Anda di halaman 1dari 48

PERBEDAAN PENGARUH LAMA MENGAJAR TERHADAP GANGGUAN

SUARA ANTARA GURU TK DAN GURU SD DI KECAMATAN JEBRES

SKRIPSI

Oleh :

RIFKY SAMUDERA
NIM P27229014087

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN TERAPI WICARA
PRODI D-IV TERAPI WICARA
2018

PERBEDAAN PENGARUH LAMA MENGAJAR TERHADAP GANGGUAN


SUARA ANTARA GURU TK DAN GURU SD DI KECAMATAN JEBRES
SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Terapan Terapi Wicara Pada
Program Studi Diploma IV Terapi Wicara Jurusan Terapi Wicara Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surakart

Oleh :

RIFKY SAMUDERA
NIM P27229014087

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN TERAPI WICARA
PRODI D-IV TERAPI WICARA
2018

LEMBAR PERSETUJUAN
PERBEDAAN PENGARUH LAMA MENGAJAR TERHADAP GANGGUAN SUARA
ANTARA GURU SD DAN GURU TK DI KECAMATAN JEBRES

SKRIPSI

Oleh:
RIFKY SAMUDERA
NIM. P27229014087

Skripsi ini Telah Disetujui Oleh Pembimbing


Pada Tanggal: ______________________

Pembimbing Utama
Dewi Tirtawati, SST.TW, MPH
NIP.196604231991032001 Tanda Tangan : _________________

Pembimbing Anggota
Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM, MPH
NIP.197401121998031002 Tanda Tangan : _________________

Mengetahui,
Ketua Prodi Diploma IV Terapi Wicara
Jurusan Terapi Wicara

Endang Caturini S, S.Kep,Ns, M.Kep


NIP. 197004201998032002
LEMBAR PENGESAHAN
PERBEDAAN PENGARUH LAMA MENGAJAR TERHADAP GANGGUAN SUARA
ANTARA GURU SD DAN GURU TK DI KECAMATAN JEBRES

SKRIPSI

Oleh:
RIFKY SAMUDERA
NIM. P27229014087

Telah Diujikan dan Dipertahankan di Hadapan Penguji Seminar Skripsi Program


Studi Diploma IV Terapi Wicara Politeknik Kesehatan Surakarta
Pada Tanggal: ______________________

PENGUJI UTAMA
Windiarti Dwi Purnaningrum, SST.TW, MPH
NIP.198801292010122003 Tanda Tangan : _________________

PENGUJI ANGGOTA
Dewi Tirtawati, SST.TW, MPH
NIP.196604231991032001 Tanda Tangan : _________________

Mengesahkan, Mengetahui,
Ketua Jurusan Terapi Wicara Ketua Prodi Diploma IV Terapi Wicara
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Terapi Wicara

Wiwik Setyaningsih, SKM.,M.Kes Endang Caturini S, S.Kep,Ns, M.Kep


NIP. 197001151998032001 NIP. 197004201998032002
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Penulis yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rifky Samudera

NIM : P27229014087

Program Studi : D IV – Terapi Wicara

Judul Skripsi : Perbedaan Pengaruh Lama Mengajar Terhadap Gangguan

Suara Antara Guru TK dan Guru SD di Kecamatan Jebres

Menyatakan bahwa Skripsi ini penulis susun tanpa ada tindak plagiarisme sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi Diploma IV Terapi Wicara pada
Jurusan Terapi Wicara Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta.

Jika dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa penulis melakukan plagiarisme,


penulis akan bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan
oleh pendidikan kepada penulis.

Surakarta, 6 Juni 2018

Yang Membuat Pernyataan

Materai 6000

Rifky Samudera

NIM. P27229014087

PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tua saya Bapak Supyadi dan Ibu Istianah yang selalu peduli,
menyayangi, mencintai serta selalu mendoakan saya tanpa syarat, setia menemani
saya dalam mendengarkan keluh kesah saya, mendukung tanpa pernah mendesak,
yang tidak pernah meninggalkan saya dalam keadaan apapun. Dan menjadi
motivasi terbesar saya untuk hidup dengan benar dan menjadi manusia sukses
yang berguna bagi nusa dan bangsa.
2. Kakak saya yang selalu mendukung saya dalam segala hal kakak pertama saya
juga bos besar dalam anggota keluarga Rifa Yustiyani. Amd. TW yang selalu
support dalam segala hal khususnya materil, kakak kedua saya Renti yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi lebih baik, kakak ketiga saya Lina Apri
Lifana, Amd. TW yang selalu menjadi partner in crime, yang juga sering member
motivasi dalam kuliah, dan terakhir kakak saya Fiska Yanuar yang selalu memberi
semangat dan dukungan sebagai satu satunya kakak laki laki saya.
3. Nova Raisa Puspitasari yang sudah menjadi partner, kekasih, sahabat, bos kecil
yang sudah membantu dalam proses skripsi saya yang selalu memberikan support
dan motivasi ketika saya mulai menyerah yang selalu member solusi ketika saya
mulai bingung dan yang selalu membuat saya semangat untuk menyelesaikan
skripsi supaya bisa cepat bersanding dengannya di pelaminan.

MOTTO

Buy now or Cry later.


(Anonym)
Everything you can imagine is real.
(Pablo Picasso)
Be assured you can and you're halfway there.
(Theodore Roosevelt)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tidak
diketahui oleh hamba-Nya, berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini. Serta shalawat kepada Rasulullah SAW yang membawa pelita bagi dunia. Skripsi
ini adalah rangkaian dari sebagian persyaratan akademik bagi setiap mahasiswa
Diploma IV Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta, untuk membuat
data hasil pembahasan setelah penelitian dalam bentuk laporan yang akan
disampaikan pada seminar hasil.
Penulis mengucapkan terima kasih yang teramat mulia Ibu dan Bapak tercinta
yang senantiasa mendoakan keberhasilan, serta ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada:
1. Ibu Wiwik Setyaningsih SKM., M.Kes Selaku Ketua Jurusan DIV
Poltekkes Kemenkes Surakarta
2. Ibu Dewi Tirtawati, SST. TW, MPH Selaku Pembimbing I Pada Penelitian
Perbedaan Pengaruh Lama Mengajar Terhadap Gangguan Suara Antara
Guru TK dan Guru SD di Kecamatan Jebres
3. Bapak Ig. Dodiet Aditya S, SKM., MPH Selaku Pembimbing II Pada
Penelitian Perbedaan Pengaruh Lama Mengajar Terhadap Gangguan Suara
Antara Guru TK dan Guru SD di Kecamatan Jebres
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi sempurnanya laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca umunya.
Penulis

Rifky Samudera
NIM. P27229014087

DAFTAR ISI
Halaman i
Judul..................................................................................................
ii
Lembar Pengesahan.......................................................................................... iii
Surat Pernyataan Bebas Plagiarisme…..……….................................................. iv
Persembahan……………………………………………………………………………………………… v
…….
Motto…………………………………………………………………………………………………………… Vi
…….
Kata Pengantar………………………………………………………………............................... Vii
Daftar Isi………….............................................................................................. Viii
Daftar Tabel…………......................................................................................... X
Daftar Bagan..................................................................................................... Xi
Daftar Lampiran……………………………………………................................................. Xii
Abstrak………………………………………………………………………………………………………… Xiii
.BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah …………............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ………….............................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ………….. …...................................................... 4
E. Keaslian Penelitian......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Landasan Teori............................................................................... 8
B. Kerangka Teori............................................................................... 14
C. Kerangka Konsep........................................................................... 15
D. Hipotesis......................................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN 15
A. Jenis dan Desain Penelitian.............................................................. 16
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling........................................... 16
C. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 18
D. Variabel Penelitian.............................................................................. 18
E. Definisi Operasional......................................................................... 19
F. Instrumen Penelitian........................................................................ 20
G. Prosedur Pengumpulan Data.......................................................... 21
H. Analisis Data.................................................................................... 22
I. Etika Penelitian.................................................................................. 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24
A. Hasil Penelitian…………………………………………………............................ 24
B. Pembahasan………………………………………………………………………………… 29
BAB V PENUTUP 33
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………… 33
B. Saran ………………………………………………………………………………………….. 33
Daftar Pustaka..................................................................................................... 34
Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel.............................................................. 19


