Anda di halaman 1dari 76

i

URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN


KELUARGA SAKINAH
(Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)


SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)


Oleh:
Nooryanti
NIM 02210007





FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN AHWAL AS-SYAKHSIYYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
2007
ii
URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN
KELUARGA SAKINAH
(Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)


SKRIPSI



Oleh:
Nooryanti
NIM 02210007




Tanggal , 22 Februari 2007


Telah disetujui Oleh,
Dosen Pembimbing





Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag
NIP. 150 224 886



Mengetahui
Dekan Fakultas Syariah





Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag
NIP. 150 216 425
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara Nooryanti, NIM 02210007, mahasiswa Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah membaca, mengamati
kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi yang
bersangkutan dengan judul:
URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN
KELUARGA SAKINAH
(Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)
Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada
majelis dewan penguji.


Malang, 22 Februari 2007
Pembimbing,


Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag
NIP. 150 224 886




iv
PENGESAHAN SKRIPSI

Dewan penguji skripsi saudara Nooryanti, NIM 02210007, mahasiswa Fakultas Syariah
angkatan tahun 2002, dengan judul:
URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN
KELUARGA SAKINAH
(Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)
Telah dinyatakan LULUS denngan nilai B+(Sangat Memuaskan)
Dewan Penguji:
1. Dra. Hj. Mufidah Ch, M.Ag ( _______________________ )
NIP. 150 240 393 (Penguji Utama)

2. Drs. Badruddin M.Hi ( _______________________ )
NIP. 150 302 562 (Ketua Penguji)

3. Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag ( _______________________ )
NIP. 150 224 886 (Sekretaris)






Malang, 16 Maret 2007

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag
NIP. 150 216 425

v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah,
Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan, penulis
menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN
KELUARGA SAKINAH
(Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)
Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau
memindah data milik orang lain. J ika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada
kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka
skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya otomatis batal demi hukum.

Malang, 22 Februari 2007
Penulis,

Nooryanti
NIM.02210007










vi
ABSTRAK


Nooryanti, 2007, Urgensi Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan Keluarga
Sakinah (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kal-Teng) Skripsi. J urusan Akhwal
As-Syakhsiyyah. Fakultas Syariah. Universitas Islam Negeri Malang. Dosen
Pembimbing: Dra. Hj. Tutik Hamidah, M. Ag.


Kata Kunci: Urgensi, Pemeriksaan Kesehatan Pranikah, Keluarga Sakinah.

Setiap orang menginginkan keluarga yang tentram, aman, damai atau yang biasa
disebut keluarga sakinah mawaddah dan rahmah untuk mewujudkan kehidupan keluarga
seperti itu diperlukan suatu kemampuan yang tidak mudah dan dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor, diantaranya adalah kesehatan yang terjamin dalam sebuah
keluarga.
Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui pemahaman calon pengantin terhadap
pemeriksaan kesehatan pra nikah sebagai persiapan mereka dalam megarungi bahtera
rumah tangga, Disamping itu untuk menjelaskan peranan pemeriksaan kesehatan pra
nikah bagi pembentukan keluarga sakinah sebagaimana tujuan perkawinan yang ingin
dicapai.
Penulisan skripsi ini dilaksanakan dengan melalui sebuah penelitian yang
berorientasi pada menumbuhkembangkan pemahaman masyarakat khususnya calon
pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pra nikah terkait dengan peranannya bagi
pembentukan keluarga sakinah. Berawal dari adanya Instruksi Bersama Direktur
J enderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan
Direktur J enderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman Departemen Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus
Toxid Calon Pengantin yang diterapkan melalui KUA sebagai persyaratan administratif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, sehingga hasil
penelitian tidak berupa angka-angka melainkan berupa interpretasi dan kata-kata.
Pengumpulan data menggunakan metode interview, observasi dan dokumentasi. data
yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing dan klasifikasi data. Analisis
data berdasarkan teori atau konsep umum yang diaplikasikan untuk menjelaskan data
tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan kesehatan pra nikah
berperan penting dan dapat dianggap sebagai langkah awal dalam pembentukan keluarga
sakinah, demi tercapainya kesehatan yang terjamin dalam sebuah keluarga, karena
kesehatan merupakan salah satu indikator dari keluarga sakinah. Oleh karena itu
dengan pemeriksaaan akan dapat diketahui penyakit-penyakit yang dapat mengancam
kelangsungan dan ketenangan sebuah keluarga. Dalam hal ini patutlah jika ungkapan
mencegah lebih baik daripada mengobati dikatakan sebagai suatu usaha yang bijak.


vii
MOTTO



Ketahuilah, muslim yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada
muslim yang lemah
(HR. Bukhari)















viii
PERSEMBAHAN

Sejak aku berpisah dari rumpun bambuku
Ku temukan kehidupan baru yang asing bagiku
Ku telusuri jalan penuh liku dengan segenggam bekal
dan tongkat restu orang tua di tanganku
sehingga muncul keyakinan melekat kuat di benakku
Insya Allah kesuksesan selalu bersamaku ..
Dengan keyakinan, perjuangan, dan
kesadaran kerasnya alam realita telah menungguku kini kugapai citaku
Suatu karya yang dengan segenap kerendahan hati
Kupersembahkan kepada:
Ayahanda dan Ibunda (Salbani dan Rusmini) tercinta, terkasih dan tersayang
yang selalu dan akan selalu memberikan segala cinta dan kasih sayangnya dengan ikhlas
membimbing dan mendoakan kesuksesan, putra putrinya
menanamkan idealitas sejati yang telah melekat pada diriku yang tidak akan pernah
luntur sampai kapanpun.
Adik- adik ku tersayang (Rahmat Wahyuni dan M. Aulia Ar- Rasyid) Dengan naungan
ilmu yang barokah mari bergandengan tangan bersama-sama tuk mewujudkan insani yang
berguna bagi keluarga , agama, nusa, dan bangsa
H. Masjkur Sjahrum dan Hj. Ramlah Masjkur yang telah mengajarkan banyak hal tentang
pahit dan manisnya jalan kehidupan.
Terimakasih telah menjadi motivator dalam hidupku
Guru- guru dan Dosen- dosen yang dengan mulia dan besar hati telah memberikan ilmu
yang bermanfaat
tiada batas.
Terahir, Sahib seperjuangan IPS NU Pagar Nusa, teman-teman Syariah serta
sahabat- sahabat yang pernah dihadirkan Allah SWT , yang selalu membuat tersenyum
maupun menangis, dan
penuh motivasi,
mereka pastilah yang tetap indah saat ada atau tiada.













Sejak aku berpisah dari rumpun bambuku
Ku temukan kehidupan baru yang asing bagiku
Ku telusuri jalan penuh liku dengan segenggam bekal
dan tongkat restu orang tua di tanganku
sehingga muncul keyakinan melekat kuat di benakku
Insya Allah kesuksesan selalu bersamaku ..
Dengan keyakinan, perjuangan, dan
kesadaran kerasnya alam realita telah menungguku kini kugapai citaku
Suatu karya yang dengan segenap kerendahan hati
Kupersembahkan kepada:
Ayahanda dan Ibunda (Salbani dan Rusmini) tercinta, terkasih dan
tersayang
yang selalu dan akan selalu memberikan segala cinta dan kasih
sayangnya dengan ikhlas membimbing dan mendoakan kesuksesan,
putra putrinya
menanamkan idealitas sejati yang telah melekat pada diriku yang tidak
akan pernah luntur sampai kapanpun.
Adik- adik ku tersayang (Rahmat Wahyuni dan M. Aulia Ar- Rasyid)
Dengan naungan ilmu yang barokah mari bergandengan tangan
bersama-sama tuk mewujudkan insani yang berguna bagi keluarga ,
agama, nusa, dan bangsa
H. Masjkur Sjahrum dan Hj. Ramlah Masjkur yang telah mengajarkan
banyak hal tentang pahit dan manisnya jalan kehidupan.
Terimakasih telah menjadi motivator dalam hidupku
Guru- guru dan Dosen- dosen yang dengan mulia dan besar hati telah
memberikan ilmu yang bermanfaat
tiada batas.
Terahir, Sahib seperjuangan IPS NU Pagar Nusa, teman-teman
Syariah serta
sahabat- sahabat yang pernah dihadirkan Allah SWT , yang selalu
membuat tersenyum maupun menangis, dan
penuh motivasi,
mereka pastilah yang tetap indah saat ada atau tiada.




vii
ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabilalamin, Tidak ada daya dan upaya selain pertolongan-Nya.
Serta sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah, keluarganya,
sahabatnya juga kepada pengikutnya, termasuk kita semua. Amin
Penulis menyadari bahwa tanpa keterlibatan dan sumbangsih berbagai pihak,
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan segenap hati
patutlah penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang.
2. Bapak Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari;ah Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang.
3. Ibu Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing, yang banyak
meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan serta memberi petunjuk dalam
penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Zainudin A.M., selaku Dosen Wali, yang dengan tulus dan ikhlas telah
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
5. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, khususnya dosen Fakultas
Syariah, yang telah mengalirkan ilmu, pengetahuan, wacana dan wawasannya,
sebagai pedoman dan bekal bagi penulis.
x
6. Ayahanda dan ibunda tercinta (Salbani dan Rusmini) yang telah memberikan cinta
kasih sayangnya, serta selalu mendoakan putra putrinya dengan pewnuh kesabaran
dan ketulusan hati dengan cinta mereka kuarungi samudra kehidupan ini.
7. H. Masjkur Sjahrum dan isti yang banyak memeberi motivasi agar terus menggali
ilmu dan hikmah dari berbagai hal, terima kasih atas semua fasilitasnya.
8. Bapak Ahmad Muzakkir, S.Ag., selaku kepala KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan serta
seluruh stafnya yang telah bersedia memberi izin serta banyak memeberi informasi
kepada penulis selama mengadakan penelitian.
9. Seluruh pihak yang ada di PUSKESMAS Kec. Hanau Kab. Seruyan, khususnya
Bidan Elis dan Bidan Fatima hang telah membantu penulis dalam melakukan
penelitian ini.
10. Saudara-saudara seperjuangan di IPS NU Paagar Nusa, terima kasih atas kenangan
yang telah terenda dan tetap menemani di hari-hari terakhir, khususnya Angkatan
02, GET A LIVE !
11. Sahabat-sahabatku yang selalu mengucapkan kata SEMANGAT! Serta teman-
teman PKLI Kelompok IV, sungguh tak akan pernah terlupakan.
12. Teman-teman Fakultas Syariah, tantangan di depan mata. SELAMAT MENEMPUH
HIDUP BARU!
13. Teman-teman dan seluruh kewluarga yang ada di Pembuang Hulu serta yang
terdekat di hati, Terima kasih telah memberikan motivasi dan segala
pengorbanannya.
xi
Teriring doa dan harapan ssemoga apa yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan yang lebih baik dari Allah SWT. Amin
Penulis sangat sadar betapa sempit dan terbatasnya pengetahuan yang penulis
miliki, walaupun penulis berkehendak tetapi Allah yang lebih mengetahui atas semua
kehenak-Nya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan
saran dan kritik dari semua pihak khususnya pembaca demi keb aikan skripsi ini.

Malang, 19 Februari 2007
Penulis,













xii
DAFTAR ISI
Halaman J udul .. i
Halaman persetujuan .... ii
Persetujuan Pembimbing . iii
Pengesahan Skripsi .. iv
Pernyataan Keaslian Skripsi . v
Abstrak . vi
Motto vii
Persembahan viii
Kata Pengantar ix
Daftar Isi . Xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian . 6
D. Kegunaan Penelitian 6
E. Paradigma Penelitian .. 7
F. Penelitian Terdahulu 7
G. Sistematika Pembahasan . 9
BAB II PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH DAN KELUARGA
SAKINAH
A. Pemeriksaan Kesehatan 11
1. Kesehatan Dalam Perkawinan 11
2. Persyaratan Administrasi KUA .. 16
3. Ketentuan Islam Mengenai Pemeriksaan Kesehatan .. 18
4. Konsep Dasar Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 24
B. Keluarga Sakinah 29
1. Pengertian Keluarga Sakinah 29
2. Kriteria Keluarga Sakinah 31
xiii
3. Metode Membangun Keluarga Sakinah 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian . 38
B. J enis Penelitian . 39
C. Sumber Data . 39
D. Metode Penelitian ........ 40
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data . 41
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Deskripsi KUA Kec. Hanau 43
1. Kondisi sarana dan prasarana KUA Kec. Hanau .. 43
2. Struktur Organisasi KUA Kec. Hanau .. 44
3. Visi dan Misi KUA Kec. Hanau 45
4. Tugas dan Fungsi KUA Kec. Hanau .46
B. Profil Keluarga Sakinah KUA Kec. Hanau.. 47
C. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 49
1. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
di KUA Kec. Hanau . 49
2. Pemahaman Calon Pengantin di KUA Kec. Hanau Terhadap
Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 54
D. Peranan Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan
Keluarga Sakinah 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .. 62
B. Saran-Saran .. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam, menikah merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan. Sebab,
pernikahan merupakan sarana untuk mendapatkan ketenangan, melestarikan jenis
manusia, memperbanyak jumlah kaum muslimin dan pintu berbagai jenis kebaikan.
Lebih dari itu, bila pintu kebaikan yang bernama pernikahan ini dimaksimalkan,
maka separuh agama seseorang akan selamat. Untuk itu suami istri ditugaskan untuk
mengaturnya. Firman Allah:


Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya,
dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak.
1

Mengingat fungsi rumah tangga begitu besar pengaruhnya terhadap
kehidupan, maka tidak layak melangkah kedalam dunia pernikahan, sebelum
mengkaji dan memahami tata cara memilih calon pasangan, oleh karena itu mereka
harus membuat persiapan-persiapan pernikahan. Pada tingkat berikutnya, perlu bagi
pria dan wanita untuk merencanakan pernikahan demi menghindari masing-masing
pihak memiliki harapan-harapan yang tak pantas.
Dalam menentukan pilihan terhadap calon istri atau calon suami, masing-
masing pihak termasuk para wali, yang akan bertindak sebagai wakil calon istri,
harus berpegang teguh pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh syariat.
Penyimpangan dari kriteria-kriteria ini, bukan saja berarti pelanggaran terhadap

