Anda di halaman 1dari 74

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PSIKOTROPIKA DI

APOTEK MULIA FARMA TOMOHON

SKRIPSI

Reynald Repi

NIM : 201432027

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

2022
EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PSIKOTROPIKA DI

APOTEK MULIA FARMA TOMOHON

SKRIPSI

Reynald Repi

NIM : 201432027

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

2022
EVALUASI PENGELOLAAN OBAT PSIKOTROPIKA DI

APOTEK MULIA FARMA TOMOHON

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Dalam Ilmu Farmasi

Pada Fakultas MIPA UKIT

Reynald Repi

NIM : 201432027

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

2022
Reynald Repi. 2022. Evaluasi Pengelolaan Obat Psikotropika di Apotek

Mulia Farma Tomohon. Dibawah bimbingan Douglas N. Pareta , (Sebagai

Ketua), Randi Tampa’I, dan Joke L. Tombuku, (Sebagai Anggota).

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan obat

psikotropika di Apotek Mulia Farma Tomohon. Dan manfaat dilakukan

penelitian ini agar mengetahui mengenai pengelolaan obat psikotropika di

Apotek Mulia Farma Tomohon.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

deskriptif dan evaluasi. Data diperoleh dari pengamatan langsung dan hasil

wawancara dengan petugas di Apotek Mulia Farma Tomohon.

Dengan menggunakan Permenkes No 3 Tahun 2015 dan Peraturan BPOM

No 4 Tahun 2018 sebagai bahan evaluasi.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pengelolaan obat

psikotropika di Apotek Mulia Farma musk dalam kategori baik dengan

persentase 95,7%.

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Seminar : Evaluasi Pengelolaan Obat Psikotropika Di

Apotek Mulia Farma Tomohon.

Nama Mahasiswa : Reynald Repi

Nomor Induk Mahasiswa : 201432027

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Ketua,

Douglas N. Pareta., S.Farm., M.Farm

NIDN : 0920128904

Anggota Anggota

Apt. Randy Tampa’I., S.Farm., M.Si Joke L. Tombuku., S.Si., M.Si

NIDN : 0907118802 NIDN : 0916066502

Dekan, Ketua Program Studi,

Dr. Wilmar Maarisit, S.IK.,M.Sc Douglas N. Pareta., S.Farm., M.Farm

NIDN 0318037902 NIDN : 0920128904

Hari/ Tanggal: 2022

ii
RIWAYAT HIDUP

Reynald Repi lahir di Wamena pada tanggal 23 maret 1996,

merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara dari ayah Rudy Repi dan Ibu

Scherly Solang.

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Wamena

pada tahun 2008, Sekolah Menegah Pertama Negeri 2 Wamena pada

tahun 2011, Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Amurang Timur pada tahun

2014. Pada tahun 2014 masuk di Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat akal budi kebijaksanaan, kekuatan, kesehatan, yang

telah dikaruniakan kepada penulis sehingga dalam proses penyelesaian

studi pada program studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA UKI Tomohon) dengan penuh tantangan dan

halangan saya dapat lewati.

Penulis berterima kasih dan menyampaikan penghargaan

setinggi- tinggi kepada komisi pembimbing Bapak Douglas N. Pareta.,

S.Farm., M.Farm (sebagai ketua), Bapak Apt. Randy Tampa’I., S.Farm.,

M.Si dan Bapak Joke L. Tombuku., S.Si., M.Si (sebagai anggota) yang

telah memberikan bimbingan sejak persiapan pembuatan seminar hasil

penelitian sampai dengan selesainya penulisan seminar hasil penelitian

ini.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) Pdt. Dr.

Arthur Rumengan M.Pd.K selaku Rektor Universitas Kristen

Indonesia Tomohon.

2. Dr. Wilmar Maarisit, S.IK.,M.Sc selaku Dekan Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Kristen

Indonesia Tomohon.

3. Jeane Mongi, S.Si.,MARS.,Apt selaku wakil Dekan Bidang

Akademik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Kristen Indonesia Tomohon.

iv
4. Ibu Yessie Lengkey, S.Si., M.Si, selaku Wakil Dekan II Bidang

Administrasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Kristen Indonesia Tomohon.

5. Bapak Douglas N. Pareta., S.Farm., M.Farm selaku Ketua

Program Studi Farmasi.

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Tata Usaha Fakultas MIPA yang

telah membantu kelancaran dalam perkuliahan.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah turut serta membantu selama penulisan makalah seminar ini

Atas motivasi dan semua bentuk topangan spiritual serta bantuan

material kepada penulis.

Penulis sadari masih banyak pihak yang pantas mendapatkan

ucapan terima kasih dari penulis, tetapi penulis hanya manusia biasa yang

tidak dapat mengingat semuanya, tapi penulis yakin dan percaya bahwa

Tuhan akan membalas kebakan hati bapak/ibu/saudara/I yang telah

membantu penulis.

v
Akhirnya secara istimewa penulis menyampaikan penghargaan

dan ucapan terima kasih kepada papa dan mama tercinta yang telah

memberikan dorongan dan bantuan moril dalam seluruh aktivitas

pelaksanaan seminar hasil penelitian ini, dan juga kepada adik tersayang

.Tuhan Memberkati.

Tomohon ................................... 2022

Penulis,

Reynald Repi

NIM. 201432027

vi
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Karya tulis (Skripsi) ini asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (S1), baik di Universitas Kristen

Indonesia Tomohon (UKIT) maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim/komisi pembimbing

dan para tim penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis

atau dipublikasikan orang lain kecuali secara dengan jelas

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran

dalam pernyataan ini yang telah diperoleh karya tulis ini, saya

bersedia untuk menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya

sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Tomohon, 2022

Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Reynald Repi

NIM : 201432027

vi
DAFTAR ISI

RINGKASAN ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4. Batasan Masalah ............................................................................. 3
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
2.1. Pengertian Obat............................................................................... 4
2.2. Penggolongan Obat ......................................................................... 5
2.3. Psikotropika ..................................................................................... 8
2.3.1. Pengertian Psikotropika ........................................................... 8
2.3.2 Penggolongan Obat Psikotropika ............................................. 8
2.3.3. Daftar Obat Golongan Psikotropika......................................... 8
2.4. Pengelolaan Obat Psikotropika .................................................... 11
2.4.1. Perencanaan ........................................................................... 12
2.4.2. Pengadaan .............................................................................. 12
2.4.3. Penerimaan ............................................................................. 16
2.4.4. Penyimpanan .......................................................................... 18
2.4.5. Pemusnahan ........................................................................... 24
2.4.6. Pencatatan dan Pelaporan ...................................................... 26
2.5. Apotek ........................................................................................... 28
BAB III. METODE PENELITAN................................................................ 30
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 30

vii
3.2. Alat dan Bahan .............................................................................. 30
3.2.1. Alat .......................................................................................... 30
3.2.2. Bahan....................................................................................... 30
3.3. Metode ......................................................................................... 30
3.3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ............................. 30
3.3.2. Prosedur Penelitian .................................................................. 30
3.3.3. Populasi dan Sampel ............................................................... 30
3.3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 30
3.5. Bagan Alir Penelitian .................................................................... 31
3.6. Variabel Yang Diamati ................................................................... 32
3.7. Analisi Data.................................................................................... 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 34
4.1. Perencanaan ................................................................................. 34
4.2. Pengadaan .................................................................................... 35
4.3. Penerimaan ................................................................................... 37
4.4 Penyimpanan .................................................................................. 40
4.5. Pemusnahan ................................................................................. 45
4.6. Pencatatan dan Pelaporan ............................................................ 47
4.7. Pengelolaan obat psikotropika di Apotek Mulia Farma Tomohon .. 50
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 52
5.1. Kesimpulan .................................................................................... 52
5.2. Saran ............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 53
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... 55

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Daftar psikotropika Gol I.......................................................... 9

Tabel 1.2. Daftar psikotropika Gol II......................................................... 9

Tabel 1.3. Daftar psikotropika Gol III.................................................... . 10

Tabel 1.4. Daftar psikotropika Gol IV ................................................... . 10

Tabel 3.1. Range Persentase Kualitatif Pengelolaan Psikotropika ...... . 33

Tabel 4.1. Evaluasi Pengadaan Psikotropika ....................................... . 35

Tabel 4.2. Evaluasi Penerimaan Psikotropika ...................................... . 38

Tabel 4.3. Evaluasi Penyimpanan Psikotropika ................................... . 41

Tabel 4.4. Evaluasi Pemusnahan Psikotropika .................................... . 45

Tabel 4.5 Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan Psikotropika ................ . 48

Tabel 4.6. Nilai rata – rata Pengelolaan Obat Psikotropika .................. . 50

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian .......................................... 55

Lampiran 2. Surat Pesanan Psikotropika ........................................ 56

Lampiran 3. Arsip SP ......................................................................... 56

Lampiran 4. Faktur Psikotropika ...................................................... 57

Lampiran 5. Lemari Psikotropika...................................................... 57

Lemari 6. Penyimpanan Obat Psikotropika ..................................... 58

Lampiran 7. Kartu Stok Psikotropika ............................................... 59

Lampiran 8. Contoh Resep Psikotopika .......................................... 60

x
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu hal yang penting bagi manusia.

kesehatan merupakan bagian penting untuk menciptakan sumber daya

manusia yang berkualitas. Maka tak sedikit orang yang akan mengeluarkan

uang hanya untuk memperoleh kesehatan. Untuk itu di butuhkan sumber

daya penunjang kesehatan, salah satunya adalah apotek sebagai sarana

kesehatan.