Tabel 4.1 Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Asal Sekolah…………… 25
Tabel 4.2 Ganbarab karakteristik responden berdasarkan Durasi Mengajar……. 26
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi karakteristik berdasarkan Gangguan Suara……. 27
Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Mann Whitney…………………………………...... 28
Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Chi Square ……………………………………….. 28

DAFTAR BAGAN

Gambar 2.1. Kerangka Teori.................................................................................. 13


Gambar 2.2. Kerangka Konsep.............................................................................. 14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SURAT IZIN


Lampiran 2 SURAT BALASAN
Lampiran 3 INFORMED CONSENT
Lampiran 4 KUESIONER
Lampiran 5 DATA RESPONDEN & HASIL OLAH DATA
Lampiran 6 LEMBAR KONSULTASI

ABSTRAK
Perbedaan Pengaruh Lama Mengajar Terhadap Gangguan Suara Antara Guru TK
Dan Guru SD Di Kecamatan Jebres
Rifky Samudera1), Dewi Tirtawati2) Ig. Dodiet A. S.3)
Latar Belakang: Kelelahan bersuara biasanya menyebabkan turunnya volume suara dan
tinggi nada, rasa nyeri atau tidak nyaman di tenggorok saat bersuara, dan terjadinya suara
serak. Gangguan bersuara merupakan bahaya utama bagi pekerjaan yang mengandalkan
suara. Profesi seperti guru sangat beresiko terkena gangguan suara beberapa penelitian
menunjukkan bahwa gangguan suara sering terjadi di antara para guru di seluruh dunia.

Tujuan: Mengetahui adakah Pengaruh lama mengajar terhadap Gangguan Suara Guru TK
dan Guru SD Di kecamatan Jebres.

Metode: Metode penelitian kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan penelitian


komparatif.. Adapun pendekatan waktu pengambilan data adalah pendekatan secara cross
sectional yaitu dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Jumlah sampel adalah total populasi sebanyak 60 responden. Data yang
terkumpul akan dianalisis secara bivariat.

Hasil Penelitian: Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square didapat hasil nilai p
sebesar 0.084 yang berarti nilai p>0.05. Berdasar hasil analisis bivariat yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara durasi mengajar dengan gangguan
suara.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan pengaruh durasi mengajar dengan gangguan suara antara
guru TK dan guru SD. Dari hasil penelitian di temukan durasi mengajar yang lama bukan
menjadi faktor utama terjadinya gangguan suara.

Kata kunci: Durasi Mengajar, Faktor Resiko Lama Mengajar, Gangguan Suara, Guru

1) Mahasiswa Program Studi Diploma IV Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta


2) Pembimbing Utama: Dosen Program Studi Diploma IV Terapi Wicara Poltekkes
Kemenkes Surakarta
3) Pembimbing Anggota: Dosen Program Studi Diploma IV Terapi Wicara Poltekkes
Kemenkes Surakarta

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suara merupakan alat komunikasi verbal yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari (Atmosoewarno, 2008). Suara dapat digunakan untuk
mengekspresikan berbagai keadaan emosional manusia seperti senang, sedih
dan marah. Salah satu bentuk gangguan bersuara pada organ-organ pembentuk
suara adalah kelelahan bersuara/berbicara. Hal ini kadang-kadang tidak
disadari atau tidak diketahui oleh penderitanya. Menurut Welham (2003)
kelelahan bersuara merupakan adaptasi negatif pembentukan suara yang
timbul pada orang-orang yang sering menggunakan suara dalam jangka waktu
lama tanpa adanya kelainan patologis pada laring. Kelelahan bersuara
biasanya bermanifestasi sebagai turunnya volume suara dan tinggi nada, rasa
nyeri saat bersuara bahkan dapat terjadi suara serak. Keadaan ini bisa timbul
pada seorang guru yang memiliki jam mengajar yang banyak.
Kelelahan besuara (voice fatigue) merupakan adaptasi negatif
pembentukan suara pada orang-orang yang sering menggunakan suara dalam
jangka waktu yang lama tanpa kelainan patologis laring. Kelelahan bersuara
biasanya menyebabkan turunnya volume suara dan tinggi nada, rasa nyeri atau
tidak nyaman di tenggorok saat bersuara, dan terjadinya suara serak.
Gangguan bersuara merupakan bahaya utama bagi pekerjaan yang
mengandalkan suara. Profesi seperti guru sangat beresiko terkena gangguan
suara beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan suara sering terjadi
di antara para guru di seluruh dunia. (Regina et al, 2014; Sylvia, et al, 2015;
Usha, et al, 2016).

Jonsdotir (2003) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-


faktor yang mempengaruhi munculnya kelelahan bersuara pada guru antara
lain intensitas suara, bidang studi yang diajarkan, jenis kelamin, faktor stres,
faktor ergonomik, kebiasaan merokok dan penyakit infeksi saluran napas.
Menurut William (2003) dalam Pasisha (2012) menambahkan bahwa
meningkatnya resiko terjadinya kelelahan bersuara tergantung pada durasi
mengajar, lamanya berprofesi menjadi guru dan faktor usia. Hal ini juga
terjadi adanya korelasi antara keluhan guru seperti rasa kering ditenggorokan,
suara serak dan rasa tidak enak ditenggorokan dengan kondisi lingkungan
sekolah yang buruk. Faktor risiko yang paling utama munculnya kelelahan
bersuara adalah penggunaan suara itu sendiri. Hal ini berhubungan dengan
tingkat intensitas suara yang digunakan selama mengajar. Semakin panjang
lama waktu yang digunakan untuk bersuara dalam mengajar satu hari dapat
berdampak buruk pada kualitas suara guru, karena bersuara dalam jangka
panjang dapat mengubah komposisi cairan di dalam pita suara, berupa
meningkatnya viskositas dan kekakuan pita suara (perubahan viskoelastisitas).
(Titze et al, 2003 dalam Pasisha, 2012).
Dampak yang sering muncul akibat kelelahan bersuara, yaitu
penurunan kualitas hidup dan kelainan permanen pada laring. Hal ini biasanya
terjadi setelah kelelahan bersuara timbul berulang kali. Dampak terhadap
kualitas hidup terjadi akibat ketidakmampuan untuk berbicara terus-menerus
dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini dapat mempengaruhi kehidupan
mereka baik secara sosial ekonomi maupun psikologis (Kadriyan 2007, Spina
et al. 2009, dalam Pasisha, 2012). Berbicara dalam waktu lama dengan nada
tinggi, berteriak dan bernyanyi menyebabkan hiperfungsi pita suara dalam
membentuk fonasi. Hal ini dapat menyebabkan trauma pada pita suara (Johns
2009, dalam Pasisha, 2012). Kelelahan bersuara juga dapat menyebabkan
kelelahan neuromuskuler, perubahan viskolelastisitas pita suara, gangguan
aliran darah akibat meningkatnya tekanan intramuskuler selama otot
berkontraksi dan kelelahan otot-otot pernapasan (Welham et al. 2003, dalam
Pasisha, 2012).
Penelitian ini fokus untuk membuktikan mengenai beberapa penelitian
sebelumnya mengenai intensitas mengajar mempengaruhi gangguan bersuara,
sehingga penelitian yang dilakukan di kecamatan Jebres Surakarta ini
melakukan perbandingan antara lamanya mengajar guru TK dan SD di
kecamatan Jebres karena guru TK tidak hanya mengajar dalam berkomunikasi
melainkan harus sering berinteraksi dengan anak didiknya juga dan guru SD
yang tidak hanya mengajar satu mata pelajaran saja tetapi semua mata
pelajaran pokok seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial. Sehingga penelitian ini dapat
memberi pengetahuan guru di masa depan untuk profesi mereka.