1
QS al-Nisa (4): 1.
2
ketentuan Allah swt yang berarti akan mendapat sanksi hukum baik didunia maupun
diakhirat, tetapi juga akan membawa akibat yang fatal, yang sangat merugikan bagi
kehidupan suami istri beserta keturunannya. Sebab sebagaimana diketahui bahwa
bentuk gen bapak dan ibu akan sangat mempengaruhi baik secara biologis maupun
psikologis terhadap anak-anak yang akan dilahirkan.
2
Dalam kaitannya dengan penentuan calon pasangan, terdapat fenomena yang
perlu dikaji yakni seringkali ketika menentukan pilihan jodoh, dikalangan
masyarakat mengabaikan pentingnya untuk mengetahui riwayat kesehatan diri atau
calon pasangannya sejak dini. Hal ini sering terjadi dimasyarakat terutama
dikalangan pedesaan.
Hal lain yang menjadi gejala atau fenomena terhadap berlangsungnya
pernikahan adalah adanya pemahaman bahwa jika diantara mereka sudah mampu
atau baligh, hal itu merupakan modal untuk bisa melangsungkan pernikahan, tanpa
melihat faktor-faktor yang lain. Dikalangan masyarakat pun, berkembang
pemahaman bahwa dalam pembentukan keluarga umumnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti agama, kekayaan, maupun kecantikan. Hal ini memang sesuai
dengan anjuran Rasulullah, sehingga dalam mencari jodoh ukuran-ukuran tersebutlah
yang sangat dipertimbangkan, namun sangat disayangkan bahwa hadist tersebut
seringkali hanya dipahami secara tekstual.
Memang, setiap unsur yang dikemukakan diatas mengandung kebenaran,
baik dalam hal harta benda, kecantikan wajahnya, saling cinta mencintai, terpelajar,
beragama, dan sebagainya merupakan hal yang amat bermanfaat dalam usaha
mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan berkeluarga. Namun

2
Abdul Qodir Jailani, Keluarga Sakinah (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), 63.
3
masih banyak hal-hal yang cukup penting perlu diusahakan pemiliknya oleh setiap
warga masyarakat yang berkeinginan melangsungkan perkawinannya. Salah satu
syarat lain yang tidak kurang pentingnya dari pemilikan unsur-unsur yang telah
dikemukakan diatas adalah permasalahan kesehatan. Sejauh manakah faktor
kesehatan seseorang menjadi ukuran bagi mereka?
Mengutip perkataan dr. Sugi Iskandar, SpOG sebaiknya setiap pasangan
yang memutuskan akan menikah, memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu.
Mengetahui kondisi kesehatan pasangan sedini mungkin lewat pemeriksaan
kesehatan pranikah amat dianjurkan, untuk mengetahui penyakit-penyakit yang bisa
ditularkan atau diturunkan kepada pasangan dan anak, sedini mungkin.
Karena menurut Ilmu Genetika, kebanyakan penyakit jasmaniah itu
berpindah kepada anak dari garis keturunan. Seperti juling mata, gagap, buta warna,
sipilis dan lain-lain. Disamping itu penyakit moral sering pengaruhnya dari
keturunan, seperti sikap tak senonoh, homo seks dan lain-lain.
Hasil penelitian yang lain juga mendapatkan bahwa adanya penyakit dalam
diri salah seorang pasangan dalam sebuah keluarga dapat menyebabkan perceraian.
Karena apabila ternyata salah satu pasangan mengidap penyakit seperti AIDS,
impotensi atau penyakit yang lainnya yang belum di ketahui sebelumnya oleh
mereka dapat mengancam kelangsungan perkawinan. Hal tersebut disebabkan karena
dalam perkawinan bila keadaan kesehatan pada umumnya terganggu, akan dapat
menimbulkan permasalahan dalam keluarga dan dapat berakibat cukup jauh.sehingga
memberikan pemahaman kepada peneliti bahwa kesehatan dalam perkawinan
merupakan hal yang penting.
Hal ini juga terkait dengan salah satu qoidah fiqhiyah, yaitu
4

Menolak itu lebih kuat daripada mengangkat
Artinya mencegah agar tak terjadi itu lebih mudah daripada menghilangkan
seperti sebelum terjadi, menjaga diri agar tidak sakit, lebih utama daripada
mengobati setelah sakit.
3
Mengobati dan menyembuhkan penyakit setelah diderita,
diibaratkan baru membuat senjata setelah di serang oleh musuh. Bukankah lebih baik
kita membuat perisainya lebih dahulu sebelum penyakit menyerang kita. Ibaratkan
kata pepatah sedia payung sebelum hujan.
Nilai sehat saat ini dirasakan sangat mahal apalagi setelah kita terserang
penyakit, maka tidaklah sedikit biaya yang harus kita keluarkan untuk biaya
pengobatan, guna menyembuhkan penyakit yang telah bersarang di badan. Oleh
karena itulah kalimat lebih baik mencegah daripada mengobati sangat tepat untuk
dilaksanakan, sebuah kalimat yang sering terdengar tanpa kita menyadari secara
mendalam apa makna kalimat tersebut.
Hasil penelitian yang lain juga mendapatkan bahwa adanya penyakit dalam
diri salah seorang pasangan dalam sebuah keluarga dapat menyebabkan perceraian.
Karena apabila ternyata salah satu pasangan mengidap penyakit seperti AIDS,
impotensi atau penyakit yang lainnya belum diketahui sebelumnya oleh mereka
dapat mengancam kelangsungan perkawinan. Hal tersebut disebabkan karena dalam
perkawinan bila keadaan kesehatan pada umumnya terganggu, akan dapat
menimbulkan permasalahan dalam keluarga dan dapat berakibat cukup jauh. Hal ini
memberikan pemahaman kepada penulis bahwa kesehatan dalam perkawinan
merupakan hal yang penting.

3
Abdul Mudjib, Al-Qawa-'id al-Fiqhiyyah (Kaidah Ilmu Fiqih) (Jogjakarta: Nurcahaya, 1984), 60-
61.
5
Sayang sekali kebanyakan orang baru menyadari hal ini setelah jatuh sakit.
Kita harus menyadari betapa banyaknya ancaman yang akan mengganggu kesehatan
kita. Dan ancaman yang paling berbahaya adalah kedunguan, yaitu ketidaktahuan
atau tahu tapi tetap tidak mau melaksanakannya.
Itulah yang menarik perhatian peneliti. Munculnya pengertian dan
pemahaman masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan pranikah sangat dibutuhkan
dewasa ini, sehingga pemeriksaan kesehatan pranikah yang pada awalnya hanya
sekedar formalitas dalam menjalankan sebuah persyaratan administrasi KUA saja,
kemudian dapat direspon sebagai salah satu upaya untuk mengenal pasangan antar
satu sama lain yang sehingga tidak adanya sikap menyesali pernikahan lantaran
merasa keliru memilih pasangan.
Betapa banyak orang yang sesungguhnya mampu menggapai sumber-sumber
kebahagiaan. Namun lantaran kebodohan dan kekeliruan yang dilakukan, mereka
pun akhirnya menjauh dari jalan yang benar; jalan yang menghantarkan keduanya
menggapai kehidupan yang diselimuti cinta, kasih sayang dan ketulusan untuk
kemudian terhempas ke jurang penderitaan dan kesengsaraan hidup.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dianggap oleh peneliti
sangat penting dalam melakukan penelitian antara lain pencarian data, biaya, tenaga
dan lain-lain serta sebagai salah satu bentuk upaya pengabdian peneliti terhadap
daerah tercinta, peneliti mengangkat judul URGENSI PEMERIKSAAN
KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN KELUARGA
SAKINAH (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kal-Teng) ini sebagai
gambaran yang dapat dijadikan rujukan dan tawaran solusi dalam menjalankan
6
sebuah pernikahan. Permasalahannya adalah bagaimana pemeriksaan kesehatan
pranikah turut berperan dalam upaya membentuk keluarga yang sakinah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka masalah yang perlu untuk di teliti
adalah:
1. Bagaimana pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan
pranikah di KUA Kec. Hanau?
2. Bagaimana peranan pemeriksaan kesehatan pranikah terhadap pembentukan
keluarga sakinah?

C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui tentang pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan
kesehatan pranikah di KUA Kec. Hanau.
b. Untuk mengetahui bagaimana peranan pemeriksaan kesehatan pranikah bagi
pembentukan keluarga sakinah.

D. Kegunaan Penelitian
1. Menambah wawasan keilmuan khususnya pemikiran hukum Islam terhadap
masalah aktual yang terjadi di masyarakat.
2. Dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya demi pengembangan keilmuan
khususnya dalam kajian masail fiqhiyah.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai sumber pengetahuan untuk
mengetahui fungsi pemeriksaan kesehatan pranikah bagi calon pengantin.
7

E. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma pendekatan kesehatan,
dimana paradigma ini dipakai dalam mengarahkan peneliti agar mengetahui
bagaimana cara untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang diteliti
dengan sedemikian rupa, sehingga dapat memahami bagaimana pelaksanaan yang
dilakukan.
Sehingga dalam penelitian kualitatif itu sifatnya atau hasilnya bisa berubah-
ubah sesuai dengan saat penelitian dilaksanakn. Bahkan terkadang penelitian dengan
menggunakan paradigma interpretatif fenomenologis ini bisa menemukan teori baru
sehingga tidak terpaku pada teori yang ada saja, karena bisa dinilai secara subyektif.
4

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai masalah kesehatan dalam perkawinan maupun penelitian
mengenai masalah keluarga sakinah telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh:
Muhammad Rofi, dengan judul AIDS Sebagai Salah Satu Alasan
Perceraian. Dalam hasil penelitian ini didapatkan fakta bahwa penyakit AIDS dapat
dijadikan alasan perceraian dalam perkawinan untuk mengajukan gugatan
perceraian. Dan selanjutnya hakim dapat mengabulkan gugatan tersebut. Hal ini
beralasan bahwa orang yang terkena penyakit AIDS tidak dapat menjalankan

4
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Cet.II), (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1990), 9.
8
kewajibannya sebagai suami istri dalam hal nafkah bathin, dan hal tersebut sesuai
dengan syarat-syarat yang harus ada ketika suami atau istri mengajukan gugatan.
5
Abd. Afif, dengan judul Kafaah Sebagai Salah Satu Indikator Terbentuknya
Keluarga Sakinah (Studi Kasus di Desa Warulor Kecamatan Paciran Kab.
Lamongan). Dalam hasil penelitian ini ia menyimpulkan bahwa untuk terbentuknya
keluarga sakinah dipengaruhi oleh segi ekonomi, pendidikan dan agama. Dan
menurut tokoh setempat ekonomi dan pendidikan hanya sebagai penunjang dan
pembina keluarga sakinah, agamalah sebagai indikator utama terbentuknya keluarga
sakinah itu.
6
Imam Nuril Shofiyuddin, dengan Judul Impotensi Sebagai Salah Satu
Alasan Gugat Cerai (Studi Kasus No. 949/Pdt.G/2003/PA.Mlg). Pengadilan Agama
Malang, pada kasus tersebut mengabulkan gugatan cerai dari seorang istri
(penggugat). Dalam gugatannya istri memberikan salah satu alasan yaitu suami tidak
mampu melakukan hubungan seks secara baik (impotensi) dalam pernikahan selama
3 tahun 3 bulan dan belum dikaruniai anak, hal ini telah diakui oleh suami
(penggugat) didepan majelis hakim.
7
Rodin, dengan judul Pandangan Masyarakat Pra Sejahtera Tentang Keluarga
Sakinah (Di Kampung Baru kel. Kota Lama kec. Kedung Kandang). Ia
menyimpulkan keluarga sakinah menurut masyarakat tersebut adalah keluarga yang
bisa makan dan minum setiap hari, bisa berkumpul bersama dan sehat serta tentram

5
Muhammad Rofi, AIDS Sebagai Salah Satu Alasan Perceraian, Skripsi (Malang : Fakultas Syariah
UIN, 2003)
6
Abd. Afif, Kafaah Sebagai Salah Satu Indikator Terbentuknya Keluarga Sakinah (Studi Kasus di
Desa Warulor Kecamatan Paciran Kab. Lamongan), Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2004)
7
Imam Nuril Shofiyuddin, Impotensi Sebagai Salah Satu Alasan Gugat Cerai (Studi Kasus No.
949/Pdt.G/2003/PA.Mlg), Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2005)
9
dalam keluarganya. Tingkat ekonomi yang rendah, bukanlah menjadi penyebab
utama ketidakharmonisan keluarga.
8
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa
penelitian sebelumnya tidak ada yang secara khusus membahas tentang bagaimana
pembentukan keluarga sakinah jika ditinjau dari segi pemeriksaan kesehatan. Oleh
karena itu peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian secara khusus
membahas tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pranikah dengan tujuan agar
tercapainya sebuah keluarga yang sakinah.

G. Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, paradigma penelitian,
penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan. Hal ini penting sebagai
langkah awal bagi penulis untuk mengarahkan secara sistematis saat
menangani penelitian yang direncanakan.
BAB II : PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN KELUARGA SAKINAH.
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang Pertama, pemeriksaan
kesehatan secara umum membahas tentang peranan kesehatan dalam
perkawinan, persyaratan administrasi Kantor Urusan Agama (KUA),
ketentuan Islam mengenai pemeriksaan kesehatan. Kedua yaitu keluarga
sakinah, secara umum membahas tentang pengertian keluarga sakinah,
kriteria keluarga sakinah dan metode membangun keluarga sakinah.

