Anda di halaman 1dari 123

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN NYERI


KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI
DI DESA SUKO POHJENTREK
KABUPATEN PASURUAN

Oleh :
RIZKI ALIYAH JANNAH
NIM. 1801127

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2021
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN NYERI


KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI
DI DESA SUKO POHJENTREK
KABUPATEN PASURUAN

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya


Keperawatan (Amd.Kep) di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia
Sidoarjo

Oleh :
Rizki Aliyah Jannah
NIM. 1801127

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2021

ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rizki Aliyah Jannah
NIM : 1801127
Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 4 Januari 2000
Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN


KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN NYERI KRONIS PADA
DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA SUKO POHJENTREK
KABUPATEN PASURUAN” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik
sebagian atau keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan
sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa
adanya tekanan dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Pasuruan, 27 Mei 2021


Yang Menyatakan

Rizki Aliyah Jannah


NIM. 1801127

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra,S.Kep.,MNS Ns. Nurul Huda, S.Kep,S.Psi.,M.Si


NIDN. 0731108603 NIDN. 342097001

iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Rizki Aliyah Jannah


Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN NYERI
KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA
SUKO POHJENTREK KABUPATEN PASURUAN

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal : 27 Mei 2021

Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra,S.Kep.,MNS Ns. Nurul Huda, S.Kep,S.Psi.,M.Si


NIDN. 0731108603 NIDN. 342097001

Mengetahui,
Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulityowati, S.Kep.,M.Kes


NIDN. 0703087801

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Telah di uji dan di setujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program DIII Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Tanggal :27 Mei 2021

TIM PENGUJI
Tanda Tangan

Ketua : Agus sulistyowati,s.Kep,.M.Kes..

Anggota : 1. Ns. Nurul Huda, S.Kep, S.Psi., M.Si .......................................

2. Ns. Kusama Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS .......................................

Mengetahui,
Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes


NIDN. 0703087801

v
MOTTO

ّ‫لا َظَظاَظى َظَظا ِِ نْ ظَ ظَ ِن‬


‫ِ نظّ َظِِى ُ ظاََ ظنََظ – رضى ا ِْه – َظا ظُ َظا ظُ َّْلبِ ىى – صلى ا ِليه وسلم – « َظُاو اُ ل‬
ِ ْ‫ ِظ ِِ نْ َظَ ظظََِى ِِى َظ ن‬، ‫ ظوَظَظا ظمَظها َِِظّ َظَ ظظََِى‬، ‫ِ نبَِى ِِى‬
‫ ظوِِ نْ َظَ ظظََِى ِِى ظم لأ َظَ نظََاها ِِى ظم لأ‬، ‫ِ ِه َظَ نظََاها ِِى َظ نِِْى‬ ‫ظ‬
‫ ظوِِ نْ َظَظاَِى‬، ‫َ َِِظ لى َ ظِرِّعا َظُظ لَِنُا َِِظ ني ِه ِظاِعا‬ ِ ِِ ‫َ َِِظ لى‬
‫ ظوِِ نْ َظُظ لَ ظ‬، ‫ِب لنَ َظُظ لَِنُا َِِظ ني ِه َ ظِرِّعا‬ ‫ ظوِِ نْ َظُظ لَ ظ‬، ‫ظَي لنَ ِم نْ اُ نم‬
‫« َظ نِِْى َظَ ظ نيُاها ظُ نَ ظوَظًع‬

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan
hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat
bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di
suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada
pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku
mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat
kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku
mendatanginya dengan berjalan cepat.”
(HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-
gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu."
(HR Tabrani)

"Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali
dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak
saleh yang mendoakannya."

(HR. Muslim no. 1631)

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Syukur alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaiakan.

Isi pikiran yang tersampikan dalam karya ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua saya (ayah dan ibu), terima kasih kalian selalu
memberikan saya kekuatan dalam menjalani studi ini dan selalu
mendoakan saya dalam segala hal urusan Dunia dan Akhirat saya.
2. Kepada pakde Wasuki, bude Efit dan kakak saya Rizka aliyah jannah
terimakasih telah mengingatkan, dan mensupport agar saya selalu
berusaha untuk tidak menyerah menyelesaikan tugas kuliah maupun tugas
akhir ini.
3. Terima kasih kepada bapak ibu dosen yang selalu membimbing saya
dalam penyelesaian tugas akhir dan masukan serta saran yang dapat
membangun untuk penyelesaian tugas akhir saya
4. Terima kasih kepada kakak Anik dan kakak Sofi telah mensupport dan
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Terima kasih kepada teman saya dan sahabat saya (Wina, Rifa, Riza,
Nabila, Xena, Devi, Kumrotul, Shello dan Amel) kalian yang selalu
memberikan semangat, kekuatan, serta dukungan dan semoga dilancarkan
semua yang kalian inginkan, Aamiin.
6. Saudara – saudara saya seangkatan terima kasih kalian telah melalui hal
yang sama dan kita bersama – sama menjalani studi, penyelesaian tugas
akhir sehingga berada di titik ini semoga ilmu yang kita dapatkan selama
kita menjalani studi ini menjadi ilmu yang berokah dan di ridhoi Allah
SWT.

vii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S
DENGAN NYERI KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI
DESA SUKO POHJENTREK KABUPATEN PASURUAN” ingin dengan
tepat waktu sebagai sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program
DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik
2. Ayah, Ibu, dan saudara tercinta yang telah memberi semangat dan
motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
3. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku Direktur Program DIII
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
4. Bapak Ns. Kusama Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan
motivasi selama pelaksanaan studi
5. Bapak Ns. Nurul Huda, S.Kep,S.Psi.,M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama
pelaksanaan studi
6. Bapak dan Ibu responden yang telah membantu saya dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini
7. Teman-teman mahasiswa program studi DIII Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo dan seluruh pihak yang telah
membantu kelancaran penelitian ini
8. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis sadar bahwa Karya Tulis

viii
Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan,
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan
memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan.

Pasuruan, 27 Mei 2021


Penullis

Rizki Aliyah Jannah


NIM.1801127

ix
DAFTAR ISI
Sampul Depan........................................................................................................... i
Lembar Judul........................................................................................................... ii
Lembar Pernyataan................................................................................................. iii
Lembar Persetujuan.................................................................................................iv
Halaman Pengesahan............................................................................................... v
Halaman Motto....................................................................................................... vi
Halaman Persembahan...........................................................................................vii
Kata Pengantar...................................................................................................... viii
Daftar Isi...................................................................................................................x
Daftar Tabel........................................................................................................... xii
Daftar Gambar...................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran....................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................. 6
1.5 Metode Penelitian...............................................................................................6
1.5.1 Metode..................................................................................................... 6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................7
1.5.3 Sumber Data............................................................................................ 7
1.5.4 Studi Kepustakaan................................................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan.........................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9


2.1 Konsep Penyakit Hipertensi...............................................................................9
2.1.1 Definisi Hipertensi...................................................................................9
2.1.2 Anatomi Jantung.................................................................................... 10
2.1.3 Etiologi Hipertensi.................................................................................13
2.1.4 Klasifikasi Hipertensi............................................................................ 16
2.1.5 Manifestasi Klinis Hipertensi................................................................ 18
2.1.6 Patofisiologi Hipertensi......................................................................... 19
2.1.7 Komplikasi Hipertensi........................................................................... 22
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi....................................................... 23
2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi................................................................... 26

2.2 Konsep Dasar Lansia........................................................................................29


2.2.1 Definisi Lansia.......................................................................................29
2.2.2 Batasan Lansia....................................................................................... 30
2.2.3 Klasifikasi Lansia.................................................................................. 31
2.2.4 Karakteristik Lansia...............................................................................31
2.2.5 Kebutuhan Dasar Lansia........................................................................ 32
2.3 Konsep Dampak Masalah................................................................................ 34

x
2.3.1 Konsep Solusi Hipertensi.......................................................................34
2.3.2 Konsep Masalah Yang Sering Muncul Pada Hipertensi........................34

2.4 Asuhan Keperawatan....................................................................................... 35


2.4.1 Pengkajian..............................................................................................35
2.4.1.1 Pengumpulan Data................................................................... 35
2.4.1.2 Analisa Data.............................................................................39
2.4.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 39
2.4.3 Intervensi Keperawatan......................................................................... 43
2.4.4 Pelaksanaan Keperawatan......................................................................52
2.4.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................52
2.5 Kerangka Masalah............................................................................................53

BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................54


3.1 Pengkajian........................................................................................................ 54
3.1.1 Identitas Umum......................................................................................55
3.1.2 Struktur Keluarga...................................................................................55
3.1.3 Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi................................................ 55
3.1.4 Riwayat Kesehatan................................................................................ 55
3.1.5 Riwayat Tempat Tinggal....................................................................... 58
3.1.6 Rekreaai................................................................................................. 59
3.1.7 Pola Fungsi Kesehatan...........................................................................59
3.1.8 Pemeriksaan Fisik.................................................................................. 62
3.1.9 Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif, Psikologis,
dan Sosial ................................................................................................65
3.2 Analisa Data.................................................................................................... 70
3.3 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................71
3.4 Intervensi Keperawatan....................................................................................72
3.5 Implementasi Keperawatan..............................................................................74
3.6 Catatan Perkembangan.....................................................................................78
3.7 Evaluasi Keperawatan......................................................................................80

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................83
4.1 Pengkajian........................................................................................................ 83
4.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................88
4.3 Intervensi Keperawatan....................................................................................89
4.4 Implementasi Keperawatan..............................................................................90
4.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................................93

BAB V PENUTUP................................................................................................95
5.1 Kesimpulan...................................................................................................... 95
5.2 Saran.................................................................................................................96

Daftar Pustaka........................................................................................................ 99
Lampiran.............................................................................................................. 101

xi
DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah............................................................ 17


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Hipertensi............................. 43
Tabel 3.1 Struktur Keluarga............................................................................ 55
Tabel 3.2 Index Katz........................................................................................65
Tabel 3.3 Shorth Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)....................... 67
Tabel 3.4 Geriatric depression scale ( skala depresi ).............................. 68
Tabel 3.5 APGAR Keluarga............................................................................ 69
Tabel 3.6 Analisa Data.................................................................................... 70
Tabel 3.7 Diagnosa Keperawatan.................................................................... 71
Tabel 3.8 Intervensi Keperawatan................................................................... 72
Tabel 3.9 Implementasi Keperawatan............................................................. 74
Tabel 3.10 Catatan Perkembangan.................................................................... 78
Tabel 3.11 Evaluasi Keperawatan..................................................................... 80

xii
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 2.1 Anatomi Jantung Normal dan Sirkulasinya.....................................10


Gambar 2.2 Kerangka Masalah Keperawatan Pada Pasien Hipertensi............... 53

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Lampiran Hal

Lampiran 1 Lembar Pengantar Studi Penelitian................................................. 101


Lampiran 2 Lembar Inform Consent...................................................................102
Lampiran 3 Lembar Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Mellitus..................... 103
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Bimbingan........................................................108
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Bimbingan........................................................109

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan

darah berada pada nilai 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat

menjadi berbahaya, karena jantung di paksa memompa darah lebih

keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai

penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung (Willy, 2018).

Hipertensi yaitu suatu keadaan dimana tekanan systole ˃140 mmHg

dan tekanan diastole ˃ 90 mmHg. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri di Poliklinik Rindam

Tabanan. Jenis rancangan menggunakan deskriptif studi kasus, tempat

penelitian di Poliklinik Rindam Tabanan yang dilaksanakan pada bulan

Februari 2019 dengan subyek dua orang klien yang dirawat jalan di

poliklinik tersebut yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data

yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi, evaluasi. Hasil studi kasus, diagnosa

keperawatan lebih memfokuskan ke bagian rasa nyaman pasien, yaitu

nyeri. Intervensi keperawatan dilakukan selama 2 x 15 menit dengan

menggunakan teknik relaksasi nafas dalam yang diketahui mampu

mempertahankan keelastisan otot sehingga menurunkan tekanan darah

dan terjadi penurunan skala nyeri dari skala nyeri 5 ke skala nyeri 3.

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada pasien hipertensi,

1
2

khusunya yang mengalami gangguan rasa nyaman (nyeri)

sehingga mampu menerapkan teknik relaksasi nafas dalam baik secara

mandiri (Ngurah, 2020). Hipertensi mempunyai arti sebagai suatu

penyebab utama terjadinya kasus kematian dan kecacatan juga

memiliki prevelansi tinggi di negara berkembang (Kaliyaperumal et al,

2016). Menurut Riskesda tahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia

mencapai 8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥18

tahun, Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk

prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 34,1%,

sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi penderita hipertensi di

Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari pengukuran

tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan

mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dari Riskesda tahun

2018 juga mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada

penderita hipertensi terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan

prevalensi penderira sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata

prevalensi hasil pengukuran darah di Indonesia.

Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh

tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi

ditemukan sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi

hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2016). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Riskesdas menemukan prevalensi hipertensi di

Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung

menjadi daerah dengan prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu


3

sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan (30,8%),

Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013).

Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010, data

jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari dinas kesehatan

Provinsi Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa penderta hipertensi. Dari

hasil survei tentang penyakit terbanyak di rumah sakit di Provinsi Jawa

Timur, jumlah penderita hipertensi sebesar 4,89% pada hipertensi

essensial dan 1,08% pada hipertensi sekunder. Prevalensi hipertensi di

Kota Pasuruan 32% (riskesdes, 2018). Data pasien hipertensi di

Puskesmas Pohjentrek sebanyak 18.624 jiwa.

