

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Geografi

Puskesmas Nan Balimo merupakan salah satu dari 4

puskesmas yang ada di Kota Solok yang berada di Kecamatan

Tanjung Harapan dengan luas wilayah 2.348 Km 2. Terdiri dari 2

kelurahan yaitu kelurahan Nan Balimo dan kelurahan Laing. Secara

geografis Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota

Solok ini berbatasan dengan:

a. Di sebelah utara : Kelurahan Tanjung Paku

b. Di sebelah Selatan : Kelurahan Kampung Jawa

c. Di sebelah Barat : Nagari Saok Laweh

d. Di sebelah Timur : Kelurahan Kampung Jawa

2. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Nan Balimo adalah

berjumlah 3.867 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1.824 orang

dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.043 orang, serta

jumlah kepala keluarga 1.841 KK.

3
5
36

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur,

pendidikan dan pekerjaan responden. Untuk lebih jelasnya berikut akan

diuraikan masing-masing karakteristik responden tersebut.

1. Usia Responden

Penggolongan usia mengacu pada pendapat yang dikemukan

Syaifuddin (2002) yaitu usia kehamilan beresiko <20 tahun dan lebih 35

tahun dan kehamilan tidak beresiko 20 – 35 tahun, untuk lebih jelasnya

distribusi frekuensi responden berdasarkan penggolongan umur dapat

dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Kelurahan Nan
Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
tahun 2020

Usia f %
20 – 35 tahun 26 61,9
>35 tahun 16 38,1
Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh

(61,9 %) responden mempunyai usia tidak beresiko anemia.

2. Pendidikan Responden

Menurut Hasbullah (2007, p.53) Pendidikan responden

dikelompokan menjadi pendidikan dasar (SD dan SLTP), pendidikan

menengah (SMU, SMK/ sederajat) dan pendidikan tinggi (perguruan


37

tinggi). distibusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di
Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas
Nan Balimo Kota Solok
tahun 2020

Pendidikan f %
Pendidikan dasar 15 35,7
Pendidikan menengah 19 45,2
Pendidikan tinggi 8 19
Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa kurang dari separoh

(45,2%) responden berpendidikan menengah.

2. Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden berdasarkan kelompok pekerjaan terdiri

dari PNS, guru, swasta dan tidak bekerja. Untuk lebih jelasnya tabel

berikut memperlihatkan distibusi frekuensi jenis pekerjaan responden.

Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
Kota Solok tahun 2020

Pekerjaan f %
PNS 4 9,5
Guru 1 2,4
Swasta 17 40,5
Tidak bekerja / IRT 20 47,6
Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat kurang dari separoh (47,6 %)

responden tidak bekerja / IRT.


38

B. Hasil Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi

setiap variabel, dimana variabel independen (paritas, jarak kelahiran dan

kepatuhan konsumsi tablet Fe) dan variabel dependen (kejadian anemia

ibu hamil).

1. Paritas Responden

Tabel 3.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Di Kelurahan


Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
tahun 2020

No Paritas f %
1. Berisiko 23 54,8
2. Tidak Berisiko 19 45,2
Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa dari 42 responden,

lebih dari separoh (54,8 %) responden mempunyai paritas berisiko.


39

2. Jarak Kelahiran Responden

Tabel 3.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Kelahiran di


Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
Kota Solok tahun 2020

No Jarak Kelahiran f %
1. Berisiko 25 59,5
2. Tidak Berisiko 17 40,5
Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa dari 42 responden,

lebih dari separoh (59,5 %) responden mempunyai jarak kelahiran

berisiko.

3. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe

Responden

Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Tablet Fe di
Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota
Solok tahun 2020

No Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe f %


1. Tidak patuh 27 64,3
2. Patuh 15 35,7
Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa dari 42 responden,

lebih dari separoh (64,3 %) responden tidak patuh dalam mengkonsumsi

tablet Fe.
40

4. Kejadian Anemia Responden

Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia di
Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
Kota Solok tahun 2020
Kejadian
No f %
Anemia
1. Terjadi 28 66,7
2. Tidak Terjadi 14 33,3
Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa dari 42 responden,

lebih dari separoh (66,7%) responden mengalami anemia.

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan dua variabel

yaitu variabel independent dan variabel dependent. Untuk membuktikan

ada tidaknya hubungan tersebut, digunakan uji chi-square yaitu apabila

p ≤ α berarti ada hubungan antara variebel independent dengan

variabel dependen dan sebaliknya apabila p > α berarti tidak ada

hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen,

dimana α = 0,05.
41

1. Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu hamil

Tabel 3.7

Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Responden di


Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
Kota SoloK tahun 2020

Kejadian Anemia
Jumlah p
Paritas Terjadi Tidak terjadi OR
value
n % n % N %
Berisiko 20 87 3 13 23 100
9,167
Tidak (2,01 –
8 42,1 11 57,9 19 100 0,006
berisiko 41,796)
Jumlah 28 66,7 14 33,3 42 100

Berdasarkan tabel 3.7 diketahui bahwa dari 23 responden

dengan paritas berisiko terdapat sebagian besar (87 %) responden

mengalami anemia, sedangkan dari 19 responden dengan paritas tidak

berisiko sebanyak (57,9%) responden tidak mengalami anemia.

Hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai pvalue = 0,006. Nilai

ini menunjukan bahwa p < α (α = 0,05) atau 0,006 < 0,05, dapat

disimpulkan terdapat hubungan antara paritas responden dengan

kejadian anemia. Nilai Odds Ratio (OR) adalah 9,167 artinya

responden dengan paritas berisiko memiliki peluang terjadi anemia

sebesar 9,167 kali dibandingkan dengan responden dengan paritas

tidak berisiko.
42

2. Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Anemia pada Ibu

hamil

Tabel 3.8
Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Anemia pada Responden
di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo
Kota Solok tahun 2020

Kejadian Anemia
Jarak Jumlah p
Terjadi Tidak terjadi OR
Kelahiran value
n % n % N %
Berisiko 21 84 4 16 25 100
7,5
Tidak (1,775 –
7 41,2 10 58,8 17 100 0,011
berisiko 31,684)
Jumlah 28 66,7 14 33,3 42 100

Berdasarkan tabel 3.8 diketahui bahwa dari 25 responden

dengan jarak kelahiran berisiko terdapat sebagian besar (84 %)

responden mengalami anemia, sedangkan dari 17 responden dengan

jarak kelahiran tidak berisiko hanya (41,2%) responden mengalami

anemia.

Hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai pvalue = 0,011. Nilai

ini menunjukan bahwa p < α (α = 0,05) atau 0,011 < 0,05, dapat

disimpulkan terdapat hubungan antara jarak kelahiran responden

dengan kejadian anemia. Nilai Odds Ratio (OR) adalah 7,5 artinya

responden dengan jarak kelahiran berisiko memiliki peluang terjadi

anemia sebesar 7,5 kali dibandingkan dengan responden dengan jarak

kelahiran tidak berisiko.


43

3. Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian

Anemia pada Ibu hamil

Tabel 3.9

Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia


pada Responden di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja
Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
tahun 2020

Kepatuhan Kejadian Anemia


Jumlah p
konsumsi Terjadi Tidak terjadi OR
value
Tablet Fe n % n % N %
Tidak patuh 24 80 6 20 30 100 8
Patuh 4 33,3 8 66,7 12 100 (1,790 –
0,009 35,744)
Jumlah 28 66,7 14 33,3 42 100

Berdasarkan tabel 3.9 diketahui bahwa dari 30 responden yang

tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe, terdapat sebagian besar

(80 %) responden mengalami anemia, sedangkan dari 12 responden

yang patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe, lebih dari separoh (66,7%)

responden tidak mengalami anemia.

Hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai pvalue = 0,009. Nilai

ini menunjukan bahwa p < α (α = 0,05) atau 0,009 < 0,05, dapat

disimpulkan terdapat hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe

responden dengan kejadian anemia. Nilai Odds Ratio (OR) adalah 8

artinya responden yang tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe

memiliki peluang terjadi anemia sebesar 8 kali dibandingkan dengan

responden yang patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe.

D. Pembahasan
44

Analisa Univariat

1. Paritas

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari

sebagian (54,8%) responden mempunyai paritas berisiko.

Menurut Bobak (2005) paritas merupakan jumlah kehamilan

yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan.

Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak

mempengaruhi paritas. Paritas adalah keadaan wanita berkaitan

dengan jumlah anak yang dilahirkan (Ramli, 2005). Adapun

klasifikasi paritas adalah sebagai berikut, nuligravida seorang wanita

yang belum pernah hamil. Primigravida seorang wanita yang hamil

untuk pertama kali. Multigravida seorang wanita yang sudah hamil

dua kali atau lebih. Nulipara seorang wanita yang belum pernah

menjalani kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas.

Primipara yaitu wanita yang sudah menjalani kehamilan sampai janin

mencapai tahap viabilitas. Multipara yaitu seorang wanita yang sudah

menjalani dua atau lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai

tahap viabilitas (Bobak, 2005: 104). Paritas anak kedua dan ketiga

merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian meternal.

Pada paritas tinggi lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal

lebih tinggi. Maka oleh sebab itu, ibu-ibu yang sedang hamil anak

pertama dan lebih dari anak ketiga harus memeriksakan kehamilan

sesering mungkin agar tidak beresiko terhadap kematian maternal.


45

Pada paritas rendah, ibu-ibu hamil belum begitu mengerti tentang

kehamilan dan pentingnya pemeriksaan kehaamilan (Saifuddin,

2007).

Penelitian sejalan dengan penelitian Fitria (2015) tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

puskesmas Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan dimana lebih

dari sebagian 57,5 % responden mempunyai paritas berisiko.

Penelitian Salmariantity (2012) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir tahun

2012 diperoleh hasil bahwa lebih dari sebagian 53,5 % responden

mempunyai paritas berisiko.

Kenyataan dilapangan dari hasil data yang dikumpulkan

menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden mempunyai

paritas berisiko, dimana pada persalinan akan lebih sulit dengan

semakin banyaknya melahirkan. Persalinan berulang justru akan

memiliki resiko yang lebih besar telah terbukti bahwa persalinan

kedua ketiga adalah persalinan yang paling aman sedangkan

komplikasi yang serius, seperti perdarahan ruptura uteri dan infeksi

meningkat secara bermakna mulai dari persalinan keempat dan

seterusnya.
46

2. Jarak Kelahiran Responden

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari

sebagian (59,5%) ibu hamil mempunyai jarak kelahiran berisiko.