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik

kefarmasian oleh Apoteker. Salah satu standar pelayanan kefarmasian di

apotek adalah sebagai pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai ( Permenkes No 73 Tahun 2016). Pengelolan

obat yang baik merupakan salah satu factor yang mendukung kesmbuhan

pasien. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan obat yang baik untuk

menghindari kekurangan dan penyalahgunaan obat. Salah satu obat yang

sering disalahgunakan adalah obat golongan psikotropika. Obat golongan

ini pada satu sisi penting untuk kesehatan dan ilmu pengetahuan, tetapi

pada sisi lain dapat berbahya karena penyalahgunaan. Untuk menghindari

penyalahgunaan, pikotropika diperjual belikan hanya dengan resep dokter.

Menurut Permenkes Nomor 3 Tahun 2015 “Psikotropika adalah

zat/bahan baku atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,

yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

1
perilaku”.

Menurut BNN (2020) diperkirakan jumlah penyalahgunan NAPZA

(Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya) oleh pasien sebanyak

4817. Salah satu efek samping dari pemakaian obat psikotropika yaitu di

mana seseorang dapat mengalami ketergantungan berat terhadap obat jika

digunakan secara tidak rasional (PerMenKes No 3, 2015). oleh karena itu

pengelolaan obat golongan psikotropika memerlukan perhatian khusus.

Apotek Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu

melakukan pengelolaan obat yang baik termasuk pengelolaan obat

golongan psikotropika. Apotek Mulia Farma Tomohon merupakan salah

satu apotek yang menyediakan obat golongan psikotropika untuk

memenuhi kebutuhan pasien. Mengingat kebutuhan pasien yang cukup

tinggi akan obat-obatan golongan psikotropika yang dibuktikan dengan

penulisan resep dari dokter yang praktek di lingkungan sekitar apotik.

Adapun pengelolaan sediaan psikotropika dilakukan oleh apoteker yang

dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian. Akan tetapi dalam pengelolaan

sediaan psikotropika di Apotek Mulia Farma Tomohon perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui pengelolaan yang tepat.

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan evaluasi terhadap

pegelolaan obat golongan psikotropika di Apotek Mulia Farma Tomohon.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan obat Psikotropika di Apotik Mulia Farma

Tomohon ?

2
1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi pengelolaan obat Psikotropika di Apotek Mulia

Farma Tomohon sesuai Permenkes no. 3 Tahun 2015 dan Peraturan

BPOM no. 4 Tahun 2018.

1.4. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengelolaan obat Psikotropika di Apotik

Mulia Farma Tomohon.

1.5. Manfaat Penelitian

Untuk mendapatkan informasi tentang cara pengelolaan obat

Psikotropika di Apotik Mulia Farma Tomohon.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Obat

a. Obat jadi, yaitu obat dalam keadaan murni atau campuran dalam

bentuk serbuk, tablet, pil, kapsul, suppositoria, cairan, salep atau

bentuk lainnya yang mempunyai teknis sesuai dengan Farmakope

Indonesia atau buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah.

b. Obat paten, yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas

nama pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli

dari pabrik yang memproduksinya.

c. Obat baru, yaitu obat yang terdiri atas atau berisi zat yang berkhasiat

ataupun tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, pembantu

atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui

khasiat dan kegunaannya.

d. Obat asli, yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alami

Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan

digunakan dalam pengobatan tradisional.

e. Obat tradisional, yaitu obat yang didapat dari bahan alam (mineral,

tumbuhan, dan hewan), terolah secarasederhana atas dasar

pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.

f. Obat esensial, yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan

kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam daftar obat

esensial (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik

Indonesia.

4
g. Obat generik, yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam

Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya

(Syamsuni, 2006).

2.2. Penggolongan Obat

Macam-macam penggolongan obat:

a. Menurut kegunaan yaitu, untuk menyembuhkan, mencegah

dan mendiagnosis.

b. Menurut cara penggunaan yaitu, Pemakaian dalam

(etiket putih) dan Pemakaian luar (etiket biru).

Menurut Undang-Undang ada beberapa penggolongan obat, yaitu :

a. Narkotika (obat bius atau daftar opium)

Narkotika merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan

dan IPTEK, serta dapat menimbulkan ketergantungan dan ketagihan

(adiksi), yang sangat merugikan masyarakat dan individu apabila

digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter, seperti candu/

opium, morfin, petidin, metadon, dan kodein. Penandaan narkotika

berdasarkan peraturan yang terdapat dalam ordonansi obat bius yaitu

“Palang Medali Merah”.

b. Psikotropika (obat berbahaya)

Psikotropika merupakan obat yang mempengaruhi proses mental,

merangsang atau menenangkan, dan mengubah pikiran, perasaan,


5
kelakuan seseorang. Obat yang masuk dalam golongan ini misalnya

ekstasi, diazepam, dan barbital/luminal. Penandaan psikotropika

“Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam

dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.

c. Obat keras (daftar G=gecerlujk = berbahaya) adalah semua obat yang :

1. Memiliki takaran/dosis maksimum (DM) atau yang tercantum dalam

daftar obat keras yang ditetapkan pemerintah.

2. Diberi tanda khusus berupa lingkaran bulat berwarna merah dengan

garis tepi hitam dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya.

3. Semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI)

tidak membahayakan.

4. Semua sediaan perenteral/ injeksi/ infus intravena.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras daftar G adalah

“Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam

denganhuruf K yang menyentuh garis tepi”.

d. Obat bebas terbatas (daftar W=warshuwing=peringatan)

Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat

diserahkan tanpa resep dokter, dalam bungkus aslinya dari

6
produsen atau pabrik obat itu, kemudian diberi tanda lingkaran

bulat warna biru dengan garis tepi hitam, serta diberi tanda

peringatan (P No. 1 s/d P No. 6, misalnya P No. 1 awas obat keras,

bacalah aturan pakai!).

e. Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak

membahayakan si pemakai dalam bats dosis yang dianjurkan, diberi tanda

lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam (Putra, 2012).

Berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983. Tanda

khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis

tepi warna hitam.

7
2.3. Psikotropika

2.3.1. Pengertian Psikotropika

Psikotropika menurut PERMENKES Nomor 3 Tahun 2015 tentang

psikotropika adalah “zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku”.

2.3.2 Penggolongan Obat Psikotropika

Penggolongan psikotropika dibagi menjadi 4 golongan:

1. Psikotropika golongan I, mempunyai potensi yang sangat kuat

menyebabkan ketergantungan dan dinyatakan sebagai barang

terlarang.

2. Psikotropika golongan II, mempunyai potensi yang kuat dalam

menyebabkan ketergantungan.

3. Psikotropika golongan III, mempunyai potensi sedang dalam

menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan

tetapi harus dengan resep dokter.

4. Psikotropika golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam

menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan

tetapi harus dengan resep dokter (Susanti, 2018).

2.3.3. Daftar Obat Golongan Psikotropika

Penggolongan psikotropika diatur dalam UU RI Nomor 5 Tahun 1997

terbagi menjadi 4 (empat) golongan. Daftar psikotropika golongan II dan

golongan IV sebagaimana yang tercantum telah mendapat perubahan

8
didalam PERMENKES Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perubahan

Penggolongan Psikotropika.

Tabel 1.1 Daftar Psikotropika Golongan I

No Nama Lazim Nama Lain


1 Brolamfetamina DOB
2 DET
3 DMA
4 DMHP
5 DMT
6 DOET
7 Etisiklidina PCE
8 Etriptamina
9 Katinona
10 (+)-Lisergida LSD, LSD-25
11 MDMA
12 Meskalina
13 Mekatinona
14 4-metilaminoreks
15 MMDA
16 N-etil MDA
17 N-hidroksi MDA
18 Paraheksil
19 PMA
20 Psilosina,psilotsin
21 Psilosibina
22 Rolisiklidina PHP, PCPY
23 STP, DOM
24 Tenamfetamina MDA
25 Tenoksilidina TCP
26 TMA

Tabel 1.2 Daftar Psikotropika Golongan II (PERMENKES Nomor 3


Tahun 2017)

No Nama Lazim Nama Lain


1 Amineptina
2 Metilfenidat
3 Sekobarbital

9
Tabel 1.3 Daftar Psikotropika Golongan III

No Nama Lazim Nama Lain


1. Amobarbital
2. Buprenofrina
3. Butalbital
4. Flunitrazepam
5. Glutetimida
6. Katina (+) - norseudoefedrina
7. Pentazosina
8. Pentobarbital
9. Siklobarbital

Tabel 1.4 Daftar Psikotropika Golongan IV (PERMENKES Nomor 3


Tahun 2017)

No Nama Lazim No Nama Lazim No Nama Lazim


Metilfenobarbita
1 Allobarbital 22 Fludiazepam 43
l
2 Alprazolam 23 Flurazepam 44 Metiprilon
3 Amfepramona 24 Halazepam 45 Midazolam
4 Aminoreks 25 Haloksazolam 46 Nimetazepam
5 Barbital 26 Kamazepam 47 Nitrazepam
6 Benzfetamina 27 Ketazolam 48 Nordazepam
7 Bromazepam 28 Klobazam 49 Oksazepam
8 Brotizolam 29 Kloksazolam 50 Oksazolam
9 Butobarbital 30 Klonazepam 51 Pemolina
10 Delorazepam 31 Klorazepat 52 Pinazepam
11 Diazepam 32 Klordiazepoksida 53 Pipradrol
12 Estazolam 33 Klotiazepam 54 Pirovalerona
13 Etil Amfetamina 34 Lefetamina 55 Prazepam
14 Etil Loflazepat 35 Loprazolam 56 Sekbutabarbital
15 Etinamat 36 Lorazepam 57 Temazepam
16 Etklorvinol 37 Lormetazepam 58 Tetrazepam
17 Fencamfamina 38 Mazindol 59 Triazolam

18 Fendimetrazina 39 Medazepam 60 Vinilbital

10
19 Fenobarbital 40 Mefenoreks 61 Zolpidem
20 Fenproporeks 41 Meprobamat 62 Fenazepam
21 Fentermina 42 Mesokarb

2.4. Pengelolaan Obat Psikotropika

Obat akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam

pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, bila

digunakan salah dalam pengobatan atau dengan berlebihan dosis akan

menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil, maka tidak ada efek

penyembuhan (Adwiah, 2017).