Gaya hidup yang mengikuti era globalisasi, membuat kasus

hipertensi terus meningkat. Gaya hidup gemar makan fast food yang

kaya lemak, asin malas berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan

dalam menambah jumlah pasien hipertensi (Rudianto,2013). Saat ini

orang lebih suka memilih makanan siap saji yang umumnya rendah

serat, tinggi lemak dan banyak mengandung garam. Selain itu makanan

blendrang atau disebut makanan kemarin juga banyak mengandung

kadar garam dari lemak cukup tinggi. Seharusnya masyarakat sadar

bahwa dengan mengkonsumsi makanan diatas dapat memicu terjadinya

hipertensi. Bila hal ini terus dilakukan maka hipertensi mereka akan

bertambah parah dan lebih-lebih juga akan menimbulkan komplikasi

seperti kerusakan pada otak, kerusakan pada jantung, kerusakan pada

ginjal, dan kerusakan pada mata (Rusdianto, 2018).


4

Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun

segala bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat

untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi. Hipertensi perlu

dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala,

yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau saat periksa

ke dokter. Pencegahan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan

memberikan penyuluhan seperti klien disarankan untuk berpartisipasi

pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis atau sesuai

dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang,

perawat dapat mengajarkan klien untuk berhenti merokok, tidak

mengkonsumsi alkohol, dan juga menghindari makan garam yang

berlebih untuk menstabilkan tekanan darah. Salah satu program

pemerintah untuk memberikan pengetahuan, kesadaran dan cara

bersikap terhadap penyakit hipertensi untuk masyarakat adalah dengan

membentuk program prolanis. Prolanis adalah suatu program pelayanan

kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara

terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS

Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas

hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan

efisien (BPJS Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka

penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan

keperawatan hipertensi dengan membuat rumusan masalah sebagai


5

berikut “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada lansisa hipertensi

dengan masalah keperawatan nyeri kronis di desa suko pohjentrek

pasuruan”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tercapainya mahasiswa untuk melakukan asuhan

keperawatan pada Ny.S dengan nyeri kronis pada diagnosa medis

hipertensi di Desa Suko Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada Ny.S dengan nyeri kronis

pada diagnosa medis hipertensi di Desa Suko Pohjentrek

Kabupaten Pasuruan.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.S dengan

nyeri kronis pada diagnosa medis hipertensi di Desa Suko

Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.

1.3.2.3 Merencanakan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan

nyeri kronis pada diagnosa medis hipertensi di Desa Suko

Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.

1.3.2.4 Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada Ny.S

dengan nyeri kronis pada diagnosa medis hipertensi di

Desa Suko Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.

1.3.2.5 Mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ny.S dengan

nyeri kronis pada diagnosa medis hipertensi di Desa Suko

Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.


6

1.4 Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat

memberi manfaat:

1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada

pasien hipertensi.

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi.

1.4.3 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit hasil studi kasus ini,

dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Desa Suko Pohjentrek

Kabupaten Pasuruan agar dapat melakukan asuhan keperawatan

pada pasien hipertensi dengan baik.

1.4.4 Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan

bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada

asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa hipertensi.

1.4.5 Bagi profesi kesehatan Sebagai tambahan ilmu bagi profesi

keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik

tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya

mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu

sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari,

mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses

keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis,


7

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

1.5.2.1 Wawancara

Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan

klien, keluarga maupun tim kesehatan lain.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboraturium yang

dapat menunjang menegakkan diagnose dan penanganan

selanjutnya

1.5.3 Sumber Data

1.5.3.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien

1.5.3.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga

atau orang terdekat klien, catatan medik perawat, hasil-

hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang

berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan

memahami studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga


8

bagian, yaitu :

1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri

dari sub bab berikut ini :

Bab I : pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan,

manfaat penelitian, sistematika penulisan studi kasus.

Bab II : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari

sudut pandang medis dan asuhan keperawatan klien

dengan diagnose hipertensi serta kerangka masalah.

Bab III : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil

pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

Bab IV : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori

dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Bab V : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan

lampiran.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep dan

asuhan keperawatan komplikasi hipertensi. Konsep ini akan diuraikan

definisi, etiologi, dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan

akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada komplikasi hipertensi

dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksaaan, evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat

tekanan darah berada pada nilai 140/90 mmHg atau lebih.

Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa

memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa

mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal,

stroke, dan gagal jantung (Willy, 2018).

Definisi Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal sehingga

mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas,

tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah

yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg

menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,

2014). Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah

9
10

sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik

sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi

menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain

seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin

tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Price, 2015).

2.1.2 Anatomi Jantung

Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran

sebesar kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa

darah ke pembuluh darah dengan kontraksi ritmik dan berulang.

Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas di

namakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya di namakan

ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang

memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan

dan kiri di namakan septum.

Gambar 2.1 Anatomi Jantung normal dan sirkulasinya


11

2.1.2.1 Batas-batas jantung :

1) Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena

cava inferior (VCI)

2) Kiri : ujung ventrikel kiri

3) Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian

kecil ventrikel kiri

4) Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis

5) Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir

horizontal sepanjang diafragma sampai apeks jantung

6) Superior : apendiks atrium kiri

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung

dengan bantuan keempat katup yang mencegah agar darah

tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah tersebut

mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah

katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan

ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara

ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral yang

terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup

aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta.

Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu

leafletanterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga

daun (leaflet).

Jantung di persarafi aferen dan eferen yang

keduanya sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf


12

parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus

jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA

dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel.

Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal

atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun

jantung tidak mempunyai persarafan somatik, stimulasi

aferen gagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan

dipersepsi sebagai nyeri.

Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria.

Arteri koroner kanan berasal dari sinus aorta anterior,

melewati diantara trunkus pulmonalis dan apendiks atrium

kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai

lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri

berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior

decendens artery (PDA) disebut dominan kanan.

Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior

kiri dan terbagi menjadi arteri anterior desenden kiri/ left

anterior descenden (LAD) inter ventrikuler dan

sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks

jantung.

Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus

koronarius ke atrium kanan. Sinus koronarius bermuara ke

sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara

morfologi berhubungan dengan atrium kiri, berjalan dalam


13

celah atrioventrikuler.

2.1.3 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan

(Ardiansyah M., 2018) :

2.1.3.1 Hipertensi primer (esensial).

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau

hipertensi yang 90% tidak diketahui penyebabnya.

Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan

berkembang nya hipertensi esensial diantaranya :

1.) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki

potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

2.) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan

wanita yang telah menopause berisiko tinggi

mengalami penyakit hipertensi

3.) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.

Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan

dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung

berkaitan dengan berkembang nya penyakit hipertensi.

4.) Berat badan obesitas berat badan yang 25% melebihi

berat badan ideal sering di kaitkan dengan

berkembang nya hipertensi.

5.) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol merokok

dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau


14

zat yang terkandung dalam keduanya.

2.1.3.2 Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang di

ketahui penyebab nya. Hipertensi sekunder di sebabkan

oleh beberapa penyakit, yaitu:

1.) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital

yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta

toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta

tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga

terjadi peningkatan tekanan darah diatas area

kontriksi.

2.) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini

merupakan penyakit utama penyebab hipertensi

sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan

dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang

secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar

90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi di

sebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit

parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta

perubahan struktur serta fungsi ginjal.

3.) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).

Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan

esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi


15

melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume

expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan

kembali normal setelah beberapa bulan penghentian

oral kontrasepsi.

4.) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau

korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi

sekunder. Adrenal- mediate hypertension disebabkan

kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.

5.) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.

6.) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan

tekanan darah untuk sementara waktu.

7.) Kehamilan

8.) Luka bakar

9.) Peningkatan tekanan vaskuler

10.) Merokok

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan

katekolamin. Peningkatan katekolamin mengakibatkan

iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung

serta menyebabkan vasokortison yang kemudian

menyebabkan kenaikan tekanan darah.

11.) Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Kusuma

H., 2016) :

1.) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih

besar
16

dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau

lebih besar dari 90 mmHg.

2.) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik

lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih

rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada (Kusuma H., 2016) :

1.) Elastisitas dinding aorta menurun

2.) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3.) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya

4.) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

5.) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah

tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah

diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan

hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.


17

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai

Patokan dan Diagnosis Hipertensi (mmHg)

Kategori Tekanan darah Sistolik Diastolik

Normal < 120 mmHg <80 mmHg

Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi stage 130-139 mmHg 80-89 mmHg

I ≥140 mmHg ≥90 mmHg

Hipertensi stage

II

mber : American Heart Association, Hypertension Highlights

2018 : Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And

Management Of High Blood Pressure In Adults 2013)

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu

hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Aspiani, 2014).

Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak

diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan

hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin,

usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah

peningkatan tekanan darah karena, suatu kondisi fisik yang ada


18

sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari

10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor

pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain : penggunaan

kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular,

luka bakar dan stres (Aspiani, 2018).

2.1.5 Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Tambayong (Kusuma H, 2016), dalam tanda dan

gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

2.1.5.1 Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat di hubungkan

dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan

tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti

hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika

tekanan darah tidak teratur.

2.1.5.2 Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai

hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.

Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

1.)Mengeluh sakit kepala, pusing

2.) Lemas,kelelahan

3.) Sesak nafas

4.) Gelisah
19

5.) Mual

6.) Muntah

7.) Epistaksis

8.) Kesdaran menurun

2.1.6 Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi hipertensi sangat kompleks. Walaupun

belum diketahui secara pasti, pada hipertensi essensial,

faktor genetik, lingkungan serta gaya hidup dapat

mempengaruhi fungsi dan struktur sistem kardiovaskular,

ginjal, dan neurohormonal hingga menimbulkan peningkatan

tekanan darah kronik. Terkait faktor genetik, polimorfisme

lokus-lokus gen yang terlibat dalam regulasi reseptor

angiotensin I dan aldosterone synthase berisiko

menimbulkan hipertensi. Dalam suatu studi, pada pasien

hipertensi dengan partisipan etnis Cina di dapatkan mutasi

gen α-adducin yang berperan dalam aktivitas enzimatik

pompa ion Na+/K+/ATPase terkait absorpsi sodium di ginjal

mengakibatkan peningkatan sensitivitas terhadap garam.

Perubahan sistem kardiovaskular, neurohormonal dan

ginjal sangat berperan. Peningkatan aktivitas saraf simpatis

dapat memicu peningkatan kerja jantung yang berakibat

peningkatan curah jantung. Kelainan pada pembuluh darah


20

berperan terhadap total resistensi perifer. Vasokonstriksi

dapat disebakan peningkatan akitivitas saraf simpatis,

gangguan regulasi faktor lokal (nitrit oxide, faktor

natriuretik, dan endothelin) yang berperan dalam pengaturan

tonus vaskular. Kelainan pada ginjal berupa defek kanal ion

Na+/K+/ATPase, abnormalitas regulasi hormon renin-

angiotensin-aldosteron sertagangguan aliran darah ke ginjal.

Gangguan pada tekanan natriuresis juga dapat mengganggu

pengaturan eksresi sodium hingga mengakibatkan retensi

garam dan cairan. Peningkatan kadar vasokonstriktor seperti

angiotensin II atau endotelin berhubungan dengan

peningkatan total resistensi perifer dan tekanan darah.

Pola diet tinggi garam terutama pada pasien dengan

sensitivitas garam yang tinggi berkontribusi dalam

menimbulkan tekanan darah tinggi. Pola hidup yang tidak

sehat seperti inaktivitas fisik dan pola diet yang salah dapat

menimbulkan obesitas. Obesitas juga berperan dalam

meningkatkan risiko hipertensi esensial sebagaimana suatu

studi menunjukkan penurunan berat badan diikuti penurunan

tekanan darah. Obesitas dapat memicu hipertensi melalui

beberapa mekanisme di antaranya kompresi ginjal oleh

lemak retroperitoneal dan visceral. Peningkatan lemak

visceral terutama lemak retroperitoneal dapat memberikan

efek kompresi pada vena dan parenkim renal sehingga


21

meningkatkan tekanan intrarenal, mengganggu natriuresis

tekanan hingga mengakibatkan hipertensi.

Selain itu peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat

dipicu oleh leptin. Studi menunjukkan ikatan leptin pada

reseptornya terutama pada neuron proopiomelanocortin

(POMC) di hipotalamus dan batang otak berperan dalam

peningkatan tersebut. Perangsangan saraf simpatis

menyebabkan peningkatan kadar angiotensin II dan

aldosterone. Pada obesitas, peningkatan jaringan lemak dan

laju metabolik meningkatkan curah jantung sebagai usaha

untuk memenuhi kebutuhan aliran darah. Tak hanya itu,

obesitas juga berkaitan dengan sindroma metabolik.

Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu lama akan

mengakibatkan perubahan struktural pembuluh darah. Perubahan

struktur meliputi perubahan struktur makro dan mikrovaskular.

Perubahan makrovaskular berupa arteri menjadi kaku serta

perubahan amplifikasi tekanan sentral ke perifer. Perubahan

mikrovaskular berupa perubahan rasio dinding pembuluh darah

dan lumen pada arteriol besar, abnormalitas tonus vasomotor

serta ‘structural rarefaction’ (hilangnya mikrovaskular akibat

aliran darah tidak mengalir di semua mikrovaskular demi

mempertahankan perfusi ke kapiler tertentu).

Perubahan struktur tersebut akan mengganggu perfusi jaringan.