Menurut Sarwono (2005) jarak kehamilan adalah jarak antara

waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran berikutnya. Jarak

kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan anemia hal ini

dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan

zat-zat gizi belum optimal, namun sudah harus memenuhi kebutuhan

nutrisi janin yang dikandungnya. Jarak kehamilan yang pendek akan

mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu yang selanjutnya akan

mempengaruhi reproduksi. Seorang wanita setelah melahirkan

membutuhkan 2 tahun atau lebih jarak melahirkan agar keadaan

uterus dan kondisi ibu pulih kembali secara fisiologik dari persalinan

dan mampu mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Noverstiti (2012)

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada

ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin Kota

Padang diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara jarak kehamilan dan tingkat pengetahuan dengan kejadian

anemia pada ibu hamil trimester III. Penelitian Hannan (2012) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Pasean Pamekasan diperoleh hasil bahwa lebih dari

sebagian 56,5 % responden mempunyai jarak kelahiran berisiko.


47

Jarak kehamilan pendek akan meningkatkan risiko terhadap ibu

dan anak dan jarak persalinan yang optimal adalah antara 2 sampai 3

tahun, jarak kehamilan 2 tahun tergolong risiko tinggi karena

menimbulkan komplikasi pada persalinan (Sarwono, 2005). Berbagai

studi menunjukkan bahwa jarak kelahiran yang lebih pedek tidak

memungkinkan waktu yang cukup bagi para ibu untuk mengembalikan

tingkat cadangan nutrisi yang diperlukan bagi perkembangan dan

nutrisi janin.Perkembangan janin yang terhambat dan kelahiran

prematur dapat menyebabkan kurangnya berat tubuh dan lebih

besarnya risiko kematian.

Menurut asumsi peneliti lebih dari sebagian responden jarak

kelahiran berisiko, hal ini akan berpengaruh dengan kejadian anemia

pada ibu hamil trimester III. Jarak kelahiran yang dekat akan

berpengaruh pada kondisi kesehatan ibu ataupun janin yang

dikandung. Dan kurang dari sebagian responden jarak kelahiran tidak

berisiko, hal ini disebabkan responden menggunakan salah satu alat

kontrasepsi guna menjaga jarak kelahiran anak.

3. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari

sebagian (64,3%) responden tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet

Fe.

Menurut Niven (2008) kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien

yang tertuju terhadap intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam


48

bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan

atau menepati janji pertemuan dengan dokter. Zat besi penting untuk

pembentukan dan mempertahankan kesehatan sel darah merah,

sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan zat-zat gizi yang sangat

dibutuhkan ibu hamil. Kebutuhan tubuh akan zat besi selama hamil ini

terutama harus terpenuhi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan

(Musbikin, 2008)

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Yanti (2014) tentang

faktor-faktor terjadinya anemia pada ibu primigravida di wilayah kerja

Puskesmas Pringsewu Lampung diperoleh hasil bahwa lebih dari

sebagian (62,1 %) responden tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet

Fe. Berdasarkan penelitian Robert studi di Vietnam pada tahun 2003,

terlihat bahwa ibu hamil yang menggunakan suplemen tablet besi

masih terdapat 67 % yang mengalami anemia jauh lebih tinggi dari

hasil penelitian ini. Studi lainnya, di Vietnam telah membuktikan bahwa

ibu yang memperoleh suplemen zat besi (60 mg) dan asam folat (400

μg) dapat menaikkan kadar Hb secara signifikan diantara ibu yang

mempunyai usia kehamilan trimester kedua dan trimester ketiga

masing-masing 0,4 dan 0,7 g/dL.

Menurut asumsi peneliti lebih dari sebagian responden tidak

patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe. Prilaku ibu hamil yang tidak

patuh bisa disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai fungsi dari

tablet Fe. Sebagian besar responden yang tidak patuh dalam


49

mengkonsumsi tablet Fe adalah terkait waktu meminum tablet Fe,

sebagian responden meminum tablet Fe dipagi hari. Secara teori

waktu yang tepat dalam mengkonsumsi tablet Fe adalah malam hari.

Jika ibu mengkonsumsi tablet besi pada pagi atau siang hari

penyerapan zat besi tidak maksimal, hal ini dipengaruhi oleh faktor

makanan atau minuman yang dikonsumsi ibu sehingga mengganggu

penyerapan zat besi dalam tubuh, seperti misalnya ibu menkonsumsi

kopi, teh dan susu dimana kandunganya yang terdiri dari tannin, fitat,

oksalat, kalsium akan mengikat besi sebelum diserap oleh mukosa

usus, sehingga akan mengurangi penyerapan zat besi dalam tubuh.

Dengan berkurangnya penyerapan zat besi dalam tubuh maka jumlah

feritin juga akan berkurang yang mengakibatkan terjadinya kurangnya

kadar hemoglobin dalam darah yang disebut dengan kejadian anemia.

Berdasarkan data yang ditemukan di lapangan, yang paling sering

dilakukan ibu dalam mengkonsumsi tablet besi pada pagi hari adalah

menggunakan air teh, karena dianggap menggurangi efek mual dan

muntah. Jika ibu mengkonsumsi tablet besi malam hari dimana kondisi

lambung dalam keadaan kosong dan pada saat tidur sistem

metabolisme tubuh bekerja dengan baik sehingga mempercepat

penyerapan zat besi dalam tubuh.


50

4. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari

sebagian (66,7%) ibu hamil terjadi anemia.

Menurut Manuaba (2014) anemia pada kehamilan adalah

anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia

yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada

kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat

besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan

disebut potential danger to mother and child, karena itulah anemia

memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam

pelayanan pada lini terdepan.

Menurut Cuningham (2007) terjadinya proses hemodilusi pada

kehamilan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 24 minggu dan

dapat terus meningkat sampai usia kehamilan 37 minggu dan juga

Cuningham (2012) mengatakan bahwa anemia merupakan konsentrasi

hemoglobin yang kurang 12 g/dl pada wanita yang tidak mengalami

kehamilan. Hal ini mengakibatkan pada ibu hamil yang usia

kehamilannya ≥24 minggu rentan terhadap kejadian anemia. Menurut

Robson (2011) anemia pada trimester 3 meningkatkan resiko buruknya

pemulihan akan kehilangan darah saat persalinan begitu juga nafas

pendek dan keletihan maternal. Yan (2011) berpendapat bahwa

pemantauan kadar Hb pada pasien yang mendapat terapi transfusi


51

dilakukan minimal 6 jam setelah transfusi. Hasil penelitian sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wawointana (2013) tentang

faktor-faktor terjadinya anemia pada ibu primigravida di wilayah kerja

Puskesmas Pringsewu Lampung dimana terdapat hubungan antara

ketaatan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Kombos Kota Menado.

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti berasumsi bahwa

lebih dari sebagian responden terjadi anemia ini disebabkan karena

lebih dari sebagian responden tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet

Fe, lebih dari sebagian responden mempunyai jarak kelahiran berisiko

dan lebih dari sebagian responden mempunyai paritas berisiko serta

lebih dari separoh (61,9 %) responden mempunyai usia tidak beresiko

anemia dimana berdasarkan wawancara dengan responden pada

trimester I responden kurang mengkonsumsi makanan bergizi dan

mengalami mual muntah sehingga kebutuhan zat besi responden tidak

terpenuhi.

Analisis Bivariat

1. Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu hamil

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hubungan yang

bermakna antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil

dengan p value = 0,006. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai

Odds Ratio (OR) adalah 9,167 artinya responden dengan paritas


52

berisiko memiliki peluang terjadi anemia sebesar 7,5 kali

dibandingkan dengan responden dengan paritas tidak berisiko.

Menurut Bobak (2005) paritas merupakan jumlah kehamilan

yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan.

Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak

mempengaruhi paritas. Paritas adalah keadaan wanita berkaitan

dengan jumlah anak yang dilahirkan (Ramli, 2005). Paritas anak

kedua dan ketiga merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut

kematian meternal. Pada paritas tinggi lebih dari 3 mempunyai angka

kematian maternal lebih tinggi. Maka oleh sebab itu, ibu-ibu yang

sedang hamil anak pertama dan lebih dari anak ketiga harus

memeriksakan kehamilan sesering mungkin agar tidak beresiko

terhadap kematian maternal. Pada paritas rendah, ibu-ibu hamil

belum begitu mengerti tentang kehamilan dan pentingnya

pemeriksaan kehaamilan (Saifuddin, 2007). Paritas mempengaruhi

kejadian anemia pada kehamilan, semakin sering seorang wanita

hamil dan melahirkan maka risiko mengalami anemia semakin besar

karena kehamilan menguras cadangan zat besi dalam tubuh (Syakira

Husada, 2008).

Penelitian sejalan dengan penelitian Fitria (2015) tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di puskesmas Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan dimana

terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu


53

hamil (p value= 0,002). Penelitian Hannan (2012) tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Pasean Pamekasan diperoleh hasil bahwa terdapat

hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil p value=

0,002.

Kenyataan yang ditemukan dilapangan sebagian kecil

responden dengan paritas berisiko, sebagian kecil responden tidak

terjadi anemia hal ini disebabkan karena responden mengkonsumsi

makanan bergizi dan mendapatkan pengawasan dari petugas dan

juga disebabkan mengikuti kelas ibu hamil dimana ibu mendapatkan

pengetahuan bagaimana mencegah anemia pada ibu hamil. Dan

sebagian kecil responden yang paritas tidak berisiko tapi terjadi

anemia hal ini disebabkan karena responden tidak mengetahui cara

mengolah makanan dan juga disebabkan responden tidak patuh

dalam mengkonsumsi tablet Fe.

2. Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hubungan yang

bermakna antara jarak kelahiran dengan kejadian anemia pada ibu

hamil dengan p value = 0,011. Berdasarkan hasil analisis didapatkan

nilai Odds Ratio (OR) adalah 7,5 artinya responden dengan jarak

kelahiran berisiko memiliki peluang terjadi anemia sebesar 7,5 kali

dibandingkan dengan responden dengan jarak kelahiran tidak

berisiko.
54

Menurut Sarwono (2005) jarak kehamilan adalah jarak antara

waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran berikutnya. Jarak

kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan anemia hal ini

dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan

kebutuhan zat-zat gizi belum optimal, namun sudah harus memenuhi

kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya. Jarak kehamilan pendek

akan meningkatkan risiko terhadap ibu dan anak dan jarak persalinan

yang optimal adalah antara 2 sampai 3 tahun, jarak kehamilan 2

tahun tergolong risiko tinggi karena menimbulkan komplikasi pada

persalinan (Sarwono, 2005). Berbagai studi menunjukkan bahwa

jarak kelahiran yang lebih pedek tidak memungkinkan waktu yang

cukup bagi para ibu untuk mengembalikan tingkat cadangan nutrisi

yang diperlukan bagi perkembangan dan nutrisi janin.Perkembangan

janin yang terhambat dan kelahiran prematur dapat menyebabkan

kurangnya berat tubuh dan lebih besarnya risiko kematian.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Noverstiti (2012)

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin

Kota Padang diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil trimester III. Penelitian Hannan (2012) tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas


55

Pasean Pamekasan diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan jarak

kelahiran dengan kejadian anemia pada ibu hamil p value = 0,002.

Kenyataan yang ditemukan dilapangan adanya hubungan

antara jarak kelahiran sebelumnya dengan kejadian anemia pada ibu

hamil trimester III, hendaknya menjadi pertimbangan bagi pihak

puskesmas, mungkin dalam bentuk penyuluhan kepada wanita usia

subur (WUS) untuk memperhatikan jarak kehamilan agar tidak kurang

dari 2 tahun, seperti dengan cara menganjurkan untuk ikut KB.

Karena jarak kehamilan yang dekat akan berpengaruh pada kondisi

kesehatan ibu ataupun janin yang dikandung. Sebagian kecil

responden dengan jarak kelahiran berisiko tapi tidak terjadi anemia

pada ibu hamil hal ini disebabkan karena responden patuh dalam

mengkonsumsi tablet Fe sesuai petnjuk petugas dan juga disebabkan

responden telah mengetahui cara mencegah anemia dengan

mengkonsumsi makanan bergizi. Dan sebagian kecil responden yang

mempunyai jarak kelahiran tidak berisiko tapi terjadi anemia hal ini

disebabkan karena responden mempunyai paritas yang berisiko

dimana jumlah makanan tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan

keluarga sehingga kebutuhan nutrisi ibu hamil tidak tercukupi.

3. Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian


Anemia pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hubungan yang

bermakna antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian


56

anemia pada ibu hamil dengan p value = 0,009. Berdasarkan hasil

analisis didapatkan nilai Odds Ratio (OR) adalah 8, artinya responden

yang tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe memiliki peluang

terjadi anemia sebesar 7,5 kali dibandingkan dengan responden yang

patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe.

Menurut Niven (2008) kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien

yang tertuju terhadap intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam

bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan

atau menepati janji pertemuan dengan dokter. Zat besi penting untuk

pembentukan dan mempertahankan kesehatan sel darah merah,

sehingga bisa menjamin sirkulasi oksigen dan zat-zat gizi yang sangat

dibutuhkan ibu hamil. Kebutuhan tubuh akan zat besi selama hamil ini

terutama harus terpenuhi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan

(Musbikin, 2008, p. 112)

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Yanti (2014) tentang

faktor-faktor terjadinya anemia pada ibu primigravida di wilayah kerja

Puskesmas Pringsewu Lampung diperoleh hasil bahwa terdapat

hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian

anemia pada ibu hamil (p value= 0,002). Penelitian yang dilakukan

oleh Mega (2014), yang menyatakan di wilayah kerja Puskesmas Sario

Kota Manado, ada hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe

dengan kejadian anemia dalam kehamilan. Penelitian Wisnu (2012)

tentang kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di


57

Puskesmas Tegalrejo Salatiga diperoleh hasil kepatuhan konsumsi

tablet Fe mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil.

Kenyataan yang ditemukan dilapangan sebagian kecil

responden tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe tapi tidak terjadi

anemia hal ini disebabkan karena responden meningkatkan asupan

gizi dengan banyak mengkonsumsi makan yang banyak mengandung

zat besi seperti ikan, daging dan susu. Dan sebagian kecil responden

yang patuh mengkonsumsi tablet Fe tapi terjadi anemia hal ini

disebabkan karena cara penggunaan tablet ibu hamil tidak tepat terkait

waktu meminum tablet Fe, sebagian responden meminum tablet Fe

dipagi hari. Secara teori waktu yang tepat dalam mengkonsumsi tablet

Fe adalah malam hari. Jika ibu mengkonsumsi tablet besi pada pagi

atau siang hari penyerapan zat besi tidak maksimal.


58

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Lebih dari sebagian (54,8 %) responden mempunyai paritas berisiko

di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo

Kota Solok tahun 2020.

2. Lebih dari sebagian (59,5 %) responden mempunyai jarak kelahiran

berisiko di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan

Balimo Kota Solok tahun 2020

3. Lebih dari sebagian (64,3 %) responden tidak patuh dalam

mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2020

4. Lebih dari sebagian (66,7%) responden terjadi anemia di Kelurahan

Nan Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok

tahun 2020.

5. Ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian

anemia pada ibu hamil di Kelurahan Nan Balimo Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2020 dengan p value =

0,006 dan OR 9,167.

6. Ada hubungan yang bermakna antara jarak kelahiran dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di Kelurahan Nan Balimo Wilayah

Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun 2020 dengan p

value = 0,011 dan OR 7,5.