B. Rumusan Masalah
Profesi guru sangat mengandalkan suara dalam bekerja. Gangguan suara
paling sering dialami oleh guru adalah berupa kelelahan suara, yaitu suara
serak, suara yang hilang timbul, dan rasa kering di tenggorokan. Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah“Adakah Perbedaan pengaruh lama mengajar terhadap Gangguan
Suara antara Guru TK dan Guru SD Di kecamatan Jebres?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Adakah Pengaruh lama mengajar terhadap Gangguan Suara
Guru TK dan Guru SD Di kecamatan Jebres.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tentang karakteristik rata rata lama mengajar guru
TK dan SD di kecamatan jebres.
b. Mendeskripsikan tentang karakteristik rata-rata gangguan suara guru
TK dan SD di kecamatan jebres.
c. Mengetahui perbedaan pengaruh lama mengajar terhadap gangguan
suara pada guru TK dan SD di kecamatan jebres.

D. Manfaat Penelitian (melengkapi kejelasan mafaat penelitian)


a. Memberikan informasi kepada guru mengenai faktor-faktor yang bisa
menjadi penyebab risiko munculnya gangguan bersuara yang dapat
berdampak dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
b. Memberikan masukan kepada Dinas Pendidikan mengenai faktor
penyebab risiko munculnya gangguan bersuara, sehingga diharapkan
dapat memberikan informasi dalan membuat program terkait dengan
tindakan pencegahan yang berhubungan dengan gangguuan bersuara.
c. Memberikan informasi bagi profesi Terapis Wicara mengenai
pengaruh lama mengajar terhadap gangguan suara, sehingga
diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam ilmu terapi
wicara dan bagaimana melakukan analisis kajian untuk penanganan
gangguan suara pada guru TK dan SD di kecamatan Jebres.

E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan faktor-faktor
durasi jam mengajar guru dengan gangguan suara dengan pendekatan analisis
khusus antara lain :
1. Martins, R. H. G et al. (2014) melakukan penelitian tentang gangguan
suara pada Guru di Botucatu, Sao Paulo, Brazil. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan menganalisis gangguan suara yang terjadi pada
guru di Brazil dan dilakukan dengan menggunakan desain kohort.
Penelitian ini dilakukan pada guru yang berjumlah 504 guru yang terdiri
dari 28 sekolah di Naples Italia. Munier dan Kinsella menganalisis 304
kuesioner diisi oleh guru dan menemukan gejala yang sama seperti
kelelahan suara (18%), kering tenggorokan (19%), dan suara parau (20%).
Dalam studi ini, para guru diminta untuk mengukur konsekuensi dari
masalah suara untuk profesi mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengorbankan kegiatan karena masalah suara itu 12% berat, 34%sedang,
dan 48% ringan. Kondisi ruang kelas, kebisingan yang berlebihan, dan
kondisi kesehatan perorangan, kebiasaan, dan kecanduan dianggap faktor
risiko untuk pengembangan dari gangguan suara. Untuk mengurangi
prevalensi gangguan suarapada guru, perlu untuk mengidentifikasi dan
mengurangi faktor risiko dan melakukan langkah-langkah preventif untuk
kesehatan suara. Langkah-langkah ini terdiri dari mobilisasi multi-sektoral
tidak hanya guru, tetapi juga kesehatan dan pendidikan profesional.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti terletak pada tujuan, desain, jumlah responden dan teknik
sampling. Tujuan di penelitian ini yaitu mengetahui perbedaan pengaruh
antara usia dan durasi mengajar dengan gangguan suara pada guru SD.
Desain yang digunakan di penelitian ini yaitu menggunakan desain cross
sectional. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
berjumlah 30 guru SD dan TK. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling.
2. Sylvia H. de S. Le~ao, et al (2015) melakukan penelitian tentang
gangguan suara pada guru di Selandia Baru New Zeland. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui prevalensi gangguan suara pada guru di
Selandia Baru New Zeland dan dilakukan menggunakan metode cross
sectional. Penelitian ini dilakukan pada guru primer dan guru sekunder
yang menjadi anggota dari dua serikat pendidikan terbesar di NZ. Secara
total, ada kira-kira 63 000 anggota di serikat, termasuk staf sekolah
lainnya. Diperkirakan di NZ, sekitar 36 000 guru primer dan sekunder di
sekolah-sekolah pemerintah negara bagian.Variabel yang mungkin terkait
dengan penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, gejala suara, perilaku
penggunaan suara, riwayat keluarga dengan masalah suara, penyakit
pernapasan atau alergi, depresi atau stres, dan gaya hidup. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan terdapat prevalensi tinggi gangguan suara
pada guru di New Zeland. Guru wanita lebih beresiko tinggi mengalami
gangguan suara dibandingkan guru laki-laki. Terdapat lima gejala utama
gangguan suara paa guru di New Zeland yaitu; kualitas perubahan suara,
upaya vocal, vocal abuse, kesulitan dengan proyeksi suara, dan rasa sakit
pada tenggorokan.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan
terletak pada tujuan, jumlah responden dan variabel penelitian. Tujuan
pada penelitian ini yaitu mengetahui perbedaan pengaruh lama mengajar
terhadap gangguan suara pada guru TK dan SD. Jumlah responden yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu berjumlah 30 guru TK dan SD.
Variabel penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu usia dan durasi
mengajar.
3. Usha Devadas, et al. (2016) melakukan penelitian tentang prevalensi dan
faktor resiko gangguan suara pada guru SD di Distrik Mysore India.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor resiko
pada guru SD di Distrik Mysore India dan dilakukan menggunakan
metode cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada guru 1500 guru SD
di India. Di antara guru melaporkan masalah suara saat tahun, 47% sedang
dan 30% berat. Sebuah kuesioner self-reporting dikembangkan kedalam
pertanyaan untuk menentukan prevalensi VPs pada guru SD, untuk
mengidentifikasi variabel yang terkait dengan risiko VPs pada guru, gejala
suara yang dialami oleh para guru.Hasil dari penelitian ini terdapat
prevalensi tinggi dan resiko gangguan suara pada guru SD di Distrik
Mysore India. Beberapa Faktor seperti diantaranya pekerjaan organisasi
dan lingkungan, psiko-emosiaonal, dan kesehatan, yang secara signifikan
terkait dengan gangguan suara pada guru.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan
terletak pada tujuan, jumlah responden dan alat ukur yang digunakan
dalam penelitian. Tujuan pada penelitian ini yaitu mengetahui perbedaan
pengaruh lama mengajar terhadap gangguan suara pada guru TK dan SD.
Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berjumlah 30
guru TK dan SD . Alat ukur yang digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan ini adalah Voice Handicap Index (VHI).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Suara
a. Pengertian Suara
Suara merupakan produk akhir akustik dari suatu sistem yang
seimbang, dinamis dan saling terkait, melibatkan respirasi, fonasi, dan
resonansi. Tekanan udara subglotis dari paru, yang diperkuat oleh otot-otot
perut dan dada, diarahkan pada pita suara. Suara dihasilkan oleh pembukaan
dan penutupan yang cepat dari pita suara, yang dibuat bergetar oleh gabungan
kerja antara tegangan otot dan perubahan tekanan udara yang cepat. Tinggi
nada terutama ditentukan oleh frekuensi getaran pita suara. Karakterisitik
utama suara adalah nada, kenyaringan dan kualitas (Sutadisastra. R. J, 2014)
Berbicara memerlukan empat sistem suara, yaitu respirasi, fonasi
(suara), resonansi dan artikulasi. Suara atau fonasi adalah sumber utama
dalam berbicara. Sumber suara untuk produksi suara adalah laring dan pita
suara yang bergetar (Ackah, 2000 dalam Pasisha. V, 2012). Pada saat
ekspirasi, pita suara mulai bergetar (Lehto, 2007). Mekanisme gerakan pita
suara tergantung pada tekanan udara di dalam glottis. Selama proses ini
terdapat perbedaan tekanan udara diatas dan di bawah glottis. Perbedaan
tekanan ini membuat pita suara bergetar.(Rubin, 2006 dalam Pasisha. V,
2012).
b. Mekanisme produksi suara
Fungsi laring selain berfungsi sebagai proteksi saluran napas serta
terlibat pada fungsi pernapasan, laring juga ikut berperan dalam proses
bersuara (Sasaki, 2009 dalam Pasisha. V, 2012). Sumber suara untuk produksi
suara adalah laring dan pita suara yang bergetar (Ackah, 2000 dalam Pasisha.
V, 2012). Proses pembentukan suara melibatkan sistem respirasi yang
menghasilkan udara sebagai sumber energi (Sulica, 2006). Pada saat ekspirasi,
pita suara mulai bergetar (Lehto, 2007 dalam Hellena, 2011).
Mekanisme gerakan pita suara tergantung pada tekanan udara di dalam
glottis (Rubin, 2006 dalam Pasisha. V, 2012). Selama proses ini, terdapat
perbedaan tekanan udara di atas dan dibawah glottis. Perbedaan tekanan ini
membuat pita suara bergetar (Damste, 1997). Jika tekanan intraglotal negatif,
pita suara akan menutup, dan jika tekanan intraglotal positif maka udara akan
mendorong pita suara hingga terbuka (Mcfarlane. S.C & Boone. D.R, 2000).
Peningkatan tekanan glottis dapat meningkatkan volume udara, sehingga
terjadi penutupan paksa pada pita suara.Penggunaan tekanan yang berlebihan
seperti ini dikenal dengan hiperfungsi laring yang dapat mengakibatkan
trauma pada pita suara. Oleh karena itu keseimbangan antara tekanan aliran
udara dan tekanan glottis sangat penting.Penutupan pita suara yang tidak
sempurna membutuhkan energi yang cukup besar untuk menghasilkan aliran
udara yang lebih banyak agar dapat terus menghasilkan suara.Kondisi ini
dapat menyebabkan terjadinya masalah suara (Ackah, 2000 dalam Pasisha. V,
2012).