Oleh karena itu, dalam jangka waktu lama dapat timbul


22

kerusakan organ target. Walaupun autoregulasi tubuh terhadap

tekanan darah akan berusaha mempertahankan aliran darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolik, kemampuan regulasi tersebut

menurun pada pasien hipertensi. Organ target yang dapat rusak

meliputi jantung, ginjal, mata serta otak.

2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau

ditanggulangi, dalam jangka panjang akan menyebabkan

kerusakan ateri di dalam tubuh sampai organ yang mendapat

suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi

pada penderita hipertensi yaitu :

2.1.7.1 Stroke

Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan

darah tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari

pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.

2.1.7.2 Infark Miokard

Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa

memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah.

Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan

oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi

iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan


23

hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu

hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia,

hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan

bekuan.

2.1.7.3 Gagal jantung

Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah

tinggi. Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan

meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitas nya, disebut dekompensasi. Akibatnya jantung

tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan di

paru yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema)

kondisi ini disebut gagal jantung.

2.1.7.4 Ginjal tekanan darah tinggi

Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan

ginjal. Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat

ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan

tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan dalam tubuh. (Aspiani, 2016).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Pada awal proses diagnosis, dokter akan menanyakan gejala

yang dialami, riwayat penyakit yang sama dalam keluarga,

riwayat medis penderita, serta obat-obat yang sedang dikonsumsi

oleh penderita. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik


24

untuk menilai kondisi jantung, paru-paru, serta melihat tanda

adanya pembengkakan pada tungkai dan pergelangan kaki. Guna

memastikan diagnosis, beberapa pemeriksaan penunjang juga

perlu dilakukan, di antaranya :

2.1.8.1 Foto Rontgen dada.

Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya

pembengkakan pada bilik kanan jantung atau

pembuluh darah paru-paru, yang merupakan tanda dari

hipertensi pulmonal.

2.1.8.2 Elektrokardiogram (EKG).

Untuk mengetahui aktivitas listrik jantung dan

mendeteksi gangguan irama jantung

2.1.8.3 Ekokardiografi.

Ekokardiografi atau USG jantung dilakukan untuk

menghasilkan citra jantung dan memperkirakan

besarnya tekanan pada arteri paru-paru serta kerja

kedua bagian jantung untuk memompa darah.

2.1.8.4 Tes fungsi paru.

Tes fungsi paru dilakukan untuk mengetahui aliran

udara yang masuk dan keluar dari paru-paru,

menggunakan sebuah alat yang bernama spirometer.

2.1.8.5 Kateterisasi jantung.

Tindakan ini dilakukan setelah pasien menjalani

pemeriksaan ekokardiografi untuk memastikan


25

diagnosis hipertensi pulmonal sekaligus mengetahui

tingkat keparahan kondisi ini. Dengan katerisasi

jantung kanan, dokter dapat mengukur tekanan arteri

pulmonal dan ventrikel kanan jantung.

2.1.8.6 Pemindaian.

Pemindaian seperti CT scan atau MRI digunakan untuk

memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai

ukuran dan fungsi jantung, penggumpalan pada

pembuluh darah, dan aliran darah pada pembuluh darah

paru-paru.

2.1.8.7 V/Q scan atau ventilation-perfusion scan.

Pemindaian ini bertujuan mendeteksi adanya gumpalan

darah yang menyebabkan hipertensi pulmonal. Dalam

pemindaian ini, zat radioaktif khusus akan disuntikkan

pada pembuluh vena di lengan guna memetakan aliran

darah dan udara pada paru-paru.

2.1.8.8 Tes darah

Untuk melihat keberadaan zat seperti metamfetamin,

atau penyakit lain seperti penyakit hati yang dapat

memicu hipertensi pulmonal.

2.1.8.9 Polisomnografi

Digunakan untuk mengamati tekanan darah dan

oksigen, denyut jantung, dan aktivitas otak selama

pasien tertidur. Alat ini juga digunakan untuk


26

mengenali gangguan tidur, seperti sleep apnea.

2.1.8.10 Biopsi paru.

Dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan

paru-paru untuk melihat kelainan di paru-paru yang

dapat menjadi penyebab hipertensi pulmonal. (Willy,

2016).

2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi

2.1.9.1 Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi

gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan

darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi, berbagai

macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan

tekanan darah (Aspiani, 2018).

2.1.9.2 Pengaturan diet

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan

tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan

pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi

stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata

berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan

natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara

dengan 3-6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah

tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium


27

secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,

yang dipercayadi mediasi oleh oksidanitat pada

dinding vaskular.

3) Diet kaya buah sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya

jantung koroner.

2.1.9.3 Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara

menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,

kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung

dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan

bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi

dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan

adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan

tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu)

sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan

menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian

khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan

berat badan yang terjual bebas mengandung

simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan

darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung

dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

2.1.9.4 Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang,

bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah


28

dan memperbaiki kedaan jantung. Olahraga isotonik

dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin

perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga

teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu

minggu sangat di anjurkan untuk menurunkan tekanan

darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat

mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat

hipertensi.

2.1.9.5 Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara

berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol,

penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi

karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke

berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

2.1.9.6 Penatalaksanaan Farmakologis

a. Terapi oksigen

b. Pemantauan hemodinamik

c. Pemantauan jantung

d. Obat-obatan :

Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone,

Dyrenium Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme

untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong

ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai

diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.

Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau


29

inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin

II dengan menghambat enzim yang di perlukan untuk

mengubah angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi

ini menurunkan darah secara langsung dengan

menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan

menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya

meningkatkan pengeluaran natrium.

2.2 Konsep Dasar Lansia

2.2.1 Definisi Lansia atau menua (menjadi tua)

Suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki

kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misal,

hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker

(Nurrahmani, 2017).

Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk

yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013

proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun

adalah 11,7% dari total populasi dunia dan di perkirakan jumlah

tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia

harapan hidup. Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia

harapan hiup orang di dunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012


30

naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun.

Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap

tahunnya. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia

berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011menjadi7,69%

dan pada tahun 2013 di dapatkan proporsi lansia sebesar 8,1%

dari total populasi (WHO, 2015).

Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Sumatera Barat, jumlah

penduduk Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2012 tercatat

sebesar 4.904.460 jiwa dan 5,6% diantaranya adalah penduduk

berusia tua (>65 tahun). Jumlah tersebut di perkirakan akan

bertambah seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Usia

harapan hidup di Sumatera Barat pada tahun 2011 adalah 69,76

tahun angka ini lebih tinggi di bandingkan data nasional yaitu

65.65 tahun (Dinas Kesehatan provinsi Sumatra Barat, 2018).

2.2.2 Batasan Lansia

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia

(WHO) lanjut usia meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.

3. Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun

4. Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun


31

2.2.3 Klasifikasi Lansia

Menurut Kemenkes RI (2017) klasifikasi lansia terdiri dari :

1. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan

4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau

jasa

5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidup nya bergantung pada bantuan orang

lain.

2.2.4 Karakteristik Lansia

Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI

(2018), karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok

berikut ini :

1. Jenis kelamin

Lansia lebih di dominasi oleh jenis kelamin perempuan.

Artinya, ini menunjukan bahwa harapan hidup yang paling

tinggi adalah perempuan.

2. Status perkawinan

Penduduk lansia di tilik dari status perkawinan nya sebagian

besar berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%


32

3. Living arrangement

Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan

perbandingan banyaknya orang tidak produktif (umur <15

tahun dan

>65 tahun) dengan orang berusia produktif (umur 15-64 tahun).

Angka tersebut menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang

harus di tanggung penduduk usia produktif untuk membiayai

penduduk usia non produktif.

4. Kondisi Kesehatan

Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.

Angka kesakitan bisa menjadi indikator kesehatan negatif.

Artinya, semakin rendah angka kesakitan menunjukan derajat

kesehatan penduduk yang semakin baik.

2.2.5 Kebutuhan Dasar Lansia

Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada

umumnya, yaitu kebutuhan makan, perlindungan makan,

perlindungan perawatan, kesehatan dan kebutuhan sosial dalam

mengadakan hubungan dengan orang lain, hubungan antar

pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan

dengan organisasi-organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai

berikut :
33

1. Kebutuhan utama, yaitu :

a. Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi,

seksual, pakaian, perumahan/tempat berteduh

b. Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai

c. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan

d. Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya

tanggapan dari orang lain, ketentraman, merasa berguna,

memiliki jati diri, serta status yang jelas

e. Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-

hubungan dengan orang lain, hubungan pribadi dalam

keluarga, teman- teman dan organisasi sosial.

2. Kebutuhan sekunder, yaitu :

a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas

b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi

c. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan

pengetahuan

d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status,

perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam

kegiatan di masyarakat dan Negara atau Pemerintah

e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti

memahami makna akan keberadaan diri sendiri di dunia

dan memahami hal- hal yang tidak diketahui/diluar

kehidupan termasuk kematian.


34

2.2.6 Hipertensi pada Lansia

Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya

berupa kenaikan tekanan sistolik. Sedangkan menurut WHO

memakai tekanan diastolik tekanan yang lebih tepat dipakai

dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi

sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh

perubahan struktur pada pembuluh darah besar sehingga lumen

menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah kaku, sebagai

peningkatan pembuluh darah sistolik.

2.3 Konsep Dampak Masalah

2.3.1 Konsep Solusi Hipertensi

2.3.1.1 Mengonsumsi makanan sehat.

2.3.1.2 Mengurangi konsumsi garam jangan sampai berlebihan.

2.3.1.3 Mengurangi konsumsi kafein berlebihan seperti teh dan

kopi.

2.3.1.4 Berhenti merokok.

2.3.1.5 Berolahraga secara teratur.

2.3.1.6 Menurunkan berat badan, jika diperlukan.

2.3.1.7 Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.

2.3.2 Konsep Masalah yang sering muncul pada Hipertensi.

Gejala yang muncul yaitu :

2.3.2.1 Kerusakan Vaskuler


35

2.3.2.2 Penyakit arteri koroner dengan angina

2.3.2.3 Hipertrofi ventikel kiri

2.3.2.4 Gagal jantung kiri

2.3.2.5 Perubahan patologis pada ginjal (sumber : Bare, 2018)

2.4 Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang

pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,

kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental,

sosial dan dalam lingkungan menurut (Dermawan, 2016) adalah :

2.4.1.1 Pengumpulan data.

a. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat

berat.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Beberapa hal yang harus di ungkapkan pada setiap

gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, pundak terasa

berat.

3) Riwayat kesehatan keluarga Apakah keluarga

pernah mengalami penyakit yang sama.


36

b. Aktivitas istirahat

1) Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas

pendek,gaya hidup monoton.

2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat Perubahan

irama jantung Takipnea

c. Sirkulasi

1) Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung coroner/katup dan penyakit serebro vaskuler.

Episode palpitasi, perspirasi.

2) Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari

kenaikan tekanan darah diperlukan untuk

menegakkan diagnosis). Hipotensi postural

(mungkin berhubungan dengan regimen obat).

Frekuensi/irama: Takikardia, berbagai disritmia.

d. Integritas ego

1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,

depresi, euphoria atau marah kronik (dapat

mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor

stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan

dengan pekerjaan).

2) Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan

kontiniu perhatian, tangisan yang meledak. Gerak

tagan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar

mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,


37

peningkatan pola bicara.

e. Eliminasi

1) Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

(sepertiinfeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal

yang lalu).

f. Makanan/Cairan

1) Gejala : Makanan yang disukai yang dapat

mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,

tinggi kolestrol, kandungan tinggi kalori. Mual,

muntah, perubahan berat badan akhir akhir ini

(meningkatkan/menurun) Riwayat pengguna

diuretik.

2) Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya

edema (mungkin umum atau tertentu), kongesti

vena, DVJ, glikosuria (hampir 10% hipertensi

adalah diabetik).

g. Neurosensori

1) Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit

kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan

menghilang secara spontan setelah beberapa jam),

episode kebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh,

gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur),

episode epistaksis.
38

2) Tanda :

Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi,

pola isi bicara, afek, proses fikir atau memori

(ingatan). Respon motorik: Penurunan kekuatan

genggaman tangan dan/atau reflek tendon dalam.

h. Nyeri/Ketidak nyamanan

1) Gejala : Angina (penyakit arteri coroner.keterlibatan

jantung), nyeri hilang timbul pada

tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosclerosis pada

arteri ekstremitas bawah), sakit kepala oksipital

berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya, nyeri

abdomen/massa (feokromositoma).

i. Pernapasan

1) Gejala : Dispenea yang berkaitan dengan

aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, dyspnea

nocturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa

pembentukan sputum, riwayat merokok.

2) Tanda : Distres respirasi/penggunaan otot aksesori

pernapasan, bunyi nafas tambahan (krakles/mengi),

sianosis.

j. Keamanan

1) Gejala : Gangguan koordinas/cara berjalan.

2) Tanda : Episode parastesia unilateral transien,

hipotensi postural.
39

k. Pembelajaran/Penyuluhan

1) Gejala :

Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis,

penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit

serebrovaskuler/ginjal. Faktor-faktor resiko etnik,

penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan

obat/alkohol.

2.4.1.2 Analisa Data

Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam

pengembangan daya berfikir dan penalaran yang di

pengaruhi

oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman,

dan pengertian keperawatan. Analisa data adalah

kemampuan dalam mengembangkan kemampuan

berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan. Dalam melakukan analisis data, di

perlukan kemampuan mengaitkan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan

prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam

menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

2.4.2.1 Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang


40

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang

berlangsung lebih dari 3 bulan.