5
8
59

7. Ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan konsumsi tablet

Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kelurahan Nan

Balimo Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok tahun

2020 dengan p value = 0,009 dan OR 8.

B. Saran

1. Bagi Pengelola Program Ibu Puskesmas

Diharapkan lebih meningkatkan kelas ibu hamil di puskesmas dan

dilakukan pemantauan ibu hamil ke rumah-rumah.

2. Bagi Ahli Gizi Puskesmas Nan Balimo

Ahli gizi diharapkan memberi penyuluhan mengenai anemia kepada

sasaran:

a. Remaja/ Calon Penganten

Pencegahan anemia pada remaja/calon penganten dengan

melakukan tes Hb, apabila ditemukan anemia dapat dilakukan

penanganan dengan metode Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

sehingga pada saat hamil tidak mengalami anemia. Ibu hamil

yang tidak bekerja Ahli gizi perlu meningkatkan promosi

kesehatan yaitu penyuluhan mengenai anemia dalam organisasi

PKK.

b. Memonitor konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil

dan remaja putri

3. Ibu Hamil
60

b. Yang menderita anemia

Diharapkan pada ibu hamil dengan anemia untuk meningkatkan

konsumsi makanan yang dapat mencegah anemia seperti

makanan berprotein hewani, mengandung zat besi, mengandung

vitamin C, mengurangi konsumsi tanin dan mengonsumsi TTD

secara rutin.

c. Yang tidak menderita anemia

Diharapkan pada ibu hamil untuk menjaga kadar Hb dengan

cara rutin konsumsi tablet TTD, makanan yang mengandung

protein, Fe, vitamin C dan memeriksakan kadar Hb nya sebelum

dan selama kehamilan agar terhindar dari anemia.

4. Koordinasi lintas program mengenai pentingnya Keluarga

Berencana (KB) agar terhindar dari anemia.


1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Yogyakarta:


Rineka Cipta

Arisman. 2010. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC.

Ariyani. 2015. faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu


hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo. Skripsi

Asyirah. 2012 . faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia


pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas bajeng Kecamatan
Bajeng Kabupaten Gowa. Skripsi.

Bobak, et.al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Cuningham. 2007 .Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11, 440-


448.Jakarta:EGC.

Depkes RI. 2009. Indonesia Sehat 2025. Jakarta

Fitria. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia


pada ibu hamil di puskesmas Gunung Labuhan Kabupaten Way
Kanan Skripsi.

Huliana, M. 2001. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa


Swara

Hannan .2012. faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu


hamil di Puskesmas Pasean Pamekasan . Skripsi.

Kepmenkes RI, JICA, 2011. Buku Kesehatan IBu dan Anak. Jakarta.

Luthfiati. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia


pada ibu hamil di puskesmas Jetis Kota Yogyakarta tahun 2012.
Skripsi.

Mochtar, R., 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta. Jilid 1. Ed.2 Buku


Kedokteran EGC,

Manuaba. 2014. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC. p .243

___________, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB .


Jakarta: EGC.
2

Maulana, Mirza. 2010. Panduan Lengkap Kehamilan: Memahami


Kesehatan
Reproduksi, Cara Menghadapi Kehamilan, dan Kiat Mengasuh Anak.
Jogjakarta: Kata Hati

Mega S, Momongan N, dan Kawengian S. 2013. Hubungan Antara Asupan


Energi, Frekuensi ANC Dan Ketaatan Konsumsi Tablet Fe Dengan
Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja. Skripsi.

Musbikin, I.2007. Persiapan Menghadapi Persalinan. Yogyakarta: Mitra


Pustaka.
Puskesmas Sario Kota Menado.Jurnal.

Noverstiti. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia


pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin
Kota Padang. Skripsi

Notoatmojo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

___________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

___________, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Nursalam, 2002. Konsep dan Penerapan Metodologi Penilitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Niven, Neil. 2008.Psikologi kesehatan. Editor : Agung waluyo. Jakarta :


EGC

Nurhayati. 2012. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil


Trimester III tentang anemia dengan kejadian anemia di Puskesmas
Poned tanjung Beringin Pesisir Selatan. Skripsi

Prawihardjo. Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka. Sarwono Prawiroharjdo.

Purbadewi. 2013. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia


di Puskesmas Moyudan Sleman Yogyakarta. Skripsi

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan anemia kehamilan. Jakarta. Nuha


Medika

Robson. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada


Pekerja
3

Perempuan di Desa Jetis Kecamatan Sukoharjo Kabupaten


Sukoharjo:Thesis Universitas Diponegoro.

Silalahi M, 2007. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Ibu


Hamil
di Kabupaten Diari Tahun 2006 [Tesis] Universitas Sumatera Utara.

Simanjuntak, N.A. 2009. Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian


Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum
(BPRSU) Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi.
Universitas
Sumatra Utara Medan

Salmariantity. 2012. faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada


ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan
Kabupaten Indragiri Hilir. Skripsi.

Saifuddin, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Stoppards, M. 2007. Panduan mempersiapkan kehamilan dan kelahiran


untuk
ayah dan ibu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tiran. 2007. Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat pada Ibu Hamil dan
Faktor yang Mempengarui. Journal of Nutrition College.