Demikian pula pada proses pengelolaan obat. Pengelolaan obat yang

baik merupakan faktor utama dalam mendukung tingkat kesembuhan dari

suatu penyakit pasien, oleh karena itu pengelolaan obat yang baik harus

terlaksana di Apotek. Pengelolaan obat yang baik terlebih khusus yaitu

pengelolaan jenis obat yang bersifat sebagai psikoaktif seperti pada obat –

obat golongan psikotropika (Lumenta, 2015). Dalam pengelolaan obat

psikotropika, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu pengadaan,

pengelolaan, dan pelaporan psikotropika untuk menghindari terjadinya

kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut (Yalida, 2015).

Berdasarkan PERMENKES Nomor 73 tahun 2016 kegiatan

pengelolaan obat terdiri dari perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan.

Tujuan pengelolaan obat agar terjaminnya ketersediaan obat dengan

mutu yang baik, kelancaran distribusi dan keterjangkauan obat, serta

ketersediaan jenis dan jumlah obat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan

11
masyarakat (Mahdiyani dkk, 2018). Pengelolaan obat merupakan salah

satu pendukung penting dalam pelayanan kesehatan hal ini perlu dilakukan

agar dapat melakukan).

2.4.1. Perencanaan

Menurut PERMENKES Nomor 73 Tahun 2016 Dalam membuat

perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya

dan kemampuan masyarakat. Perencanaan dilakukan untuk menghindari

kekosongan Obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah

ditentukan.

2.4.2. Pengadaan

Pengadaan obat yaitu suatu kegiatan yang bertujuan agar tersedia

sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan

kebutuhan pelayanan. Pengadaan yang efektif merupakan suatu proses

untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan yang akan

diadakan, baik jumlah maupun sumbernya (Elyyana, 2016).

Menurut PERMENKES Nomor 73 Tahun 2016 pendagan bertujuan

untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan

Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 4

Tahun 2018, pengadaan Psikotropika oleh Fasilitas Pelayanan

Kefarmasian harus bersumber dari Pedagang Besar Farmasi yang

12
memiliki Izin Khusus menyalurkan Psikotropika dan harus dilengkapi

dengan Surat Pesanan Psikotropika. Surat Pesanan dapat dilakukan

menggunakan sistem elektronik atau pun manual. Ketentuan surat

pesanan secara elektronik sebagai berikut:

1) Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan sistem

hanya oleh Penanggung Jawab Fasilitas Pelayanan Kefarmasian

2) Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan

alamat lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) dan

stempel sarana

3) Mencantumkan nama fasilitas distribusi pemasok beserta alamat

lengkap

4) Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam

bentuk angka dan huruf) dan isi kemasan (kemasan penyaluran

terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari obat yang dipesan

5) Memberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan penulisan

yang jelas

6) Surat Pesanan Psikotropika dibuat terpisah dari surat pesanan untuk

obat lain

7) Sistem elektronik yang digunakan harus bisa menjamin

ketertelusuran produk, sekurang kurangnya dalam batas waktu 5

(lima) tahun terakhir

8) Surat Pesanan elektronik harus dapat ditunjukan dan dipertanggung

jawabkan kebenarannya pada saat pemeriksaan, baik oleh pihak

yang menerbitkan surat pesanan maupun pihak yang menerima

13
menerima surat pesanan

9) Harus tersedia sistem backup data secara elektronik

10) Sistem pesanan elekronik harus memudahkan dalam evaluasi dan

penarikan data pada saat dibutuhkan oleh pihak yang menerbitkan

surat pesanan dan/atau oleh pihak yang menerima surat pesanan

11) Pesanan secara elektronik yg dikirimkan ke pemasok harus

dipastikan diterima oleh pemasok, yang dapat dibuktikan melalui

adanya pemberitahuan secara elektronik dari pihak pemasok bahwa

pesanan tersebut telah diterima

12) Surat pesanan manual (asli) harus diterima oleh pemasok selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari setelah adanya pemberitahuan secara

elektronik dari pihak pemasok bahwa pesanan elektronik telah diterima

Apabila Surat Pesanan dibuat secara manual, maka Surat Pesanan

harus:

1) Asli dan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3 (tiga) serta tidak

dibenarkan dalam bentuk faksimili dan fotokopi. Dua rangkap surat

pesanan diserahkan kepada pemasok dan 1 (satu) rangkap sebagai

arsip

2) Ditandatangani oleh Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian

Penanggung Jawab, dilengkapi dengan nama jelas, dan nomor Surat

Izin Praktik Apoteker (SIPA)/ Surat Izin Praktik Tenaga Teknis

Kefarmasian (SIPTTK) sesuai ketentuan perundang-

undangan;dicantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor

izin) dan alamat lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila ada)

14
dan stempel sarana

3) Dicantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan

alamat lengkap (termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) dan

stempel sarana

4) Dicantumkan nama fasilitas distribusi pemasok beserta alamat

lengkap

5) Dicantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam

bentuk angka dan huruf) dan isi kemasan (kemasan penyaluran

terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari obat yang dipesan

6) Diberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang

jelas

7) Surat Pesanan Psikotropika dibuat terpisah dari surat pesanan untuk

obat lain.

Apabila Surat Pesanan Surat Pesanan Psikotropika tidak dapat

digunakan karena suatu hal, maka Surat Pesanan tersebut harus diberi

tanda pembatalan yang jelas dan diarsipkan bersama dengan Surat

Pesanan Psikotropika lainnya. Surat Pesanan yang tidak bias dilayani baik

sebagian atau seluruhnya, harus meminta surat penolakan pesanan dari

pemasok. Surat penolakan pesanan dari Pedagang Besar Farmasi harus

diarsipkan menjadi satu dengan arsip Surat Pesanan (BPOM, 2018).

Faktur pembelian Psikotropika atau Surat Pengiriman Barang (SPB)

Psikotropika harus disimpan bersatu dengan Arsip Surat Pesanan

Psikotropika dan dipisah kan dengan produk lain. Arsip Surat Pesanan

Psikotropika harus disimpan sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun

15
berdasarkan tanggal dan nomor urut Surat Pesanan. Seluruh arsip harus

mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada saat diperlukan (BPOM,

2018).

2.4.3. Penerimaan

Penerimaan adalah merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian

jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera

dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Kobandaha, dkk,

2016).

Penerimaan Psikotropika oleh Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus

berdasarkan Faktur pembelian atau Surat Pengiriman Barang yang sah.

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian hanya dapat melakukan penerimaan

Psikotropika yang ditujukan untuk Fasilitas Pelayanan Kefarmasian

tersebut sebagaimana tertera dalam Surat Pesanan (BPOM, 2018).

Kegiatan penerimaan Psikotropika di Fasilitas Pelayanan

Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab. Bila

Apoteker Penanggung Jawab berhalangan hadir, penerimaan

Psikotropika dapat didelegasikan kepada Tenaga Kefarmasian yang

ditunjuk oleh Apoteker Penanggung jawab. Pendelegasian dilengkapi

dengan Surat Pendelegasian Penerimaan Psikotropika (BPOM, 2018).

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 4

Tahun 2018, pada saat penerimaan Psikotropika Fasilitas Pelayanan

Kefarmasian harus melakukan pemeriksaan:

1) kondisi kemasan Psikotropika termasuk segel, label/penandaan

dalam keadaan baik

16
2) kesesuaian nama Psikotropika bentuk, kekuatan sediaan Obat, isi

kemasan antara arsip Surat Pesanan (SP) dengan obat yang diterima

3) kesesuaian antara fisik Psikotropika dengan Faktur pembelian atau

Surat Pengiriman Barang (SPB) yang meliputi:

a) Kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama Psikotropika,

jumlah, bentuk, kekuatan sediaan, dan isi kemasan

b) Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa

Apabila hasil pemeriksaan ditemukan Psikotropika yang diterima tidak

sesuai dengan pesanan seperti nama, kekuatan sediaan Obat, jumlah atau

kondisi kemasan tidak baik, maka Psikotropika harus segera dikembalikan

pada saat penerimaan. Jika pengembalian tidak dapat dilaksanakan pada

saat penerimaan misalnya pengiriman melalui ekspedisi maka dibuatkan

Berita Acara yang menyatakan penerimaan tidak sesuai dan disampaikan

ke pemasok untuk dikembalikan (BPOM, 2018).

Jika pada hasil pemeriksaan ditemukan ketidaksesuaian nomor bets

atau tanggal kedaluwarsa antara fisik dengan faktur pembelian atau Surat

Pengiriman Barang (SPB) harus dibuat koreksi dan dikonfirmasi

ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok. Namun jika pada hasil

pemeriksaan dinyatakan sesuai dan kondisi kemasan obat baik maka

Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang mendapat delegasi wajib

menandatangani Faktur Pembelian atau Surat Pengiriman Barang (SPB)

dengan mencantumkan nama lengkap, nomor SIPA/SIPTTK dan stempel

sarana (BPOM, 2018).