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif :

1) Mengeluh nyeri

2) Merasa depresi (tertekan).

Objektif :

1) Tampak meringis

2) Gelisah

3) Tidak mampu menuntaskan aktivitas.

Gejala dan tanda minor :

Subjektif :

1) Merasa takut mengalami cedera berulang.

Objektif :

1) Bersikap protektif (mis, posisi menghindari nyeri)

2) Waspada

3) Pola tidur berubah

4) Anoreksia

5) Fokus menyempit

6) Berfokus pada diri sendiri


41

2.4.2.2 Intoleransi aktifitas b.d imobilitas

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan

aktivitas sehari-hari,

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif :

1) Mengeluh lelah

Objektif :

1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi

istirahat

Gejala dan tanda minor :

Subjektif :

1) Dispnea saat/setelah aktivitas

2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3) Merasa lemah

Objektif :

1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah

aktivitas

3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4) Sianosis

2.4.2.3 Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur.

Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur

akibat faktor eksternal.


42

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif :

1) Mengeluh sulit tidur

2) Mengeluh sering terjaga

3) Mengeluh tidak puas tidur

4) Mengeluh pola tidur berubah

5) Mengeluh istirahat tidak cukup

Objektif : (tidak tersedia)

Gejala dan tanda minor :

Subjektif :

1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Objektif : (tidak tersedia)

2.4.2.4 Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan

afterload.

Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung

yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan

metabolism tubuh.

Gejala dan tanda mayor : (tidak tersedia)

Gejala dan tanda minor : (tidak tersedia)


2.4.3 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan pada Pasien Hipertensi menurut TIM POKJA DPP PPNI (2017)

No. Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Keperawatan TTD


Keperawatan
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan perawatan 3x kunjungan Intervensi Utama
berhubungan rumah di harapkan nyeri berkurang 1. Manajemen Nyeri Tindakan
dengan Luaran Utama Observasi :
kondisi 1. Tingkat Nyeri a. Identifikasi lokasi, karakterisik, durasi, frekuensi,
musculoskeletal kronis a. Panjangnya episode nyeri dari kualitas, intensitas nyeri
jangka waktu yang lama (±15 b. Identifikasi skala nyeri
menit) menjadi kurang jadi 15 c. Identifikasi respons nyeri non verbal
menit d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
b. Ekspresi wajah dari grimace nyeri
menjadi tidak grimmace e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
c. Pola istirahat dari yang terganggu f. Identifikasi Pengaruh nyeri pada kualitas hidup
menjadi tidak terganggu g. Monitor keberhasilan terapi komplementer
d. Skala nyeri dari skala 2 diturunkan h. Monitor efek samping penggunaan analgetik
menjadi ≤ 2
Teraupetik
Luaran tambahan a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
1. Kontrol Gejala nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
a. Kemampuan memonitor biofeedback, terapi pijat,aroma terapi, teknik imajinasi
munculnya gejala secara mandiri terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
dari yang tidak bisa menjadi bisa b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
b. Kemampuan memonitor lama Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan )
bertahannya gejala dari yang tidak c. Fasilitasi Istirahat dan tidur
tau menjadi tau d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
2. Kontrol Nyeri strategi meredakan nyeri
a. Mengenali kapan nyeri yang
terjadi dari tidak pernah tau Edukasi

43
menjadi tau a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Menggunakan analgesik yang di b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
rekomendasikan dari yang tidak c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
pernah menggunakan menjadi d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
menggunakan e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
c. Mengenali apa yang terkait dengan rasa nyeri
gejala nyeri dari yang tidak pernah Kolaborasi
mengenali menjadi tau a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Tingkat Ansietas
a. Keluhan pusing dari yang sering Intervensi Pendukung
mengeluh pusing menjadi tidak 1. Edukasi manajemen nyeri
b. Tekanan darah yang tinggi Tindakan Observasi
menjadi normal a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Teraupetik
a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi
d. Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan
nyeri
e. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
f. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
g. Ajarkan tekniknonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri

Terapi Relaksasi
1. Pemberiann obat oral
Tindakan Observasi
a. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontra
indikasi obat (mis. Gangguan menelan,
nausea/muntah, inflamasi usus, peristaltik
menurun, kesadaran menurun, program usaha)
b. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
c. Periksa tanggal kadaluwarsa obat
d. Monitor efek teraupetik obat

44
e. Monitor efek lokal, efek sistemik dan efek samping obat
f. Monitor risiko aspirasi, jika perlu

Teraupetik
a. Lakukan prinsip enam benar( pasien, obat, dosis, waktu,
rute, dokumentasi)
b. Berikan obat sebelum makan dan setelah maka, sesuai
kebutuhan
c. Campurkan obat dengan sirup, jika perlu
d. Taruh obat sublingual di bawah lidah pasien

Edukasi
a. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian,
tindakan yang diharapkan, dan efek samping
sebelum pemberian
b. Anjurkan tidak menelan obat sublingual
c. Anjurkan tidak makan/minum hingga seluruh
obat sublingual larut
d. Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara
pemberian obat secara mandiri

2. Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan perawatan 3x Intervensi utama


Imobilitas kunjungan rumah di harapkan kemudahan 1. Manajemen energi
dalam melakukan aktivitas sehari-hari Tindakan Observasi
meningkat a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Luaran utama mengakibatkan kelelahan
1. Toleransi aktivitas b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
a. Dari yang sulit melakukan c. Memonitor pola dan jam tidur
aktivitas sehari-hari menjadi bias d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas seperti biasa melakukan aktivitas
Teraupetik
Luaran tambahan a. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
1. AmbulasiDapat menopang berat stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan )
badannya dan dapat berjalan dengan b. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
langkah yang efektif c. Berikan aktivitas distraksi yang

45
2. Curah Jantung menenangkan
Tekanan darah dari yang 170/130 d. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
menjadi 130/90 berpindah atau berjalan
3. Konservasi Energi Edukasi
a. Dapat melakukan aktivitas fisik a. Anjurkan tirah baring
yang di rekomendasikan b. Ajurkan melakukan aktivitas secara bertahap
b. Mekanika tubuh yang menurun c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
menjadi meningkat kelelahan tidak berkurang
4. Tingkat Keletihan d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kemampuan melakukan aktivitas rutin Kolaborasi
dari yang jarang menjadi sering (mis, a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
senam lansia) asupan makanan

Intervensi Pendukung
1. Dukungan Tidur
Tindakan Observasi
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan
psikologis)
c. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
tidur (mis. Kopi, the, alkohol, makanan mendekati
waktu tidur siang, jika perlu
d. Identifikasi obat tidur yang di konsumsi Teraupetik
a. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
kebisingan,suhu, matras, dan tempat tidur)
b. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
c. Batasi menghilangkan stress sebelum tidur
d. Tetapkan jadwal tidur rutin
e. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
f. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga

Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

46
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang
mengganggu tidur
d. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
suppressor terhadap tidur REM
e. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur(mis. Psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
f. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

Terapi Relaksasi
1. Pemberian Obat Oral
Tindakan Observasi
a. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontra
indikasi obat (mis. Gangguan menelan, nausea/muntah,
inflamasi usus, peristaltik menurun, kesadaran menurun,
program usaha)
b. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
c. Periksa tanggal kadaluwarsa obat
d. Monitor efek teraupetik obat
e. Monitor efek lokal, efek sistemik dan efek samping obat
f. Monitor risiko aspirasi, jika perlu

Terapeutik
a. Lakukan prinsip enam benar( pasien, obat, dosis, waktu,
rute, dokumentasi)
b. Berikan obat sebelum makan dan setelah maka, sesuai
kebutuhan
c. Campurkan obat dengan sirup, jika perlu
d. Taruh obat sublingual di bawah lidah pasien Edukasi
e. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian
f. Anjurkan tidak menelan obat sublingual
g. Anjurkan tidak makan/minum hingga seluruh obat

47
sublingual larut
h. Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian obat
secara mandiri

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan perawatan 3x kunjungan Intervensi Utama


b.d kurangnya kontrol rumah di harapkan kesulitan tidur menurun 1. Dukungan Tidur
tidur Luaran Utama Tindakan Observasi
1. Pola Tidur a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
a. Keluhan dari yang sulit tidur b. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan
menjadi tidur dengan teratur psikologis)
b. Keluhan dari yang tidak puas saat c. Identifikasi makanan dan minuman yang
tidur menjadi puas mengganggu tidur (mis. Kopi, the, alkohol,
c. Keluhan pola tidur yang berubah- makanan mendekati waktu tidur siang, jika
ubah menjadi pola tidur yang teratur perlu
Luaran Tambahan d. Identifikasi obat tidur yang di konsumsi
1. Status Kenyamanan
a. Kesejahteraan fisik dari yang Teraupetik
menurun menjadi normal a. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,
b. Dari yang tidak ada dukungan kebisingan,suhu, matras, dan tempat tidur)
sosial dari keluarga menjadi b. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
ada c. Batasi menghilangkan stress sebelum tidur
c. Keluhan sulit tidur menjadi d. Tetapkan jadwal tidur rutin
tidur dengan teratur e. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis.
2. Tingkat Depresi Pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
a. Dari yang merasa tidak f. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk
berharga menjadi berharga menunjang siklus tidur terjaga
b. Kemampuan beraktivitas
sehari-hari meningkat Edukasi
3. Tingkat Keletihan a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
a. Dari yang sering merasa sakit b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
kepala menjadi berkurang c. Anjurkan menghindari makanan atau
b. Mampu melakukan aktivitas minuman yang mengganggu tidur
rutin d. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung suppressor terhadap tidur REM
e. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi

48
terhadap gangguan pola tidur(mis. Psikologis,
gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
f. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

Intervensi Pendukung
1. Manajemen Energi
Tindakan Observasi
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Memonitor pola dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas

Teraupetik
a. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan )
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Ajurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
d. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.

49
4. Resiko penurunan Setelah dilakukan perawatan 3x kunjungan Intervensi Utama
curah jantung b.d rumah di harapkan tekanan darah menjadi 1. Perawatan Jantung
perubahan afterload normal Tindakan Observasi
Luaran Utama a. Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah
1. Curah Jantung jantung(meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea,
a. Tekanan darah dari yang 170/130 paroxysmal, nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
menjadi 130/90 b. Identifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah
b. Dari yang sering merasa lelah jantug (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali,
menjadi jarang lelah distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
Luaran Tambahan c. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik,
1. Perfusi Miokard jika perlu)
a. Dari yang sering timbul nyeri d. Monitor intake dan output cairan
dada menjadi jarang timbul e. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
b. Dari yang sering merasakan mual f. Monitor saturasi oksigen
dan muntah menjadi berkurang g. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi,
c. Tekanan darah dari yang 170/130 durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
menjadi 130/90 h. Monitor ekg 12 sadapan
2. Perfusi Perifer i. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
a. Denyut nadi perifer dari yang j. Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit, enzim
tidak normal menjadi normal 60- jantung, BNP, NT pro-BNP)
100x/menit k. Monitor fungsi alat pacu jantung
b. Turgor kulit yang awal nya >2 Teraupetik
menjadi <2 a. Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki ke
3. Status Cairan bawah atau posisi nyaman
a. Intake cairan dari yang tidak b. Berikan diet jantung yang sesuai
normal menjadi normal c. Gunakan stocking elastic
b. Frekuensi nadi menjadi normal d. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya
c. Tekanan darah dari yang 170/130 hidup sehat
menjadi 130/90 e. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
4. Status Sirkulasi f. Berikan dukungan emosional dan spiritual
a. Kekuatan nadi dari yang lemah g. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
menjadi normal oksigen >94%
b. Saturasi Oksigen dari yang 90%

50
menjadi 100% Edukasi
c. Tekanan darah dari yang170/130 a. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
menjadi 130/90 b. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
c. Anjurkan berhenti merokok
d. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
e. Ajarkan pasien dan keluarga mengukut intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
b. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Intervensi Pendukung
1. Edukasi Pengukuran Nadi Radialis
Tindakan Observasi
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Teraupetik
a. Sediakan materi dan media pendidikan
b. Kesehatan Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
d. Pastikan pasien merasa nyaman dan rileks
e. Dokumentasikan hasil pengukuran nadi radialis
Edukasi
a. Jelaskan prosedur pengukuran nadi radialis
b. Anjurkan dalam posisi duduk atau terlentang
c. Ajarkan cara memeriksa pulsasi radia
d. Ajarkan menghitung denyutan selama 60 detik, atau hitung
selama 30 detik dan kalikan 2
e. Ajarkan menghitung frekuensi, irama, dan volume denyut
nadi dengan mencatat poladan kekuatan denyutan

51
52

2.4.4 Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi merupakan perwujudan dari

intervensi keperawatan meliputi tindakan yang telah di

rencanakan. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada

pasien dengan hipertensi secara teoritis mengacu pada

teori sesuai dengan diagnose keperawatan yang diangkat.

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini penulis

menemukan beberapa faktor penunjang di antaranya

adalah respon klien yang baik, mudah menerima saran

perawat, keluarga bersikap kooperatif dan terbuka serta

tanggapan yang baik dari keluarga kepada penulis dalam

memberikan informasi yang berhubungan dengan klien.

2.4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan

keperawatan, pada tahap ini akan dilakukan evaluasi

apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan

sudah efektif atau belum untuk mengatasi masalah

keperawatan klien atau dengan kata lain tujuan asuhan

keperawatan tercapai atau tidak tercapai.


53

2.5 Kerangka Masalah


BAB 3

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien Hipertensi maka penulis menyajikan suatu kasus yang

penulis amati pada tanggal 03 Maret 2021 pada pukul 06.00 WIB

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas

3.1.1.1 Nama : Ny. S

3.1.1.2 Umur : 65 tahun

3.1.1.3 Jenis Kelamin : Perempuan

3.1.1.4 Pendidikan Terakhir : SD

3.1.1.5 Status Perkawinan : Kawin

3.1.1.6 Alamat : Dusun Suko, Desa Sukorejo-Pasuruan

3.1.1.7 Agama : Islam

3.1.1.8 Suku : Jawa

3.1.1.9 No RM :

3.1.1.10 Tanggal MRS :

3.1.1.11 Tanggal Pengkajian : 03-03-2021

3.1.1.12 Orang yang paling dekat / bisa di hubungi

Nama : Tn. S

Alamat : Dusun Suko, Desa Sukorejo-

Pasuruan

Jenis kelamin : Laki-laki

Hubungan dengan klien : Suami

54
55

3.1.2 Struktur keluarga

Tabel 3.1 Struktur Keluarga

No Nama Umur Jenis Hubungan Pekerjaan Keteranga


Kelamin Dengan n
Klien
1. Tn. S 68 th Laki-laki Suami PNS Menikah
2. Ny. S 65 th Perempuan Istri/Klie ART Menikah
n
3. Tn. R 38 th Laki-laki Anak 1 Guru Menikah
4. Tn. S 34 th Laki-laki Anak 2 Wiraswasta Menikah

3.1.3 Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

3.1.3.1 Pekerjaan saat ini Ibu Rumah Tangga

3.1.3.2 Pekerjaan sebelumnya Penjahit

3.1.3.3 Sumber Pendapatan

Jumlah pendapatan sebulan : <1.500.000

3.1.3.4 Kecukupan Pendapatan Cukup

3.1.4 Riwayat Kesehatan

3.1.4.1 Keluhan Utama

Ny. S mengatakan sering pusing, masuk angin, merasa

nyeri pada tengkuknya, dan sulit bergerak kerika nyeri

muncul.

3.1.4.2 Riwayat Penyakit Sekarang

1.) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir

Ny. S mengatakan nyeri yang dirasakan saat terlalu

banyak melakukan aktivitas (P), Nyeri seperti

mencengkram (Q), Klien mengatakan nyeri di tengkuk

(R), Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)


56

2.) Gejala yang dirasakan

Ny. S mengatakan sering pusing, masuk angin dan

merasa nyeri pada tengkuknya

3.) Faktor pencetus

Penyebabnya karena terlalu banyak aktivitas.

4.) Timbulnya keluhan

Jika Ny. S sedang atau setelah beraktivitas

5.) Upaya mengatasi

Ny. S mengatakan harus pergi ke klinik pengobatan

atau dokter praktek dan Px mengatakan

mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin

3.1.4.3 Riwayat penyakit dahulu

1.) Penyakit yang pernah diderita

Ny. S mengatakan pernah memiliki riwayat penyakit

hipertensi

2.) Riwayat alergi

Ny. S mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi

apapun

3.) Riwayat kecelakaan

Ny. S mengatakan tidak mempunyai riwayat

kecelakaan

4.) Riwayat pernah dirawat di RS

Ny. S mengatakan tidak pernah dirawat di RS


57

5.) Riwayat pemakaian Obat

Ny. S mengatakan rutin minum obat nifedipine 10mg

2x1

3.1.4.4 Riwayat penyakit Keluarga

Ny. S mengatakan ada anggota keluarga yang

menderita penyakit sama dengannya (Ibu kandung).

3.1.4.5 Genogram

Keluarga dari pihak Ayah Keluarga dari pihak Ibu

Keterangan :

Laki-laki Meninggal

Perempuan Klien
4.63.1. Riwayat Alergi
Anggota keluarga yang serumah ----------------

Ny. S mengatakan tidak

mempunyai riwayat alergi obat

ataupun makanan
58

3.1.4.7 Riwayat Penggunaan Obat

Ny. S mengatakan rutin minum obat nifedipine 10mg

2x1

3.1.5 Riwayat Tempat Tinggal

3.1.5.1 Jumlah orang yang tinggal dirumah

Ny. S mengatakan yang tinggal dirumahnya hanya 2

orang yaitu dirinya dan suami.

3.1.5.2 Kebersihan dan kerapian ruangan

Ny. S mengatakan selalu membersihkan dan merapikan

rumah

3.1.5.3 Penerangan / sirkulasi udara

Penerangan / sirkulasi udara cukup baik

3.1.5.4 Keadaan kamar mandi dan WC Layak dan bersih

3.1.5.5 Pembuangan air kotor

Terdapat pembuangan air kotor (GOT)

3.1.5.6 Sumber air minum

Ny. S mengatakan minum menggunakan air isi ulang

3.1.5.7 Pembuangan sampah

Ny. S mengatakan terdapat pembuangan sampah di

ujung ruangan dan di depan rumah

3.1.5.8 Sumber pencemaran

Asap dari pembakaran dedaunan di pekarangan dekat

rumah Ny. S
59

3.1.6 Rekreasi

Ny. S mengatakan memanfaatkan waktu luangnya untuk

bermain bersama cucunya

3.1.7 Pola Fungsi Kesehatan

3.1.7.1 Pola tidur / istirahat

Ny. S mengatakan Tidur siang : ±2-3 jam (Bangun ketika

nyeri timbul)

Tidur malam : ±7-8 jam (Bangun ketika nyeri timbul)

3.1.7.2 Pola eliminasi

Ny. S mengatakan tidak ada keluhan saat BAB/BAK /

tidak ada masalah sampai saat ini

1.) BAB

a) Frekuensi : 1 kali / hari

b) Konsistensi : Padat

c) Warna : Kuning kecoklatan

d) Bau : Khas

e) Pengalaman memakai pencahar : Tidak

2.) BAK

f) Frekuensi : ± 3-4 kali / hari b.) Warna : Kuning

bening

g) Bau : Khas Urine 3.) Pola nutrisi

h) Frekuensi makan : Ny. S mengatakan pola makan 3

kali sehari

i) Nafsu makan : Ny. S mengatakan nafsu makan


60

baik (makan selalu habis)

j) Jenis makanan : Ny. S mengatakan jenis

makanannya yaitu nasi, sayur, dan ikan

k) Makanan pantangan : Ny. S memiliki makanan

pantangan seperti makanan yang mengandung asin

asin dan berlemak tinggi

l) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Ny. S

mengatakan kebiasaan memakan jeroan dan

makanan yang mengandung tinggi garam.

4.)Pola kognitif perseptual

a.) Penglihatan

Ny. S mengatakan pandangan sedikit kabur saat

melihat objek yang jauh, dan saat jalan keluar rumah

malam-mlam harus di dampingi anggota keluarganya

(Ny. S menggunakan kaca mata)

b.) Pendengaran

Baik / tidak bermasalah

c.) Pengecapan

Baik / tidak bermasalah

d.) Sensasi / peraba

Baik / tidak bermasalah

5.)Persepsi diri-pola konsep diri

a) Gambaran diri

Ny. S mengatakan bergantung pada orang lain


61

b) Identitas diri

Ny. S mampu menyebutkan siapa dirinya

c) Peran diri

Ny. S menjadi seorang istri sekaligus ibu yang baik

d) Ideal diri

Ny. S mampu bertingkah laku sewajarnya

e) Harga diri

Ny. S menerapkan sikap yang baik dimanapun berada

6.) Pola toleransi – stress koping

a) Penyebab stress

Nyeri yang dirasakan meningkat

b) Penanganan

Istirahat dan minum obat yang telah diresepkan

7.) Pola seksualitas : Klien mengatakan mempunyai 2 orang

anak.

8.) Pola hubungan peran

Ny. S mengatakan mempunyai peranan dengan 2 anak.

9.) Pola keyakinan- nilai

a) Keyakinan akan kesehatan

Ny. S mengatakan yakin setiap penyakit pasti ada

obatnya

b) Keyakinan spiritual

Ny. S mengatakan beragama islam dan sholat 5 waktu

setiap hari
62

c) Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya

Ny. S mengatakan sesuatu yang bernilai dalam

hidupnya adalah kesehatan karena itu nikmat yang

besar dari Allah swt

d) Persepsi kesehatan dan pola management kesehatan

Ny. S menyadari kalau dirinya menderita hipertensi

tetapi pengetahuannya kurang

10) Pola hubungan – peran

Ny. S mengatakan berinteraksi dengan baik di

lingkungan sekitarnya

3.1.8 Pemeriksaan fisik

3.1.8.1 Keadaan umum / Kesadaran Umum Baik /

composmentis

3.1.8.2 TTV :

Suhu : 36,5°C

Nadi : 88 x/menit

Takanan Darah : 170/100 mmHg Respirasi : 24 x/menit

Tinggi Badan : 153 cm Berat Badan : 50 kg

3.1.8.3 Kepala dan leher

1.) Rambut : Bersih, Lurus, dan beruban

2.) Terdapat nyeri dibagian tengkuknya S(skala nyeri):5

3.) Mata : Simetris, Konjungtiva merah muda, Sclera

putih

4.) Telinga : Simetris (kanan dan kiri), bersih


63

5.) Hidung : Simetris

6.) Mulut : Bersih, Mukosa bibir lembab

7.) Gigi : Bersih, 2X1 menggosok gigi dan ada gigi yang

ompong (2 gigi bagian geraham).

8.) Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar

thyroid

9.) Wajah : Simetris, wajah klien tampak meringis dan

gelisah.

3.1.8.4 Integumen : Bersih CRT < 2 detik

Warna : Kuning langsat Kelembaban : Kering dan

keriput

3.1.8.5 Dada dan Thorax : Simetris (kanan dan kiri) Whezzing :

Tidak ada

Ronchi : Tidak ada

Suara jantung tambahan : Tidak ada

Irama jantung regular, bunyi jantung S1 S2 tunggal

Tidak ada pembesaran Tekanan vena jugularis atau

Jugular venous pressure (JVP).

3.1.8.6 Abdomen : Simetris

Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan Suara : Tympani /

normal Peristaltik 20x/mnt

3.1.8.7 Persyarafan :

Normal tidak ada kelainan / saraf kejepit Ku :

Composmentis
64

GCS 4-5-6, ada nyeri di kepala (nyeri cekot-cekot pada

tengkuk seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul dengan

skala nyeri 5 terjadi secara mendadak).

3.1.8.8 Ekstremitas :

Bentuk simetris

Kekuatan otot ekstremitasatas (5,5), ekstremitas bawah

(5,5). Tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi.

3.1.8.9 Genetalia :

Mengalami menopause karena umur Ny.S 65 tahun

yang menyebabkan hormon reproduksi menurun


65

3.1.9 Pengkajian Status Fungsional Kognitif, Afektif,

Psikologis dan Sosial

3.1.9.1 Pengkajian status fungsional

Tabel 3.2 Index Katz

No Aktivitas Mandiri Tergantung


1 Mandi Mandiri:
Bantuan hanya pada satu bagian mandi ( seperti punggung
atau ekstremitas yang tidak mampu ) atau mandi sendiri
sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri
2 Berpakaian Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya Sebagian
3 Ke Kamar Kecil Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4 Berpindah Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari
kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan

5 Kontinen Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan kateter, pispot,
enema dan pembalut (pampers)

6 Makan Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral (NGT)

Keterangan :

Beri tanda (√) pada point yang sesuai kondisi klien


66

Analisis Hasil :

Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),

berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.

Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi

tersebut

Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu

fungsi tambahan Nilai D : Kemandirian dalam semua hal,

kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan

Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,

ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian,

ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Lain – lain : ketergantungan sedikitnya dua fungsi tetapi tidak

dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, G

Nilai akhirnya : NILAI A


67

3.1.9.2 Pengkajian status kognitif dan afektif

Tabel 3.3 Shorth Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)

No Item Pertanyaan Benar Salah

1 Jam berapa sekarang ?


Jawab: Jam 09.00
2 Tahun berapa sekarang ?
Jawab: 2021
3 Kapan Bapak/Ibu lahir?
Jawab: tidak tahu saya lupa
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab : sekitar 65 mungkin
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab : desa suko.
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal
bersama Bapak/Ibu?
Jawab : 2 orang, saya dan suami
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal
bersama Bapak/Ibu ?
Jawab : Tn. S
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ?
Jawab : 1945
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia sekarang ?
Jawab : Bapak Jokowi
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 ?