8
Rodin, Pandangan Masyarakat Pra Sejahtera Tentang Keluarga Sakinah (Di Kampung Baru kel.
Kota Lama kec. Kedung Kandang), Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2005)

10
Ketiga yaitu konsep dasar pemeriksaan kesehatan pranikah. Pembahasan
tersebut berguna sebagai gambaran teori dasar dalam pelaksanaan
penelitian yang dilakukan.
BAB III : METODE PENELITIAN. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan
tentang metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, yang terdiri
dari lokasi penelitian, jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan
data serta metode pengolahan dan analisa data. Bab ini sebagai
dokumen awal yang akan menjadi pegangan penulis selanjutnya ke
mana dan dengan cara bagaimana penelitian yang direncanakan.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA. Dalam bab ini penulis
akan menguraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,
yaitu pertama deskripsi KUA Kec. Hanau, yaitu sebagai gambaran lokasi
dilakukannya penelitian ini, yang membahas tentang kondisi sarana dan
prasarana KUA Kec. Hanau, struktur organisasi KUA Kec. Hanau, visi
dan misi KUA Kec. Hanau serta tugas dan fungsi KUA Kec. Hanau.
Kedua Paparan data penelitian lapangan dan ketiga yaitu analisa data,
sebagai proses akhir pengolahan data yang didapat dalam penelitian.
BAB V : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN KELUARGA SAKINAH

A. Pemeriksaan Kesehatan
1. Kesehatan Dalam Perkawinan
Perkawinan menurut Islam disebut pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
atau mitsaqan gholidhon untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah
tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah (Pasal 2 dan 3 KHI). Sebagaimana
tercantum dalam Al-Quran surat Ar-Rum: 2
9


Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran-Nya) ialah diciptakan untuk mu
jodoh (istri) dari sejenismu sendiri, supaya kamu dapat bertempat tinggal dalam
ketentraman jiwa pada sisinya dan dijadikan-Nya cinta dan kasih sayang diantara
kamu. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu, ada tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berfikir.

Membina sebuah keluarga dan membangun rumah tangga adalah untuk
kesinambungan hidup keturunan umat manusia. Suatu perkawinan dan sebuah rumah
tangga yang dibina atas dasar taqwa kepada Allah, berarti meletakkan batu dasar
untuk membangun suatu masyarakat yang kokoh-kuat, dengan tujuan memberikan
tuntunan keselamatan dan kelangsungan hidup yang baik dan sejahtera.
Pengalaman dalam kehidupan mengajarkan kepada kita betapa bervariasinya
perjalanan keluarga yang telah didirikan oleh sepasang muda-mudi atas dasar cinta
mencintai, kasih mengasihi dan seterusnya. Ternyata banyak dijumpai goncang dan
bahkan hancur lebur di dalam perjalanannya. Walaupun usia perkawinannya masih
12
terasa singkat, hanya semusim bunga atau hanya seumur jagung, oleh karena itu
mereka harus mempersiapkan bahtera perkawinan mereka. Diantaranya dengan
memilih calon pasangan yang kriterianya telah dianjurkan oleh Islam.
Menarik, memang kebanyakan orang memilih pasangan yang berharta,
cantik, berkedudukan, bernasab tinggi atau nenek moyangnya terpandang tanpa
memperhatikan lagi keluhuran akhlaknya dan baik buruk pendidikannya, sehingga
perkawinannya hanya menghasilkan kepahitan dan berakhir dengan malapetaka dan
kerugian, karena itulah mengenai kriteria-kriteria ini ada hadis Rasulullah saw:
_ _ _ _ _ _ _ _ : _ __ _ _ : _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
__ _ _ _ _
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah saw bersabda: Wanita dikawini karena
empat hal: karena harta-bendanya, karena status sosialnya, karena keindahan
wajahnya, dan karena ketaatannya kepada agama. Pilihlah wanita yang taat kepada
agama, maka kamu akan berbahagia.
10

Dari hadis tersebut , jelaslah menikah dengan seseorang hanya karena orang
itu merupakan muslim yang baik tidaklah cukup! Kriteria-kriteria tersebut harus
diupayakan terpenuhi secara pasti bagi calon suami atau calon istri, apabila mereka
mau menjelmakan kehidupan keluarga sakinah dan damai.
11
Dalam perkawinan pada umumnya menghendaki untuk memperoleh
keturunan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Dengan demikian dalam
perkawinan, salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan keturunan
tersebut. Betapa pentingnya masalah keturunan dalam perkawinan, kiranya tidak
dapat dielakkan.

9
QS. Ar-Rum (30): 21
10
Zainuddin Hamidy, dkk, Terjemah Shahih Bukhari Cet.5, jilid IV (Jakarta: WIDJAYA, 1992), 10.


13
Hal ini tercantum dalam Surat An-Nisa Ayat 1
12


Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan pria dan wanita yang
banyak.

Dalam kehidupan keluarga sudah barang tentu keluarga atau suami istri
menginginkan memperoleh keturunan yang baik, yang sehat, keturunan yang tidak
mengalami cacat. Walaupun belum ada alat yang cukup tangguh untuk mengetes
bagaimana keadaan anak yang akan lahir, namun secara umum dapat dinyatakan
bahwa bila ayah dan ibu - pasangan suami istri dalam keadaan sehat, tidak
mengandung bibit penyakit, maka ikhtiar untuk menghasilkan keturunan yang
berkualitas dapat tercapai.
Dalam surat An-Nisa Ayat 9 juga disebutkan:
.......
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah .............
13
Dengan tegas-tegas ayat ini memperingatkan, jangan sampai kita
berketurunan lemah, atau kita diperingatkan, jangan sampai keturunan kita itu lebih
lemah daripada kita. Bila dikaji secara cermat, Allah SWT dan Rasullulah SAW
mengajarkan agar umat Islam melahirkan dan mempersiapkan anak-anak keturunan
yang sehat dan kuat, yang menyangkut kesehatan jasmani dan rohani, jadi yang
diutamakan adalah kualitas anak. Anak yang diproduksi oleh suami istri yang
telah melangsungkan aqad nikah itu adalah zurriyyatan thayyibathan, yaitu
keturunan yang sehat dan baik, baik mental maupun fisik.

11
Sakinah yaitu ketentraman jiwa yang meliputi hidup kekeluargaan, dan adanya mawaddah dan
rahmah yakni rasa cinta dan kasih sayang yang mengikat semua anggota keluarga satu sama lain.
Abdul Qadir Al-Jailani, Op. Cit., 55.
12
QS. An-Nisa (4): 1.
13
QS. An-Nisa (4): 9.
14
Pengertian keturunan tersebut erat kaitannya dengan masalah kesuburan, tapi
hal ini bukan hanya untuk wanita, tetapi juga berlaku untuk pria, sebab wanita harus
berpasangan dengan pria, dan kesuburan bukan hanya terletak pada wanita tetapi
juga pada pria. Ukuran dalam menentukan penilai calon suami dan calon istri, yang
juga berfungsi sebagai pelengkap terhadap kriteria agama, mempunyai pertautan
langsung dengan masalah kemurnian dan kualitas seseorang dalam masalah
kesehatan jasmani dan kesehatan rohani.
Ilmu kedokteran mengatakan, bahwa rupa dan bentuk janin bergantung pada
kualitas sel sperma yang ada pada pria dan kualitas ovum (indung telur) yang ada
pada wanita. Kemudian lahirlah anak yang mirip dengan kedua ibu bapaknya, baik
tubuh (fisik) maupun akalnya.
14
Mengenai gen ibu, menurut ilmu kedokteran ovum pun berpengaruh besar
terhadap pembentukan janin. Ovum yang sakit akan menghasilkan bayi yang cacat
tubuh. Seorang dokter, Marshan namanya, menyatakan bahwa dampak negatif dari
susunan kesehatan ibu jelas memberi pengaruh terhadap ovum sejak masih dalam
ovarium. Melalui ovariumlah segala sifat-sifat ibu berpindah kepada ovum. Kadang-
kadang warisan penyakit baru mulai tampak kecenderungannya ketika ovum itu
tumbuh dalam rahim (uterus).
15
Islam memperhatikan faktor keturunan dalam pernikahan, Pernah seorang
sahabat meminang seorang wanita mandul, lalu ia bertanya: Wahai, Rasulullah!
Saya telah meminang seorang wanita yang berbangsa dan cantik, tapi mandul. Maka
Rasulullah saw mencegahnya, seraya bersabda:

14
Abdul Qadir Al-Jailani, Op, Cit.,64.
15
Ibid, 65.
15
: . ) .

Artinya: Dan daripadanya ia berkata: Adalah Rasulullah menyuruh kami berkawin
dan melarang (kami) membujang dengan larangan yang keras, dan ia bersabda:
Berkawinlah dengan (perempuan) peranak, penyayang, karena sesungguhnya
dengan kamu aku akan melawan Nabi-nabi di hari Qiyamat (tentang banyaknya
ummat)
16

Menurut ilmu genetika, kebanyakan penyakit jasmaniah itu berpindah kepada
anak dari garis keturunan. Seperti juling mata, gagap, buta warna, sipilis dan lain-
lain. Disamping itu penyakit moral sering pengaruhnya dari keturunan. Seperti sikap
tak senonoh, homo seks dan lain-lain.
17
Uraian sederhana tersebut, memberikan
gambaran secara jelas betapa besar peran ibu dan bapak dalam menentukan anak,
baik secara biologis maupun psikis. Faktor keturunan begitu dominan dalam
menentukan profil jasmani, kesehatan fisik, intelektual dan kognitif, emosi dan
afektif, bahkan sikap mental anak.
Walaupun tidak secara eksplisit masalah kesehatan, khususnya kesehatan
fisiologis ini dinyatakan dalam Undang-Undang Perkawinan, namun yang baik perlu
diperhitungkan tentang soal kesehatan ini. Kesehatan dalam perkawinan merupakan
hal yang penting. Hal tersebut disebabkan karena dalam perkawinan bila keadaan
kesehatan pada umumnya terganggu, akan dapat menimbulkan permasalahan dalam
keluarga. Hal ini akan mengganggu ketentraman keluarga yang bersangkutan, yang
dapat berakibat cukup jauh, seperti kekerasan dalam keluarga, perceraian dan lain
sebagainya.
2. Persyaratan Administrasi Kantor Urusan Agama (KUA)

16
A. Hassan, Tarjamah Bulughul Maram (Bandung: CV. Dipenegoro, 1975), 74.
17
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Andi, 2002), 36
16
Berdasarkan Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan
No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toxid Calon Pengantin
menginstruksikan kepada : Semua kepala kantor wilayah Departemen Agama dan
kepala kantor wilayah Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia untuk :
1. Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya melaksanakan bimbingan
dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin sesuai dengan pedoman
pelaksanaan.
2. Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin
di daerah masing-masing.
3. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan instruksi ini kepada Dirjen Bimas
Islam dan Urusan Haji dan Dirjen PPM & PLP sesuai tugas masing-masing.
Dalam pelaksanaan, peraturan tersebut dapat dianggap sebagai dasar atau
landasan salah satu syarat administrasi pernikahan yang dibutuhkan oleh KUA
terhadap pasangan yang akan menikah, yaitu adanya surat/kartu bukti immunisasi
TT1 bagi calon istri dari rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Immunisasi adalah upaya untuk menimbulkan kekebalan kepada seseorang
dengan cara memberikan cairan (vaksin) tertentu sehingga dapat tercegah dari
penyakit. Penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi antara lain: Tetanus,
TBC, Differi, Batuk rejan, Polio dan Campak.
18
Bagi calon pengantin perlu
memperoleh immunisasi agar tidak terserang penyakit tersebut diatas dan tidak

18
Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi Jawa Timur,
TuntunanPraktis Rumah Tangga Bahagia (Jawa Timur: 2005), 38.
17
menular pada bayi yang akan dilahirkan sehingga angka kematian ibu melahirkan
pun dapat dikurangi.
Munculnya peraturan tersebut mengingat bahwa, Menurut Undang-Undang
No.9 tentang pokok-pokok kesehatan dalam Bab I, Pasal 2 : Yang dimaksud
kesehatan dalam undang-undang ini ialah yang meliputi kesehatan badan, rohani
(mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan.
19
Adanya peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan bahwa setiap
orang berhak dan wajib untuk menjaga dan memelihara kesehatan demi tercapainya
suatu tatanan masyarakat yang sejahtera.
Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan dapat di bagi dalam tiga
golongan yaitu:
20
a. Usaha Pencegahan (usaha preventif), yaitu untuk pencegahan penyakit atau
pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan (perilaku
sehat)
b. Usaha Pengobatan (usaha kuratif), yaitu untuk mendapatkan diagnosis penyakit
dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku
sakit)
c. Usaha Rehabilitasi, yaitu untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah
dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sedia kala, atau agar penyakit tidak
bertambah parah (peran sakit)
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit (preventif) menjadi
tempat yang utama. Karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang
lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah di bandingkan dengan usaha

19
Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2000), 26.
20
Ibid, 13.
18
pengobatan maupun rehabilitasi. Oleh karena itu dianjurkan bagi calon mempelai
wanita dan juga pria agar memeriksakan kesehatan sebagai persiapan pernikahan,
disamping kesiapan batin/rohani dan mengikuti pengarahan atau kursus calon
pengantin (SUSCATIN) dalam rangka usaha preventif.
3. Ketentuan Islam Mengenai Pemeriksaan Kesehatan
Kesehatan dan kesejahteraan adalah anugerah terbaik dari Allah kepada
manusia.Rasulullah menganjurkan kepada kita agar menjaga kesehatan dan
memerintahkan kepada kita untuk berobat dalam rangka memelihara kesehatan.
Dalam hadist sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan:
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ __ _ _ _ _ _


Artinya: Dari Jabir r.a dari Rasulullah saw., sabdanya: Setiap penyakit ada
obatnya. Apabila tepat obat suatu penyakit, tentu penyakit itu sembuh dengan izin
Allah Azza wa jalla
21

Islam memerintahkan kepada kita untuk menghindari penyebab berbagai
penyakit yang banyak muncul, diantaranya adalah:
22
a. Segala hal yang dilarang dalam Islam, seperti makan dan minum berlebihan,
mengonsumsi darah dan bangkai, minum khamar dan sebagainya.
b. Islam menyuruh kita supaya menjauhi penyakit saluran pencernaan, lepra, thaun
(penyakit pes) dan lain sebagainya, sehingga kita diperintahkan menjaga jarak
dari penderita agar tidak tertular.
c. Penyebab munculnya penyakit adalah tempat yang kotor dan banyaknya
serangga yang membahayakan sepeti lalat, nyamuk, tikus dan lain sebagainya.