17
2.4.4. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan perbekalan farmasi

menurut persyaratan yang ditetapkan disertai dengan sistem informasi yang

selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan

(Wowiling, 2016).

Tahap penyimpanan merupakan bagian dari pengelolaan obat

menjadi sangat penting dalam memelihara mutu obat-obatan, menghindari

penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan

persediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan, mengoptimalkan

persediaan, memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang, serta

mengurangi resiko kerusakan dan kehilangan (Sinen, 2017). Kegiatan

penyimpanan dan memelihara dengan cara menempatkan obat - obatan

yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan

fisik yang dapat merusak mutu obat (Latifah, 2013).

Penyimpanan obat harus diperhatikan dan harus memenuhi standar

penyimpanan yang baik. Untuk mewujudkan tercapainya ketepatan jumlah

dan ketersediaan obat ketika dibutuhkan untuk pengobatan yang efisien

dan efektif (Mangindara, 2012)

Menurut PERMENKES Nomor 3 Tahun 2015, ruang penyimpanan

harus mampu menjaga keamanan, khasiat , dan mutu obat. Untuk obat

Psikotropika tempat penyimpanan dapat berupa gudang,ruangan, atau

lemari khusus dan dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain

Psikotropika.

a. Persyaratan gudang,ruangan, atau lemari khusus Psikotropika

18
1) Gudang khusus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang

dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci

yang berbeda

b) Langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi

c) Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan

jeruji besi

d) Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin apoteker

penanggung jawab

e) Kunci gudang dikuasai oleh apoteker penanggung jawab dan

pegawai lain yang dikuasakan.

2) Ruang khusus harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat

b) Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi

dengan jeruji besi

c) Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang

berbeda

d) Kunci ruang khusus dikuasai oleh apoteker

penanggung jawab/apoteker yang ditunjuk dan pegawai

lain yang dikuasakan

e) Tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin

Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk.

3) Lemari khusus harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Terbuat dari bahan yang kuat


19
b) Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah

kunci yang berbeda

c) Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang,

untuk Instalasi Farmasi Pemerintah

d) Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum

e) Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker

penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan

pegawai lain yang dikuasakan.

b. Kondisi Penyimpanan.

Pengaturan penyimpanan obat Psikotropika menurut Peraturan

BPOM Nomor 4 tahun 2018 adalah sebagai berikut:

1) Dalam wadah asli dari produsen.

2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud huruf a,

dalam hal diperlukan pemindahan dari wadah asli nya untuk

pelayanan resep, obat dapat disimpan di dalam wadah baru yang

dapat menjamin keamanan, mutu, dan ketertelusuran obat

dengan dilengkapi dengan identitas obat meliputi nama obat dan

zat aktifnya, bentuk dan kekuatan sediaan, nama produsen,

jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.

3) Pada kondisi yang sesuai dengan rekomendasi dari industri

farmasi yang memproduksi obat sebagaimana tertera pada

kemasan atau label obat sehingga terjamin keamanan dan

stabilitasnya.

20
4) Terpisah dari produk lain dan terlindung dari dampak yang tidak

diinginkan akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban

atau faktor eksternal lain

5) Sedemikian rupa untuk mencegah tumpahan, kerusakan,

kontaminasi dan campur-baur

6) Tidak bersinggungan langsung antara kemasan dengan lantai.

7) Dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas

terapi obat serta disusun secara alfabetis.

8) Memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan obat (Lasa,

Look Alike Sound Alike) dengan tidak ditempatkan berdekatan

dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya

kesalahan pengambilan obat

9) Memperhatikan sistem First Expired First Out (FEFO) dan/atau

sistem First In First Out (FIFO)

Sistem FEFO adalah Obat dengan tanggal kadaluarsa yang lebih

pendek ditempatkan di depan obat dengan kadaluarsa yang lebih lama. Bila

obat mempunyai tanggal kadaluarsa sama, tempatkan obat yang baru

diterima dibelakang obat yang sudah ada. Sistem FIFO adalah Barang

yang baru diterima ditempatkan di belakang barang yang sudah ada

sehingga barang yang pertama masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu

(Elyyana, 2016).

Psikotropika harus disimpan dalam lemari khusus penyimpanan

Psikotropika. Lemari khusus penyimpanan Psikotropika harus mempunyai

2 (dua) buah kunci yang berbeda. Kunci Lemari khusus penyimpanan

21
Psikotropika, Satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab dan

satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan. Apabila

Apoteker Penanggung Jawab berhalangan hadir dapat menguasakan kunci

kepada pegawai lain. Pegawai lain sebagaimana dimaksud adalah

Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian. Pemberian kuasa harus

dilengkapi dengan Surat Kuasa yang ditanda tangani oleh pihak penerima

kuasa. Surat Kuasa harus di arsipkan sekurang kurangnya selama 5 (lima)

tahun. Psikotropika yang rusak dan kedaluwarsa harus disimpan secara

terpisah dari Psikotropika yang layak guna, dalam lemari penyimpanan

Psikotropika dan diberi penandaaan yang jelas (BPOM, 2018).

Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 4

Tahun 2018, penyimpanan Psikotropika dan harus dilengkapi dengan kartu

stok, dapat berbentuk kartu stok manual maupun elektronik dan pencatatan

yang dilakukan harus tertib dan akurat. Informasi dalam kartu stok

sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Psikotropika

2. Jumlah persediaan

3. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan

4. Jumlah yang diterima

5. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan

6. Jumlah yang diserahkan

7. Nomor bets dan kedaluwarsa setiap penerimaan atau penyerahan

8. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.

22
Jika pencatatan dilakukan secara elektronik, maka:

1) Harus tervalidasi, mampu telusur dan dapat ditunjukkan pada

saat diperlukan

2) Harus mampu tertelusur informasi mutasi sekurang-kurangnya 5

(lima) tahun terakhir

3) Harus tersedia sistem pencatatan lain yang dapat dilihat setiap

dibutuhkan. Hal ini dilakukan bila pencatatan secara elektronik

tidak berfungsi sebagaimana seharusnya

4) Harus dapat di salin/copy dan/atau diberikan cetak/printout.

Dalam proses penyimpanan fasilitas pelayanan kefarmasian harus

melakukan stok opname Psikotropika secara berkala sekurang-kurangnya

sekali dalam 1 (satu) bulan. Melakukan investigasi adanya selisih stok

dengan fisik saat stok opname. Mendokumentasikan hasil investigasi dalam

bentuk berita acara hasil investigasi selisih stok. Dokumentasi harus

mampu telusur dan dapat diperlihatkan saat diperlukan (BPOM, 2018).

Mutasi Psikotropika dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit ke depo/unit

antara lain rawat inap, rawat jalan, kamar operasi, instalasi gawat darurat,

harus tercatat pada kartu stok dengan disertai bukti serah terima obat dari

instalasi farmasi kepada depo/unit (BPOM, 2018).

Menurut Pedoman Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2010 dalam penyusunan stok perbekalan farmasi, untuk

memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First

Out) dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu perbekalan farmasi

23
yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal

harus digunakan lebih awal sebab umumnya perbekalan farmasi yang

datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan umumnya

relatif lebih tua dan masa kadaluwarsanya lebih awal.

2. Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet secara

rapi dan teratur.

3. Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika.

4. Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur ,

udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.

5. Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode,

pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi

perbekalan farmasi untuk penggunaan luar.

6. Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak

dengan rapi.

7. Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka biarkan

perbekalan farmasi tetap dalam boks masing-masing.

8. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan perlu

dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu

berada di belakang sehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa

kadaluwarsa habis.

9. Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu lokasi

walaupun dari sumber anggaran yang berbeda.

2.4.5. Pemusnahan

Menurut PERMENKES Nomor 3 Tahun 2015, pemusnahan

24
psikotropika hanya dilakukan dalam hal:

1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang

berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali

2. Telah kadaluarsa

3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu

pengetahuan, termasuk sisa penggunaan

4. Dibatalkan izin edarnya

5. Berhubungan dengan tindak pidana

Pemusnahan Psikotropika hanya boleh dilaksanakan oleh Industri

Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Instalasi Farmasi

Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, Dokter

Atau Toko Obat. Proses pemusnahan obat Psikotropika harus dilakukan

dengan tidak mencemari lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan

masyarakat.

Pada Apotek pemusnahan Psikotropika dilakukan dengan tahapan

penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian menyampaikan surat

pemberitahuan dan permohonan saksi kepada Dinas Kesehatan

kabupaten/ kota dan/ atau Balai Besar/ Balai Pengawasan Obat dan

Makanan setampat. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan

Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat

dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

menetapkan petugas dilingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai

dengan surat permohonan sebagai saksi.

25
Psikotropika dalam bentuk obat jadi harus dilakukan pemastian

kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan pemusnahan.

Penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian yang melaksanakan

pemusnahan harus membuat Berita Acara Pemusnahan. Berita Acara

Pemusnahan dibuat dalam 3 (tiga) rangkap dan tembusnya disampaikan

kepada Direktur Jenderal dan Kepala Badan/ Kepala Balai.Berita Acara

Pemusnahan paling sedikit memuat:

1. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan

2. Tempat pemusnahan

3. Nama penanggung jawab fasilitas pelayanan kefarmasian

4. Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain

badan/sarana tersebut

5. Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan

6. Cara pemusnahan

7. Tanda tangan penangguang jawab fasilitas pelayanan kefarmasian dan

saksi.

2.4.6. Pencatatan dan Pelaporan

Kegiatan Administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan,

administarasi keuangan, administarasi penghapusan (Hasratna, dkk,

2016). Salah satu kegiatan administrasi yakni pencatatan dan pelaporan.

Adminisitrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan guna

memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu (Febreani, dkk,

2016).

26
Menurut PERMENKES Nomor 3 Tahun 2015, Apotek yang melakukan

penyaluran, atau penyerahan Psikotropika wajib membuat pencatatan

pengenai pemasukan dan pengeluaran Psikotropika. Pencatatan paling

sedikit terdiri atas:

1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan psikotropika

2. Jumlah persediaan

3. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan

4. Jumlah yang diterima

5. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan

6. Jumlah yang disalurkan/diserahkan

7. Nomor bats dan kadaluarsa setiap penerimaan atau

penyaluran/penyerahan

8. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk

Pencatatan yang dilakukan sebagaimana disebutkan diatas harus

sesuai dengan dokumen penerimaan dan dokumen penyaluran atau

dokumen penyerahan. Seluruh dokumen pencatatan, dokumen

penerimaan, dokumen penyaluran, dan/atau dokumen penyerahan

Psikotropika wajib disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.

Apotek wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan

pemasukan dan penyerahan/penggunaan Psikotropika, setiap bulan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan

Kepala Balai setempat. Laporan sebagaimana yang di maksud dapat

27
menggunakan sistem pelaporan psikotropika secara elektronik. Laporan

disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan

sebagaimana dimaksudpaling sedikit terdiri atas :

1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Psikotropika

2. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan

3. Jumlah yang diterima

4. Jumlah yang diserahkan.

2.5. Apotek

Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat

dilakukannya praktek kefarmasian oleh Apoteker (Permenkes RI,2016).

Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan yang bertanggung jawab

serta langsung diberikan kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi untuk mencapai hasil yang pasti dalam peningkatan mutu

kehidupan pasien.

Salah satu fungsi apotek yakni sebagai unit sarana kesehatan, harus

mampu menjalankan pelayanan profesional dan bertanggung jawab sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Tenaga Teknis Kefarmasian di apotek

harus memenuhi kode etik profesi yang menjamin keamanan efikasi dan

kepuasan pasien. Apotek yang di pimpin oleh Apoteker bertanggung jawab

dalam pengadaan, pengelolaan, distribusi obat serta pemberian informasi

dan menjamin kualitas pelayanan terkait dengan penggunaan obat.

Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut undang –

undang kesehatan No.35 tahun 2009 tentang Kesehatan, harus memenuhi

28
rasa aman, bermanfaat, bermutu dan terjangkaubagi seluruh masyarakat

serta pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di selenggarakan

untuk melindungi seluruh masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh

penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi

persyaratan mutu dan keamanan. Pengelolaan obat yang baik terlebih

khusus yaitu pengelolaan jenis obat bersifat sebagai psikoaktif seperti pada

obat-obat golongan psikotropika dapat merugikan penggunanya apabila di

salah gunakan atau di gunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang

ketat. Jika di gunakan secara tidak rasional salah satu efek samping dari

pemakaian obat ini yaitu seseorang dapat mengalami ketergantungan berat

dan dapat menyebabkan fungsi vital organ tubuh bekerja secara tidak

normal seperti jantung, peredaran darah, pernafasan dan terutama pada

kerja otak (SSP).

Oleh karena itu pengelolaan obat Psikotropika di apotek sangat

memerlukan penanganan dan perhatian lebih.

29
BAB III. METODE PENELITAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember-Januari

2022 di Apotek Mulia Farma Tomohon

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Checklist untuk pengamatan, bolpoin dan HP.

3.2.2. Bahan

Permenkes No. 3 Tahun 2015 dan Peraturan BPOM No. 4 Tahun 2018.

3.3. Metode

3.3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan metode observasional

yang bersifat deskriptif dan evaluasi, dimana dilakukan pemantauan

kegiatan pengelolaan obat psikotropika.

3.3.2. Prosedur Penelitian

Persiapan (survey Apotek, pencarian Pustaka), Penyusunan

Proposal, Pengurusan surat ijin penelitian, Pengambilan data dan

Pengolahan data check list hasil pengamatan/ observasi.

3.3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua pegawai Apotek Mulia Farma Tomohon.

Sampel dalam penelitian adalah petugas farmasi yang ditugaskan dalam

pengelolaan obat Psikotropika di Apotek Mulia Farma Tomohon.

3.3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari pengamatan langsung dan hasil wawancara

30
dengan petugas di Apotek Mulia Farma Tomohon.

3.5. Bagan Alir Penelitian

SESUAI STANDAR

31
3.6. Variabel Yang Diamati

Sistem pengelolaan obat psikotropika. Berdasarkan PERMENKES

Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Pengelolaan, Pemusnahan dan

Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Prekursor Farmasi dan Peraturan

Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat,

Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan

Kefarmasian dan PERMENKES Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

3.7. Analisi Data

Data hasil penelitian yang diperoleh dari check list standar

pengelolaan Psikotropika, dan data hasil wawancara dianalisa dan

disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan.

Tahap menganalisis data dari checklist yaitu dilakukan sebagai

berikut:

1. Mengkuantitatifkan hasil checking sesuai dengan indikator yang telah

ditetapkan dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom “Ya” atau

(X) pada kolom “Tidak” untuk masing-masing persyaratan. Untuk

kolom “Ya” nilainya 1 dan untuk kolom “Tidak” nilainya 0

2. Membuat tabulasi data

3. Menghitung persentase dari tiap-tiap aspek dengan rumus :

32
P(S) = S/N x 100%

Keterangan:

P(S)= persentase tiap kegiatan

S = jumlah skor tiap kegiatan

N = jumlah skor maksimum

4. Dari persentase yang telah diperoleh tersebut kemudian disajikan ke

dalam bentuk diagram dan dibahas secara narasi ( Latifah,2013).

Berdasarkan perhitungan diatas, maka range persentase dan kriteria

kualitatif dapat ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Range Persentase Kriteria Kualitatif Pengelolaan


Psikotropika
No Interval Kriteria

1 76% ≤ Skor ≤ 100% Baik

2 51% ≤ Skor ≤ 75% Cukup Baik

3 26% ≤ Skor ≤ 50% Kurang Baik

4 0% ≤ Skor ≤ 25% Tidak Baik

33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Pengelolaan Obat yang baik sangat menentukan terjaminnya

mutu, ketersediaan yang cukup dan manajemen yang baik untuk suatu

apotek, terlebih khusus dalam pengelolaan obat golongan Psikotropika

yang membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaannya. Apotek Mulia

Farma salah satu Apotek di Tomohon yang menyediakan obat golongan

Psikotropika karena banyaknya rumah sakit dan dokter praktek disekitar

apotek yang meresepkan obat golongan Psikotropika untuk pasiennya.

Pengelolaan Obat di Apotek Mulia Farma dilaksanakan oleh Apoteker

dan Tenaga Teknis Kefarmasian bertanggung jawab atas pengelolaan

obat, mulai dari tahap perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan hingga pemusnahan. Dalam melaksanakan pengelolaan ,

Apotek mempunyai Tenaga Teknis Kefarmasian yang bertanggung jawab

mulai dari penerimaan dan penyimpanan obat.

Dari hasil yang telah didapatkan dilakukan pengukuran yaitu dengan

form cheklist yang di analisa, jika sesuai di tandai dengan ( √ ) dan apabila

tidak sesuai di tandai dengan ( X ).

4.1. Perencanaan

Perencanaan obat di Apotek Mulia Farma khususnya untuk obat

golongan psikotropika didasarkan pada kebutuhan, pola konsumsi,

kemampuan masyarakat. dan pengeluaran tiap bulan. Berdasarkan

keterangan yang diberikan oleh petugas yang menangani obat golongan

psikotropika, untuk alur perencanaan dicek dulu pengeluaran obat dari

bulan-bulan sebelumnya, kemudian ditentukan obat mana saja yang akan

34
di adakan sesuai dengan hasil pengecekan pengeluaran obat bulan

sebelumnya dan diperhatikan juga sesuai dengan pola konsumsi dan

kemampuan masyarakat.

4.2. Pengadaan

Pengadaan obat di Apotek Mulia Farma dilakukan berdasarkan

perencanaan yang telah dibuat oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah

disetujui oleh Apoteker. Pengadaan psikotropika di Apotek Mulia Farma

menggunakan surat pesanan yang telah dibuat dan ditanda tangani oleh

Apoteker penanggung jawab. Dan untuk pembelian obat dilakukan dengan

sistem pembelian langsung ke distributor. Kemudian distributor melakukan

pengiriman obat psikotropika ke Apotek.

Tabel 4.1 Evaluasi Pengadaan Psikotropika


Kesesuaian
No Variabel Evaluasi Skor Keterangan
Ya Tidak
1. Psikotropika bersumber dari √ 1 Sesuai
PBF yang memiliki izin
khusus menyalurkan
psikoropika
2. Menggunakan surat pesanan √ 1 Sesuai
khusus psikotropika
3. SP Psikotropika digunakan √ 1 Sesuai
untuk satu atau beberapa
jenis Psikotropika
4. SP harus memuat :
a. Asli dan dibuat rangkap 2 √ 1 Sesuai
b. SP 1 rankap diserahkan √ 1 Sesuai
kepada pemasok dan 1
rangkap sbagai arsip
c. Ditandatangani Apoteker √ 1 Sesuai
Penanggung Jawab,
dilenkapi dengan nama
jelas, dan nomor Surat
Izin Praktik Apoteker
(SIPA)
d. Nama sarana, alamat √ 1 Sesuai

35
lengkap, dan stempel
sarana
e. Nama fasilitas distribusi √ 1 Sesuai
pemasok beserta alamat
legkap
f. Nama, bentuk dan √ 1 Sesuai
kekuatan sediaan, jumlah
da nisi kemasan
g. Diberikan nomor urut, √ 1 Sesuai
nama kota dan tanggal
penulisan yang jelas
h. SP psikotropika dibuat √ 1 Sesuai
terpisah dengan SP lain
5. Arsip disimpan sekurang- √ 1 Sesuai
kurangnya selama 5 tahun
berdasarkan tanggal dan
nomor urut SP
6. Arsip SP psikotropika √ 1 Sesuai
dipisahkan dengan asrip sp
produk lain
7. Faktur pembelian √ 1 Sesuai
psikotropika harus disimpan
bersatu dengan arsip sp
psikotropika
8. Seluruh arsip harus mampu √ 1 Sesuai
ditelusuri dan dapat
ditunjukkan pada saat
diperlukan
Jumlah Skor 15

Berdasarkan Tabel 4.1 maka perhitungan persentase pengadaan

psikotropika adalah sebagai berikut:

P(pengadaan) = S/N x 100%

Keterangan:

P(pengadaan) = persentase pengadaan psikotropika

S = jumlah skor tiap sub variabel

N = jumlah skor maksimum


15
P(pengadaan) = 15 x 100% = 100%

36
Dapat dilihat bahwa persentase evaluasi pengadaan psikotropika

yang sesuai adalah 100% dan memenuhi variabel kesesuaian pengadaan

obat psikotopika berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018. Dari

hasil evaluasi maka dalam pengadaan psikotropika termasuk dalam

kategori Baik.

Dari hasil penelitian, pengadaan obat jenis psikotropika di Apotek

Mulia Farma dilakukan melalui pembelian langsung ke PBF yang

bersumber dari PBF resmi yang telah ditentukan dan memiliki izin untuk

menyalurkan psikotropika yaitu PT. Kimia Farma, PT. Bina San Prima, PT.

Anugrah Argon Medica, PT. Enseval, PT. Setia Thenoch, PT. Penta Valen

dan PT. Milenium Pharmacon International. Pemesanan psikotropika

menggunakan surat pesanan yang telah ditanda tangani oleh Apoteker

penanggung jawab.

Berdasarkan informasi dari Tenaga Teknis Kefarmasian arsip surat

pesanan psikotropika disimpan selama 5 (lima) tahun disesuaikan dengan

tanggal dan tahun pembuatan surat pesanan. Faktur pembelian.

Psikotropika disimpan bersama dengan Surat Pesanannya. Seluruh arsip

surat pesanan (SP) dan faktur pembelian disimpan terpisah dan dapat

ditunjukkan pada saat diperlukan.

4.3. Penerimaan

Penerimaan obat di Apotek Mulia Farma dilakukan saat distributor

melakukan pengiriman obat psikotropika dan diterima oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian yang telah diberi kuasa oleh Apoteker Penanggung jawab

untuk melakukan penerimaan . Saat barang datang, barang akan dicek

37
kembali oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang menerima untuk melihat

kesesuaian barang yang datang apakah sesuai dengan surat pesanan dan

faktur pembelian yang ada. Selanjutnya obat diserahkan dan disimpan di

gudang Apotek.

Tabel 4.2 Evaluasi Penerimaan Psikotripika


Kesesuaian
No Vaeriabel Evaluasi Skor Keteranagan
Ya Tidak
1. Penerimaan berdasarkan √ 1 Sesuai
Faktur pembelian yang sah
2. Hanya melakukan √ 1 Sesuai
penerimaan psikotropika
untuk fasilitas pelayanan
kefarmasian yang ditju
sebagaimna tertera dalam
surat pesanan
3. Penerimaan psikotropika x 0 Tidak sesuai
dilakukan oleh apoteker
penanggung jawab ( bila
apoteker berhalangan
hadir, dapat didelegasikan
kepada tenaga
kefarmasian yang ditunjuk
oleh apoteker dilengkapi
surat pendelegasian
penerimaan psikotropika)
4. Pada saat penerimaan
psikotropika melakukan
pemeiksaan :
a. Kondisi kemasan √ 1 Sesuai
termasuk segel,
label/penandaan dalam
keadaan baik.
b. Keseuaian nama √ 1 Sesuai
psikotropika, bentuk,
kekuatan sediaan obat,
isi kemasan antara
arsip SP dengan obat
yang diterima.
c. Kesesuaian antara fisik
psikotropika dengan
faktur pembelian yang
meliputi :
1) Kebenaran nama √ 1 Sesuai
produsen, nama

38
pemasok, nama
psikotropika, jumlah,
bentuk kekuatan
sedian da nisi
kemasan.
2) Nomor bets dan √ 1 Sesuai
tanggal kadaluwarsa.
Jumlah Skor 7

Berdasarkan Tabel 4.2 maka perhitungan persentase penerimaan

psikotropika adalah sebagai berikut:

P(penerimaan) = S/N x 100%

Keterangan:

P(penerimaan) = persentase penerimaan psikotropika

S = jumlah skor tiap sub variabel

N = jumlah skor maksimum

7
P(penerimaan) = 8 x 100% = 87,5%

Hasil persentase evaluasi penerimaan obat psikotropika di Apotek

Mulia farma adalah 87.5%. Hasil evaluasi penerimaan obat pikotropika di

Apotek Mulia Farma termasuk dalam kategori Baik berdasarkan Peraturan

BPOM RI Nomor 4 Tahun 2018.

Penerimaan obat psikotropika di Apotek Mulia Farma dilakukan oleh

Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diberikan kuasa oleh Apoteker,

namun tanpa adanya surat pendelegasian oleh Apoteker. Selanjutnya

dilakukan penyesuaian Faktur pembelian dan Surat Pesanan obat yang

diterima, dicocokan mulai dari nama obat, nomor batch, tanggal kadaluarsa,

jumlah obat, dan apakah ada kerusakan pada obat atau tidak. Jika sudah

sesuai, maka obat yang diterima akan langsung disimpan di gudang

39
Apotek. Selanjutnya faktur pembelian akan diserahkan kembali ke

distributor dan akan ditanda tangani oleh pihak yang menerima obat dan

diberi cap stempel Apotek.

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan BPOM RI Nomor 4 tahun

2018, penerimaan psikotropika di Apotek harus berdasarkan faktur

pembelian yang sesuai dan melakukan penerimaan psikotropika yang

ditujukan untuk Apotek tersebut sebagai mana yang tertera dalam Surat

Pesanan.

4.4 Penyimpanan

Penyimpanan obat Psikotropika di Apotek Mulia Farma dilakukan

saat telah dilakukan Penerimaan obat Psikotropika. Selanjutnya petugas

apotek akan mencatat obat Psikotropika yang telah diterima ke dalam kartu

stok dan selanjutnya petugas meletakan dan mengatur obat Psikotropika

ke dalam lemari khusus Psikotropika. Saat penyimpanan obat psikotropika

di gudang apotek yang bertanggung jawab adalah Apoteker penanggung

jawab Apotek.

Dari hasil observasi di Apotek Mulia Farma diketahui bahwa obat-

obat psikotropika yang disimpan di Apotek Mulia Farma berupa Alprazolam

1 mg, Zypraz 0.5 mg, Zypraz 0.25 mg, Valisanbe 5 mg, Proclozam 10 mg,

Opizolam 0.5 mg, Clopitis 10 mg, Braxidin dan Analsik. Obat Psikotropika

jenis itulah yang banyak diresepkan oleh dokter atau fasilitas kesehatan

lainnya yang berada di lingkungan Apotek Mulia farma.

40
Tabel 4.3 Evaluasi Penyimpanan Psikotripika
Kesesuaian
No Variabel Evaluasi Skor Keterangan
Ya Tidak
1. Tempat penyimpanan √ 1 Sesuai
psikotropika dapat berupa
gudang, ruangan, atau lemari
khusus.
2. Gudang khusus harus
memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Dinding dibuat dari tembok √ 1 Sesuai
dan mempunyai pintu jeruji
besi dan 2 buah kunci yang
berbeda.
b. Langit-langit dapat terbuat √ 1 Sesuai
dari tembok beton atau
jeruji besi.
c. Jika terdapat jendela atau √ 1 Sesuai
ventilasi harus dilengkapi
dengan jeruji besi.
d. Gudang tidak boleh √ 1 Sesuai
dimasuki oleh orang lain
tanpa izin Apoteker
penanggung jawab.
e. Kunci gudang dikuasai √ 1 Sesuai
oleh apoteker penanggung
jawab dan pegawai lain
yang dikuasakan.
3. Lemari khusu harus
memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Terbuat dari bahan yang √ 1 Sesuai
kuat.
b. Tidak mudah dipindahkan √ 1 Sesuai
dan mempunyai dua buah
kunci yang berbeda.
c. Diletakkan di tempat yang √ 1 Sesuai
aman dan tidak terlihat
oleh umum.
d. Kunci lemari khusus √ 1 Sesuai
dikuasai oleh apoteker
penanggung jawab dan
pegawai lain yang
dikuasakan.
4. Tempat penyimpanan √ 1 Sesuai
dilarang dipergunakan untuk
menyimpan barang selain
psikotropika.

41
5. Penyimpanan psikotropika √ 1 Sesuai
harus dalam wadah asli dari
produsen. (dikecualikan, jika
diperlukan pemindahan dari
wadah aslinya untuk
pelayanan resep)
6. Obat pada kondisi yang √ 1 Sesuai
sesuai sebagaimana tertera
pada kemasan atau label
obat sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
7. Terlindung dari paparan √ 1 Sesuai
cahaya matahari, suhu,
kelembaban atau factor
eksternal lain.
8. Mencegah kemungkinan √ 1 Sesuai
terjadi tumpahan, kerusakan,
kontaminasi dan campur
baur.
9. Tidak bersinggungan √ 1 Sesuai
langsung antara kemasan
dan lantai.
10. Disusun berdasarkan bentuk √ 1 Sesuai
dan kelas terapi obat.
11. Disusun secara alfabetis. √ 1 Sesuai
12. Obat lasa tidak ditempatkan √ 1 Sesuai
berdekatan dan diberi
penandaan khusus.
13. Metode FIFO/FEFO √ 1 Sesuai
14. Dilengkapi kartu stok (manual √ 1 Sesuai
atau elektronik).
15. Informasi dalam kartu stok
sekurang-kurangnya
memuat:
a. Nama, bentuk sediaa, dan √ 1 Sesuai
kekuatan psikotropika.
b. Jumlah persediaan. √ 1 Sesuai
c. Tanggal, nomor dokumen √ 1 Sesuai
dan sumber penerimaan.
d. Jumlah yang diterima. √ 1 Sesuai
e. Tanggal, nomor dokumen √ 1 Sesuai
fan tujuan penyerahan.
f. Jumlah yang diserahkan. √ 1 Sesuai
g. Nomor bets dan X 0 Tidak
kadaluwarsa setiap Sesuai
penerimaan atau
penyerahan. Tidak
h. Paraf atau identitas X 0 sesuai

42
petugas yang ditunjuk.
16. Pencatatan yang dilakukan √ 1 Sesuai
harus tertib dan akurat.
17. Psikotropika yang rusak atau √ 1 Sesuai
kadaluwarsa harus disimpan
secara terpisah dari yang
layak guna, dalam lemari
penyimpanan khusus
psikotropika yang diberi
penandaan yang jelas/
18. Melakukan stok opname X 0 Tidak
psikotropika secara berkala sesuai
sekurang-kurangnya sekali
dalam 6 bulan.
19. Melakukan investigasi √ 1 Sesuai
adanya selisih stok dengan
fisik saat stok opname.
20. Mendokumentasikan hasil √ 1 Sesuai
dokumentasi dalam bentuk
berita acara hasil investigasi
selisih stok. Dokumentasi
mampu ditelusuri dan dapat
diperlihatkan saat diperlukan.
Jumlah Skor 31

Berdasarkan Tabel 4.3 maka perhitungan persentase penyimpanan

psikotropika adalah sebagai berikut:

P(penyimpanan) = S/N x 100%

Keterangan:

P(penyimpanan) = persentase penyimpanan psikotropika

S = jumlah skor tiap sub variable

N = jumlah skor maksimum


31
P(penyimpanan) = 34 x 100% = 91,1%

Hasil persentase evaluasi penyimpanan obat psikotropika adalah

91.1%. Dari hasil evaluasi, penyimpanan psikotropika masih termasuk

dalam kategori Baik dan memenuhi variabel evaluasi penyimpanan obat

43
psikotopika berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018.

Menurut PERMENKES Nomor 3 Tahun 2015, tempat penyimpanan

obat psikotropika dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.

Gudang Apotek di Apotek Mulia Farma sudah sesuai dengan variabel

evaluasi berdasarkan standar mengenai kondisi ruangan dan fasilitas pada

gudang penyimpanan obat psikotropika menurut PERMENKES Nomor 3

Tahun 2015.

Dalam pedoman Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010)

disebutkan bahwa penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan

memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima

pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang

dapat merusak mutu obat. Menurut PERMENKES Nomor 3 Tahun 2015,

gudang obat psikotropika harus mampu menjaga keamanan, khasiat , dan

mutu obat.

Dari hasil pengamatan penyimpanan obat psikotropika di gudang

Apotek tersedia lemari khusus penyimpanan obat psikotopika, agar

terhindar dari kesalahan pengambilan obat dan mudah untuk membedakan

dengan obat lainnya. Lemari obat psikotropika terbuat dari kayu yang kuat

dengan dua pintu berlapis dengan kunci ganda dan diletakkan di tempat

aman serta tidak terlihat oleh umum.

Berdasarkan pengamatan terdapat juga obat LASA pada lemari

penyimpanan obat psikotropika di Apotek Mulia Farma Tomohon. Dimana

untuk obat yang memiliki kemasan hampir sama seperti valisanbe 2mg

dengan valisanbe 5mg dan alprazolam 0.5mg dengan alprazolam 1mg

44
ditata dirak yang berbeda. Untuk obat yang penyebutannya yang hampir

sama seperti alprazolam dengan opizolam diberikan penandaan khusus.

Penandaan khusus yang dimaksud adalah ditempelkan nama obat di rak

penyimpanan dengan penamaan, untuk penyebutan yang sama ditulis

huruf kecil sedangkan yang berbeda ditulis huruf kapital.

4.5. Pemusnahan

Berdasarkan Permenkes no 3 Tahun 2015, proses Pemusnahan di

awali dengan melakukan pengecekan terhadap fisik obat dan tanggal

kadaluarsa, kemudian Obat kadaluarsa dikeluarkan dari tempat

penyimpanan obat dan dicatat pengeluarannya dari kartu stok obat.

Selanjutnya pihak Apotek akan menyampaikan surat permohonan saksi

untuk pemusnahan kepada DINKES Kab/Kota dan BPOM.

Selanjutnya DINKES Kab/Kota dan BPOM menunjuk petugas

sebagai saksi pemusnahan. Kemudian akan ditetapkannya tanggal, waktu

dan tempat pelaksanaan pemusnahan oleh Apotek. Sebelum obat

dimusnahkan petugas terlebih dahulu merusak kemasan dan label obat

yang akan dimusnahkan. Selanjutnya setelah dilaksanakannya proses

pemusnahan Apoteker membuat Berita Acara Pemusnahan untuk

pemusnahan yang disampaikan Kepada Kepala Dinas Kabupaten Atau

Kota, Kepala Balai Pemeriksaan Obat Dan Makanan, Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi, dan 1 (satu) sebagai Arsip untuk Apotek .

Tabel 4.4 Evaluasi Pemusnahan Psikotropika


Kesesuaian
No Variabel Evaluasi Skor Keterangan
Ya Tidak
1. Pemusnahan dilakukan oleh √ 1 Sesuai
Apotek.

45
2. Penanggung jawab apotek √ 1 Sesuai
memastikan kemasan
termasuk label obat yang
dimusnahkan telah dirusak.
3. Pemusnahan untuk obat √ 1 Sesuai
yang telah kadaluwarsa, tidak
memenuhi syarat untuk
digunakan pada pelayanan
kesehatan, termasuk sisa
penggunaan dan dibatalkan
izin edarnya.
4. Pemusnahan tidak √ 1 Sesuai
mencemari lingkungan dan
tidak membahayakan
kesehatan masyarakat.
5. Menyampaikan surat √ 1 Sesuai
pemberitahuan dan
permohonan saksi kepada
dinas kesehatan
kabupaten/kota dan/atau
Balai Pengawasan Obat dan
Makanan.
6. Dilakukan pemastian √ 1 Sesuai
kebenaran secara
organoleptis oleh saksi
sebelum dimusnahkan.
7. Membuat berita acara √ 1 Sesuai
pemusnahan.
8. Berita acara pemusnahan
paling sedikit memuat :
a. Hari, tanggal, bulan dan √ 1 Sesuai
tahun pemusnahan.
b. Tempat pemusnahan. √ 1 Sesuai
c. Nama penanggung jawab √ 1 Sesuai
fasilitas pelayanan
kefarmasian.
d. Nama petugas yang √ 1 Sesuai
menjadi saksi.
e. Nama dan jumlah √ 1 Sesuai
psikotropika yang
dimusnahkan.
f. Cara pemunahan. √ 1 Sesuai
g. Tanda tangan √ 1 Sesuai
penanggung jawab
fasilitas pelayanan
kefarmasian dan saksi.
9. Berita acara dibuat 3 rangkap √ 1 Sesuai
dan tembusannya

46
disampaikan kepada direktur
jenderal dan kepala
badan/kepala balai.
Jumlah Skor 15

Berdasarkan Tabel 4.4 maka persentase pemusnahan psikotropika

adalah sebagai berikut:

P(pemusnahan) = S/N x 100%

Keterangan:

P(pemusnahan) = persentase pemusnahan psikotropika

S = jumlah skor tiap sub variabel

N = jumlah skor maksimum


15
P(pemusnahan) = 15 x 100% = 100%

Berdasarkan keterngan petugas yang diberi kuasa untuk mengelola

obat psikotropika, bahwa pemusnahan obat psikotropika di apotek mulia

farma tomohon belum pernah dilakukan. Namun apotek mulia farma

mempunyai pedoman pemusnahan berdasarkan Permenkes No 3 Tahun

2015. Sehingga apabila apotek akan melakukan pemusnahan sudah

memiliki pedoman.

4.6. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan yang dilakukan di Apotek Mulia Farma saat dilakukan

penerimaan dan penyerahan obat psikotropika di gudang farmasi

menggunakan kartu stok di gudang farmasi yang kemudian obat akan di

distribusikan kepada pasien berdasarkan resep perorangan yang masuk ke

apotek. pencatatan dilakukan setiap hari berdasarkan resep yang masuk,

kemudian dilakukan pencatatan kedalam kartu stok.