Wiknjosastro, Hanifa. 2002 Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Walyani, Elisabeth. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.


Yogyakarta: Pustakabarupress.

Wawointana. 2013, Faktor-Faktor Terjadinya Anemia pada Ibu


Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu Lampung.
Skripsi.

Wisnu. 2012. Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe di


Puskesmas Tegalrejo Salatiga. Skripsi
4

Yanti. 2015. faktor-faktor terjadinya anemia pada ibu primigravida di


wilayah kerja puskesmas Pringsewu Lampung. Skripsi
5

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


ANEMIA ZAT BESI PADA IBU HAMIL DI KELURAHAN NAN BALIMO
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK
TAHUN 2020

1. Nomor responden :
2. Tanggal diisi :

I. Identitas

Nama Ibu : .........................................................

Pekerjaan : ………………………………………

Alamat : ………………………………………

Umur Ibu : …………………………………………

Pendidikan Ibu :..........................................................

A. Kejadian Anemia

1. Kadar Hb Ibu hamil


a. < 11 gr %
b. ≥ 11 gr %

B. Jarak kelahiran

1. Berapa jarak anak sebelumnya dengan kehamilan sekarang ?

a. ≥ 24 bulan

b. < 24 bulan
6

C. Paritas

1. Jumlah anak yang dilahirkan ?

a. ≥ 3 anak

b. < 3 anak

D. Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Saya mengkonsumsi tablet zat besi (Fe)


selama kehamilan berlangsung

2 Pada saat hamil, saya selalu


memeriksakan kadar Hb

3 Untuk mendapatkan tablet zat besi (Fe),


saya selalu meminta ke puskesmas
terdekat

4 Pada saat hamil, saya tidak rutin


mengkonsumsi tablet zat besi (Fe)

5 Untuk mencegah kekurangan darah


(anemia) saat hamil, saya tidak selalu
mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein seperti ikan, dagin,
hati dan telur

6 Pada saat kekurangan darah (anemia)


saya selalu meminta kapsul tablet zat besi
(Fe)

7 Pada saat hamil, saya mengkonsumsi


tablet zat besi (Fe) rutin saya lakukan sejak
7

trimester II

8 Untuk mengkonsumsi tablet zat besi (Fe),


saya meminumnya dengan air putih

9 Selain mengkonsumsi tablet zat besi (Fe),


saya mengkonsumsi sayur-sayuran secara
teratur

10 Saat hamil, saya tidak selalu


mengkonsumsi sayuran sumber zat besi
(Fe)
1

MASTER TABEL

KEJADIAN JARAK
NO INISIAL UMUR Pddk Pekerjaan KAT KAT PARITAS KAT KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET Fe
ANEMIA KELAHIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JML KAT
1 Ny.R 32 SMK IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4 TP
2 Ny.N 34 S1 Guru < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4 TP
3 Ny.Y 35 SMK IRT ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA < 24 bulan Berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 P
4 Ny.B 28 S1 IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 TP
5 Ny.Y 31 SMA IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 6 TP
6 Ny.Y 34 SMA Swasta < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5 TP
7 Ny.F 25 SMP IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 TP
8 Ny.A 28 S1 SWASTA ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 6 TP
9 Ny.D 40 D3 IRT < 11 gr % ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 TP
10 Ny.R 42 SMA IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 5 TP
11 Ny.M 28 SMA IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 TP
12 Ny.A 24 SMA IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 5 TP
13 Ny.R 40 SMEA IRT ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 P
14 Ny.M 27 SMP IRT < 11 gr % ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6 TP
15 Ny.G 38 SMA SWASTA < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 5 TP
16 Ny.I 31 SD PNS < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 6 TP
17 Ny.L 39 SMA SWASTA < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 6 TP
18 Ny.R 40 SMA PNS ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 P
19 Ny.R 32 SMA IRT < 11 gr % ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 4 TP
20 Ny.D 37 SMK PNS < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 7 P
21 Ny.L 37 S1 SWASTA < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 TP
2

22 Ny.S 33 MAN IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 P
23 Ny.M 40 SD SWASTA ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 6 TP
24 Ny.N 28 SD SWASTA < 11 gr % ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 6 TP
25 Ny.R 38 SD SWASTA ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 P
26 Ny.Z 32 SMP SWASTA ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA < 24 bulan Berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 P
27 Ny.A 28 SD SWASTA ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA < 24 bulan Berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7 TP
28 Ny.A 33 S1 IRT ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 7 P
29 Ny.D 40 D3 SWASTA ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 P
30 Ny.R 42 SMA IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 TP
31 Ny.M 28 SMA IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 TP
32 Ny.A 24 SMA SWASTA < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 6 TP
33 Ny.R 39 SMEA SWASTA ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 P
34 Ny.R 36 S1 SWASTA ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 P
35 Ny.V 37 SMP IRT < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6 TP
36 Ny.Y 34 SD SWASTA < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 P
37 Ny.D 37 SMP SWASTA < 11 gr % ANEMIA < 24 bulan Berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6 TP
38 Ny.A 29 SD IRT ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA < 24 bulan Berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 P
39 Ny.P 28 SMA PNS ≥ 11 gr % TIDAK ANEMIA < 24 bulan Berisiko < 3 anak Tidak Berisiko 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 P
40 Ny.S 31 SMP IRT < 11 gr % ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6 TP
41 Ny.Y 28 SMP IRT < 11 gr % ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 6 TP
42 Ny.D 24 SMP SWASTA < 11 gr % ANEMIA > 24 bulan Tidak berisiko ≥ 3 anak berisiko 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 5 TP
JUMLAH                                   274  
MEAN                                   7  
1

HASIL OLAHAN DATA

USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 24 3 7.1 7.1 7.1

25 1 2.4 2.4 9.5

27 1 2.4 2.4 11.9

28 8 19.0 19.0 31.0

29 1 2.4 2.4 33.3

31 3 7.1 7.1 40.5

32 3 7.1 7.1 47.6

33 2 4.8 4.8 52.4

34 3 7.1 7.1 59.5

35 1 2.4 2.4 61.9

36 1 2.4 2.4 64.3

37 4 9.5 9.5 73.8

38 2 4.8 4.8 78.6

39 2 4.8 4.8 83.3

40 5 11.9 11.9 95.2

42 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid dasar 15 35.7 35.7 35.7

Menengah 19 45.2 45.2 81.0

Tinggi 8 19.0 19.0 100.0

Total 42 100.0 100.0


2

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid dasar 15 35.7 35.7 35.7

Menengah 19 45.2 45.2 81.0

Tinggi 8 19.0 19.0 100.0

PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 20 47.6 47.6 47.6

Guru 1 2.4 2.4 50.0

Swasta 17 40.5 40.5 90.5

PNS 4 9.5 9.5 100.0

Total
42 100.0 100.0

KEJADIAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Terjadi 28 66.7 66.7 66.7

Tidak terjadi 14 33.3 33.3 100.0

Total 42 100.0 100.0

JARAK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Bersiko 25 59.5 59.5 59.5

Tidak berisiko 17 40.5 40.5 100.0

Total 42 100.0 100.0


3

PARITAS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid berisiko 23 54.8 54.8 54.8

tidak bersiko 19 45.2 45.2 100.0

Total 42 100.0 100.0

KAPATUHAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak patuh 30 71.4 71.4 71.4

Patuh 12 28.6 28.6 100.0

Total
42 100.0 100.0

PARITAS * KEJADIAN

Crosstab

KEJADIAN

Terjadi Tidak terjadi Total

PARITAS berisiko Count 20 3 23

Expected Count 15.3 7.7 23.0

% within PARITAS 87.0% 13.0% 100.0%

tidak bersiko Count 8 11 19

Expected Count 12.7 6.3 19.0

% within PARITAS 42.1% 57.9% 100.0%

Total Count 28 14 42

Expected Count 28.0 14.0 42.0

% within PARITAS 66.7% 33.3% 100.0%


4

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.419a 1 .002

Continuity Correctionb 7.509 1 .006

Likelihood Ratio 9.792 1 .002

Fisher's Exact Test .003 .003

Linear-by-Linear Association 9.195 1 .002

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PARITAS


9.167 2.010 41.796
(berisiko / tidak bersiko)

For cohort KEJADIAN =


2.065 1.191 3.581
Terjadi

For cohort KEJADIAN =


.225 .073 .692
Tidak terjadi

N of Valid Cases 42

JARAK * KEJADIAN
5

Crosstab

KEJADIAN

Terjadi Tidak terjadi Total

JARAK Bersiko Count 21 4 25

Expected Count 16.7 8.3 25.0

% within JARAK 84.0% 16.0% 100.0%

Tidak berisiko Count 7 10 17

Expected Count 11.3 5.7 17.0

% within JARAK 41.2% 58.8% 100.0%

Total Count 28 14 42

Expected Count 28.0 14.0 42.0

% within JARAK 66.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.351a 1 .004

Continuity Correctionb 6.535 1 .011

Likelihood Ratio 8.449 1 .004

Fisher's Exact Test .007 .005

Linear-by-Linear Association 8.152 1 .004

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.67.

b. Computed only for a 2x2 table


6

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for JARAK


7.500 1.775 31.684
(Bersiko / Tidak berisiko)

For cohort KEJADIAN =


2.040 1.127 3.693
Terjadi

For cohort KEJADIAN =


.272 .102 .726
Tidak terjadi

N of Valid Cases 42

KAPATUHAN * KEJADIAN
7

Crosstab

KEJADIAN

Terjadi Tidak terjadi Total

KAPATUHAN tidak patuh Count 24 6 30

Expected Count 20.0 10.0 30.0

% within KAPATUHAN 80.0% 20.0% 100.0%

Patuh Count 4 8 12

Expected Count 8.0 4.0 12.0

% within KAPATUHAN 33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 28 14 42

Expected Count 28.0 14.0 42.0

% within KAPATUHAN 66.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.400a 1 .004

Continuity Correctionb 6.431 1 .011

Likelihood Ratio 8.167 1 .004

Fisher's Exact Test .009 .006

Linear-by-Linear Association 8.200 1 .004

N of Valid Casesb 42

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.

b. Computed only for a 2x2 table


8

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for KAPATUHAN


8.000 1.790 35.744
(tidak patuh / Patuh)

For cohort KEJADIAN =


2.400 1.057 5.449
Terjadi

For cohort KEJADIAN =


.300 .132 .681
Tidak terjadi

N of Valid Cases 42

Anda mungkin juga menyukai