JUMLAH 8 2

Analisis Hasil :

Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh

Skore Salah : 3-4 : Kerusakan intelektual ringan

Skore Salah : 5-7 : Kerusakan intelektual sedang

Skore Salah : 8-10 : Kerusakan intelektual berat

JADI FUNGSI INTELEKTUAL NY. S UTUH


68

3.1.9.3 Pengkajian status psikologi

Tabel 3.4 Geriatric depression scale ( skala depresi )

*) Setiap jawaban yang sesuai mempunyai skor “1 “ ( satu ) :

skor 5-9: kemungkinan depresi

Skor 10 atau lebih: depresi

No Pertanyaan Tidak Ya
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan
Anda? 0

2 Apakah anda telah meninggalkan banyak


Kegiatan dan minat/kesenangan anda 1

3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 0


4 Apakah anda sering merasa bosan? 1
5 Apakah anada mempunyai semangat yang baik
Setiap saat? 1

6 Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk


Akan terjadi pada anda? 0

7 Apakah anda merasa bahagia untuk Sebagian


Besar hidup anda? 0

8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya? 0


9 Apakah anda lebih sering dirumah daripada pergi
Keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru? 0

10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah


Dengan daya ingat anda dibandingkan 0
kebanyakan orang ?
11 Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda
Sekarang menyenangkan? 0

12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti


Perasaan anda saat ini? 0

13 Apakah anda merasa penuh semangat? 1


14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak
Ada harapan? 0

15 Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik


Keadaannya daripada anda? 0

NILAINYA 4, JADI NY. S TIDAK MENGALAMI DEPRESI


69

3.1.9.4 Pengkajian status sosial

Tabel 3.5 APGAR KELUARGA

NO Items penilaian Selalu Kadang- Tidak


(2) kadang pernah
(1) (0)
1 A : Adaptasi 
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2 P : Partnership 
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah saya.
3 G : Growth 
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya
menerima & mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru.
4 A : Afek 
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai.
5 R : Resolve 
Saya puas dengan cara teman-teman saya dan
saya menyediakan waktu bersama- sama
mengekspresikan afek dan berespon
JUMLAH 8 1

Penilaian :

Nilai : 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi

Nilai : 4-6 : Disfungsi keluarga sedang

Nilai : 7-10 fungsi keluarga baik

NILAI NYA 8, JADI FUNGSI KELUARGA NY. S BAIK


70

3.2 ANALISA DATA

Tanggal : 03 Maret 2021

Nama Klien : Ny.S

Umur : 65 tahun

Tabel 3.6 Analisa Data

No Data Masalah
1. Ds : 1. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa Nyeri kronis
nyeri pada bagian tengkuknya.
2. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas (P)
3. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
4. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)
5. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
Do : KU : Composmentis
GCS :456
Skala nyeri 5 (S)
Pasien tampak meringis dan gelisah
TTV :
Tekanan darah : 170/100 mmHg,
Suhu : 36,5°C
RR : 24x/menit
Nadi : 80x/menit
2. Ds : Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan nya Intoleransi aktifitas
mengganggu aktivitasnya, dan klien juga mengatakan saat
nyeri itu muncul tiba-tiba klien langsung terbangun dari
tidur.
Do : K/U : Composmentis
Klien tampak lemas
TTV :
Tekanan darah : 170/100 mmHg,
Suhu : 36,5°C
RR : 24x/menit
Nadi : 80x/menit
71

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tabel 3.7 Diagnosa Keperawatan

NO TANGGAL MUNCUL DIAGNOSA TANGGAL TT


TERATASI
1. 03 Maret 2021 Nyeri kronis b.d kondisi 05 Maret 2021
musculoskeletal kronis d.d
pasien mengeluh nyeri
pada tengkuknya, muncul
pada saat beraktivitas
berlebihan, pola tidur
berubah, pasien tampak
meringis dan gelisah.
2. 03 Maret 2021 Intoleransi aktifitas b.d 05 Maret 2021
Imobilitas d.d mengeluh
sering lelah, tekanan darah
meningkat, dan merasa
tidak nyaman setelah
melakukan aktivitas
berlebihan.
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

Tabel 3.8 Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN TTD


KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan perawatan 3x kunjungan rumah di Intervensi Utama
kondisi harapkan nyeri berkurang Manajemen Nyeri Tindakan
musculoskeletal 1. Observasi :
kronis d.d pasien Luaran Utama a. Identifikasi lokasi, karakterisik, durasi, frekuensi,
mengeluh nyeri 1. Tingkat Nyeri kualitas, intensitas nyeri
pada tengkuknya, a. Panjangnya episode nyeri dari jangka waktu b. Identifikasi skala nyeri
muncul pada saat yang lama (±15 menit) menjadi kurang jadi c. Monitor efek samping penggunaan analgetik
beraktivitas 15 menit 2. Teraupetik
berlebihan, pola b. Ekspresi wajah dari grimace menjadi tidak a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
tidur berubah, grimmace rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi
pasien tampak c. Pola istirahat dari yang terganggu menjadi musik, biofeedback, terapi pijat,aroma terapi, teknik
meringis dan tidak terganggu imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
gelisah. d. Skala nyeri dari skala 2 diturunkan menjadi bermain)
≤2 3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Luaran tambahan b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
1. Kontrol Gejala c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
a. Kemampuan memonitor munculnya gejala d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
secara mandiri dari yang tidak bisa menjadi e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
bisa rasa nyeri
b. Kemampuan memonitor lama bertahannya 4. Kolaborasi
gejala dari yang tidak tau menjadi tau a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Kontrol Nyeri
a. Mengenali kapan nyeri yang terjadi dari tidak
pernah tau menjadi tau
b. Menggunakan analgesik yang di

72
rekomendasikan dari yang tidak pernah
menggunakan menjadi menggunakan
c. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
dari yang tidak pernah mengenali menjadi tau
3. TingkatAnsietas
a. Keluhan pusing dari yang sering mengeluh
pusing menjadi tidak
b. Tekanan darah yang tinggi menjadi normal

2. Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan perawatan 3x kunjungan rumah di Intervensi utama : Manajemen energi
Imobilitas d.d harapkan kemudahan dalam melakukan aktivitas
mengeluh sering lelah, sehari-hari meningkat 1. Tindakan Observasi
tekanan darah a. Monitor kelelahan fisik dan emosional
meningkat, dan merasa Luaran utama b. Memonitor pola dan jam tidur
tidak nyaman setelah 1. Toleransi aktivitas c. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas a. Dari yang sulit melakukan aktivitas sehari- melakukan aktivitas
berlebihan. hari menjadi bias melakukan aktivitas seperti 2. Teraupetik
biasa a. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
b. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
Luaran tambahan tidak dapat berpindah atau berjalan
1. Ambulasi 3. Edukasi
a. Dapat menopang berat badannya dan dapat a. Anjurkan tirah baring
berjalan denga n langkah yang efektif b. Ajurkan melakukan aktivitas secara bertahap
2. Curah Jantung
a. Tekanan darah dari yang 170/130 menjadi
130/90
3. Konservasi Energi
a. Dapat melakukan aktivitas fisik yang di
rekomendasikan
b. Mekanika tubuh yang menurun menjadi
meningkat
4. Tingkat Keletihan
a. Kemampuan melakukan aktivitas rutin dari yang
jarang menjadi sering (mis, senam lansia)

73
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tabel 3.9 Implementasi

No. Diagnosa Hari, Tanggal Jam Implementasi TTD


1. Nyeri kronis berhubungan Rabu, 03 Maret 2021 06.11 1. Bina Hubungan saling percaya
dengan Kondisi Respon : Klien bersikap koperatif, memberikan
Musculoskeletal Kronis tanggapan, dan respon yang baik terhadap
perawat
06.15 2. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
a. P: nyeri kepala
b. Q:nyeri seperti tertusuk tusuk. R: Di
kepala(tengkuk).
c. S: Skala 5
d. T: Saat beraktifitas berat.
06.25 3. Melatih relaksasi napas dalam
Respon : Klien mengikuti dan memperhatikan
hal yang sedang diajarkan.
06.30 4. Anjurkan minum analgetik secara tepat dan teratur
(Nifedipine 10mg 2x1)
06.33 5. Memonitor efek samping penggunaan analgesik
Respon : Klien tidak mengalami tanda-tanda
alergi
06.35 6. Anjurkan melakukan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. terapi pijat dan
kompres hangat/dingin)
Respon : Klien memberikan respon yang baik
terhadap perawat
06.50 7. Mengukur TTV
a. TD : 170/100mmhg
b. N : 83x/menit
c. RR : 20x/menit

74
d. S : 36 ◦C
Kamis, 4 Maret 2021 06.10 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
a. P: nyeri kepala
b. Q: nyeri seperti tertusuk tusuk.
c. R: Di kepala(tengkuk). S: Skala 4
d. T: Hilang timbul
06.25 2. Anjurkan minum obat dengan tepat dan teratur
(Nifedipine 10mg 2x1)
06.27 3. Memonitor efek samping penggunaan analgesik
Respon : Klien tidak mengalami tanda-tanda
alergi
06.30 4. Mengukur TTV
a. TD : 160/100mmhg
b. N : 83x/menit
c. RR : 20x/menit
d. S : 36,5◦C

Jumat, 5 Maret 2021 06.30 1. Mengkaji nyeri klien secara komprehensif.


a. P: nyeri kepala
b. Q: nyeri seperti tertusuk tusuk.
c. R: Di kepala(tengkuk).
d. S: Skala 3
e. T: Hilang timbul
06.45 2. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu rasa
nyeri (mis. Makanan yang mengandung tinggi
garam)
Respon : Klien mengatakan sekarang sudah
faham dengan penyebab, periode, dan pemicu
rasa nyeri
06.50 3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Terapi pijat)
Respon : Klien memberikan respon yang baik
untuk perawat
07.00 4. Mengukur TTV
a. TD : 180/100mmhg

75
b. N : 83x/menit
c. RR : 20x/menit
d. S : 36 ◦C

2. Intoleransi aktivitas Rabu, 3 Maret 2021 06.08 1. Mengukur TTV


berhubungan dengan a. TD : 170/100mmhg
imobilitas b. N : 83x/menit
c. RR : 20x/menit
d. S : 36 ◦C
06.15 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional (mis. Saat
selesai bersih-bersih rumah)
Respon : Klien mengatakan setelah beraktivitas
berlebihan klien merasa pusing dan lelah
06.20 3. Memonitor pola dan jam tidur
Respon : Klien mengatakan tidur siang : 2-3 jam
(Bangun ketika nyeri timbul), tidur malam : ±7-8
jam (Bangun ketika nyeri timbul)
06.40 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
Respon : Klien mengatakan lokasi nyeri nya di
daerah tengkuk
Kamis, 4 Maret 2021 06.15 1. Mengukur TTV
a. TD : 160/100mmhg
b. N : 83x/menit
c. RR : 20x/menit
d. S : 36,5◦C
06.20 2. Anjurkan tirah baring
Respon : Klien mengikuti anjuran perawat untuk
tirah baring
06.22 3. Ajurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Respon : Klien mengikuti anjuran perawat untuk
beraktivitas secara bertahap
06.25 4. Memonitor pola jam tidur
Respon : Klien mengatakan tidur siang : 2-3 jam
(Bangun ketika nyeri timbul), tidur malam : ±7-

76
8 jam (Bangun ketika nyeri timbul)

Jumat, 5 Maret 2021 06.05 1. Mengukur TTV


a. TD : 180/100mmhg
b. N : 83x/menit
c. RR : 20x/menit
d. S : 36 ◦C
06.20 2. Fasilitasi duduk di sisi tempattidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Respon : Keluarga merespon dengan baik apa
yang di anjurkan oleh perawat
06.27 3. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
06.30 4. Anjurkan klien untuk melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif setiap hari

77
3.6 Catatan Perkembangan.

Tanggal : 04 Maret 2021 Nama Klien : Ny.S Umur : 65th

Tabel 3.10 Catatan perkembangn pada Ny.S dengan diagnosa Hipertensi

No Diagnosa Hari, tanggal Jam Catatan Perkembangan Ttd

1 Nyeri kronis berhubungan Kamis, 04 Maret 2021 15.10 S: P: klien mengatakan nyeri mulai berkurang dan
dengan kondisi klien dapat bergerak atau beraktivitas secara
musculoskeletal kronis bertahap
Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk S: skala 4
T: hilang timbul
O: TD: 160/100 mmHg,
Nadi: 83x/menit, , RR: 20x/menit,
S : 36,5°C
A: Masalah nyeri kronis teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
1. Mengkaji Nyeri Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu rasa nyeri (mis. Makanan yang
mengandung tinggi garam)
2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurang rasa nyeri (Terapi pijat)
2 Intoleransi aktifitas b.d Kamis, 04 Maret 2021 15.10 S: Klien mengatakan sudah
Imobilitas dapat bergerak secara bertahap ketika
nyeri itu -tiba dan klien sudah mulai terbiasa
saat nyeri itu muncul
O : TD: 160/100 mmHg,
Nadi : 83x/menit, ,
RR: 20x/menit,
S :.36°C, S : 36°C
Klien mampu melakukan gerakan senam relaksasi
progresif tetapi masih sering lupa.

78
A :Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan tempat
yang nyaman bagi klien
3. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
4. Anjurkan klien untuk melakukan latihan
rentang gerak pasif dan aktif setiap hari

79
3.1 EVALUASI

Tabel 3.11 Evaluasi

No Diagnosa Hari, Jam Evaluasi Ttd


tanggal
1 Nyeri Kronis b/d Agen Rabu,03 15.15 S: P: klien mengatakan masih nyeri dan sulit
pencendera fisiologis : Maret 2021 bergerak atau beraktivitas saat nyeri itu muncul
inflamasi pada sendi Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 4
T: hilang timbul
O: TD: 160/100 mmHg, Nadi : 83x/menit, ,
RR: 20x/menit, S :.36°C, S : 36°C
A: Masalah nyeri kronis belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Mengkaji skala nyeri
2. Anjurkan minum obat secara teratur dan tepat

Kamis, 04 15.10 S: P: klien mengatakan nyeri mulai berkurang dan


Maret 2021 klien dapat bergerak atau beraktivitas secara
bertahap
Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 4
T: hilang timbul
O: TD: 160/100 mmHg, Nadi: 83x/menit, ,
RR: 20x/menit, S : 36,5°C
A: Masalah nyeri kronis teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Terapi pijat)

80
Jum’at, 05 15.20 S: P: klien mengatakan nyeri sudah berkurang dan
Maret 2021 klien dapat bergerak atau beraktivitas secara
bertahap
Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 3
T: hilang timbul
O: TD: 170/100 mmHg, Nadi: 83x/menit, ,
RR: 20x/menit, S : 36°C
A: Masalah nyeri kronis teratasi sebagian
P: Masalah teratasi sebagian dan Intervensi Hentikan

2 Intoleransi aktifitas b.d Rabu, 03 15.15 S: Klien mengatakan sulit bergerak ketika nyeri itu
Imobilitas Maret 2021 muncul tiba-tiba dan terbangun dari tidur saat nyeri
itu muncul
O: TD: 160/100 mmHg, Nadi : 83x/menit, ,
RR: 20x/menit, S :.36°C, S : 36°C
Klien nampak mempraktikan relaksasi otot
progresif sesuai intruksi meskipun ada beberapa
gerakan yang kurang tepat.
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi.
Memonitor pola tidur klien

Kamis, 04 15.10 S: Klien mengatakan sudah dapat bergerak secara


Maret 2021 bertahap ketika nyeri itu muncul tiba-tiba dan klien
sudah mulai terbiasa saat nyeri itu muncul
O: TD: 160/100 mmHg, Nadi : 83x/menit, ,
RR: 20x/menit, S :.36°C, S : 36°C
Klien mampu melakukan gerakan senam relaksasi
progresif tetapi masih sering lupa.
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

81
1. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan tempat
yang nyaman bagi klien
3. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
4. Anjurkan klien untuk melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif setiap hari

Jum’at, 05 15.20 S: Klien mengatakan sudah dapat bergerak secara


Maret 2021 bertahap ketika nyeri itu muncul tiba-tiba dan klien
sudah mulai terbiasa saat nyeri itu muncul
O: TD: 170/100 mmHg, Nadi : 83x/menit, ,
RR: 20x/menit, S :.36°C, S : 36°C
Klien mampu mempraktekkan kembali senam
seralksasi otot progresif, meskipun tidak
berurutan.
A: Masalah keperawatan insomnia teratasi sebagian
P: Masalah teratasi sebagian dn an Intervensi Hentikan

82
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan

yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan

pada klien dengan diagnosa medis Hipertensi di Desa Suko Pohjentrek Pasuruan

yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evlauasi.

4.1 Pengkajian

4.1.1 Identitas

Jadi klien adalah seorang perempuan bernama Ny.S berusia 65

tahun. Menurut Ardiansyah M.,(2018) orang beresiko hipertensi yaitu

jenis kelamin laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah

menopouse beresiko tinggi mengalami hipertensi. Pada pengkajian

identitas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan

kasus dikarenakan usia 35-50 dan wanita yang telah menopouse

tergolong lanjut usia. Menurut kementrian RI (2017) lansia yang berusia

60 atau lebih dengan masalah kesehatan merupakan lansia resiko tinggi.

4.1.2 Riwayat kesehatan

4.1.2.1 Keluhan Utama

Jadi pada pasien hipertensi akan mengalami keluhan pegal-

pegal, nyeri pada tengkuknya, pusing dan sulit bergerak ketika

nyeri muncul. Menurut Kusuma, H (2016) biasanya klien datang

ke klinik pengobatan atau dokter praktek dengan kondisi

mengeluh sakit kepala, pusing dan kelelahan.

83
84

Untuk keluhan utama disini tidak ada kesenjangan di

karenakan klien dengan hipertensi mengalami peningkatan

pembuluh darah ke otak sehingga mengakibatkan nyeri pada

kepala.

4.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Jadi klien merasakan pegal-pegal, nyeri pada tengkuknya,

pusing dan sulit bergerak ketika nyeri muncul. Menurut

Dermawan (2016), kronologi peristiwa pada saat terjadi nyeri

pada kepala disertai dengan kelelahan, dan pundak terasa berat.

Pada pengkajian ini terdapat kesenjangan di karenakan klien tidak

merasakan berat pada pundak. Hal ini di karenakan klien tidak

banyak melakukan aktivitas yang berat.

4.1.2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu

Jadi klien pernah memiliki riwayat penyakit hipertensi.

Menurut Dermawan (2016), penyakit berat yang di alami klien

bisa kambuh kembali. Pada pengkajian ini tidak terdapat

kesenjangan di karenakan klien juga memiliki riwayat penyakit

hipertensi.

4.1.2.4 Riwayat Kesehatan keluarga

Jadi ada anggota keluarga yang menderita penyakit sama

dengannya (Ibu kandung). Menurut Dermawan (2016),

Kemungkinan dari keluarga pernah mengalami atau menderita

penyakit yang sama. Pada pengkajian ini tidak terdapat

kesenjangan di karenakan, adanya penyakit genetik pada keluarga


85

yang memiliki potensi lebih tinggi mengidap penyakit hipertensi

menurut Ardiansyah M., (2018).

4.1.2.5 Lingkungan Rumah

Jadi klien tinggal dirumahnya hanya 2 orang yaitu dirinya dan

suami. Klien juga mengatakan kondisi rumahnya memiliki

penerangan, sirkulasi udara yang cukup dan klien mengatakan

selalu membersihkan dan merapikan rumah. Sedangkan, Pada

tinjauan pustaka tidak di jabarkan tentang lingkungan rumah dan

komunitas.

4.1.2.6 Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan

Jadi pada klien mempunyai kebiasaan memakan jeroan dan

makanan yang me juga dapat mempengaruhi kesehatan seperti,

ansietas, depresi,

dan euphoria atau marah kronik. Pada pengkajian ini tidak

terdapat kesenjangan dikarenakan, klien memakan jeroan atau

makanan yang tinggi lemak hal ini dapat memicu tekanan darah

melonjak dan tidak terkontrol.

4.1.2.7 Pemeriksaan Fisik

1.) Aktivitas Istirahat

Jadi frekuensi dan irama jantung (regular) klien normal.

Menurut Dermawan (2016) pada klien dengan hipertensi

terjadi peningkatan frekuensi jantung dan perubahan irama

jantung. Pada tinjauan kasus frekuensi dan irama jantung

(regular) kllien normal. Pada pengkajian ini terdapat


86

kesenjangan di karenakan frekuensi dan irama jantung klien

masih di batas normal.

2.) Sirkulasi

Jadi klien mengalami kenaikan tekanan darah sesuai

dengan hasil pemeriksaan awal sampai evaluasi terjadi

kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 10mmhg dari 170/100

menjadi 180/100. Menurut Dermawan (2016) pada klien

dengan hipertensi tesebesar 10mmhg dari 170/100 menjadi

180/100. Pada pengkajian ini tidak ada kesenjangan di

karenakan tekanan darah klien mengalami kenaikan.

3.) Integritas ego

Jadi klien tidak mengalami gelisah. Menurut Dermawan (2016)

pada klien dengan hipertensi mengalami letupan suasana hati,

gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, dan tangisan yang

meledak. Pada pengajian ini terdapat kesenjangan dimana

kondisi integritas ego klien dalam batas normal.

4.) Makanan/minuman

Jadi klien senang memakan jeroan dan makanan yang tinggi

garam. Menurut Dermawan (2016) pada klien dengan

hipertensi menyukai makanan yang tinggi garam, tinggi

kolesterol, tinggi lemak dan tinggi kalori. Pada pengkajian

tidak terjadi kesenjangan di karenakan klien senang

mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, kolesterol, dan

tinggi garam dimana bisa memicu terjadinya kenaikan tekanan


87

darah.

5.) Neurosensori

Jadi klien merasakan sakit kepala pada tengkuknya.

Menurut Dermawan (2016) pada klien dengan hipertensi

mengalami keluhan pening, pusing, berdenyut, sakit kepala.

Pada pengkajian ini tidak terjadi kesenjangan di karenakan

klien mengalami sakit kepala sesuai dengan tanda gejala

hipertensi.

6.) Nyeri/ketidaknyamanan

Jadi klien merasakan nyeri atau sakit pada kepala nya.

Menurut Dermawan (2016) pada klien dengan hipertensi

mengalami nyeri yang hilang timbul pada tungkai, sakit

kepala, dan nyeri pada abdomen. Pada pengkajian ini tidak

ada kesenjangan di karenakan klien mengalami tanda dan

gejala penyakit hipertensi.

7.) Pernapasan

Jadi klien tidak mempunyai sesak/mengi. Menurut

Dermawan (2016) pada klien dengan hipertensi mengalami

gangguan pernafasan terdapat bunyi tambahan

(crackles/menngi) pada klien yang mengalami aktivitas/kerja.

Pada pengkajian ini terjadi kesenjangan dikarenakan sistem

pernapasan klien masih dalam batas normal yaitu 20x/menit.


88

4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan pustaka diagnosa keperawatan yang muncul pada klien

hipertensi menurut Dermawan (2016) adalah :

4.2.1 Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis

4.2.2 Intoleransi aktifitas b.d imobilitas

4.2.3 Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur.

4.2.4 Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan afterload.

Jadi penulis mengambil 2 diagnosa yaitu, Nyeri kronis b.d kondisi

musculoskeletal kronis, dan Intoleransi aktifitas b.d imobilitas. Karena

dari hasil pengkajian pada klien, penulis menemukan data yang

mengarah pada 2 diagnosa tersebut. Diagnosa 1 ditandai dengan nyeri

pada kepala, dan diagnosa ke 2 ditandai dengan kesulitan bergerak saat

nyeri itu muncul.

Sedangkan 2 diagnosa yang ada dalam tinjauan pustaka tetapi tidak

muncul dalam tinjauan kasus yaitu gangguan pola tidur berhubungan

dengan kurangnya kontrol tidur dan resiko penurunan curah jantung

berhubungan dengan perubahan afterload. Menurut Widyawati, (2014)

untuk menegakkan diagnosa tersebut diperlukan data-data yang

mendukung yaitu tekanan darah rendah, nadi cepat, sianosis, dan oliguria.

Namun pada klien Ny.S tidak ditemukan data tersbut, maka terdapat

kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

Diagnosa tersebut tidak muncul karena penulis tidak menemukan adanya

kriteria pada pengkajian yang menuju pada diagnosa gangguan pola tidur

berhubungan dengankurangnya kontrol tidur dan resiko penurunan curah


89

jantung berhubungan dengan perubahan afterload.

4.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang

mengacu pada pencapaian tujuan. Sedangkan pada tinjauan kasus perencanaan

menggunakan sasaran, dalam intervensinya dengan alasan penulis ingin

berupaya memandirikan klien dan keluarga dalam pelaksanaan pemberian

asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (Kognitif), keterampilan

mengenai masalah (Afektif) dan perubahan tingkah laku klien (Psikomotor).

Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada

kasus nyata keadaan klien secara langsung. Intervensi diagnosa keperawatan

yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan

namun masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria

hasil yang telah ditetapkan.

Menurut UU Keperawatan No. 38 tahun 2014 perencanaan merupakan

semua tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang

diberikan pada klien. Adapun intervensi yang rumuskan sesuai dengan SIKI

PPNI, 2018 yaitu sebagai berikut :

4.3.1 Dsiagnosa 1 : nyeri akut berhubungan dengan kondisi musculoskeletal

kronis yaitu dengan dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

sakit melalui rencana asuhan keperawatan meliputi : 1.) Identifikasi

lokasi, karakterisik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, 2.)

Identifikasi skala nyeri, 3.) Observasi tanda-tanda vital, 4.) Berikan

teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,


90

hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,aroma terapi,

teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain), 5.)

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan), 6.) Anjurkan memonitor nyeri secara

mandiri, 7.) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, 8.)

Memonitor efek samping penggunaan analgesik 9.) Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

4.3.2 Diagnosa 2 : intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas yaitu

dengan dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan klien melalui

rencana asuhan keperawatan meliputi : 1.)Identifikasi gangguan fungsi

tubuh yang mengakibatkan kelelahan, 2.) Monitor kelelahan fisik dan

emosional, 3.) Memonitor pola dan jam tidur, 4.) Lakukan latihan

rentang gerak pasif dan aktif, 5.) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,

jika tidak dapat berpindah atau berjalan, 6.) Anjurkan tirah baring, 7.)

Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap. Semua intervensi

tersebut telah penulis lakukan pada saat kunjungan rumah Ny.S. Pada

intervensi tidak ada kesenjangan, karena rencana tindakan yang akan

dilakukan sesuai dengan tinjauan pustaka berdasarkan SIKI PPNI, 2018.

4.4 Pelaksanaan tindakan keperawatan

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan telah dilaksanakan

dengan rencana yang telah di tetapkan oleh penulis. Pada diagnosa

Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis di butuhkan

pelaksanaan selama 3 hari. Pada diagnosa Intoleransi aktifitas b.d


91

imobilitas di butuhkan selama 3 hari. Nyeri kronis berhubungan

dengan kondisi musculoskeletal kronis. Implementasi yang dilakukan

berdasarkan intervensi yang direncanakan yaitu : 1). Bina hungan

saling percaya pada klien dan keluarga, Respon : Klien bersikap

koperatif, memberikan tanggapan, dan respon yang baik terhadap

perawat 2). Mengkaji nyeri secara komprehensif, P : nyeri kepala,

Q:nyeri seperti tertusuk tusuk, R: Di kepala(tengkuk), S: Skala 5, T:

Saat beraktifitas berat 3). Mengobservasi tanda-tanda vital, TD :

170/100mmhg, N : 83x/menit, RR : 20x/menit, S : 36°C, 4). Melatih

relaksasi napas dalam, Respon : Klien mengikuti dan memperhatikan

hal yang sedang diajarkan 5). Menganjurkan minum analgetik secara

teratur, 6.) Memonitor Memonitor efek samping penggunaan analgesik

Respon : Klien tidak mengalami tanda-tanda alergi, 7). Anjurkan

melakukan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

Terapi pijat dan kompres hangat/dingin), Klien memberikan respon

yang baik terhadap perawat 8). Jelaskan penyebab, periode, dan

pemicu rasa nyeri (mis. Makanan yang mengandung tinggi garam).

Respon klien mengatakan sekarang sudah faham dengan penyebab,

periode, dan pemicu rasa nyeri.

Terdapat beberapa rencana tindakan yang tidak dilaksanakan

yakni: 1). Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri, 2.)

Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup, 3.) Monitor

keberhasilan terapi komplementer.


92

Berdasarkan permenkes RI nomor : 1109/Menkes/Per/2012

terdapat jenis teknik pengobatan komplementer, yaitu : 1.) Intervensi

tubuh dan pikiran (hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa,

dan yoga), 2.) Sistem pelayanan pengobatan alternatif (akupuntur,

akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, dan ayurveda), 3.) Cara

penyembuhan manual (chiropractice, healing touch, shiatsu, osreopati,

dan pijat urut), 4.) Pengobatan farmakologi dan biologi : (jamu, herbal,

dan gurah), 5.) Diet dan nutrisi untuk pencegahan daan pengbatan (diet

makro nutrient, mikro nutrient), 6.) Terapi lain dari diagnosa dan

pengetahuan : (terapi ozon, hiperbarik).

Rencana tindakan komplementer tidak dilakukan karena, klien

lebih memilih mengkonsumsi obat dan pergi ke praktek kesehatan

dekat rumahnya.

4.4.1 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas.

Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi yang

direncanakan yaitu : 1). Memonitor kelelahan fisik dan emosional

Respon : Klien mengatakan setelah beraktivitas berlebihan klien

merasa pusing dan lelah. 2). Memonitor lokasi dan ketiaknyamanan

selama melakukan aktivitas Respon : Klien mengatakan lokasi nyeri

nya di daerah tengkuk, 3). Anjurkan tirah baring Respon : Klien

mengikuti anjuran perawat untuk tirah baring , 4). Anjurkan aktivitas

secara bertahap secara bertahap, Respon : Klien mengikuti anjuran

perawat untuk beraktivitas secara bertahap 5.) Fasilitasi duduk di sisi

tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Respon :


93

Keluarga merespon dengan baik apa yang di anjurkan oleh perawat, 6.)

Memonitor pola dan jam tidur Respon : Klien mengatakan setelah

beraktivitas berlebihan klien merasa pusing dan lelah, 7.) Lakukan

latihan rentang gerak pasif dan aktif. Terdapat beberapa rencana

tindakan yang tidak dilaksanakan yakni: 1.) Ajarkan strategi koping

untuk mengurangi kelelahan, 2.) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang

cara meningkatkan asupan makanan.

Menurut Mitayani (2012) kolaborasi adalah tindakan

keperawatan berdasarkan hasil keputusan bersama dokter atau tenaga

kesehatan lainnya.

Rencana tindakan kolaborasi dengan ahli gizi tidak di lakukan

karena klien tidak mengalami masalah pada pola makannya. Pada

pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan

dikarenakan klien dan keluarga kooperatif dengan perawat, sehingga

rencana tindakan dapat dilakukan.

4.5 Evaluasi keperawatan

Pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui

keadaan klien dan masalahnya secara langsung. Pada tinjauan kasus pada

waktu dilakukan evaluasi tentang Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi

musculoskeletal kronis 3 x 110 menit karena tindakan yang tepat klien juga

melakukan apa yang di ajarkan oleh penulis untuk mengatasi nyeri dan

berhasil dilaksanakan dan tujuan serta kriteria hasil telah tercapai.


94

Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat

dicapai sebagian karena adanya kerjasama yang baik antara keluarga klien

dan klien. Hasil evaluasi pada Ny.S sudah sesuai dengan harapan masalah

teratasi sebagian.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan “Asuhan Keperawatan pada Lansia

Hipertensi dengan Masalah Keperawatan nyeri kronis di Desa Suko Pohjentrek

Pasuruan” di atas, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian di temukan data Ny. S tampak

menyeringai karena terjadi nyeri kepala, nyeri cekot-cekot pada tengkuk

seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul dengan skala nyeri 5 terjadi

secara mendadak., klien juga sulit untuk berpindah saat nyeri itu muncul.

Klien mengatakan bahwa dari anggota keluarga klien juga ada yang

memiliki riwayat penyakit hipertensi yaitu ibu kandung.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang didapat yaitu nyeri kronis berhubungan dengan kondisi

musculoskeletal kronis, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan

imobilitas.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Ajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi karena Teknik

relaksasi dapat menurunkan rasa nyeri, Kaji skala nyeri klien (0-10)

karena Skala nyeri dapat menunjukan kualitas nyeri yang dapat di

rasakan klien, Perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti:

meringis, kaku, gerakan melindungi sebab Klien mungkin tidak secara

verbal melaporkan nyeri dan ketidak nyamanan secara langsung, Kaji

95
96

tanda- tanda vital (tekanan darah,respirasi,Nadi, Suhu di karenakan

Pada klien dengan gangguan nyeri menyebabkan gelisah serta tekanan

darah dan nadi meningkat, untuk intervensi yang terakhir Kolaborasi

pemberian analgesik sesuai dengan advice dokter karena Pemberian

analgesik dapat mengurangi nyeri. Pada rencana tindakan tidak ada

kesenjangan, semua rencana tindakan tinjauan kasus sama seperti

tinjauan pustaka.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Beberapa tindakan mandiri pada klien dengan diagnosa Hipertensi

menganjurkan keluarga untuk tetap menjaga dan memperhatikan kondisi

klien terutama dalam pola makan dan gaya hidup contoh: olahraga rutin

dan diet rendah garam. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, penulis

melibatkan keluarga dan klien secara aktif dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan

kerjasama antara perawat, klien dan keluarga.

5.1.5 Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya

kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. Hasil

evaluasi pada Ny.S sesuai dengan harapan karena masalah teratasi

sebagian dan intervensi dihentikan.

5.2 Saran

Penulis memberikan saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai reverensi dan pengetahuan pada pasien


97

hipertensi yang disertai masalah nyeri kronis dan intoleransi aktivitas

yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu

keperawatan terbaru.

5.2.2 Bagi Tenaga Keperawatan

Dihrapkan pegawai kesehatan lebih meningkatkan sumber daya

manusia tenaga kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja yang

baik antara tim kesehatan dan pasien. Hal ini diitujukan untuk

meningkatkan mutu pelayanan sarana dan prasarana asuhan

keperawatan yang optimal sehingga perawatan yang dilakukan tidak

terlalu lama.

5.2.3 Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan keluarga pasien mampu mengenali dan mengerti apa itu

hipertensi, sehingga keluarga pasien dapat melakukan tindakan dengan

cara memotivasi pasien dalam pengobatan secara farmakologi dan non

farmakologi.

5.2.4 Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan dan sebagai bahan dalam asuhan keperawatan

gerontik, serta lebih meningkatkan komunikasi teraupeik kepada

keluarga dan melakukan penyuluhan tentang kesehatan khususnya

tentang hipertensi.

5.2.5 Bagi Peneliti

Sumber referensi dalam karya tulis ilmiah dapat digunakan untuk

penyusunan serupa tentang asuhan keperawatan hipertensi pada lansia

dengan masalah keperawatan nyeri kronis. Untuk menghindari


98

plagiarisme diharapkan penyusun selanjutkan menyantumkan

penyusun dalam karya tulis ilmiah ini. Bagi penyusun selanjutnya perlu

perubahan menjadi lebih baik karena informasi yang ada yang terbaru.
99

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, 2018, Hubungan Beberapa Faktor Obesitas dan


Hipertensi.

Semarang, Medika Indonesia : Rineka Cipta, Jakarta.

Aspiani Yuli Reny, 2018, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC Dinas
Kesehatan Provinsi KalimantanTimur, 2018

Aspiani, 2016, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta Timur : Cv.
TransInfo Media.

Aspiani, 2017, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta Timur :


Cv.Trans Info Media.

Dermawan, 2016, Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Doenges, Marilynn dkk, 2016, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman


UntukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC.

Doenges, Marilynn dkk, 2017, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Gunawan, Lany, 2018, Hipertensi. Yogjakarta : Kanisius

Hafiz, 2016, Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktifitas Fisik
dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Wahidin

Hafiz, 2018, Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktifitas Fisik
dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Wahidin

Hamdan, 2016, Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Rawat jalan di


RSUP

Hamdan, 2016, Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Rawat jalan di


RSUP Wahidin Sudirihusodo Makasar. Artikel Penelitian Makasar :
UniversitasHasanuddin.

Haryono, 2017, Awas Musuh-musuh Anda setelah Usia 40 Tahun. Yogjakarta :


Goysen Publishing.

Hipertensi di Puskesmas Bendosari Sukoharjo. Prosiding Seminar Ilmiah


Nasional Kesehatan, ISSN.Puskesmas Bangkinang Kota. (217). Penyakit
Hipertensi di Bangkinang Kota.
100

Junaidi. I, 2018, Stroke Waspadai Ancamannya. Edisi 1. Yogyakarta : Penerbit


ANDI
Martha, 2017, Panduan Cerdas mengatasi Hipertensi, Yogjakarta : Araska.
Martha, 2018, Panduan Cerdas mengatasi Hipertensi, Yogjakarta :
Araska. Muhlisin, 2017, Analisa Pengaruh Faktor Stress Terhadap
KekambuhanPenderita

Ngurah, 2020, Gaya Hidup Penderita Hipertensi.

Padila, 2018, Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogjakarta : Sorowajan


Baru.

Pudiastuti, 2018, Penyakit Pemicu Stroke. Yogjakarta : Nuha Medika

PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Ruhyanudin, 2017, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System


Kardiovaskuler. Yogjakarta : Mitra.

Smaltzer, 2018, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Sudirohusodo Makssar. Artikel Penelitian. Makasar : Universitas
Hasanuddin. Tagor, 2017, Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Gaya Baru.

Wahidin Sudirihusodo Makasar. Artikel Penelitian Makasar : Universitas


Hasanuddin.
101

Lampiran 1

Mengetahui,
Direktur

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes


102

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Judul: “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN NYERI

KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA SUKO

POHJENTREK KABUPATEN PASURUAN”.

Tanggal pengambilan studi kasus 03 Maret 2021

Sebelum tanda tangan dibawah, saya telah mendapatkan informasi

tentang tugas pengambilan studi kasus ini dengan jelas dari mahasiswa yang

bernama Rizki aliyah jannah proses pengambilan studi kasus ini dan saya

mengerti semua yang telah dijelaskan tersebut.

Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus

ini dan saya telah menerima salinan dari form ini.

Saya Solihatin, dengan ini saya memberikan kesediaan setelah mengerti

semua yang telah dijelaskan oleh peneliti terkait dengan proses pengambilan studi

kasus ini dengan baik. Semua data dan informasi dari saya sebagai partisipan

hanya akan digunakan untuk tujuan dari studi kasus ini.

Tanda tangan Partisipan Tanda Tangan Peneliti

(Solihatin) (Rizki Aliyah Jannah)


103

Lampiran 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG HIPERTENSI

Topik : Hipertensi

Hari, tanggal : Kamis, 04-Maret-2021

Waktu : 30 menit

Tempat : Desa Suko Pohjentrek Pasuruan

Sasaran : Keluarga Ny. S

Tujuan :

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan, audiens mampu memahami dan

mengaplikasi kan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari hari.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit audiens akan dapat:

a. Menjelaskan kembali pengertian hipertensi dengan bahasanya sendiri

dengan benar

b. Menyebutkan 3 penyebab hipertensi denganbaik

c. Menyebutkan 3 tanda dan gejala hipertensi denganbaik

d. Menyebutkan 3 komplikasi terhadap komplikasi

e. Menyebutkan minimal 2 contoh makanan yang dianjurkan untuk penderita

hipertensi

f. Menjelaskan cara mencegah dan mengatasi hipertensi dengan baik


104

3. Materi

a. Pengertian hipertensi

b. Penyebab hipertensi

c. Klasifikasi hipertensi

d. Tanda dan gejala hipertensi

e. Komplikasi hipertensi

f. Cara mengatasi dan mencegah hipertensi

4. Metode

Ceramah, tanyajawab

5. Media

Brosur/ leaflet.

6. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Keg. Penyuluhan Keg.Audien Est. Waktu

1. Perkenalan Mengucapkan salam Menjawab 3 menit

Memperkenalkan diri salam

Apersepsi menjawab

2. Kerja Menjelaskan materi Mendengarkan, 15 menit

penyuluhan menjawab

Mengajukan pertanyaan

pertanyaan

3. Terminasi Menyimpulkan Mendengarkan, 3 menit

Menutup Menjawab

Mengucapkan salam salam


105

7. Evaluasi

a. Bagaimana pengertian hipertensi

b. Apa saja penyebab hipertensi

c. Menyebutkan klasifikasi hipertensi

d. Bagaimana tanda dan gejala hipertensi

e. Apa saja komplikasi hipertensi

f. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah hipertensi


106
107
108

Lampiran 4
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING

Nama : Devi Rochmatul Auliah


NIM : 1801101
Nama Pembimbing II : R.A Helda Puspitasari, S.Kep., Ns., M.Kep
Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus
109

Anda mungkin juga menyukai