21
Mamur Daud, Terjemah Shahih Muslim Jilid IV (Jakarta: WIDJAYA, 1983), 147.
22
Hasan Raqith, Hidup Sehat Cara Islam (Bandung: MARJA, 2006), 41-44.
19
d. Terjatuhnya seseorang pada keputusasaan dalam menyelesaikan masalahnya ke
dalam hal-hal yang merusak dirinya (narkoba, free sex dan lain-lain). Hal
tersebut akan menimbulkan berbagai penyakit jasmani dan rohani.
Penyakit memang merupakan sunnah Tuhan dan ujian dari-Nya dan akan
meleburkan dosa-dosa seorang hamba, jika ia menerima penyakit tersebut dengan
penuh kesabaran. Namun Islam telah menjelaskan sebab-sebab penyakit tersebut
diatas, agar seorang Muslim harus sadar dan tetap berikhtiar untuk melakukan
pencegahan terhadap penyakit serta berusaha menyembuhkan dengan cara berobat
jika penyakit itu datang.
Tentang pencegahan penyakit, pada umumnya dalam ajaran Islam terdapat
ajaran-ajaran antara lain:
23
a. Untuk mendiagnosis suatu penyakit dan memberikan dosis obatnya, Islam
memerintahkan agar berobat kepada dokter spesialis
b. Untuk menjaga kesehatan dari penyakit menular, Islam mengajarkan agar
mengarantinakan orang yang menderita penyakit menular, sehingga penyakit itu
tidak meluas.
c. Islam juga menyarankan kepada orang yang sehat agar tidak memasuki daerah
yang rentan penyakit atau menjauhkan dirinya sampai daerah itu bebas dari
penyakit menular.
d. Prinsip yang ditanamkan oleh Islam tersebut, Islam pun mendorong pengadaan
makanan umum yang sehat sebagai usaha menghindari penyakit.
Secara umum, pemeriksaan kesehatan dalam Islam berprinsip pada upaya
menjaga kesehatan secara preventif (menjaga kesehatan sebelum sakit). Kemudian

23
Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 37-
42.
20
setelah itu. Islam menganjurkan pengobatan bagi siapa yang membutuhkan karena
sakit. Inilah salah satu prinsip dalam Islam yang sesuai dengan karakteristik,
kemampuan dan keadaan fitrah manusia.
24
Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan
adalah salah satu langkah awal dalam menjaga kesehatan, gagasan semacam ini tiada
lain karena dengan pemeriksaan dapat diketahui keadaan manusia tersebut.
Terkait dengan upaya-upaya preventif tersebut, dalam pernikahan, Islam pun
menganjurkan agar memperhatikan masalah kesehatan calon pasangannya.
Kesehatan calon pasangannya dapat diketahui melalui kejujuran dari calon pasangan
atau keluarganya atau dari pemeriksaan kesehatan pranikah bagi kedua calon
pasangan tersebut.
Sebagaimana dikutip oleh Adil Abdul Munim Abu Abbas dalam buku,
Ketika Menikah Jadi Pilihan (Al-Mahira, 2001), Imam Al-Qurthubi berkata, Jika
suami tahu bahwa dirinya tidak mampu menafkahi istri, atau memberi mahar,
memenuhi hak-hak istri yang wajib atasnya maka ia tidak boleh menikahi wanita itu
sampai ia menjelaskan hal itu kepadanya. Begitu juga jika si calon suami
mempunyai suatu penyakit yang menghalanginya untuk melakukan hubungan
seksual dengan istrinya, maka ia harus menjelaskan kepada wanita itu agar ia dapat
mempertimbangkan. Demikian pula wajib bagi si calon istri menjelaskan kepada
calon suami jika ia mengetahui bahwa dirinya tidak mampu memberikan hak kepada
suami atau mempunyai suatu penyakit yang menghalanginya untuk melakukan
hubungan seksual dengannya.
25
Memperhatikan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa kesehatan
merupakan salah satu alasan untuk mempertimbangkan kualitas seseorang untuk

24
Hasan Raqith, Op. Cit., 45.
25
M. Fauzil Adhim dan M. Nazhif Masykur, Diambang Pernikahan (Jakarta: Gema Insani, 2002), 24.
21
melakukan pernikahan. Pemeriksaan kesehatan menjadi hal yang penting untuk
dilakukan sebelum menjalani pernikahan demi mencegah kekecewaan antara suami
istri itu nantinya.
Hal ini juga sesuai dengan salah satu kaidah fiqhiyah yang berbunyi:
_ _ _ _
yaitu mencegah agar tak terjadi itu lebih mudah daripada menghilangkan seperti
sebelum terjadi.
26
Para ahli juga menyepakati akan kebenaran pendapat ini, sehingga
orang-orang bijak mengatakan, Menjaga kesehatan lebih baik daripada mengobati.
Dari pernyataan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa menjaga diri agar tidak
sakit, lebih utama daripada mengobati setelah sakit.
Ditinjau dari kaidah tersebut, ikhtiar untuk mewujudkan kesejahteraan hidup
keluarga melalui pemeriksaan kesehatan pranikah, tidak dilarang agama. Al-Quran
maupun Sunnah tidak ada yang melarang untuk melakukan hal tersebut, oleh karena
itu, pemeriksaan kesehatan pranikah dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan hidup
keluarga disebutkan diatas, pada dasarnya termasuk hal yang hukumnya mubah.
Perbuatan mubah adalah sesuatu perbuatan yang bila diperbuat tidak diberi pahala
dan bila ditinggalkan tidak dikenakan siksa. Mubah dinamakan halal dan jaiz.
27
Sebagaimana kita ketahui, hal yang pada dasarnya termasuk dalam kategori
hukum mubah itu masih dapat mengalami perubahan ketentuan hukum, bergantung
kepada motivasinya. Apabila pemeriksaan kesehatan pranikah benar-benar bertujuan
untuk dapat mewujudkan kesejahteraan hidup keluarganya kelak agar lebih
sempurna dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama maka hukumya bisa saja
menjadi sunah, dengan suatu perkiraan kuat apabila dikhawatirkan akan terjadinya

26
H.Abdul Mudjib, Loc. Cit.
27
A. Hanafie, Ushul Fiqh (Jakarta: Widjaya, 1989), 24
22
sebaliknya, pemeriksaan kesehatan pranikah itu justru dapat dinilai sebagai hal yang
mulia.
Para ahli juga menyepakati akan kebenaran pendapat ini, sehingga orang-
orang bijak mengatakan, Menjaga kesehatan lebih baik daripada mengobati. Dari
pernyataan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa menjaga diri agar tidak sakit,
lebih utama daripada mengobati setelah sakit.
Sebagian ahli berpandangan bahwa tak seorangpun, diantara pasangan
suami istri- ini, mempunyai pilihan untuk memutuskan ikatan perkawinan dengan
alasan ada nya cacat atau kekurangan pada diri pasangannya. Peraturan yang ada
dalam Durr Mukhtar adalah: Baik suami ataupun istri tidak berhak memutuskan
ikatan perkawinan dengan alasan cacat atau kekurangan yang ada pada pasangannya,
walau betapa berat nya penyakit tersebut, seperti kegilaan, lepra, dan sebagainya.
Pandangan ini telah dikemukakan oleh Khalifah Ali dan Ibnu Masud, para sahabat
Nabi dan oleh Atha-Nakhai, Umar bin Abdul Aziz, Ibn Abi Laila, Auzai, Thauri,
Abu Hanifah, dan Abu Yusuf.
Sebagian ahli fikih lain berpandangan bahwa cacat, yang menghalangi
dilakukannya hubungan seksual, memberikan hak pada keduanya untuk melakukan
pemutusan ikatan perkawinan. Cacat yang disebutkan adalah kegilaan, lepra, bau
busuk pada mulut, penyakit-penyakit kelamin. Imam Malik-lah yang mengemukakan
pandangan ini. Dalam bukunya Al-Qowanin, Abu Ijaz menulis daftar penyakit diatas
dan menyatakan bila salah seorangan diantara pasangan tersebut, menderita salah
satu penyakit tersebut pasangannya berhak untuk memilih atau melakukan
perpisahan.
23
Menurut Imam Syafii, kedua orang suami istri itu berhak memutuskan ikatan
perkawinan bila salah seorang, diantara keduanya, menderita lepra atau leukoderma.
Tetapi bau busuk pada mulut, gatal-gatal dan penyakit kelamin bukan alasan untuk
memutuskan perkawinan. Tetapi, bila si wanita mempunyai penyakit kelamin dan
menghalangi hubungan suami istri, atau suami menderita impotensi, atau alat
kelaminnya telah diamputasi, pasangan itu berhak memutuskan ikatan perkawinan.
28
Dari semua pandangan ini, yang kedua-lah yang paling dekat dengan ajaran
Al-Quran. Dalam pandangan Al-Quran, dua sasaran perkawinan adalah pemelihara
kesucian dan ikatan kasih sayang diantara pasangan. Sasaran-sasaran ini hilang bila
salah seorang dari pasangan tersebut terserang penyakit, atau mempunyai cacat yang
mengganggu pasangannya, atau menghalanginya untuk memuaskan nafsu
alamiahnya. Cacat atau penyakit yang telah disebutkan tadi, mengabitkan
penderitaan pada pasangan yang normal. Dengan demikian pentinglah kiranya
memberikan pilihan kepada pasangan tersebut untuk memutuskan ikatan
perkawinan.
Pembicaraan tadi terbatas pada kasus-kasus dimana pasangan tidak begitu
saling mengenal sebelum dilangsungkannya perkawinan, dan mereka mengutarakan
kekecewaan mereka segera setelah bertemu muka.
Kebersihan dan kesucian, dan kesehatan jasmani menjadi syarat untuk
mewujudkan tubuh yang kuat dan tegap; dan kondisi ini menurut Islam mempunyai
nilai yang lebih baik dibanding dengan kondisi tubuh yang lemah menurut
pandangan Allah SWT, karena tubuh yang lemah tidak mungkin bisa melaksanakn

28
Abul Ala Al-Maududi dan Fazl Ahmed, Pedoman Perkawinan Dalam Islam (Jakarta: Darul Ulum
Press, 1987), 93
24
ibadah kepada Allah secara utuh dan sempurna. Dalam hubungan ini. Nabi saw
menyatakan dalam sabdanya sebagai berikut:
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Artinya:Ketahuilah, muslim yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah
daripada muslim yang lemah
29

4. Konsep Dasar Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Perkawinan merupakan tahap awal untuk mencapai kebahagiaan dalam
kehidupan individu. Untuk meraih keberhasilan dalam kehidupannya yang multi
kompleks, dalam bidang sains, harta dan nama (pristise). Maka tahap awal untuk
mencapainya haruslah berhasil terlebih dahulu dalam kehidupan berumah tangga.
Menurut dr. Sugi Iskandar, SpOG sebaiknya setiap pasangan yang
memutuskan akan menikah, memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu.
Mengetahui kondisi kesehatan masing-masing pasangan sedini mungkin lewat
pemeriksaan kesehatan pranikah amat dianjurkan, untuk mengetahui penyakit-
penyakit yang bisa ditularkan atau diturunkan kepada pasangan dan anak, sedini
mungkin.
30
Pemeriksaan kesehatan pranikah atau pre marital medical examination
sudah umum dilakukan di Negara-negara maju. Hal ini menandakan saling
keterbukaan diantara kedua belah pihak. Sayang, di Indonesia, pemeriksaan ini
belum begitu popular. Padahal filosofi di masyarakat khususnya masyarakat Jawa
sudah menganjurkan hal tersebut. Terbukti sebelum menikah kita dianjurkan untuk
melihat bibit, bebet dan bobotnya. Hanya, saat ini dengan penemuan-penemuan di
bidang kesehatan, melihat bibit tidak secara kasat mata, namun bisa dilihat dengan

29
Abdul Qodir Jailani, Op. Cit., 230-231.
30
Nova, (Minggu, 11 September 2005), 15.
25
pemeriksaan-pemeriksaan yang lebih canggih melalui darah, air kencing, kotoran
dan cairan tubuh lainnya.
Manfaat pemeriksaan kesehatan tersebut antara lain:
1. Dapat mengetahui status kesehatan, apabila ada penyakit bisa diketahui sejak
dini.
2. Bisa untuk memantau perjalanan penyakit yang diderita, misalkan seseorang
yang menderita diabetes mellitus bisa mengetahui perkembangan penyakitnya
sebelum komplikasi ke system syaraf atau organ penting lain.
3. Bisa mencegah timbulnya penyakit. Misalkan seseorang yang menjalani check
up kesehatan mengeluhkan bahwa ketika menstruasi ia selalu mengalami
kesakitan yang hebat. Hal ini bisa menyebabkan penyakit pada rahim atau
kandungannya. Apabila menstruasinya yang sakit itu di obati maka penyakit
kandungannya dapat dicegah.
Pemeriksaan kesehatan pranikah tidak hanya bermanfaat bagi yang menjalani
pemeriksaan tapi juga akan dapat mencegah penyakit atau kelainan yang mungkin
timbul pada keturunan nanti. Sebaiknya pemeriksaan kesehatan dilakukan pada
kedua calon pengantin, karena penyakit keturunan dapat diturunkan oleh salah satu
dari suami atau istri. Meskipun secara fisik kelihatan baik dan bebas dari penyakit,
tetapi dimungkinkan salah satu mempunyai gen penyakit keturunan yang akan
berpindah kepada anak-anaknya.
Sebagian jenis penyakit keturunan antara lain:
31
1. Thalassimia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang menurun dan
terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam penyakit ini, sang ayah dan ibu