47
Tabel 4.5 Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan Psikotropika
Kesesuaian
No Variabel Evaluasi Skor Keterangan
Ya Tidak
1. Apotek membuat pencatatan √ 1
pemasukkan dan
pengeluaran psikotropika.
2. Pencatatan paling sedikit
terdiri dari :
a. Nama, bentuk sediaan, √ 1
dan kekuatan psikotropika.
b. Jumlah persediaan. √ 1
c. Tanggal, nomor dokumen √ 1
dan sumber penerimaan.
d. Jumlah yang diterima. √ 1
e. Tanggal, nomor dokumen √ 1
dan tujuan penyaluran.
f. Jumlah yang disalurkan. √ 1
g. Nomor bets dan √ 1
kadaluawarsa setiap
penerimaann atau
penyaluran.
h. Paraf atau identitas √ 1
petugas yang ditunjuk.
3. Pencatatan dilakukan sesuai √ 1
dengan dokumen penerimaan
dan penyerahan.
4. Apotek menyampaikan √ 1
laporan pemasukkan dan
penyerahan/penggunaan
psikotropika setiap bulan
kepada Kepala Dinas
Kesehatan kabupaten/kota
dengan tembusan kepala
balai setempat(laporan dapat
menggunakan system
pelaporan psikotropika secara
elektronik).
5. Pelaporan sebagaimana
dimaksud paling sedikit terdiri
atas :
a. Nama, bentuk sediaan √ 1
dan kekuatan psikotropika.
b. Jumlah persediaan awal √ 1
dan akhir bulan.
c. Jumlah yang diterima. √ 1
d. Jumlah yang diserahkan. √ 1
6. Laporan disampaikan paling √ 1
lambat setiap tanggal 10 bulan

48
berikutnya.
Jumlah skor 16

Berdasarkan Tabel 4.5 maka perhitungan persentase pencatatan

dan pelaporan psikotropika adalah sebagai berikut:

P(pencatatan dan pelaporan) = S/N x 100%

Keterangan:

P(pencatatan dan pelaporan) = persentase pencatatan dan pelaporan

psikotropika

S = jumlah skor tiap sub variabel

N = jumlah skor maksimum

Persentase evaluasi pencatatan dan pelaporan psikotropika yang

sesuai adalah 100% berdasarkan PERMENKES Nomor 3 Tahun 2015. Dari

hasil evaluasi pencatatan dan pelaporan obat pikotropika di Apotek Mulia

Farma maka dalam pencatatan dan pelaporan termasuk dalam kategori

Baik.

Berdasarkan hasil penelitian Apotek Mulia Farma membuat,

menyimpan, dan menyampaikan laporan penggunaan obat Psikotropika

setiap bulan yang dilaporkan setiap tanggal 7 pada bulan berikutnya.

Laporan dilakukan dengan sistem pelaporan psikotropika secara elektronik

(SIPNAP). Pelaporan psikotropika sebagaimana dimaksud telah sesuai

dengan veriabel evaluasi untuk pelaporan psikotropika berdasarkan

PERMENKES Nomor 3 tahun 2015.

49
4.7. Pengelolaan obat psikotropika di Apotek Mulia Farma Tomohon

Tabel 4.6. Nilai Rata-Rata Pengelolaan Obat Psikotropika


No Pengelolaan Psikotropika Persentase
1. Evaluasi Pengadaan 100%
2. Evaluasi Penerimaan 87,5%
3. Evaluasi Penyimpanan 91,1%
4. Evaluasi Pemusnahan 100%
5. Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan 100%
Nilai rata-rata 95,7%
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan obat psikotropika

dilihat dari sistem perencanaan sudah baik dan sudah berdasarkan standar

yang ditetapkan yaitu sesuai dengan PERMENKES Nomor 73 Tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dengan

mempertimbangkan beberapa aspek seperti kebutuhan, pola konsumsi,

dan kemampuan masyarakat.

Pengelolaan obat yang meliputi pengadaan, pemusnahan serta

pencatatan dan pelaporan obat pikotropika di Apotek Mulia Farma

mendapatkan persentase 100% memenuhi seluruh variabel kesesuaian

pengelolaan obat psikotopika berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 4

Tahun 2018 dan PERMENKES Nomor 3 Tahun 2015. Dari hasil yang

didapatkan maka pengadaan, pemusnahan serta pencatatan dan

pelaporan obat psikotropika termasuk dalam kategori Baik.

Pada penerimaan obat pikotropika masih terdapat

ketidaksesuaian dengan hasil persentase 87.5% dari variabel evaluasi

penyimpanan psikotopika berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun

2018. Penerimaan obat psikotropika di Apotik Mulia Farma Tomohon

dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian yang diberi kuasa oleh apoteker,

50
namun terdapat kesalahan karena pendelegasian dilakukan tanpa adanya

surat delegasi. Dari hasil persentase evaluasi penerimaan masih masuk

dalam kategori baik.

Pada penyimpanan obat psikotropika didapatkan hasil persentase

sebesar 91.1% yang sesuai dengan variabel evaluasi penyimpanan

berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018. Dari pengamatan dan

wawancara dengan tenaga teknis kefarmasian yang diberi kuasa, kartu stok

di Apotik Mulia Farma Tomohon belum mencantumkan no bets dan

kadaluwarsa obat. Di Apotik Mulia Farma Tomohon tidak dilakukan stok

opname sekali setiap enam bulan. Dari hasil yang didapatkan maka dalam

pendistribusian psikotropika juga masuk dalam kategori Baik.

Berdasarkan tabel 4.6 nilai rata – rata pengelolaan obat psikotropika di

Apotik Mulia Farma Tomohon mendapat persentase 95,7%, masuk dalam

kategori baik dan telah memenuhi variabel evaluasi pengelolaan obat

psikotropika berdasarkan Permenkes No 3 Tahun 2015 dan Peraturan

BPOM No 4 Tahun 2018.

51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, pengelolaan obat psikotropika di Apotik Mulia

Farma Tomohon masuk kategori baik dengan persentase rata – rata 95,7%

yang dievaluai berdasarkan Permenkes No 3 Tahun 2015 dan Peraturan

BPOM No 4 Tahun 2018.

5.2. Saran

Kiranya Apotek Mulia Farma Tomohon dapat memperbaiki hal – hal

yang belum susuai, seperti surat pendelegasian dari Apoteker kepada

tenaga teknis kefarmasian yang diberi kuasa untuk menerima obat

psikotropika dari distributor.

52
DAFTAR PUSTAKA

Adwiah, R. 2017. Sistem Jual Beli Obat Golongan Psikotropika, Narkotika


Dan Prekursor Menurut Perspektif Islam. Skripsi. Makasar : Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.

Anonim.2020. Total Pasien Penyalagunaan.www.bnn.go.id. diakses pada


tanggal 2 juni 2020.

Elyyana, F. 2016. Gambaran Pengeloaan Obat Narkotika dan Psikotropika


di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Kalimantan Selatan. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.
Kobandaha, F., 2016. Analisis Manajemen Pengelolaan Obat Di
Puskesmas Wenang Kota Manado. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Latifah, E., Utomo, R.D. 2013. Profil Pengelolaan Obat di Puskesmas
Pembantu Wates Pinggirrejo Magelang Juli 2013. Jurnal Farmasi.
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Lumenta, JT. 2015. Evaluasi Penyimpanan dan Distribusi Obat Psikotropika
di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuyang Manado. Jurnal
Ilmiah Farmasi – UNSRAT. Vol. 4. No. 4.
Mahdiyani, U., Chairun, W., Endarti, D., 2018. Evaluasi Pengelolaan Obat
Tahap Perencanaan Dan Pengadaan Di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang Tahun 2015-2016. Jurnal JMFP. Vol. 8(1).Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mangindara., Darmawansyah., Nurhayani., Balqis., 2012. Analisis
Pengelolaan Obat di Puskesmas Kampala Kecamatan Sinjai Timur
Kabupaten Sinjai Tahun 2011.Jurnal AKK. Vol. . No. 1. Universitas
Hasanuddin Makassar.
Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.4/BPOM/PER/2018/ Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Badan Pengawasan Obat dan
Makanan RI. Jakarta
Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.4/BPOM/PER/2018/ Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Badan Pengawasan Obat dan
Makanan RI. Jakarta.
53
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.3/MENKES/PER/2015/ TentangPeredaran, Pengelolaan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.3/MENKES/PER/2017/ TentangPerubahan Penggolongan
Psikotropika. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.73/MENKES/PER/2016/ Standar Pelayanan Keframasian di
Aptek. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Putra, SR. 2012. Buku Pintar Apoteker. Jogjakarta:DIVA Press.

Sinen, Y., Astuty, W., supriati, HS., 2017. Evaluasi Penyimpanan Dan
Pendistribusian Obat di PT. Unggul Jaya Cipta Usaha Manado.
Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT. Vol. 6. No. 3.
Susanti, J. (2018). Evaluasi Ketersediaan Serta Aplikasi Sistem Pelaporan
Obat Golongan Narkotika dan Psikotropika pada Apotek di Kota
Medan.
Syamsuni, H. 2006. Farmasetika dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.
Yalida, W. 2015. Studi Pengelolaan Obat Psikotropika di Apotek Kota
Gorontalo. Skripsi. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan.
Universitas Negeri Gorontalo

54
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian

55
Lampiran 2. Surat Pesanan Psikotropika

Lampiran 3. Arsip SP

56
Lampiran 4. Faktur Psikotropika

Lampiran 5. Lemari Psikotropika

57
Lemari 6. Penyimpanan Obat Psikotropika

58
Lampiran 7. Kartu Stok Psikotropika

59
Lampiran 8. Contoh Resep Psikotopika

60

Anda mungkin juga menyukai