2. Gangguan Suara
a Pengertian Gangguan Suara
Gangguan suara meliputi gangguan nada, gangguan kualitas suara dan
gangguan kenyaringan. Gangguan suara biasanya dapat berupa nada yang
terdengar monoton, parau, serak, suara yang terlalu rendah dan terlalu tinggi
atau kualitas suara nasal seseorang. Gangguan suara dapat diakibatkan oleh
kecelakaan, kerusakan atau penyakit pada tenggorokan.Kerusakan atau
penyakit pada tenggorokan dapat menyebabkan pita suara tidak bekerja
dengan baik sehingga menyebabkan gangguan suara (Sastra, 2011 dalam
Pasisha. V, 2012).

Gangguan suara dapat dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu:


Organik, Neurogenic, Fungsional
1) Gangguan suara Organik
Merupakan gangguan suara secara fisiologis mekanisme suara.
Gangguan suara organik merupakan gangguan struktural yang
dihasilkan dari perubahan fisik dalam mekanisme suara (misalnya,
perubahan dalam jaringan lipatan vokal seperti edema atau vokal
nodul, perubahan structural dalam laring akibat penuaan).
2) Gangguan neurogenik
Merupakan gangguan suara organik yang dihasilkan dari
masalah dengan sistem saraf persarafan pusat atau perifer ke laring
yang mempengaruhi fungsi dan mekanisme vokal (misalnya, tremor
vokal, disfonia spasmodik, atau kelumpuhan pita suara).
3) Gangguan suara Fungsional
Merupakan gangguan suara yang dihasilkan dari penggunaan
yang tidak benar atau tidak efisien dari mekanisme vokal ketika
struktur fisik normal (misalnya, kelelahan vokal, ketegangan otot
disfonia atau afonia, diploponia, ventrikel fonasi, phonotrauma
(Mcfarlane. S.C & Boone. D.R, 2000).
b Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan suara
1) Hoarsness
Hoarsness adalah gangguan yang menyebabkan perubahan
suara. Ketika parau, suara dapat terdengar serak, kasar, dan nada lebih
rendah daripada biasanya, suara lemah, hilang suara, suara tegang dan
susah keluar, suara terdiri dari beberapa nada, nyeri saat bersuara, atau
ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas tertentu. Suara parau
bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit.
Perubahan suara ini seringkali berkaitan dengan kelainan pita suara
yang merupakan bagian dari laring.
2) Vokal Missuse dan Vokal Abuse
Vokal Missuse adalah penggunaan tinggi rendah nada, fokus,
kualitas serta pernafasan yang tidak tepat. umumya disebabkan oleh:
a) Dinamika dan penggunaan suara yang buruk
b) Kurangnya pengetahuan penggunaan suara yang benar
Vokal Abuse adalah penganiayaan terhadap otot-otot laring dan
atau faring. Ini melibatkan ketegangan suara yang tiba-tiba dan penuh
kekerasan atau penggunaan perilaku verbal yang kasar secara terus
menerus, seperti :
a) Berteriak
b) Memberi dukungan olahraga
c) Bicara berlebihan
d) Bicara dalam lingkungan bising (Sutadisastra. R.J, 2016).

3. Mengajar
a Durasi Lama Mengajar
Meningkatnya resiko gangguan suara pada guru juga tergantung pada
durasi mengajarnya. Faktor resiko ini muncul tergantung penggunaan
suara itu sendiri, hal ini berhubungan dengan tingkat intensitas suara yang
digunakan selama mengajar. Guru yang mengajar di kelas dengan
beberapa mata pelajaran dalam sehari dapat mempengaruhi timbulnya
masalah bersuara (Jonsdotir 2003, Williams 2003, Nerriere et al, 2009
dalam Vira Pasisha, 2012). Hal ini di sebabkan karena guru SD pada
daerah tertentu masih mengajar untuk semua mata pelajaran inti, karena
demikian mereka lebih banyak menggunakan suara selama mengajar dan
terkadang mereka harus menggunakan suara lebih keras dan guru TK
tidak hanya mengajar dalam berkomunikasi melainkan harus sering
berinteraksi dengan anak didiknya juga dalam satu sekolah.
Menurut pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan dosen menyatakan bahwa beban kerja guru sekurang-
kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu, jadi apabila dihitung secara hari dalam sehari guru
memiliki beban kerja minimal 4 jam tatap muka dan maksimalnya 6 jam
tatap muka.
b Subyek yang Diajarkan
Rata-rata durasi mengajar guru adalah 5 jam per harinya dan
hampir 2 jam berbicara pada kondisi latar belakang yang bising (Smith, et
al, 1997). Terdapat beberapa kelompok guru yang beresiko lebih besar
terkena masalah suara dari yang lain. Guru pendidikan jasmani dan
olahraga beresiko terkena gangguan suara lebih besar dibanding guru yang
lainnya. Hal ini di sebabkan karena mereka sering harus menggunakan
suara dengan intensitas tinggi dan di luar kelas yang mana tidak ada
umpan balik akustik. Selain itu guru olahraga juga mengeluarkan suara
lebih besar dari guru lain karena kebisingan latar belakang selama
pertandingan atau saat aktivitas senam dan mereka harus memberi
panduan. Kelompok guru lain beresiko tinggi terkena gangguan suara
ialah guru musik. Hal ini di sebabkan penggunaan suara pada nada tinggi
dan intensitas yang lebih tinggi daripada saat bicara (Fritzell, 1996 dalam
Pasisha. V, 2012)
c Dampak Gangguan Suara
Dampak yang sering muncul akibat gangguan suara, yaitu
penurunan kualitas hidup dan kelainan permanen pada laring, hal ini
biasanya terjadi setelah masalah suara timbul berulangkali. Dampak
terhadap kualitas hidup terjadi akibat ketidakmampuan untuk berbicara
terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini dapat
mempengaruhi kehidupan mereka baik secara sosial ekonomi maupun
psikologis (Kadriyan 2007, Spina et al, 2009 dalam Pasisha. V, 2012).
Gangguan suara pada guru sering menjadi masalah. Ketidakmampuan
dalam bekerja bisa terjadi ketika masalah suara menjadi lebih berat
sehingga mereka tidak mampu berkomunikasi secara efektif (Jong de,
2010 dalam Pasisha. V, 2012). Masalah suara dapat mengganggu
kehidupan sosial seseorang yang secara langsung mempengaruhi kualitas
hidup mereka (Supina, 2009).
Dampak lain dari kelelahan bersuara adalah kelainan struktur
terutama terjadi pada lapisan epitel dan lamina propria. Kelainan pada
lapisan epitel biasanya berupa edema yang dapat berlanjut menjadi nodul
pita suara. Sedangkan kelainan pada lamina propria dapat terjadi akibat
penumpukan cairan atau darah yang dapat berlanjut menjadi polip pita
suara (Kadriyan, 2007 dalam Pasisha. V, 2012). Nodul dan polip pita suara
merupakan lesi jinak yang dapat mengganggu penutupan pita suara.
Kedua kelaianan ini menyebabkan suara serak selama berbicara (Jiang et
al, 2009 dalam Pasisha. V, 2012). Berbicara dalam waktu lama dengan
nada tinggi, berteriak dan bernyanyi menyebabkan hiperfungsi pada pita
suara dalam membentuk fonasi. Hal ini dapat menyebabkan trauma pada
pita suara (Johns, 2009 dalam Pasisha. V 2012).
Penggunaan suara yang berlebihan secara terus-menerus
merupakan faktor penyebab munculnya nodul pita suara. Nodul pita suara
sering dijumpai pada profesi yang mengandalkan banyak suara seperti
guru, tenaga penjual dan penyanyi. Nodul terletak pada sepertiga anterior
sampai duapertiga posterior pinggir pita suara dan selalu simetris. Pada
daerah tersebut terjadi vibrasi maksimal sehingga rentan mengalami
trauma (Damste 1997, Burton 2000, Dhingra 2007 dalam Hellena Miranda
et al, 2011). Penggunaan suara yang berlebihan selain menyebabkan nodul
pita suaa juga dapat menyebabkan polip pita suara (Dhingra, 2007). Polip
bisa terjadi pada sepanjang membran pita suara tetapi lebih sering
ditemukan di bagian anterior pita suara. (Damste 1997, Ecley et al, 2008
dalam Hellena et al, 2011). Gangguan suara juga dapat menyebabkan
masalah pada neuromuskuler, perubahan pada viskoelastisitas pada pita
suara, gangguan aliran darah akibat meningkatnya tekanan intramuskuler
selama otot berkontraksi dan kelelahan otot-otot pernapasan (Welham et
al, 2003 dalam Hellena et al, 2011)