31
Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Op.C it., 184.
26
bebas dari penyakit, tetapi semua anak-anak terkena pembiakana yang cepat pada
butir-butir darah merah. Hal ini menyebabkan mereka kekurangan darah. Mereka
membutuhkan donor secara teratur sepanjang hidupnya. Jenis penyakit ini
termasuk berbahaya dan setiap saat membunuh penderita.
2. Heamopholia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang mempunyai daya beku,
sehingga mudah terjadi pendarahan terus menerus. Luka sedikit saja mungkin
akan banyak menyebabkan pendarahan. Penyakit keturunan ini akan berpindah
melalui wanita, akan tetapi penyakitnya diderita oleh anak pria dan bukan
wanita. Satu bentuk penyakit yang sulit ditemukan obatnya.
3. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit keturunan ini akan terjadi
jika darah sang ibu yang negatif bertentangan dengan darah sang suami yang
positif. Jika anak lahir dengan selamat, maka bayi itu akan menderita keracunan
darah, dan sebagian dari anak-anak tersebut perlu pencucian darah secara total
sekurang-kurang sebulan sekali.
Pemeriksaan kesehatan pranikah penting untuk mengetahui kondisi pasangan
serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah
kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), juga untuk memperoleh
kesiapan mental karena masing-masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon
pasangan hidupnya.banyak lagi jenis penyakit keturunan ini, seperti penyakit gula
hipertensi, penyakit/gangguan kejiwaan, IQ rendah dan lain-lain. Dalam kondisi
seperti ini, anak memang membawa kesediaan menerima penyakit keturunan dari
orang tuanya atau dari susunan keluarganya yang lain.
Dikatakan oleh dr. Budi Santoso SpOG (K), spesialis obsteri dan ginekologi
RSU dr Soetomo Surabaya, pre marital medical examination atau pemeriksaan
27
kesehatan pranikah dapat juga dimanfaatkan untuk memperoleh kesiapan mental
karena masing-masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon pasangan
hidupnya.
32
Bila memang ditemukan kelainan atau penyakit yang diderita salah satu
pihak, pihak lain sudah mengetahui sehingga pengobatan bisa dijalani terlebih
dahulu sebelum memasuki jenjang pernikahan. Jika kelainan atau penyakit tersebut
tidak bisa disembuhkan, kedua belah pihak sudah saling mengetahui sebelum
pernikahan terjadi sehingga, tidak ada pihak yang merasa dibohongi dan tidak
menyesal di kemudian hari.
Ukuran waktu itu pun fleksibel. Artinya, pemeriksaan kesehatan pranikah
dapat dilakukan kapan pun selama pernikahan belum berlangsung. Namun idealnya
pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan enam bulan sebelum dilangsungkan
pernikahan. Pertimbangannya, jika ada sesuatu masalah pada hasil pemeriksaan
kesehatan kedua calon mempelai, masih ada cukup waktu untuk konseling atau
pengobatan terhadap penyakit yang diderita.
33
Dengan demikian, Jangan sampai
timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara penyakit yang sebenarnya bisa
disembuhkan jauh-jauh hari. Contohnya, setelah menikah ternyata harus berkali-kali
mengalami keguguran gara-gara toksoplasmosis yang sebenarnya bisa disembuhkan
dari dulu.
Secara garis besar pemeriksaannya bisa diawali dengan wawancara singkat
yang berkaitan dengan riwayat kesehatan untuk mengetahui penyakit apa yang
pernah di derita, riwayat penyakit anggota keluarga (seperti, diabetes mellitus,
stroke, kanker, epilepsi dan lain sebagainya). Juga kebiasaan hidup lainnya, seperti

32
Jawa Pos (Sabtu, 9 Desember 2006), 43.
33
Ibid.
28
merokok, mengunakan obat-obatan terlarang, atau mungkin menganut paham free
seks. Selanjutnya, dilanjutkan pemeriksaan fisik dan laboratorium meliputi
pemeriksaan darah lengkap (termasuk rhesus), urine lengkap, fungsi liver, fungsi
ginjal, kesehatan paru-paru dan jantung. Kesehatan alat reproduksi juga tak luput dari
pemeriksaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kesuburan dan fungsi anatomi alat
reproduksi tersebut.
34

Pemeriksaan kesehatan pranikah sebaiknya meliputi pemeriksaan klinis dan
laboratorium. Pemeriksaan tersebut lebih diarahkan untuk penyakit yang dapat
menular seperti penyakit Menular Seksual (PMS), TBC, dan lain-lain. Disamping itu,
agar anak tidak terkena talasemia mayor; ada baiknya calon suami-istri diperiksa
kemungkinan talasemia minor. Karena talasemia minor biasanya tidak menunjukkan
gejala klinis, tetapi bila calon Bapak dan Ibu keduanya menderita talasemia minor,
ada resiko anaknya akan terkena talasemia mayor. Untuk mencegah kemungkinan
tersebut, sebaiknya perlu berkonsultasi dengan dokter, sehingga mendapat informasi
yang lengkap dan benar. Pun untuk mendeteksi ada atau tidak HIV/AIDS,
Gonorrhoe, Sifilis, Herpes dan Papiloma Virus.
35
Calon pengantin bisa mendatangi dokter terdekat, atau kerumah sakit yang
memang menyediakan paket pemeriksaan kesehatan pranikah. Pemeriksan tersebut
bukan bertujuan untuk menggagalkan rencana perkawinannya, namun menyiapkan
segala sesuatunya sehingga pilar-pilar perkawinan semakin kokoh.
B. Keluarga Sakinah
1. Pengertian Keluarga Sakinah

34
Ibid.
35
Samsuridjal Djauzi, Panduan Hidup Sehat Dari Soal Pemeriksaan Kesehatan Sampai Vertigo
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), 22-23.
29
Dalam kehidupan sehari-hari kata keluarga dipakai dengan pengertian antara
lain:
a. Sanak saudara, kaum kerabat
b. Orang seisi rumah, suami-istri, anak
c. Orang yang ada dalam naungan organisasi atau sejenisnya
d. Masyarakat terkecil berbentuk keluarga atau lainnya
Dari beberapa definisi tersebut, maka keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat merupakan kumpulan keluarga-keluarga.
Ini berarti, baik buruknya suatu masyarakat tergantung pada baik buruknya
masyarakat kecil itu (keluarga). Jadi keselamatan dan kebahagiaan suatu masyarakat
berpangkal pada masyarakat terkecil atau keluarga.
Kata sakinah (Arab) mempunyai arti ketenangan dan ketentraman jiwa. Kata
ini disebutkan sebanyak enam kali dalam Al-Quran, yaitu pada Surat Al-Baqarah
ayat 248, Surat At-Taubah ayat 26 dan 40, Surat Al-Fath ayat 4, 18 dan 26. Dalam
ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa sakinah itu didatangkan Allah SWT ke dalam
hati para nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar
menghadapi tantangan, ujian, cobaan, ataupun musibah. Sehingga sakinah dapat juga
dipahami sebagai sesuatu yang memuaskan hati.
Dari dua aspek tersebut diatas, maka Istilah keluarga sakinah merupakan
dua kata yang saling melengkapi, kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk
menyifati atau menerangkan kata keluarga. Keluarga sakinah digunakan dengan
pengertian keluarga yang tenang, tentram, bahagia, dan sejahtera lahir dan batin.
Terwujudnya suatu keluarga sakinah, yakni keluarga bahagia dan sejahtera
atas jalinan cinta dan kasih sayang antara suami istri yang dikehendaki oleh agama
30
islam adalah bersumber pada firman Allah SWT dalam Al Quran surat Ar-Rum
Ayat 21.
Pada ayat ini tersurat kalimat litaskunu ilaiha yang menggambarkan suatu
keadaan rumah tangga yang para anggotanya memperoleh ketenangan dan
ketentraman serta kebahagiaan lahir batin, mengantarkan kemungkinan
berkembangnya cinta dan kasih sayang dalam keluarga itu sendiri. Dalam kalimat itu
terkandung pula arti tersirat, bahwa tujuan dari kehidupan rumah tangga untuk
mencapai ketenangan, kedamaian, ketentraman, dan kebahagian hidup lahir dan
batin di atas jalinan kasih sayang antara suami dan istri.
Berdasarkan dalam surat tersebut, Departemen Agama membuat rumusan
pengertian Keluarga Sakinah, yaitu: Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibina
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan
material yang layak, mampu menciptakan suasana cinta kasih dan kasih sayng
(mawaddah wa rahmah), selaras, serasi dan seimbang, serta mampu menanamkan
dan melaksanakan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, amal shaleh dan akhlakul
karimah dalam lingkungan keluarga sesuai ajaran Islam.
36

Keluarga sakinah merupakan dambaan dari setiap rumah tangga muslim, hal
ini terefleksi dengan jelas dalam setiap undangan walimatul urs teruntai kalimat
harapan terciptanya keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Khusus di Indonesia
program keluarga sakinah merupakan Proyek Nasional dalam pembangunan bangsa
yang berada dalam ruang lingkup kerja Departemen Agama.
2. Kriteria Keluarga Sakinah

36
BP.4 Propinsi Kal-Teng, Membangun Keluarga Sakinah ; Palangkaraya.
31
Masih berbicara tentang keluarga sakinah yang senantiasa diliputi suasana
mawaddah wa rahmah, Rasullulah SAW menegaskan dalam salah satu sabdanya
yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailamiy:
37
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ___ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _

Artinya: Apabila Allah menghendaki keluarga (rumah tangga) itu mendapat
kebahagiaan, maka ada lima ciri pembinaan keluarga itu, yaitu: anggota keluarga
rumah tangga itu hidup taat beragama, yang muda menghormati yang lebih tua,
serasi (harmonis) dalam kehidupan, hemat dan hidup sederhana, melihat
(mengawasi) cacat (kekurangan) mereka, dan kemudian melakukan taubat/minta
maaf. Dan Allah menghendaki sebaliknya, maka ditinggalkannya mereka dalam
kesesatan. (HR. Ad-Dailamiy).
Salah satu dari program BP4 adalah membangun keluarga sakinah. Adapun
dasar yang melandasi pembinaan Keluarga Sakinah tersebut adalah:
38

a. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1993 ;
b. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera ;
c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Desa ;
d. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Dengan sasaran pembinaan adalah umat Islam yang berdomisili didesa dari
Pra Sakinah, Sakinah I sampai Sakinah IV, menetapkan kriteria-kriteria antara lain:
Pra Sakinah
a. Perkawinan yang tidak memenuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
b. Tidak mampu melaksanakan shalat ;
c. Tidak mampu melaksanakan puasa ;

37
Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Quran dan As-
Sunnah (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), 232.
32
d. Keluarga yang tidak mampu melaksanakan zakat/fitrah ;
e. Tidak mampu membaca Al-quran ;
f. Keluarga yang tidak memiliki pengetahuan dasar agama ;
g. Tempat tinggal yang tidak menetap ;
h. Tidak memiliki pendidikan dasar.
Sakinah I
a. Keluarga yang dibentuk melalui perkawinan yang sah berdasarkan peraturan
yang berlaku atas dasar cinta kasih ;
b. Melaksanakan shalat ;
c. Melaksanakan puasa ;
d. Membayar zakat fitrah ;
e. Mempelajari dasar agama ;
f. Mampu membaca Al-quran ;
g. Memiliki pendidikan dasar ;
h. Ada tempat tinggal ;
i. Memiliki sejumlah pakaian ;
Sakinah II
a. Memenuhi kriteria Sakinah I ;
b. Hubungan anggota keluarga harmonis ;
c. Keluarga menamatkan sekolah 9 tahun ;
d. Mampu berinfaq ;
e. Memiliki tempat tinggal sederhana ;
f. Mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan ;

38
BP.4 Propinsi Kal-Teng, Op. Cit.,
33
g. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
Sakinah III
a. Memenuhi kriteria Sakinah II ;
b. Membiasakan shalat berjamaah ;
c. Pengurus pengajian/organisasi ;
d. Memiliki tempat tinggal layak ;
e. Memahami kesehatan keluarga ;
f. Harmonis ;
g. Gemar memberikan shadaqah ;
h. Melaksanakan qurban ;
i. Keluarga mampu memenuhi tugas dan kewajibannya masing-masing ;
j. Pendidikan minimal SLTA.
Sakinah IV
a. Memenuhi kriteria Sakinah III ;
b. Keluarga tersebut dapat menunaikan ibadah haji ;
c. Salah satu keluarga menjadi pimpinan organisasi Islam ;
d. Mampu melaksanakan wakaf ;
e. Keluarga mampu mengamalkan pengetahuan agama kepada masyarakat ;
f. Keluarga dan anggotanya sarjana, minimal di Perguruan Tinggi ;
g. Keluarga mampu menjadi pemuka masyarakat ;
h. Keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah ;
i. Keluarga yang didalamnya tumbuh cinta dan kasih sayang.
Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disebutkan diatas, dapat diketahui
bahwa banyak hal yang dapat menjadi ukuran sebuah keluarga itu adalah keluarga
34
sakinah. Oleh karena itu ada beberapa kesiapan yang sangat diperlukan dalam
pembentukan keluarga sakinah, antara lain:
a. Kesiapan Spiritual, yaitu kesiapan untuk membentuk keluarga yang dapat
memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia secara
sempurna.
b. Kesiapan Mental/Psikis, yaitu kesiapan untuk membentuk sebuah keluarga yang
ideal sehingga terbinanya rasa cinta dan kasih sayang yang diridhai Allah SWT.
c. Kesiapan Fisik, yaitu kesiapan dalam arti memahami pentingnya kesehatan
keluarga sehingga terbentuk keluarga yang jauh dari berbagai penyakit yang
mengancam ketenangan keluarga.
d. Kesiapan Sosial, kesiapan untuk membentuk keluarga yang dapat menjadi suri
teladan dan dapat berguna bagi masyarakat.
e. Kesiapan Ekonomi, kesiapan untuk dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya,
seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan.
3. Metode Membangun Keluarga Sakinah
Agar kehidupan suami istri dapat terbangun secara harmonis, hangat, mesra,
serta dapat mencegah terjadinya perselingkuhan dalam suatu keluarga, maka ada
beberapa hal yang perlu dilakukan oleh mereka antara lain:
39
a. Menciptakan kondisi rumah tangga yang sejuk, komunikaif dan hangat dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Menanamkan sikap qanaah terhadap keadaan masing-masing.
c. Menanamkan sebuah keyakinan dalam diri pasangan suami istri ; bahwa mencari
jalan keluar untuk menghilangkan kejenuhan, kebuntuan dan keruwetan pikiran

39
BP 4, Perkawinan dan Keluarga (Jakarta: 2005), 31-32.
35
dengan jalan bersenang-senang dengan cara berselingkuh, adalah jalan yang
tidak sehat dan tidak selamat.
d. Berusaha dengan maksimal dalam memecahkan masalah kelainan seks, dengan
mencari jalan yang sehat dan rasional, seperi berkonsultasi kepada ahlinya.
Keempat hal tersebut diatas, harus mendapat perhatian kedua belah pihak
(suami & istri), bahkan harus dirawat dan dikembangkan agar dapat berbuah
sakinah. Rasulullah SAW mensyaratkan 5 (lima) hal bagi terwujudnya keluarga
sakinah, sebagaimana hadits beliau yang maksudnya sebagai berikut:
Apabila Allah menghendaki keluarga menjadi baik (sakinah), maka (ada lima hal) :
1. keluarga itu memahami ajaran agama; 2. Dalam keluarga itu yang muda
menghormati yang tua, (yang tua menyayangi yang muda); 3. Lembut dalam
pergaulan; 4. hemat dalam pembelanjaan; 5. Mau mengakui kelemahan diri
(introspeksi) dan berusaha memperbaikinya.
Poin kelima dalam hadits tersebut yaitu mengakui kelemahan diri dengan
instropeksi dan berusaha memperbaiki diri, dapat dikaitkan dengan aspek kesehatan
yaitu jika terdapat kelemahan pada kesehatan seorang pasangan maka ia harus
menyadari lemahnya kesehatan (penyakit) itu dan berusaha memperbaikinya melalui
pengobatan.
Dalam Al-Quran surat Ar-Rum: 2, ada tiga kata kunci dalam ayat tersebut
yang berfungsi untuk menjadikan berpasangan untuk menjadikan pasangan suami
istri meraih keluarga sakinah, yaitu:
40
a. Min-anfusikum (dari dirimu sendiri)

40
Ibid.
36
Kata kunci yang pertama, Min-anfusikum artinya dari dirimu sendiri. Untuk
menjadi sakinah, maka seorang suami harus menjadikan isterinya bagian dari dirinya
sendiri, begitu sebaliknya. Kalau isteri sudah tidak mau menjadi bagian dari diri
suaminya, dan suami tidak lagi merupakan bagian dari diri istrinya, maka akan
semakin jauh dari kehidupan keluarga yang sakinah. Bisa dilihat, banyaknya kasus
perceraian dikarenakan pasangan sudah tidak lagi menjadi bagian dari dirinya (min-
anfusikum). Satu sama lain saling mengungkap aib melalui media massa, bahkan
saling menuding tak ubahnya laksana musuh.
b. Mawaddah (cinta)
Kata kunci yang kedua, mawaddah artinya cinta. Mawaddah biasa diartikan
sebagai cinta yang disertai birahi, namun mawaddah juga mempunyai makna
kekosongan jiwa dari berbuat jahat terhadap yang dicintai. Dengan mawaddah ini
pasangan suami istri saling tertarik dan saling membutuhkan.
c. Rahmah (kasih sayang)
Kata kunci yang ketiga adalah Rahmah artinya kasih sayang. Rahmah adalah
karunia Allah yang amat besar bagi pasangan suami istri. Meskipun mawaddah
berkurang bersamaan perjalanan usia yang makin tua, namun dengan rahmah ini
menjadi perekat pasangan suami istri bisa langgeng hingga akhir hayat.
Setelah mengetahui tentang bagaimana metode membangun keluarga sakinah
seperti yang telah disebutkan, maka dalam pelaksanaannya perlu diadakan kerja
sama antara sepasang suami istri itu sehingga dapat memahami segala aspek yang
yang akan dihadapi agar dapat membentuk keluarga yang sakinah dan barokah yang
berguna bagi nusa dan bangsa, serta agama.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah di KUA Kec. Hanau Kab.
Seruyan Kal-Teng, dimana KUA sebagai lembaga yang memuat paraturan
pemeriksaan kesehatan pra nikah. Lokasi penelitian ini terkait juga dengan
pertimbangan adanya karakteristik lingkungan masyarakat yang masih hidup di
pedesaan, sehingga perlu diketahui bagaimana pemahaman calon pengantin terhadap
pemeriksaan kesehatan pra nikah. Karena banyak di temukan di masyarakat, calon
pengantin cenderung kurang memahami dan mengindahkan pemeriksaan kesehatan
pra nikah sebagai persyaratan dari KUA, yang dianggap sebagai suatu formalitas
saja.


B. Jenis Penelitian
Sesuai dengan objek kajian ini, maka penelitian diarahkan untuk mengetahui
bagaimana pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pra nikah,
kaitannya dengan pengaruh kesehatan terhadap pembentukan keluarga sakinah.
Sehingga penelitian yang dilakukan bersifat penelitian deskriptip kualitatif yaitu
menggambarkan suatu keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat,
kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan
41
39
Menurut Bogdan dan Taylor pendekatan kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang prilaku yang dapat diamati.
42

C. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Data primer yakni data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni
sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.
43
Dalam hal ini peneliti
mewawancarai secara langsung orang-orang yang terkait dengan penelitian ini antara
lain Kepala KUA Kec.Hanau, Bidan Puskesmas Kec. Hanau, beberapa calon
pengantin yang menikah di KUA Kec. Hanau pada saat penelitian berlangsung dan
Keluarga Sakinah teladan di wilayah Kec. Hanau

b. Data Sekunder
Data sekunder yakni data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli
memuat informasi atau data tersebut.
44
Dalam hal ini peneliti mengambil data-data
yang berasal dari buku-buku, dokumen, arsip, catatan-catatan yang berkaitan dengan
penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Interview
40
Metode interview adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua
orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan
mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya.
45

Pada metode ini peneliti pergunakan untuk mendata hal-hal yang berkenaan
dengan penelitian, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disusun
dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Interview
dilakukan kepada Kepala KUA Kec. Hanau, Bidan Puskesmas Kec. Hanau, beberapa
calon pengantin yang menikah di KUA Kec. Hanau pada saat penelitian berlangsung
dan Keluarga Sakinah teladan di wilayah Kec. Hanau
2. Observasi.
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki.
46
Dengan metode ini peneliti pergunakan untuk melihat secara langsung
berbagai aktifitas yang berlangsung dan menggali data-data sekunder mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan gambaran umum tentang keadaan KUA Kec. Hanau,
Keluarga Sakinah serta pemeriksaan kesehatan pra nikah yang dilaksanakan oleh
calon pengantin.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hak-hak atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
47
Dibandingkan
dengan metode lain, maka dalam metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti
apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap dan belum berubah.
48

41
E. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
49
1. Editing Data: Pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari
kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya dengan
kelompok data yang lain.
2. Klasifikasi Data: Mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan
mengklasifikasikan data yang diperoleh ke dalam pola tertentu atau
permasalahan tertentu untuk mempermudah pembahasannya.
Menurut Bogdan dan Biklen (1982) analisis data adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dilkelola, mensintesiskannya, mencari dan
menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
50
Pada dasarnya analisis data merupakan penguraian data melalui tahapan:
kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan dan pencarian hubungan antar data yang
secara spesifik tentang hubungan antar peubah.
51
Dalam analisis data, penulis berusaha untuk memecahkan permasalahan yang
tertuang dalam rumusan masalah dengan menggunakan analisis data deskriptif
kualitatif, yaitu menggambarkan suatu keadaan atau status fenomena dengan kata-
kata atau kalimat, kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh
kesimpulan.
52

Dalam penelitian ini analisis data tidak keluar dari lingkup sample, bersifat
deduktif, berdasarkan teori atau konsep yang bersifat umum, diaplikasikan untuk
42
menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi atau hubungan
se[perangkat data dengan seperangkat data lainnya.
53







BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

A. Deskripsi KUA
1. Kondisi Sarana dan Pra Sarana
Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Hanau Kab. Seruyan mempunyai kantor
di Jl. Akasia RT. IV No. 246 Pembuang Hulu II. Membawahi 10 kelurahan di
wilayah kec. Hanau, yaitu : Tj. Hanau, Parang Batang, Bahaur, Pembuang Hulu I,
Pembuang Hulu II, Derangga, Asam Baru, Tj. Hara, Tj. Paring dan Tj. Rangas.
Berdirinya KUA Kec. Hanau ini sangatlah erat kaitannya dengan kondisi keagamaan
masyarakat Hanau pada saat itu. Sebagai masyarakat yang mayoritas beragama
Islam, maka kebutuhan akan terwujudnya sebuah lembaga yang berfungsi untuk
mengatur pranata-pranata hukum Islam terutama masalah pernikahan, wakaf dan
hibah sangat diperlukan.
Di wilayah kec. Hanau, eksistensi KUA sangatlah berarti bagi masyarakat
setempat, disamping sebagai lembaga formal yang menangani masalah-masalah
Hukum Islam, KUA mempunyai peranan penting dalam pengembangan syiar agama
Islam. Dalam bidang pernikahan misalnya, KUA mempunyai tugas untuk
membimbing masyarakat serta sosialisasi tentang bagaimana tata cara pernikahan
yang sah menurut Hukum Islam dan Hukum Formal sesuai yang diatur oleh
pemerintah. Dari sini tampaklah bahwa keberadaan KUA dalam masyarakat sangat
penting untuk melayani masyarakat utamanya dalam bidang Hukum Islam serta
menjaga nilai-nilai hukum Islam.
44

Kantor KUA Kec. Hanau juga berfungsi sebagai rumah dinas yang ditempati
oleh setiap Kepala KUA yang menjabat saat itu. Terdapat tiga ruangan di kantor
tersebut yang terdiri dari ruangan kepala, ruangan balai nikah dan ruangan tata
usaha. Ketiga ruangan tersebut mempunyai beberapa fasilitas pendukung
diantaranya:
a. Ruangan Kepala. Di dalamnya terdapat: meja tulis, kursi sice, kursi tamu dan
meja.
b. Ruangan Balai Nikah. Di dalamnya terdapat: meja sidang/nikah, kursi pengantin,
kursi besi lipat busa dan rak besi.
c. Ruangan Tata Usaha. Di dalamnya terdapat: Lemari buku, meja dan kursi
panjang kayu.
2. Struktur Organisasi KUA Kec. Hanau
KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan secara terstruktur lembaga ini merupakan
bagian dari Departemen Agama dan bertanggung jawab secara langsung kepada
Departemen Agama. Sedangkan struktur KUA Kec. Hanau sendiri, sesuai dengan
KMA No: 517 Tahun 2001 dibangun dengan beberapa komponen yaitu:




Kepala KUA

Ahmad Muzakkir, S.Ag
Nip.150 356 696

Tata Usaha
Wagiyo
Nip.150 233 946

45







Petugas
kepenghuluan
Wagiyo
Nip.150 233 946

Wagiyo
Nip.150 233 946
Petugas
Kemasjidan
Wagiyo
Nip.150 233 946
Petugas
Kemitraan Umat
dan Produk halal
Petugas Zakat
Wakaf, Ibadah
Sosial dan Baitul
Maal
Iga Nyoman.S.D
Nip.150 356 740
Petugas
Kependudukan
dan Keluarga
Sakinah
Iga Nyoman.S.D
Nip.150 356 740

3. Visi dan Misi KUA Kec. Hanau
a. Visi Kantor Urusan Agama Kecamatan Hanau
Unggul dalam pelayanan dan bimbingan umat Islam berdasarkan iman,
takwa dan akhlak mulia
b. Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Hanau
Meningkatkan pelayanan bidang organisasi dan ketatalaksanaan
Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi nikah dan rujuk
Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kependudukan dan keluarga
sakinah, kemitraan umat dan produk halal
Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kemasjidan
Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi ZIS dan wakaf
Meningkatkan pelayanan informasi tentang madrasah, pondok pesantren,
Haji dan Umroh
Melaksanakan pelayanan lintas sektoral
4. Tugas dan Fungsi KUA Kec. Hanau
a. Tugas
46

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 tentang
Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka tugas Kantor urusan
Agama adalah melaksanakan tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota di
bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah kecamatan (pasal 2)
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas seperti tersebut diatas maka Kantor Urusan
Agama melaksanakan fungsi :
Menyelenggarakan Statistik dan Dokumentasi
Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan
rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan
Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat,
wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga
sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Dirjen Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.




B. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
1. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Pranikah di Kec. Hanau
Dalam Instruksi Bersama Departemen Agama dan Departemen Kesehatan No
:02 Tahun 1989, mengintruksikan agar bagi setiap calon pengantin dapat
melaksanakan bimbingan dan pelayanan imunisasi Tetanus Toxid. Hal ini di terapkan
47

melalui KUA sebagai lembaga yang berwenang dalam memberikan pelayanan
pernikahan kepada masyarakat.
Pengertian pemeriksaan kesehatan pranikah disini adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh seorang wanita sebagai calon pengantin ketika akan
melangsungkan pernikahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan administrasi yang ada di
KUA sebagai salah satu persiapan dan syarat administrasi pernikahan.
Bagi KUA Kec. Hanau, peraturan itu telah dilaksanakan sepenuhnya oleh
pejabat KUA Kec. Hanau, guna meningkatkan kesehatan masyarakat. Setiap calon
pengantin yang akan melangsungkan pernikahan harus melengkapi semua persyaratan
administrasi yang telah ditentukan oleh KUA, termasuk surat keterangan kesehatan.
Hal ini sebagaimana penuturan Bapak Ahmad Muzakkir S. Ag, selaku kepala KUA
Kec.Hanau
56
Sejauh ini kami sudah berupaya mensosialisasikannya, dengan selalu
menganjurkan kepada setiap calon pengantin ketika mendaftarkan
pernikahannya agar melengkapi berkas-berkas tersebut, termasuk surat
keterangan kesehatan. Walau masih ada yang mengabaikannya, kami
mengingatkan kembali kepada mereka bahwa pernikahan tidak dapat
diproses kalau surat keterangan kesehatan itu tidak dilampirkan

Sikap kepala KUA tersebut tidak lain karena pemahaman beliau yang
menganggap bahwa pemeriksaan kesehatan pranikah itu penting dan mempunyai
korelasi dengan pembentukan keluarga sakinah:
57
Pemeriksaan kesehatan pranikah sangat penting bagi calon kedua mempelai
dan merupakan bagian atau unsur penunjang tercapainya keluarga sakinah.