4. Kerangka Teori

Intensitas suara guru yang meningkat saat


mengajar

Faktor Utama :
Durasi Mengajar Hiperfungsi laring

Nodul Pita Suara


Suara hilang
(afonia)
Gangguan Suara

Suara serak atau


suara parau
(disfonia)
Dampak terhadap
Kualitas Hidup

Bagan 2.1, Kerangka Teori


Sumber : Ackah (2000), Kadriyan (2007),Nababan (2009)

5. Kerangka Konsep

Variabel Terikat
(Dependent variable)
Variabel Bebas Gangguan Suara Pada Guru
(Independent variable) TK
Durasi Mengajar

Gangguan Suara Pada Guru


SD

Bagan 2.2, Kerangka Konsep

6. Hipotesis Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2002) hipotesis penelitian adalah jawaban
sementara penelitian, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut. Hipotesa dalam penelitian ini yaitu:
Ho: Tidak ada Perbedaan Durasi mengajar dengan Gangguan Suara pada
Guru TK dan Guru SD di Kecamatan Jebres.
Ha: Ada Perbedaan Durasi mengajar dengan Gangguan Suara pada Guru TK
dan Guru SD di Kecamatan Jebres.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian
kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2013). Metode penelitian kuantitatif dalam penelitian ini
menggunakan penelitian komparatif. Menurut (Ulber, 2005) penelitian
komparatif adalah penelitian yang membandingkan dua gejala atau lebih.
Adapun pendekatan waktu pengambilan data adalah pendekatan
secara cross sectional yaitu dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya,
tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
B. Populasi
Populasi adalah sekelompok subyek atau data dengan karakteristik
tertentu (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah guru Sekolah
Dasar dan guru Taman Kanak-kanak di wilayah Kecamatan Jebres.
Populasi di Sekolah Dasar yang dijadikan sebagai lokasi penelitian
yaitu terdiri dari SD Negeri Wonowoso Surakarta, SD Negeri 1 Mojosongo
5A, SD Negeri Mojosongo 5B, SD Negeri Mojosongo 6A, SD Negeri
Mojosongo 6B
Populasi di Taman Kanak-kanak yang dijadikan sebagai lokasi
penelitian yaitu terdiri dari TK Sri Juwita Hanum, TK Pembina Jebres, TK
Animah, TK Islam Salamah, TK Aisyah

C. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Notoatmodjo, 2002).
Semua populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi dsn eksklusi yang
digunakan sebagai sampel. Sampel yang digunakan guru SD Negeri
Wonowoso Surakarta, SD Negeri 1 Mojosongo 5A, SD Negeri Mojosongo
5B, SD Negeri Mojosongo 6A, SD Negeri Mojosongo 6B dan di Taman
Kanak-kanak guru TK Sri Juwita Hanum, TK Pembina Jebres, TK Animah,
TK Islam Salamah, TK Aisyah. Jumlah sampel direncanakan 30 responden
pada tiap kelompok yaitu TK dan SD, sehingga terdapat total sampel
diperoleh 60 responden.

D. Teknik Sampling
Teknik sampling ini dilakukan untuk menghemat waktu, tenaga, dan
biaya. Selain itu, mengingat lokasi penelitian memiliki subyek yang banyak.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Menurut (Sugiyono 2013), purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu.
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang harus dipenuhi oleh
subyek sehingga dapat diikutsertakan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini inklusinya, adalah :
1) Guru Sekolah Dasar kelas 1 sampai dengan kelas 6.
2) Guru Tk kelas A dan kelas B
3) Guru yang mengajar mata pelajaran inti seperti Matematika,
Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Kesenian dan PPKn..
b. Kriteria eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel yang
memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitian (Sugiyono
2013). Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya, adalah:
1) Guru SD dan TK yang sedang bertugas penataran di luar kota.
2) Guru yang mengajar di dua sekolah atau guru bantu mata pelajaran
tertentu seperti guru Bahasa Inggris Guru Informatika, guru Olah
raga dan guru Agama.
3) Guru yang menjabat sebagai Kepala Sekolah yang sudah pasif
mengajar
4) Guru yang sedang sakit.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di lima Sekolah Dasar dan lima Taman
Kanak-kanak yang berada di wilayah Kecamatan Jebres, yaitu SD Negeri
Wonowoso Surakarta, SD Negeri 1 Mojosongo 5A, SD Negeri Mojosongo
5B, SD Negeri Mojosongo 6A, SD Negeri Mojosongo 6B, TK Sri Juwita
Hanum, TK Pembina Jebres, TK Animah, TK Islam Salamah, TK Aisyah
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian yaitu tanggal bulan dan tahun dimana kegiatan
penelitian dilakukan. Penelitian diperkirakan akan membutuhkan waktu 4
bulan, yaitu pada bulan Januari hingga April 2018
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah merupakan karakteristik subyek penelitian yang
berubah dari satu subyek ke subyek lain (Sugiyono, 2013). Variabel dalam
penelitian terdiri atas Variabel Bebas dan Variabel Terikat.

1. Variabel Bebas (Independent variable)


Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Durasi
Mengajar Guru SD dan Guru TK
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono,
2013). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gangguan suara.

G. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah variabel penelitian dimaksudkan untuk
memahami arti setiap variabel penelitian sebelum di lakukan analisis
(Sujarweni, 2014)
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Skala


Alat Ukur Kriteria
Bebas Operasional Data
Durasi Durasi mengajar guru dalam Alat Ukur yang 1.Pendek Ordinal
Mengajar sehari ditentukan digunakan adalah (durasi
berdasarkan lamanya kuesioner. mengajar <24
mengajar guru dalam satu Sampel diminta jam per
hari. mengisi kuesioner minggu)
yang diberikan. 2.Sedang
(durasi
mengajar 25–
36 jam per
minggu)
3.panjang
(durasi
mengajar >37
jam per
minggu

Variabel Definisi Alat Skala


Kriteria
Terikat Operasional Ukur Data
Gangguan Gangguan suara meliputi Alat Ukur yang 1.Normal Ordinal
Suara pada gangguan nada, gangguan digunakan adalah (skor < 20)
Guru SD dan kualitas bunyi dan gangguan lembar Observasi. 2.Gangguan
Guru TK kenyaringan, meningkatnya Peneliti ringan (skor
resiko pada guru terkena menghitung hasil 21 – 40)
gangguan suara tergantung dari lembar 3.Gangguan
pada durasi mengajar kuesioner sedang (skor
41-60)
4.Gangguan
berat (skor >
61)

H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Salah satu alat ukur yang telah
divalidasi oleh beberapa penelitian untuk mengetahui gangguan suara adalah :
1. Kuesioner data diri responden, yang digunakan untuk mengetahui
gambaran responden (durasi mengajar) dan kuisoner untuk mengetahui
apakah responden mengalami gangguan suara atau tidak. Jenis kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup,
yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih
(Arikunto, 2006). Kuisoner ini berjumlah 10 pertanyaan.
2. Kuesioner Voice Handicap Index, merupakan kuesioner yang dibuat dan
diperkenalkan pada tahun 1997 oleh jacobson dkk. VHI ini digunakan
sebagai alat ukur sederhana untuk menilai gangguan suara. Istilah
Handicap berarti kerugian ekonomi atau social yang terjadi dari
ketidakmampuan gangguan fisik yang spesifik, terutama gangguan suara
(Jacobson 1997 dalam Pasisha. V, 2012). VHI ini terdiri dari 30
pertanyaan untuk mengukur gangguan suara. Penilaian akhir dengan cara
akumulasi total skor. Tujuan dari VHI ini adalah untuk menilai gangguan
suara yang dirasakan oleh guru. Kuesioner Voice Handicap Index tersebut
tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena sudah pernah
digunakan untuk penelitian di Indonesia tentang “Analisis Risiko
Gangguan Bersuara (Voice Disorders) pada Guru Sekolah Dasar Negeri di
Kota Depok, oleh Vira Pasisha, dilakukan pada tanggal 10 Juli 2012 di
Kota Depok. (Pasisha, 2012).

I. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti pada saat berlangsungnya penelitian. Adapun langkah-langkah
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Setelah mendapat izin untuk mengadakan penelitian, peneliti melakukan
identifikasi calon responden atau melakukan pendekatan calon responden
dengan cara penjelasan tujuan dan manfaat peran serta responden. Dalam
penelitian ini jaminan kerahasiaan calon responden diberikan. Apabila
calon responden setuju maka akan diminta untuk menandatangani lembar
persetujuan.
2. Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan kunjungan
terhadap responden yang telah dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai sampel untuk diberikan penjelasan tentang pengisian
kuesioner kemudian kuesioner dibagikan untuk diisi.
a. Kuesioner data diri responden, yang digunakan untuk mengetahui
gambaran responden (durasi mengajar) .
b. Kuesioner Voice Handicap Index, merupakan kuesioner yang
digunakan sebagai alat ukur sederhana untuk menilai gangguan suara.
VHI ini terdiri dari 30 pertanyaan untuk mengukur gangguan suara.
Penilaian akhir dengan cara akumulasi total skor, yaitu :
1) Skor VHI kurang dari 20 menunjukkan tidak ada gangguan suara.
2) Skor VHI 20-40 didapatkan adanya gangguan suara ringan.
3) Skor VHI 41-60 menunjukkan adanya gangguan suara sedang.
4) Skor VHI lebih dari 60 menunjukkan adanya gangguan suara
berat.
c. Bila kuesioner telah diisi responden peneliti mengambil kembali
kuesioner tersebut.

J. Analisis Data
Setelah dilakukan proses pengolahan data, langkah selanjutnya adalah
melakukan proses analisis data. Tujuan analisis data adalah agar yang
dikumpulkan memiliki arti yang dapat berguna untuk mengatasi masalah
kesehatan. Adapun analisis data yang dilakukan terdiri dari :
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013).
Dalam analisis ini data disajikan dengan atau dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Menurut Arikunto (dalam Utami, 2013), bahwa teknik analisis
bivariat adalah analisis yang menghubungkan dua variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat yang dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara usia dan durasi mengajar
dengan gangguan suara pada guru SD dan guru TK di wilayah Kecamatan
Jebres dengan menggunakan uji Chi-Square.

K. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek sehingga tidak
boleh bertentangan dengan etika (Notoatmodjo, 2002) Pada penelitian ini,
peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal-
hal yang merugikan selama penelitian dengan memperhatikan aspek-aspek
self determination, privacy, anonymity, confidentially dan protection from
discomfort (Notoatmodjo, 2002). Peneliti juga membuat Informed Consent
sebelum penelitian dilakukan. Berikut ini adalah beberapa prinsip etik yang
digunakan peneliti selama penelitian berlangsung:
a. self determination
Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau
tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela setelah semua
informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan
menandatangani Informed Consent yang telah disediakan.
b. Privacy
Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan
responden untuk kepentingan penelitian.
c. Anonymity
Selama kegiatan penelitian, nama responden dirahasiakan, sebagai
gantinya digunakan inisial dan nomor responden.
d. Confidentially
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang
diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai
dokumentasi penelitian.
e. Protection from discomfort
Kenyamanan responden selama penelitian dijamin. Peneliti menekankan
kenyamanan responden selama mengikuti penelitian. Jika responden
merasa tidak nyaman, peneliti mempersilahkan responden untuk
menghentikan partisipasinya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di lima SD Negeri dan lima TK di
Kecamatan Jebres yang terdiri dari SD Negeri Wonowoso Surakarta, SD
Negeri 1 Mojosongo 5A, SD Negeri Mojosongo 5B, SD Negeri Mojosongo
6A, SD Negeri Mojosongo 6B serta TK Sri Juwita Hanum, TK Pembina Jebres,
TK Animah, TK Islam Salamah, TK Aisyah . Pada Sekolah tersebut memiliki
guru kelas masing-masing yang mengajar semua mata pelajaran inti. Peneliti
Peneliti memilih 10 sekolah tersebut sebagai tempat pengambilan responden
oleh karena memenuhi syarat pengambilan sampel, yaitu syarat inklusi dan
eksklusi.

2. Analisis Deskriptif
Analisa deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang
distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan sekolah, durasi
mengajar dan gangguan suara yang akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi
a. Gambaran karakteristik responden berdasarkan sekolah
Data tentang asal sekolah diperoleh dari kuesioner identitas diri.
Kuesioner disebar ke seluruh guru TK dan SD di sepuluh Sekolah.
Tabel 4.1 Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Asal Sekolah

Asal Sekolah Frekuensi Presentase


SDN Mojosongo 5A 6 10%

SDN Mojosongo 5B 6 10%

SDN Mojosongo 6A 6 10%

SDN Mojosongo 6B 6 10%

SDN Wonowoso 5B 6 10%

TK Aisyiyah 5 8,3%

TK Annimah 6 10%

TK Islam Salamah 5 8,3%

TK Sri Juwita Hanum 6 10%

TK Pembina Jebres 8 13,3%

Total 60 100%

Sumber: data primer (2018)

Data dari tabel distribusi frekuensi diatas menunjukkan bahwa


responden dari SDN Mojosongo 5A berjumlah 6 orang dengan presentase
10%, SDN Mojosongo 5B berjumlah 6 orang dengan presentase 10%,
SDN Mojosongo 6A berjumlah 6 orang dengan presentase 10%, SDN
Mojosongo 6B berjumlah 6 orang dengan presentase 10%, SDN
Wonowoso 5B berjumlah 6 orang dengan presentase 10%, TK Aisyiyah
berjumlah 5 orang dengan presentase 8,3%, TK Annimah berjumlah 6
orang dengan presentase 10%, TK Islam Salamah berjumlah 5 orang
dengan presentase 8,3%, TK Sri Juwita Hanum berjumlah 6 orang dengan
presentase 10%, TK Pembina Jebres berjumlah 8 orang dengan presentase
13,3%.

b. Gambaran karakteristik responden berdasarkan Durasi Mengajar


Data tentang durasi mengajar diperoleh dari kuesioner identitas
diri. Kuesiner disebar ke seluruh guru TK dan SD di sepuluh sekolah.
Guru TK dan SD mengisi seberapa lama durasi mengajar dalam satu
minggu pada lembar kuesiner identitas diri dengan kriteria pendek (<24
jam per minggu), sedang (25 – 36 jam per minggu) dan Lama (>37 jam
per minggu).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi karakteristik responden berdasarkan


Durasi Mengajar
Kriteria Frekuensi Persentase
Pendek 38 63.3
Sedang 21 35.0
Lama 1 1.7
Total 60 100.0
Sumber: data primer (2018)
Data dari tabel distribusi frekuensi diatas menunjukkan bahwa
responden yang masuk ke dalam durasi pendek 63.3% atau sejumlah 38
responden, kemudian yang masuk ke dalam durasi sedang 35.0% atau
sejumlah 21 responden, sedangkan yang masuk kedalam durasi lama
1.7% atau sejumlah 1 responden.

c. Gambaran karakteristik responden berdasarkan Gangguan Suara


Data tentang gangguan suara diperoleh dari kuesioner Voice
Handicap Index. Kuesioner disebar ke seluruh guru TK dan SD. Guru SD
mengisi 30 pertanyaan dengan cara melingkari angka 1,2,3 atau 4 dengan
menyesuaikan keadaan sehari-hari dalam berbicara dengan kriteria tidak
ada gangguan suara (< 20), Gangguan suara ringan (20 – 40), Gangguan
suara sedang (41-60) dan Gangguan suara berat (> 60).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi karakteristik berdasarkan Gangguan
Suara
Kriteria Frekuensi Persentase
Tidak Ada Gangguan Suara(< 20) 51 85.0
Gangguan Suara Ringan(20 – 40) 9 15.0
Gangguan Suara Sedang(41-60) 0 0
Gangguan Suara Berat(> 60) 0 0
Total 60 100.0
Sumber: data primer (2018)
Data dari tabel distribusi frekuensi diatas menunjukkan bahwa
responden yang masuk ke dalam kategori tidak mengalami gangguan
suara 85.0%atau sejumlah 51 responden,yang masuk ke dalam kategori
gangguan suara ringan dan kategori gangguan suara sedang 15.0% atau
sejumlah 9 responden.

3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk membuktikanantara
kedua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hasil analisa data
menggunakan uji mann whitney dan Chi-square. uji ini dilakukan dengan
menggunakan SPSS 24 for Windows. Setelah itu di peroleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Mann Whitney Sekolah dan durasi mengajar
dengan Gangguan Suara
Sekolah
Variabel p
TK SD
Durasi Mengajar:
Pendek 26 12
0.001
Sedang 4 17
Panjang 0 1
Gangguan Suara:
Normal 22 29
Gangguan Ringan 8 1 0.012
Gangguan Sedang 0 0
Gangguan Berat 0 0
Sumber: data primer (2018)
Dari hasil analisis bivariat dengan uji Mann Whitney pada
Tabel 4.4 diperoleh nilai p sebesar 0.001 untuk hubungan sekolah dengan
durasi mengajar dan nilai p 0.012 untuk hubungan sekolah dengan gangguan
suara. Dari hasil kedua nilai p yang berarti bahwa tidak ada perbedaan pada
durasi mengajar guru TK dan SD akan tetapi ada perbedaan gangguan suara
pada Guru TK dan SD.

Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Chi Square perbedaan pengaruh durasi mengajar dengan
gangguan suara antara guru TK dan SD
Durasi Mengajar
Variabel p
pendek sedang panjang
Gangguan Suara
Normal 30 20 1
Gangguan Ringan 8 1 0 0.084
Gangguan Sedang 0 0 0
Gangguan Berat 0 0 0
Sumber: data primer (2018)
Berdasarkan tabel 4.5 uji statistik yang digunakan untuk menganalisis
perbedaan pengaruh durasi jam mengajar dengan gangguan suara adalah Chi-
Square. Dari uji tersebut didapatkan hasil p = 0.084 yang menunjukkan tidak
ada perbedaan pengaruh dari durasi mengajar terhadap gangguan suara antara
guru TK dan SD di kecamatan Jebres. Jadi durasi mengajar yang lebih lama
bukan faktor penentu utama terjadinya gangguan suara, terlihat dari hasil
dimana guru TK yang durasi mengajarnya lebih pendek dari guru SD bisa
terkena masalah gangguan suara lebih tinggi di bandingkan dengan guru SD
yang durasi mengajarnya lebih lama.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan uji Chi - Square dan rancangan
deskriptif komparatif yang dimaksudkan untuk mengetahui gambaran dan
perbedaan pengaruh durasi mengajar terhadap gangguan suara antara guru TK
dan SD di kecamatan Jebres. Dalam penelitian ini jumlah responden adalah 60
responden. Dari hasil uji statistik dapat dilihat bahwa hasil nilai p=0.084 yang
berarti tidak ada perbedaan pengaruh antara lama mengajar dengan gangguan
suara pada guru TK dan SD
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua analisis
yang pertama analisis deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Berdasarkan 60 responden tersebut karakteristik responden
berdasarkan sekolah responden yaitu TK dan SD yang berjumlah masing-
masing sama 30 responden. Karakteristik responden berdasarkan durasi
mengajar paling lama yaitu lebih dari 36 jam per minggu (panjang).
Kemudian karakteristik berdasarkan gangguan suara paling banyak terdapat
dalam kriteria tidak ada gangguan suara (<20).
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas atau
independent variable yaitu durasi mengajar. Sedangkan variabel terikat atau
dependent variable dalam penelitian ini adalah gangguan suara.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis


bivariat yaitu untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara durasi mengajar
terhadap gangguan suara antara guru TK dan SD di kecamatan Jebres.
1. Perbedaan antara guru TK dan SD dengan durasi mengajar.
Dari analisis bivariat diperoleh nilai p sebesar 0,001 untuk analisis
perbedaan antara guru TK dan SD dengan durasi mengajar. Hal tersebut
berarti secara statistik terdapat perbedaan antara guru Tk dan SD dengan
gangguan suara. Artinya semakin lama durasi menagajar semakin besar
pengaruh terhadap gangguan suara dan semakin pendek durasi mengajar
semakin kecil pengaruhnya terhadap gangguan suara.
Suara atau fonasi adalah sumber utama dalam berbicara.Sumber
bunyi untuk produksi suara adalah laring dan pita suara yang bergetar
(Pasisha, V. 2012). Penggunaan tekanan yang berlebihan seperti ini
dikenal dengan hiperfungsi laring yang dapat mengakibatkan trauma pada
pita suara. Gejala gangguan suara yang sering ditemukan pada guru antara
lain rasa kering di tenggorokan, suara serak, cepat lelah saat bersuara, dan
rasa sakit saat berbicara.
Penelitian Martins, R,et al. (2014) tentang gangguan Suara pada
Guru di Botucatu, Sao Paulo, Brazil. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis gangguan suara yang terjadi pada guru di
Brazil.Penelitian ini dilakukan pada guru yang berjumlah 504 guru yang
terdiri dari 28 sekolah di Naples Italia. Munier dan Kinsella menganalisis
304 kuesioner diisi oleh guru dan menemukan gejala yang sama seperti
kelelahan suara (18%), kering tenggorokan (19%), dan suara parau
(20%).
Menurut Saragih, A. R. (2005) apabila seorang pekerja seperti
guru dapat mengalami gangguan suara pada saat pertengahan jam kerja
atau pada akhir jam kerja, maka dengan durasi yang panjang dalam sehari
akan mengakibatkan guru sangat rentang terhadap masalah suara.
2. Perbedaan antara guru TK dan SD dengan gangguan suara
Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p sebesar 0,012 untuk
analisis hubungan antara guru TK dan SD dengan gangguan suara. Hal
tersebut berarti secara statistik tidak terdapat perbedaan antara guru TK
dan SD dengan gangguan suara. Perbedaan ini artinya durasi mengajar
bukan faktor utama dalam masalah gangguan suara, sehingga guru TK
yang memiliki durasi mengajar lebih pendek dibanding guru SD masih
memiliki kemungkinan terkena gangguan suara.
Martins, R. H. G et al. (2014) melakukan penelitian tentang
gangguan suara pada Guru di Botucatu, Sao Paulo, Brazil. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis gangguan suara yang
terjadi pada guru di Brazil dan dilakukan dengan menggunakan desain
kohort. Penelitian ini dilakukan pada guru yang berjumlah 504 guru yang
terdiri dari 28 sekolah di Naples Italia. Munier dan Kinsella menganalisis
304 kuesioner diisi oleh guru dan menemukan gejala yang sama seperti
kelelahan suara (18%), kering tenggorokan (19%), dan suara parau
(20%). Dalam studi ini, para guru diminta untuk mengukur konsekuensi
dari masalah suara untuk profesi mereka. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mengorbankan kegiatan karena masalah suara itu 12% berat,
34%sedang, dan 48% ringan. Kondisi ruang kelas, kebisingan yang
berlebihan, dan kondisi kesehatan perorangan, kebiasaan, dan kecanduan
dianggap faktor risiko untuk pengembangan dari gangguan suara.
Sylvia H. de S. Le~ao, et al (2015) melakukan penelitian tentang
gangguan suara pada guru di Selandia Baru New Zeland. terkait dengan
penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, gejala suara, perilaku
penggunaan suara, riwayat keluarga dengan masalah suara, penyakit
pernapasan atau alergi, depresi atau stres, dan gaya hidup. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan terdapat prevalensi tinggi gangguan suara
pada guru di New Zeland.
Faktor risiko munculnya gangguan suara berhubungan dengan
tingkat intensitas suara yang digunakan selama mengajar. Metode
pengajaran guru TK adalah dengan menggunakan metode story telling
(bercerita) untuk menyampaikan materi sehingga guru TK di tuntut untuk
lebih banyak berbicara sehingga penyampaian materi bisa di terima oleh
anak didik. Sedangkan metode pengajaran guru SD umumnya dengan
metode focus and point basis yaitu menggunakan teknik berdasarkan
rumusan-rumusan besar atau poin yang akan membantu siswa dalam
menyerap ilmu serta Question and Answer Method Teknik bertanya untuk
menarik perhatian siswa dan membuat siswa siap terhadap apa yang akan
disampaikannya. Guru yang mengajar di kelas dengan beberapa mata
pelajaran dalam sehari dapat mempengaruhi timbulnya masalah bersuara
(Jonsdotir, 2003; Williams, 2003; Nerriere et al, 2009 dalam Vira Pasisha,
2012).
Kesimpulan bahwa pada hasil penelitian diatas menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan pada pengaruh durasi mengajar dan
gangguan suara antara guru TK dan SD. Durasi mengajar memiliki
pengaruh terhadap dampak terjadinya gangguan suara pada guru akan
tetapi bukan faktor utama dalam terjadinya masalah gangguan suara.
Kondisi ruang kelas, kebisingan yang berlebihan, dan kondisi kesehatan
perorangan, kebiasaan, dan kecanduan dianggap faktor risiko untuk
pengembangan dari gangguan suara.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perbedaan pengaruh durasi
mengajar terhadap gangguan suara antara guru TK dan SD di kecamatan jebres
ini memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penelitian ini menemukan bahwa rata – rata jam mengajar guru SD adalah
37,57 dan TK adalah 23.43 jam per minggu yang berarti durasi mengajarnya
guru SD lebih panjang dari guru TK.
2. Penelitian ini menemukan bahwa rata – rata score VHI guru SD adalah 27.00
dan TK adalah 34.00 yang berarti bahwa guru TK memiliki skor resiko
gangguan suara lebih tinggi di bandingkan guru SD.
3. Dari hasil analisis bivariat perbedaan antara Durasi mengajar dan VHI di
dapatkan nilai p sebesar 0.084 yang artinya tidak ada perbedaan pengaruh
durasi mengajar terhadap gangguan suara antara guru TK dan guru SD. Jadi
durasi mengajar yang lebih lama bukan faktor penentu utama terjadinya
gangguan suara, terlihat dari hasil analisis dimana guru TK yang durasi
mengajarnya lebih pendek dari guru SD bisa terkena masalah gangguan suara
lebih tinggi di bandingkan dengan guru SD yang durasi mengajarnya lebih
lama.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dan simpulan yang
diperoleh, dapat dikembangkan beberapa saran bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun saran-saran yang dikemukakan
adalah :

1. Bagi Guru
Hasil temuan ini dapat di jadikan sebagai acuan dalam pemberian materi ajar
guru sehingga lebih memperhatikan pola pengajaran yang menjaga kualitas
suara
2. Bagi Organisasi Terapis Wicara
Hasil temuan ini untuk organisasi terapis wicara dapat memberikan manfaat
untuk pengembangan keilmuan terapi wicara, mengenai gambaran pengaruh
durasi mengajar dengan gangguan suara Guru TK dan SD.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dan informasi untuk
pengembangan jurusan di jurusan Terapi Wicara Politeknik Kesehatan
Surakarta, mengenai gambaran pengaruh durasi mengajar dengan gangguan
suara Guru TK dan SD di Kecamatan Jebres.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan agar memperluas cakupan responden agar
memperoleh gambaran yang lebih luas dan menambah faktor-faktor lain yang
mempengaruhi gangguan suara.
DAFTAR PUSTAKA

Angelilo, M. et al., 2009. Prevalence of Occupational Voice Disorders in Teacher, 50


(11), hal. 6-7

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Boone. R. D., & Mcfarlane. S. C., 2000. The Voice and Voice Therapy. 6. USA: Allyn
& Bacon.

Darmawan. B. A., 2008. Cermin Dunia Kedokteran. [e-book]. PT Temprint: Kalbe


Farma. https://www.scribd.com/document/22669909/cdk-163-thtrev [diakses 15
Agustus 2017].

Devadas, U., Bellur, R.,& Maruti, S., 2016. Prevalence and Risk Factors of Voice
Problem Among Primary School Teachers in India, 17 (8), hal. 4-8.

Jonsdottir, 2003. Changes in Teachers Voice Quality during a Working Day with and
without Electric Sound Amplification, Folia Phoniatr Logop.

Martins, R, H., Pereira, E., Hidalgo, C, B.,& Tavares, E, L., 2014. Voice Dissorder in
Teachers, 28 (6), hal. 4-6

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Jakarta; Rineka


Cipta.

Pasisha. V., 2012. Analisis Resiko Gangguan Bersuara pada Guru Sekolah Dasar
Negeri di Kota Depok. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia. Depok.

Smith, RJ., 1997. A Classification Scheme for Paradoxical Vocal Cord Motion,
Laryngoscope.

Sugiyono, 2013. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Sujarweni, 2014. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, pp
: 68-136.

Sulica L., 2006. Development and Validation of The Vocal Tremor Scoring System,
Laryngoscope.

Sylvia, H. et al., 2015. Voice Problem in New Zealand Teachers: A National Survey,
29 (5), hal. 9-11.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta:


Kementrian Pendidikan.

Welham, N. V., 2008. The Shear Modulus of The Human Vocal Fold in a Transverse
Direction, Department of Surgery, University of Wiconsin School of Medicine
and Public Health.

Anda mungkin juga menyukai