Data Pencatatan Imunisasi TT bagi calon mempelai wanita tahun 2005:
. Jumlah
No Kelurahan / Desa Nikah TT 1 TT 2
1. Tanjung Hanau 2 - -
2. Parang Batang - - -

56
Ahmad Muzakkir, Wawancara (Pemb. Hulu, 3 Oktober 2006)
57
Ibid.
48

3. Bahaur 10 - -
4. Pembuang Hulu I 86 80 -
5. Pembuang Hulu II 54 50 -
6. Derangga 13 - -
7. Asam Baru 56 - -
8. Tanjung Hara 3 - -
9. Tanjung Paring 8 - -
10. Tanjung Rangas 12 - -
Jumlah 244 130
Data: Arsip KUA Kec. Hanau

Pada awalnya penulis mengira bahwa pemeriksaan ini dilakukan di rumah
sakit Kec. Hanau, sebagaimana lazimnya pemeriksaan kesehatan yang lain. Namun
setelah dikonfirmasikan ke rumah sakit, penulis akhirnya mendapatkan keterangan
bahwa untuk pemeriksaan kesehatan pranikah, dari pihak rumah sakit telah
memberikan wewenang penuh kepada puskesmas dan bidan-bidan yang bertugas agar
memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan pranikah bagi masyarakat.
Calon pengantin dapat memilih sendiri sesuai keinginannya, apakah ia akan
memeriksakan kesehatan di puskesmas atau kepada bidan setempat. Karena
sebagaimana puskesmas, bidan-bidan disanapun telah mendapatkan kewenangan
untuk mengeluarkan surat keterangan kesehatan atas nama dan jabatan mereka
sendiri, tanpa harus melalui proses pemeriksaan di puskesmas kembali. Surat dari
bidan ini pun tetap di nyatakan sah sebagai surat keterangan kesehatan.
Untuk kepentingan pengukuran data dilapangan, maka dalam waktu dan
kesempatan yang berbeda, penulis melakukan wawancara kepada Bidan Elis yang
merupakan petugas dari puskesmas KUA Kec. Hanau dan Bidan Fatimah yang
merupakan bidan berpraktek dirumah. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti,
49

kedua bidan tersebut masing-masing mengungkapkan tentang urgensi pemeriksaan
kesehatan, seperti penuturan Bidan Elis:
58
Pemeriksaan kesehatan itu penting de, hal itu dilakukan demi mengetahui
kematangan reproduksi seorang perempuan dalam mempersiapkan diri
sebagai calon Ibu, apalagi yang nikah dini misalnya umur 20 tahun
kebawah.

Sebagaimana penuturan diatas, Bidan Fatimah pun sependapat tentang
pentingnya pemeriksaan kesehatan pranikah, beliau menuturkan:
59
Saat ini pemahaman masyarakat ada sedikit peningkatan tentang ini,
mungkin karena kalo tidak diperiksakan, KUA tidak menikahkan.
Pemeriksaan kesehatan pranikah memang penting bagi calon pengantin, dari
situlah mereka mendapat kekebalan tubuh untuk mencegah tetanus pada bayi
saat ia hamil.

Di wilayah kec.Hanau sendiri pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan oleh
calon pengantin pada saat menjelang pernikahan, baik ketika akan mendaftarkan
pernikahan bahkan 2 atau 3 hari sebelum pernikahan.
Dalam setiap pemeriksaan, untuk satu kali kunjungan calon pengantin
dikenakan biaya sekitar Rp. 10.000, sebagai biaya atas pemeriksaan darah. Lab dan
bukti kartu keterangan kesehatan. Namun, jumlah biaya tersebut berbeda jika calon
pengantin memilih melakukan pemeriksan dirumah bidan secara langsung. Hal ini
sebagaimana diungkapkan bidan Fatimah, yang berpraktek dirumah:
60
Biaya pemeriksaan kencing, obat dan buku Rp. 40.000, kalo dirumah
memang agak mahal karena praktek dan modal sendiri, puskesmas khan
obatnya dari pemerintah dan pemda daerah.

Ketika penulis mengikuti pemeriksaan kesehatan calon pengantin, penulis
dapat menggambarkan, hal pertama yang di lakukan oleh calon pengantin dalam
pemeriksaan ini adalah tes darah (untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam tubuh),

58
Bidan Elis, Wawancara (P. Hulu, 4 Oktober 2006)
59
Bidan Fatimah, Wawancara (P. Hulu, 10 Oktober 2006)
60
Ibid.
50

tes urine dan yang paling penting adalah pemberian suntikan imunisasi TT1. Seluruh
rangkaian pemeriksaan itu sudah dianggap cukup sebagai pemeriksaan kesehatan
pranikah yang disebut pihak puskesmas sebagai pelayanan dasar. Pemeriksaan
kesehatan tidak sampai dilakukan pada alat-alat reproduksi lainnya, karena
banyaknya keterbatasan. Seperti penuturan Bidan Elis:
61
"Terbatasnya dana untuk peralatan lab yang canggih dan tenaga-tenaga yang
mumpuni di bidang itu masih belum ada, jadi kalau calon pengantin pertama
yang diperiksa ya darahnya.

Setelah melalui berbagai proses pemeriksaan tersebut diatas, bidan
menyarankan kepada calon pengantin, pasca pernikahan dalam jangka 4 minggu
setelah suntikan imunisasi TT1 pengantin dianjurkan kembali memeriksakan
kesehatannya dan melakukan suntikan imunisasi TT2 sebagai proses lanjutannya. Hal
itu berfungsi untuk mengetahui bagaimana reaksi tubuh pasca imunisasi TT1
sehingga dapat ditindak lanjuti. Namun menurut bidan tersebut, sangat disayangkan
dari masyarakat atau pengantin tadi tidak memperdulikan anjurannya sehingga tidak
ada yang pernah kembali memeriksakan diri.
2. Pemahaman Calon Pengantin Terhadap Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap beberapa calon
pengantin yang melakukan pernikahan di KUA Kec. Hanau selama dalam masa
penelitian sebagai informan. Setelah berhasil menjalin hubungan dengan informan
tersebut, barulah kemudian secara bertahap penulis mulai memasuki penggalian
datapenelitian. Penulis baru mulai mengadakan wawancara bebas (pertama kali
melakukan perbincangan informal) mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
pemeriksaan kesehatan pranikah. Dalam setiap wawancara sedapat mungkin penulis

61
Bidan Elis, Wawancara (P. Hulu, 4 Oktober 2006)
51

menghindari wawancara yang bersifat formal, penulis berusaha menciptakan suasana
informal, alamiah, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada informan
untuk mengungkapkan pendapat-pendapat dan pengalamannya.
Proses pengumpulan data dihentikan setelah dianggap cukup, yaitu setelah
tidak ada jawaban baru lagi dari lapangan. Artinya, penulis selalu memperoleh
informasi atau jawaban yang sama atau sejenis dari informan-informan baru. Situasi
ini ditandai dengan data yang terkumpul selalu menunjukkan hal yan sama dari
berbagai situasi dan sumber yang berbeda.
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa, pada umumnya meski pasangan
yang akan menikah tersebut sudah saling mengenal cukup lama dalam arti pacaran,
namun banyak diantara calon pengantin tersebut mengakui belum mengenal riwayat
kesehatan masing-masing pasangan, dalam arti mereka melihat kualitas kesehatan
pasangangannya terbatas hanya pada fisik atau penanpilan luar.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengenal kesehatan pasangannya
tersebut adalah pemeriksaan kesehatan pranikah. Itu dilakukan 2 atau 3 hari sebelum
pernikahan berlangsung, untuk melengkapi persyaratan administrasi pernikahan.
Pemeriksaan kesehatan pranikah ini merupakan masalah yang baru bagi
mereka sehingga banyak masyarakat yang belum begitu paham mengenai arti dan
tujuan pemeriksaan kesehatan pranikah tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
keluarga dari Agus Purwaningsih, salah satu calon pengantin yang mengatakan:
Hindai tapikir ikihen etunte bihina, hindai adaen uluh nang manyuhu-nyuhu
bapariksa sagalaan. Tapimun inggite-gite te bai bagus ca pang ampia akan
malajar elen nang handak kawin te masalah persiapaia.
(Belum pernah terpikir bagi kami masalah ini karena belum ada yang
memberitahukan hal-hal pemeriksaan kesehatan pranikah. Tapi kalau dipikir-
pikir bagus juga sebagai pelajaran dan persiapan bagi calon pengantin)

52

Ketika penulis menanyakan pendapat mereka tentang pemeriksaan kesehatan
pranikah jika di hubungkan dengan pembentukan keluarga sakinah. Terdapat
keseragaman pemikiran pada mereka. Diantara beberapa penuturan calon pengantin
tersebut, yaitu:
Kesehatan penting dalam keluarga, kalau ada yang sakit-sakitan nantinya
kan menghabiskan duit juga untuk bayar obat, ini juga bisa bepengaruh bagi
keluarga sakinah. Kesehatan kalau mau punya anak yang bagus
62

Penuturan calon pengantin yang lain, yaitu

Kesehatan kawak akan memanga kualitas keluarga, amun kesehataya baik
maka insya Allah keluarga sakinah nang kahandak itah tena kawa kekabul ca
kiah
(kesehatan bisa untuk melihat kualitas keluarga, kalau kesehatanya baik maka
insya Allah keluarga sakinah yang kita mau bisa tercapai)
63

Mereka sepakat dan paham bahwa kesehatan juga merupakan hal yang harus
diperhatikan jika ingin mewujudkan suatu keluarga yang sakinah dan membentuk
generasi penerus yang sehat dan handal. Kesehatan pun menjadi salah satu faktor
penentu kualitas keluarga, menurut mereka jika kesehatan keluarga itu terjaga, maka
kebahagiaan dan tujuan keluarga sakinah dapat dengan mudah tercapai.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa masalah pemahaman akan
pentingnya pemeriksaan kesehatan pranikah bagi calon pengantin cukup baik, artinya
tingkat kesadaran masyarakat terhadap adanya urgensi dan peranan pemeriksaan ini
terhadap pembentukan keluarga sakinah cukup bagus. Hal ini terbukti dengan adanya
respon dan kemauan dari calon pengantin untuk memeriksakan kesehatannya, meski
masih ada diantara calon pengantin yang penulis temui menganggap bahwa
persyaratan itu penting dilaksanakan karena hanya semata untuk memenuhi peraturan
dari KUA.

62
Suyatno, Wawancara , (Pemb. Hulu, 02 Oktober 2006)
63
Totok Hindarto, Wawancara , (Pemb. Hulu, 18 Oktober 2006)
53

3. Profil Keluarga Sakinah Teladan KUA Kec. Hanau
Berdasarkan Surat Kepala Kantor Departemen Agama Kab. Seruyan, tanggal
18 Maret 2006 yang penulis dapatkan dari KUA Kec. Hanau, bahwa BP-4 Kec.
Hanau telah menentukan dan menetapkan keluarga H. Nurdin-Hj. Sapnah sebagai
keluarga sakinah tingkat Kec. Hanau.
H. Nurdin sangat bersyukur atas terpilihnya keluarga mereka sebagai keluarga
sakinah, dengan kerendahan hati beliau berkata:
Mida ketawanku ca, kahampia elen pejabat te menggete ikih sebagai
keluarga sakinah, tapi harapan ikih te, mudah-mudahan kegiatan tun kawa
menenga pendidikan tentang keluarga akan generasi muda, akan contoh
keluarga nang lain.
(Kami tidak tahu, bagaimana para pejabat itu melihat kami sebagai keluarga
sakinah, tapi harapan kami acara ini dapat memberikan pendidikan tentang
keluarga kepada generasi muda, menjadi contoh bagi keluarga yang lain).

Dari pernikahannya dengan Hj. Sapnah, dikaruniai 5 anak, tiga anak mereka
mengenyam pendidikan tinggi, yang kini sudah besar-besar dan sukses dalam
kehidupannya, sedangkan dua yang terakhir masih duduk di Mts dan SD.
Bagi pengurus BP-4 Kec. Hanau sendiri, sesuai kriteria pemilihan, bahwa
pasangan tersebut patut mendapat predikat Keluarga Sakinah, antara lain kondisi
keluarganya taat beribadah, penghayatan dan pengajaran agama sangat baik, aktif
dalam organisasi dan berbagai kriteria lainnya telah masuk dalam keluarga ini.
Kesuksesannya dalam membina keluarga tidak diragukan lagi. Keutuhan
keluarganya yang dibangun selama itu dan keberhasilan pendidikan anak-anak
menjadi faktor kebahagiaan suatu keluarga.
Ketika penulis menyinggung masalah urgensi pemeriksaan kesehatan
pranikah sebagai salah satu persiapan membentuk keluarga sakinah, beliau
54

mengungkapkan:
64
untuk menuju kehidupan perkawinan sebaiknya calon suami dan
istri mempersipkan diri dengan persiapan-persiapan yang matang seperti fisik,
mental, materi, usia maupun pendidikan. Beliau menambahkan, persiapan-persiapan
ini dapat di pilah menjadi tiga yaitu;
a. Kesiapan mental spiritual. Sebelum melaksanakan perkawinan. Calon pengantin
harus membulatkan tekad dan niat kuat untuk menikah sebagai wujud
pelaksanaan perintah Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW.
b. Kesiapan jasmani. Kesiapan jasmani dimaksud bagi calon pengantin meliputi
kesiapan fisik, kesehatan maupun kedewasaan usia. Hal ini agar pasangan suami
istri secara matang mampu menghadapi berbagai persoalan yang dihadapinya
dalam rumah tangga.
c. Kesiapan Sosial Ekonomi. Salah satu problem pokok dalam keluarga adalah
menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar. Maka penting bagi calon pengantin
membuat perencanaan yang matang mengenai pencarian dan pengelolaan sumber
penghasilannya.
Untuk masalah kesehatan sendiri, tidak ada masalah yang serius dalam
kesehatan keluarga ini karena sejak awal mereka sangat memperhatikan arti
pentingnya masalah kesehatan dalam sebuah keluarga. Kebersihan dan kesucian
jasmani bagi setiap anggota keluarga merupakan hal penting untuk diperhatikan
dalam membangun kehidupan yang harmonis. Makanan-makanan yang sehat, prilaku
yang sehat dan kehidupan yang sehat merupakan cara untuk menjelmakan jasmani
yang sehat, sehingga ketentraman dan ketenangan sesuai tujuan dari keluarga sakinah
dapat tercapai.

64
H. Nurdin, Wawancara (Pemb.Hulu, 6 Oktober 2006)
55


C. Analisis Data
Dari uraian data dan hasil penelitian dilapangan yang di dapatkan penulis
terhadap pemahaman calon pengantin yang menikah di KUA Kec. Hanau,
pemeriksaan kesehatan pranikah dan keadaan keluarga sakinah, dapat diperoleh
jawaban dari rumusan masalah yang menjadi awal diadakannya penelitian ini, maka
dapat di analisis mengenai:

1. Pemahaman Calon Pengantin di KUA Kec. Hanau
Pemeriksaan kesehatan pranikah dapat dikatakan merupakan ketentuan yang
baru bagi masyarakat, yang belum ada anjurannya secara eksplisit, baik dalam Al-
Quran Hadits. Sehingga permasalahan ini belum terlalu dikenal dan dipahami oleh
calon pengantin.
Berdasarkan fakta dilapangan bahwa masih ada kelemahan pemahaman
terhadap adanya pemeriksaan kesehatan pranikah. Diantara mereka menganggap
bahwa pemeriksaan ini dilakukan hanya karena untuk memenuhi persyaratan
administrasi pernikahan. Mereka mungkin tidak menyadari bagaimana fungsi
pemeriksaan kesehatan pranikah dalam pembentukan sebuah keluarga.
Sangat disayangkan , untuk mewujudkan kehidupan yang tenang dan tentram
sebagaimana yang diinginkan dari keluarga sakinah, bisa jadi terhambat sebab
kesadaran mereka tentang keluarga sakinah masih rendah. Hal ini dapat diidentifikasi
dari kurangnya pemahaman mereka terhadap arti pentingnya pemeriksaan kesehatan
pranikah yang merupakan salah satu langkah awal atau sebagai satu upaya untuk
membentuk keluarga sakinah. Lemahnya kesadaran inipun terbukti dari sempitnya
56

jarak pemeriksaan kesehatan dengan dilangsungkannya pernikahan, yaitu hanya
sekitar 2 atau 3 hari sebelum pernikahan.
Kapan waktu yang baik untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah?
Di jawab oleh dr. Budi Santoso SpOG, spesialis Obsteri dan Ginekologi RSU dr.
Soetomo Surabaya, idealnya pemeriksaan dilakukan 6 bulan sebelum pernikahan,
pasalnya ketika ditemukan adanya penyakit atau kelainan, maka masih ada cukup
waktu untuk melakukan pengobatan terlebih dahulu.
65
Saat ini, pemeriksaan kesehatan dan konseling pranikah masih jarang
dilakukan karena dianggap akan menambah daftar kesibukan serta pemborosan
dengan mahalnya biaya. Bahkan, ada yang berpikiran pemeriksaan semacam itu
dapat memengaruhi hubungan keduanya karena adanya ketakutan apabila diketahui
hasil pemeriksaan kesehatannya ternyata buruk, hal ini dianggap membuka aib dari
calon pengantin itu sendiri, dan di khawatirkan pernikahan yang telah diidamkan
itupun terancam gagal.
Padahal sebagian ulama mewajibkan kepada setiap orang yang ingin menikah
untuk berterus terang, andai ia di tanya jika ia memiliki aib yang menyebabkan
dibolehkannya khiyar. Bahkan ia harus berterus terang, jika ada padanya sesuatu yang
ia sadari dapat menyebabkan orang lain tidak ingin menikah dengannya. Dan khiyar
tidak berlaku pada laki-laki yang buruk akhlaknya atau kikir
66
KUA perlu lebih mensosialisasikan kembali peraturan pemeriksaan kesehatan
pranikah tersebut kepada masyarakat. Peran KUA sangat dibutuhkan di masyarakat,
khususnya permasalahan seperti diatas. Ini sesuai dengann fungsi dan kewajiban

65
Jawa Pos (Sabtu, 9 Desember 2006), 43.
66
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamid, Kado Pernikahan (Jakarta: Iqra Kurnia Gemilang, 2005),137
57

KUA, dimana KUA bertugas memberikan pelayanan keagamaan berkenaan dengan
kebutuhan masyarakat.
Dengan ikut berperan serta dalam memperbaiki kondisi masyarakat, serta
membawa kearah perbaikan dengan berusaha memahami, mencari penyelesaian
masalah yang ada dalam masyarakat atas dasar ajaran agama Islam dan pedoman-
pedoman keilmuan sosial kemasyarakatan, sekiranya hal itu dilaksanakan maka posisi
KUA akan lebih mantap dalam masyarakat. Sehingga memudahkan dalam mencapai
tujuan dan misinya sebagai langkah memasyarakatkan ajaran-ajaran agama Islam.
2. Peranan Pemeriksaaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan Keluarga
Sakinah
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa perkawinan
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah (Pasal 2 dan 3 KHI), maka dalam perkawinan diperlukan adanya
kematangan dan kedewasaan bagi calon suami istri baik fisik, psikis serta kesiapan
kebutuhan yang lain.
Keluarga sakinah dapat tercipta apabila lima aspek pokok kehidupan
keluarga terpenuhi dengan mewujudkan kehidupan bersama menciptakan suasana
keislaman, pendidikan keluarga yang mantap, kesehatan yang terjamin, ekonomi
keluarga yang stabil, hubungan intern dan antar keluarga yang harmonis dan terjalin
erat, sehingga dengan demikian dapat menjadi gambaran keluarga sakinah sebagai
upaya membentuk bangsa. Sebab keluarga merupkan miniatur bangsa.
67

67
Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga .Cet. I. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 1.
58

Sehubungan dengan hal tersebut, maka faktor pemeriksaan kesehatan
pranikah dapat dianggap sebagai salah satu langkah awal dalam pembentukan
keluarga sakinah demi tercapainya kesehatan yang terjamin dalam sebuah keluarga.
Faktor kesehatan fisik ini tidak kalah pentingnya dari faktor-faktor yang lain,
karena seringnya anggota keluarga yang sakit, banyaknya pengeluaran untuk dokter,
obat-obatan dan rumah sakit, tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya
kesejahteraan keluarga.
Kondisi sehat menurut Islam mempunyai nilai yang lebih baik dibanding
dengan kondisi tubuh yang lemah menurut pandangan Allah SWT, karena tubuh
yang lemah tidak mungkin bisa melaksanakan ibadah kepada Allah secara utuh dan
sempurna. Sehingga dalam hubungan ini, Nabi saw menyatakan dalam sabdanya
bahwa muslim yang kuat, adalah lebih baik dan lebih di cintai Allah daripada muslim
yang lemah.
Jika ditilik dari Instruksi Bersama Departemen Agama dan Departemen
Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toxid Calon Pengantin
serta pelaksanaan dilapangan selama ini yang hanya mewajibkan adanya surat
kesehatan bagi calon pengantin wanita. Hal ini memberikan gambaran bahwa
pemeriksaan kesehatan tersebut penting dilakukan hanya bagi calon pengantin
wanita. Terdapat ketidaksesuaian dengan pernyataan yang ada didalam undang-
undang No. 09 Tentang pokok-pokok kesehatan yang mengisaratkan bahwa setiap
orang berhak bahkan wajib memelihara dan menjaga kesehatan. Akan tetapi
bagaimana jika yang bermasalah adalah justru dari pihak laki-laki?
Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan ini seharusnya dijalani oleh calon
suami dan calon istri atas kesadaran sendiri untuk mengetahui kondisi kesehatan
59

masing-masing pasangan sedini mungkin. Tidak cukup jika hanya calon istri yang
melakukan pemeriksaan kesehatannya, karena setiap orang berpotensi untuk
menularkan penyakit yang ada pada dirinya.
Pemeriksaan kesehatan pranikah penting untuk mengetahui kondisi pasangan
serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah
kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan). Selain alasan cinta,
bukankah sering kali pernikahan dilakukan karena ingin mendapatkan keturunan
yang sehat?
Maka dari itu, jangan sepelekan pemeriksaan kesehatan dan konseling
pranikah. Jika tidak waspada, ada banyak resiko yang dapat menghadang dalam
menjalani pernikahan. Jadi, hindari resiko sedini mungkin dan tempatkan usaha
pencegahan penyakit (preventif) menjadi tempat yang utama. Karena dengan usaha
pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang
lebih murah di bandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi.
68
Jangan sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara penyakit
yang sebenarnya bisa disembuhkan dari jauh-jauh hari. Ada baiknya terlebih dulu
menuntaskan pengobatan, baru kemudian menyusun kembali rencana pernikahan.
Saat ini pada kenyataannya, tak jarang banyak calon pengantin yang enggan
melakukan pemeriksaan kesehatann sebelum melangsungkan pernikahan. Mereka
menganggap bahwa, tes kesehatan tersebut hanya akan menambah daftar kesibukan,
serta pemborosan karena memakan biaya, atau bahkan ada yang berfikiran akan
dapat mempengaruhi hubungan mereka. Padahal pemeriksaan kesehatan pada calon
pasangan suami istri sebelum pernikahan mempunyai peranan dan kegunaan yang

68
Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2000), 26.
60

sangat penting bagi kelangsungan perkawinan, terutama hubungannya dengan
masalah kesehatan fisik dan reproduksi.
Semua berawal dari niatan untuk beribadah kepada Allah SWT. kemudian
berproses dan sabar dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang datang silih
berganti. Menjadi keluarga sakinah adalah harapan bagi setiap orang yang
merupakan sebauh jerih payah yang telah dianugerahkan oleh-Nya dan sudah
sepatutnya dijadikan sebagai suri tauladan bagi masyarakat pada umumnya.
Kini tinggal bagaimana kesadaran dan kemauan calon mempelai berdua.
Apakah mau untuk "sedia payung sebelum hujan" dan berlatih menerima pasangan
sepenuhnya. Akan tetapi perlu diingat, jangan membuat hasil pemeriksaan pranikah
sebagai dasar utama kelangsungan suatu pernikahan.






BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisa data, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pranikah masih
mengenai sisi-sisi ketidaktahuan masyarakat pada umumnya dan calon pengantin
khususnya tentang substansi dan seluk beluk dari pemeriksaan kesehatan pranikah.
Kesadaran calon pengantin untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan ini hanya
terbatas pada kesadaran formalitas persyaratan administratif yang harus dilaksanakan
oleh setiap calon pengantin. Lebih dari itu mayoritas dari mereka lebih terfokus pada
hal yang bersifat normatif di dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pranikah.
Mereka inilah gambaran secara singkat mayoritas dari calon pengantin yang ada di
wilayah Kec. Hanau.
Ada beberapa alasan mereka yang dapat diidentifikasi sebagai sebab
pemahaman calon pengantin seperti ini, antara lain:
a. Pemeriksaan kesehatan pranikah masih merupakan masalah baru dalam
masyarakat .
b. Minimnya informasi yang mereka dapatkan mengenai bagaimana seluk
beluk pemeriksaan kesehatan pranikah yang lebih jelas.
2. Dari hasil analisa maka pemeriksaan kesehatan pranikah berperan penting dan
dapat dianggap sebagai langkah awal dalam pembentukan keluarga sakinah, demi
tercapainya kesehatan yang terjamin dalam sebuah keluarga. Memeriksa calon
suami dan istri sebelum mereka melangsungkan pernikahan sangat bermanfaat,
63

khususnya untuk mengetahui kesuburan rahim wanita serta kesehatan dari sperma
yang dimiliki oleh laki-laki. Begitu juga dengan memeriksa keduanya dari penyakit
menular yang membahayakan, impotensi, kemandulan, dan kelainan fisik maupun
psikis lainnya. Akibat dari penyakit-penyakit itu dapat menghilangkan keserasian
antara suami dan istri serta ketenangan dalam sebuah keluarga itu nantinya, jika
kesehatan keluarga itu terjaga, maka kebahagiaan dan tujuan keluarga sakinah dapat
dengan mudah terealisasi.
B. SARAN
1. Bagi calon pengantin
a. Melihat manfaat yang begitu besar dari pemeriksaan kesehatan pranikah,
sangat disayangkan apabila tes kesehatan ini disepelekan dan ditinggalkan
begitu saja oleh calon pengantin, karena itu sebelum melaksanakan
pernikahan disarankan agar pasangan calon pengantin bisa berkonsultasi
kepada dokter atau pihak medis, untuk dapat mengetahui bagaimana
kualitas kesehatan pada umumnya dan hal yang bersangkutan dengan
kemungkinan mendapatkan keturunan yang berkualitas pada khususnya.
b. Peraturan pemeriksaan kesehatan yang disyaratkan oleh KUA hanya
terbatas pada pemeriksaan bagi calon pengantin wanita, namun juga perlu
adanya inisiatif dan kesadaran individu untuk melaksanakan pemeriksaan
kesehatan bagi calon pengantin pria..
2. Bagi Instansi Yang Bersangkutan
a. Program ini harus terus ditingkatkan, untuk itu KUA perlu meningkatkan
koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah daerah, lembaga kesehatan
dan warga masyarakat, dengan adanya penyuluhan terhadap pemeriksaan
64

kesehatan, akan dapat membantu jalannya proses perkawinan dari
pendaftaran sampai pada pelaksanaannya.
b. Bagi pejabat yang berwenang hendaknya lebih meningkatkan sarana dan
pra sarana kesehatan yang ada di wilayah Kec. Hanau sebagai penunjang
tercapainya kesehatan yang lebih baik lagi dalam kehidupan masyarakat.
c. Perlu adanya perubahan terhadap kriteria-kriteria keluarga sakinah yang di
keluarkan oleh BP-4. Kriteria kesehatan keluarga yang hanya tercantum
pada Keluarga Sakinah III diharapkan dapat diletakkan juga pada Keluarga
Sakinah I bahkan Pra Sakinah sebagai motivasi bagi setiap keluarga untuk
memahami arti pentingnya kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai