URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN
KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh: Nooryanti NIM 02210007
FAKULTAS SYARIAH JURUSAN AHWAL AS-SYAKHSIYYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2007 ii URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah)
SKRIPSI
Oleh: Nooryanti NIM 02210007
Tanggal , 22 Februari 2007
Telah disetujui Oleh, Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag NIP. 150 224 886
Mengetahui Dekan Fakultas Syariah
Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag NIP. 150 216 425 iii PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudara Nooryanti, NIM 02210007, mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi yang bersangkutan dengan judul: URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah) Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada majelis dewan penguji.
Malang, 22 Februari 2007 Pembimbing,
Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag NIP. 150 224 886
iv PENGESAHAN SKRIPSI
Dewan penguji skripsi saudara Nooryanti, NIM 02210007, mahasiswa Fakultas Syariah angkatan tahun 2002, dengan judul: URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah) Telah dinyatakan LULUS denngan nilai B+(Sangat Memuaskan) Dewan Penguji: 1. Dra. Hj. Mufidah Ch, M.Ag ( _______________________ ) NIP. 150 240 393 (Penguji Utama)
Demi Allah, Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan, penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul: URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kalimantan Tengah) Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau memindah data milik orang lain. J ika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya otomatis batal demi hukum.
Malang, 22 Februari 2007 Penulis,
Nooryanti NIM.02210007
vi ABSTRAK
Nooryanti, 2007, Urgensi Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan Keluarga Sakinah (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kal-Teng) Skripsi. J urusan Akhwal As-Syakhsiyyah. Fakultas Syariah. Universitas Islam Negeri Malang. Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Tutik Hamidah, M. Ag.
Kata Kunci: Urgensi, Pemeriksaan Kesehatan Pranikah, Keluarga Sakinah.
Setiap orang menginginkan keluarga yang tentram, aman, damai atau yang biasa disebut keluarga sakinah mawaddah dan rahmah untuk mewujudkan kehidupan keluarga seperti itu diperlukan suatu kemampuan yang tidak mudah dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah kesehatan yang terjamin dalam sebuah keluarga. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pra nikah sebagai persiapan mereka dalam megarungi bahtera rumah tangga, Disamping itu untuk menjelaskan peranan pemeriksaan kesehatan pra nikah bagi pembentukan keluarga sakinah sebagaimana tujuan perkawinan yang ingin dicapai. Penulisan skripsi ini dilaksanakan dengan melalui sebuah penelitian yang berorientasi pada menumbuhkembangkan pemahaman masyarakat khususnya calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pra nikah terkait dengan peranannya bagi pembentukan keluarga sakinah. Berawal dari adanya Instruksi Bersama Direktur J enderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur J enderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toxid Calon Pengantin yang diterapkan melalui KUA sebagai persyaratan administratif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, sehingga hasil penelitian tidak berupa angka-angka melainkan berupa interpretasi dan kata-kata. Pengumpulan data menggunakan metode interview, observasi dan dokumentasi. data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing dan klasifikasi data. Analisis data berdasarkan teori atau konsep umum yang diaplikasikan untuk menjelaskan data tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan kesehatan pra nikah berperan penting dan dapat dianggap sebagai langkah awal dalam pembentukan keluarga sakinah, demi tercapainya kesehatan yang terjamin dalam sebuah keluarga, karena kesehatan merupakan salah satu indikator dari keluarga sakinah. Oleh karena itu dengan pemeriksaaan akan dapat diketahui penyakit-penyakit yang dapat mengancam kelangsungan dan ketenangan sebuah keluarga. Dalam hal ini patutlah jika ungkapan mencegah lebih baik daripada mengobati dikatakan sebagai suatu usaha yang bijak.
vii MOTTO
Ketahuilah, muslim yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada muslim yang lemah (HR. Bukhari)
viii PERSEMBAHAN
Sejak aku berpisah dari rumpun bambuku Ku temukan kehidupan baru yang asing bagiku Ku telusuri jalan penuh liku dengan segenggam bekal dan tongkat restu orang tua di tanganku sehingga muncul keyakinan melekat kuat di benakku Insya Allah kesuksesan selalu bersamaku .. Dengan keyakinan, perjuangan, dan kesadaran kerasnya alam realita telah menungguku kini kugapai citaku Suatu karya yang dengan segenap kerendahan hati Kupersembahkan kepada: Ayahanda dan Ibunda (Salbani dan Rusmini) tercinta, terkasih dan tersayang yang selalu dan akan selalu memberikan segala cinta dan kasih sayangnya dengan ikhlas membimbing dan mendoakan kesuksesan, putra putrinya menanamkan idealitas sejati yang telah melekat pada diriku yang tidak akan pernah luntur sampai kapanpun. Adik- adik ku tersayang (Rahmat Wahyuni dan M. Aulia Ar- Rasyid) Dengan naungan ilmu yang barokah mari bergandengan tangan bersama-sama tuk mewujudkan insani yang berguna bagi keluarga , agama, nusa, dan bangsa H. Masjkur Sjahrum dan Hj. Ramlah Masjkur yang telah mengajarkan banyak hal tentang pahit dan manisnya jalan kehidupan. Terimakasih telah menjadi motivator dalam hidupku Guru- guru dan Dosen- dosen yang dengan mulia dan besar hati telah memberikan ilmu yang bermanfaat tiada batas. Terahir, Sahib seperjuangan IPS NU Pagar Nusa, teman-teman Syariah serta sahabat- sahabat yang pernah dihadirkan Allah SWT , yang selalu membuat tersenyum maupun menangis, dan penuh motivasi, mereka pastilah yang tetap indah saat ada atau tiada.
Sejak aku berpisah dari rumpun bambuku Ku temukan kehidupan baru yang asing bagiku Ku telusuri jalan penuh liku dengan segenggam bekal dan tongkat restu orang tua di tanganku sehingga muncul keyakinan melekat kuat di benakku Insya Allah kesuksesan selalu bersamaku .. Dengan keyakinan, perjuangan, dan kesadaran kerasnya alam realita telah menungguku kini kugapai citaku Suatu karya yang dengan segenap kerendahan hati Kupersembahkan kepada: Ayahanda dan Ibunda (Salbani dan Rusmini) tercinta, terkasih dan tersayang yang selalu dan akan selalu memberikan segala cinta dan kasih sayangnya dengan ikhlas membimbing dan mendoakan kesuksesan, putra putrinya menanamkan idealitas sejati yang telah melekat pada diriku yang tidak akan pernah luntur sampai kapanpun. Adik- adik ku tersayang (Rahmat Wahyuni dan M. Aulia Ar- Rasyid) Dengan naungan ilmu yang barokah mari bergandengan tangan bersama-sama tuk mewujudkan insani yang berguna bagi keluarga , agama, nusa, dan bangsa H. Masjkur Sjahrum dan Hj. Ramlah Masjkur yang telah mengajarkan banyak hal tentang pahit dan manisnya jalan kehidupan. Terimakasih telah menjadi motivator dalam hidupku Guru- guru dan Dosen- dosen yang dengan mulia dan besar hati telah memberikan ilmu yang bermanfaat tiada batas. Terahir, Sahib seperjuangan IPS NU Pagar Nusa, teman-teman Syariah serta sahabat- sahabat yang pernah dihadirkan Allah SWT , yang selalu membuat tersenyum maupun menangis, dan penuh motivasi, mereka pastilah yang tetap indah saat ada atau tiada.
vii ix KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabilalamin, Tidak ada daya dan upaya selain pertolongan-Nya. Serta sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, sahabatnya juga kepada pengikutnya, termasuk kita semua. Amin Penulis menyadari bahwa tanpa keterlibatan dan sumbangsih berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan segenap hati patutlah penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 2. Bapak Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari;ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 3. Ibu Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing, yang banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan serta memberi petunjuk dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Zainudin A.M., selaku Dosen Wali, yang dengan tulus dan ikhlas telah membimbing penulis selama masa perkuliahan. 5. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, khususnya dosen Fakultas Syariah, yang telah mengalirkan ilmu, pengetahuan, wacana dan wawasannya, sebagai pedoman dan bekal bagi penulis. x 6. Ayahanda dan ibunda tercinta (Salbani dan Rusmini) yang telah memberikan cinta kasih sayangnya, serta selalu mendoakan putra putrinya dengan pewnuh kesabaran dan ketulusan hati dengan cinta mereka kuarungi samudra kehidupan ini. 7. H. Masjkur Sjahrum dan isti yang banyak memeberi motivasi agar terus menggali ilmu dan hikmah dari berbagai hal, terima kasih atas semua fasilitasnya. 8. Bapak Ahmad Muzakkir, S.Ag., selaku kepala KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan serta seluruh stafnya yang telah bersedia memberi izin serta banyak memeberi informasi kepada penulis selama mengadakan penelitian. 9. Seluruh pihak yang ada di PUSKESMAS Kec. Hanau Kab. Seruyan, khususnya Bidan Elis dan Bidan Fatima hang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini. 10. Saudara-saudara seperjuangan di IPS NU Paagar Nusa, terima kasih atas kenangan yang telah terenda dan tetap menemani di hari-hari terakhir, khususnya Angkatan 02, GET A LIVE ! 11. Sahabat-sahabatku yang selalu mengucapkan kata SEMANGAT! Serta teman- teman PKLI Kelompok IV, sungguh tak akan pernah terlupakan. 12. Teman-teman Fakultas Syariah, tantangan di depan mata. SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU! 13. Teman-teman dan seluruh kewluarga yang ada di Pembuang Hulu serta yang terdekat di hati, Terima kasih telah memberikan motivasi dan segala pengorbanannya. xi Teriring doa dan harapan ssemoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan yang lebih baik dari Allah SWT. Amin Penulis sangat sadar betapa sempit dan terbatasnya pengetahuan yang penulis miliki, walaupun penulis berkehendak tetapi Allah yang lebih mengetahui atas semua kehenak-Nya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak khususnya pembaca demi keb aikan skripsi ini.
Malang, 19 Februari 2007 Penulis,
xii DAFTAR ISI Halaman J udul .. i Halaman persetujuan .... ii Persetujuan Pembimbing . iii Pengesahan Skripsi .. iv Pernyataan Keaslian Skripsi . v Abstrak . vi Motto vii Persembahan viii Kata Pengantar ix Daftar Isi . Xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 6 C. Tujuan Penelitian . 6 D. Kegunaan Penelitian 6 E. Paradigma Penelitian .. 7 F. Penelitian Terdahulu 7 G. Sistematika Pembahasan . 9 BAB II PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH DAN KELUARGA SAKINAH A. Pemeriksaan Kesehatan 11 1. Kesehatan Dalam Perkawinan 11 2. Persyaratan Administrasi KUA .. 16 3. Ketentuan Islam Mengenai Pemeriksaan Kesehatan .. 18 4. Konsep Dasar Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 24 B. Keluarga Sakinah 29 1. Pengertian Keluarga Sakinah 29 2. Kriteria Keluarga Sakinah 31 xiii 3. Metode Membangun Keluarga Sakinah 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian . 38 B. J enis Penelitian . 39 C. Sumber Data . 39 D. Metode Penelitian ........ 40 E. Metode Pengolahan dan Analisis Data . 41 BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN A. Deskripsi KUA Kec. Hanau 43 1. Kondisi sarana dan prasarana KUA Kec. Hanau .. 43 2. Struktur Organisasi KUA Kec. Hanau .. 44 3. Visi dan Misi KUA Kec. Hanau 45 4. Tugas dan Fungsi KUA Kec. Hanau .46 B. Profil Keluarga Sakinah KUA Kec. Hanau.. 47 C. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 49 1. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Pranikah di KUA Kec. Hanau . 49 2. Pemahaman Calon Pengantin di KUA Kec. Hanau Terhadap Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 54 D. Peranan Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan Keluarga Sakinah 58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .. 62 B. Saran-Saran .. 63 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam, menikah merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan. Sebab, pernikahan merupakan sarana untuk mendapatkan ketenangan, melestarikan jenis manusia, memperbanyak jumlah kaum muslimin dan pintu berbagai jenis kebaikan. Lebih dari itu, bila pintu kebaikan yang bernama pernikahan ini dimaksimalkan, maka separuh agama seseorang akan selamat. Untuk itu suami istri ditugaskan untuk mengaturnya. Firman Allah:
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. 1
Mengingat fungsi rumah tangga begitu besar pengaruhnya terhadap kehidupan, maka tidak layak melangkah kedalam dunia pernikahan, sebelum mengkaji dan memahami tata cara memilih calon pasangan, oleh karena itu mereka harus membuat persiapan-persiapan pernikahan. Pada tingkat berikutnya, perlu bagi pria dan wanita untuk merencanakan pernikahan demi menghindari masing-masing pihak memiliki harapan-harapan yang tak pantas. Dalam menentukan pilihan terhadap calon istri atau calon suami, masing- masing pihak termasuk para wali, yang akan bertindak sebagai wakil calon istri, harus berpegang teguh pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh syariat. Penyimpangan dari kriteria-kriteria ini, bukan saja berarti pelanggaran terhadap
1 QS al-Nisa (4): 1. 2 ketentuan Allah swt yang berarti akan mendapat sanksi hukum baik didunia maupun diakhirat, tetapi juga akan membawa akibat yang fatal, yang sangat merugikan bagi kehidupan suami istri beserta keturunannya. Sebab sebagaimana diketahui bahwa bentuk gen bapak dan ibu akan sangat mempengaruhi baik secara biologis maupun psikologis terhadap anak-anak yang akan dilahirkan. 2 Dalam kaitannya dengan penentuan calon pasangan, terdapat fenomena yang perlu dikaji yakni seringkali ketika menentukan pilihan jodoh, dikalangan masyarakat mengabaikan pentingnya untuk mengetahui riwayat kesehatan diri atau calon pasangannya sejak dini. Hal ini sering terjadi dimasyarakat terutama dikalangan pedesaan. Hal lain yang menjadi gejala atau fenomena terhadap berlangsungnya pernikahan adalah adanya pemahaman bahwa jika diantara mereka sudah mampu atau baligh, hal itu merupakan modal untuk bisa melangsungkan pernikahan, tanpa melihat faktor-faktor yang lain. Dikalangan masyarakat pun, berkembang pemahaman bahwa dalam pembentukan keluarga umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti agama, kekayaan, maupun kecantikan. Hal ini memang sesuai dengan anjuran Rasulullah, sehingga dalam mencari jodoh ukuran-ukuran tersebutlah yang sangat dipertimbangkan, namun sangat disayangkan bahwa hadist tersebut seringkali hanya dipahami secara tekstual. Memang, setiap unsur yang dikemukakan diatas mengandung kebenaran, baik dalam hal harta benda, kecantikan wajahnya, saling cinta mencintai, terpelajar, beragama, dan sebagainya merupakan hal yang amat bermanfaat dalam usaha mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan berkeluarga. Namun
2 Abdul Qodir Jailani, Keluarga Sakinah (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), 63. 3 masih banyak hal-hal yang cukup penting perlu diusahakan pemiliknya oleh setiap warga masyarakat yang berkeinginan melangsungkan perkawinannya. Salah satu syarat lain yang tidak kurang pentingnya dari pemilikan unsur-unsur yang telah dikemukakan diatas adalah permasalahan kesehatan. Sejauh manakah faktor kesehatan seseorang menjadi ukuran bagi mereka? Mengutip perkataan dr. Sugi Iskandar, SpOG sebaiknya setiap pasangan yang memutuskan akan menikah, memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu. Mengetahui kondisi kesehatan pasangan sedini mungkin lewat pemeriksaan kesehatan pranikah amat dianjurkan, untuk mengetahui penyakit-penyakit yang bisa ditularkan atau diturunkan kepada pasangan dan anak, sedini mungkin. Karena menurut Ilmu Genetika, kebanyakan penyakit jasmaniah itu berpindah kepada anak dari garis keturunan. Seperti juling mata, gagap, buta warna, sipilis dan lain-lain. Disamping itu penyakit moral sering pengaruhnya dari keturunan, seperti sikap tak senonoh, homo seks dan lain-lain. Hasil penelitian yang lain juga mendapatkan bahwa adanya penyakit dalam diri salah seorang pasangan dalam sebuah keluarga dapat menyebabkan perceraian. Karena apabila ternyata salah satu pasangan mengidap penyakit seperti AIDS, impotensi atau penyakit yang lainnya yang belum di ketahui sebelumnya oleh mereka dapat mengancam kelangsungan perkawinan. Hal tersebut disebabkan karena dalam perkawinan bila keadaan kesehatan pada umumnya terganggu, akan dapat menimbulkan permasalahan dalam keluarga dan dapat berakibat cukup jauh.sehingga memberikan pemahaman kepada peneliti bahwa kesehatan dalam perkawinan merupakan hal yang penting. Hal ini juga terkait dengan salah satu qoidah fiqhiyah, yaitu 4
Menolak itu lebih kuat daripada mengangkat Artinya mencegah agar tak terjadi itu lebih mudah daripada menghilangkan seperti sebelum terjadi, menjaga diri agar tidak sakit, lebih utama daripada mengobati setelah sakit. 3 Mengobati dan menyembuhkan penyakit setelah diderita, diibaratkan baru membuat senjata setelah di serang oleh musuh. Bukankah lebih baik kita membuat perisainya lebih dahulu sebelum penyakit menyerang kita. Ibaratkan kata pepatah sedia payung sebelum hujan. Nilai sehat saat ini dirasakan sangat mahal apalagi setelah kita terserang penyakit, maka tidaklah sedikit biaya yang harus kita keluarkan untuk biaya pengobatan, guna menyembuhkan penyakit yang telah bersarang di badan. Oleh karena itulah kalimat lebih baik mencegah daripada mengobati sangat tepat untuk dilaksanakan, sebuah kalimat yang sering terdengar tanpa kita menyadari secara mendalam apa makna kalimat tersebut. Hasil penelitian yang lain juga mendapatkan bahwa adanya penyakit dalam diri salah seorang pasangan dalam sebuah keluarga dapat menyebabkan perceraian. Karena apabila ternyata salah satu pasangan mengidap penyakit seperti AIDS, impotensi atau penyakit yang lainnya belum diketahui sebelumnya oleh mereka dapat mengancam kelangsungan perkawinan. Hal tersebut disebabkan karena dalam perkawinan bila keadaan kesehatan pada umumnya terganggu, akan dapat menimbulkan permasalahan dalam keluarga dan dapat berakibat cukup jauh. Hal ini memberikan pemahaman kepada penulis bahwa kesehatan dalam perkawinan merupakan hal yang penting.
3 Abdul Mudjib, Al-Qawa-'id al-Fiqhiyyah (Kaidah Ilmu Fiqih) (Jogjakarta: Nurcahaya, 1984), 60- 61. 5 Sayang sekali kebanyakan orang baru menyadari hal ini setelah jatuh sakit. Kita harus menyadari betapa banyaknya ancaman yang akan mengganggu kesehatan kita. Dan ancaman yang paling berbahaya adalah kedunguan, yaitu ketidaktahuan atau tahu tapi tetap tidak mau melaksanakannya. Itulah yang menarik perhatian peneliti. Munculnya pengertian dan pemahaman masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan pranikah sangat dibutuhkan dewasa ini, sehingga pemeriksaan kesehatan pranikah yang pada awalnya hanya sekedar formalitas dalam menjalankan sebuah persyaratan administrasi KUA saja, kemudian dapat direspon sebagai salah satu upaya untuk mengenal pasangan antar satu sama lain yang sehingga tidak adanya sikap menyesali pernikahan lantaran merasa keliru memilih pasangan. Betapa banyak orang yang sesungguhnya mampu menggapai sumber-sumber kebahagiaan. Namun lantaran kebodohan dan kekeliruan yang dilakukan, mereka pun akhirnya menjauh dari jalan yang benar; jalan yang menghantarkan keduanya menggapai kehidupan yang diselimuti cinta, kasih sayang dan ketulusan untuk kemudian terhempas ke jurang penderitaan dan kesengsaraan hidup. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dianggap oleh peneliti sangat penting dalam melakukan penelitian antara lain pencarian data, biaya, tenaga dan lain-lain serta sebagai salah satu bentuk upaya pengabdian peneliti terhadap daerah tercinta, peneliti mengangkat judul URGENSI PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH BAGI PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kal-Teng) ini sebagai gambaran yang dapat dijadikan rujukan dan tawaran solusi dalam menjalankan 6 sebuah pernikahan. Permasalahannya adalah bagaimana pemeriksaan kesehatan pranikah turut berperan dalam upaya membentuk keluarga yang sakinah.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka masalah yang perlu untuk di teliti adalah: 1. Bagaimana pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pranikah di KUA Kec. Hanau? 2. Bagaimana peranan pemeriksaan kesehatan pranikah terhadap pembentukan keluarga sakinah?
C. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui tentang pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pranikah di KUA Kec. Hanau. b. Untuk mengetahui bagaimana peranan pemeriksaan kesehatan pranikah bagi pembentukan keluarga sakinah.
D. Kegunaan Penelitian 1. Menambah wawasan keilmuan khususnya pemikiran hukum Islam terhadap masalah aktual yang terjadi di masyarakat. 2. Dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya demi pengembangan keilmuan khususnya dalam kajian masail fiqhiyah. 3. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai sumber pengetahuan untuk mengetahui fungsi pemeriksaan kesehatan pranikah bagi calon pengantin. 7
E. Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma pendekatan kesehatan, dimana paradigma ini dipakai dalam mengarahkan peneliti agar mengetahui bagaimana cara untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjek yang diteliti dengan sedemikian rupa, sehingga dapat memahami bagaimana pelaksanaan yang dilakukan. Sehingga dalam penelitian kualitatif itu sifatnya atau hasilnya bisa berubah- ubah sesuai dengan saat penelitian dilaksanakn. Bahkan terkadang penelitian dengan menggunakan paradigma interpretatif fenomenologis ini bisa menemukan teori baru sehingga tidak terpaku pada teori yang ada saja, karena bisa dinilai secara subyektif. 4
F. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai masalah kesehatan dalam perkawinan maupun penelitian mengenai masalah keluarga sakinah telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh: Muhammad Rofi, dengan judul AIDS Sebagai Salah Satu Alasan Perceraian. Dalam hasil penelitian ini didapatkan fakta bahwa penyakit AIDS dapat dijadikan alasan perceraian dalam perkawinan untuk mengajukan gugatan perceraian. Dan selanjutnya hakim dapat mengabulkan gugatan tersebut. Hal ini beralasan bahwa orang yang terkena penyakit AIDS tidak dapat menjalankan
4 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Cet.II), (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), 9. 8 kewajibannya sebagai suami istri dalam hal nafkah bathin, dan hal tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang harus ada ketika suami atau istri mengajukan gugatan. 5 Abd. Afif, dengan judul Kafaah Sebagai Salah Satu Indikator Terbentuknya Keluarga Sakinah (Studi Kasus di Desa Warulor Kecamatan Paciran Kab. Lamongan). Dalam hasil penelitian ini ia menyimpulkan bahwa untuk terbentuknya keluarga sakinah dipengaruhi oleh segi ekonomi, pendidikan dan agama. Dan menurut tokoh setempat ekonomi dan pendidikan hanya sebagai penunjang dan pembina keluarga sakinah, agamalah sebagai indikator utama terbentuknya keluarga sakinah itu. 6 Imam Nuril Shofiyuddin, dengan Judul Impotensi Sebagai Salah Satu Alasan Gugat Cerai (Studi Kasus No. 949/Pdt.G/2003/PA.Mlg). Pengadilan Agama Malang, pada kasus tersebut mengabulkan gugatan cerai dari seorang istri (penggugat). Dalam gugatannya istri memberikan salah satu alasan yaitu suami tidak mampu melakukan hubungan seks secara baik (impotensi) dalam pernikahan selama 3 tahun 3 bulan dan belum dikaruniai anak, hal ini telah diakui oleh suami (penggugat) didepan majelis hakim. 7 Rodin, dengan judul Pandangan Masyarakat Pra Sejahtera Tentang Keluarga Sakinah (Di Kampung Baru kel. Kota Lama kec. Kedung Kandang). Ia menyimpulkan keluarga sakinah menurut masyarakat tersebut adalah keluarga yang bisa makan dan minum setiap hari, bisa berkumpul bersama dan sehat serta tentram
5 Muhammad Rofi, AIDS Sebagai Salah Satu Alasan Perceraian, Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2003) 6 Abd. Afif, Kafaah Sebagai Salah Satu Indikator Terbentuknya Keluarga Sakinah (Studi Kasus di Desa Warulor Kecamatan Paciran Kab. Lamongan), Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2004) 7 Imam Nuril Shofiyuddin, Impotensi Sebagai Salah Satu Alasan Gugat Cerai (Studi Kasus No. 949/Pdt.G/2003/PA.Mlg), Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2005) 9 dalam keluarganya. Tingkat ekonomi yang rendah, bukanlah menjadi penyebab utama ketidakharmonisan keluarga. 8 Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa penelitian sebelumnya tidak ada yang secara khusus membahas tentang bagaimana pembentukan keluarga sakinah jika ditinjau dari segi pemeriksaan kesehatan. Oleh karena itu peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian secara khusus membahas tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pranikah dengan tujuan agar tercapainya sebuah keluarga yang sakinah.
G. Sistematika Pembahasan BAB I : PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, paradigma penelitian, penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan. Hal ini penting sebagai langkah awal bagi penulis untuk mengarahkan secara sistematis saat menangani penelitian yang direncanakan. BAB II : PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN KELUARGA SAKINAH. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum membahas tentang peranan kesehatan dalam perkawinan, persyaratan administrasi Kantor Urusan Agama (KUA), ketentuan Islam mengenai pemeriksaan kesehatan. Kedua yaitu keluarga sakinah, secara umum membahas tentang pengertian keluarga sakinah, kriteria keluarga sakinah dan metode membangun keluarga sakinah.
8 Rodin, Pandangan Masyarakat Pra Sejahtera Tentang Keluarga Sakinah (Di Kampung Baru kel. Kota Lama kec. Kedung Kandang), Skripsi (Malang : Fakultas Syariah UIN, 2005)
10 Ketiga yaitu konsep dasar pemeriksaan kesehatan pranikah. Pembahasan tersebut berguna sebagai gambaran teori dasar dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan. BAB III : METODE PENELITIAN. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, yang terdiri dari lokasi penelitian, jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data serta metode pengolahan dan analisa data. Bab ini sebagai dokumen awal yang akan menjadi pegangan penulis selanjutnya ke mana dan dengan cara bagaimana penelitian yang direncanakan. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA. Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu pertama deskripsi KUA Kec. Hanau, yaitu sebagai gambaran lokasi dilakukannya penelitian ini, yang membahas tentang kondisi sarana dan prasarana KUA Kec. Hanau, struktur organisasi KUA Kec. Hanau, visi dan misi KUA Kec. Hanau serta tugas dan fungsi KUA Kec. Hanau. Kedua Paparan data penelitian lapangan dan ketiga yaitu analisa data, sebagai proses akhir pengolahan data yang didapat dalam penelitian. BAB V : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. BAB II PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN KELUARGA SAKINAH
A. Pemeriksaan Kesehatan 1. Kesehatan Dalam Perkawinan Perkawinan menurut Islam disebut pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan gholidhon untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah (Pasal 2 dan 3 KHI). Sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat Ar-Rum: 2 9
Artinya: Dan diantara tanda-tanda (kebesaran-Nya) ialah diciptakan untuk mu jodoh (istri) dari sejenismu sendiri, supaya kamu dapat bertempat tinggal dalam ketentraman jiwa pada sisinya dan dijadikan-Nya cinta dan kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu, ada tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
Membina sebuah keluarga dan membangun rumah tangga adalah untuk kesinambungan hidup keturunan umat manusia. Suatu perkawinan dan sebuah rumah tangga yang dibina atas dasar taqwa kepada Allah, berarti meletakkan batu dasar untuk membangun suatu masyarakat yang kokoh-kuat, dengan tujuan memberikan tuntunan keselamatan dan kelangsungan hidup yang baik dan sejahtera. Pengalaman dalam kehidupan mengajarkan kepada kita betapa bervariasinya perjalanan keluarga yang telah didirikan oleh sepasang muda-mudi atas dasar cinta mencintai, kasih mengasihi dan seterusnya. Ternyata banyak dijumpai goncang dan bahkan hancur lebur di dalam perjalanannya. Walaupun usia perkawinannya masih 12 terasa singkat, hanya semusim bunga atau hanya seumur jagung, oleh karena itu mereka harus mempersiapkan bahtera perkawinan mereka. Diantaranya dengan memilih calon pasangan yang kriterianya telah dianjurkan oleh Islam. Menarik, memang kebanyakan orang memilih pasangan yang berharta, cantik, berkedudukan, bernasab tinggi atau nenek moyangnya terpandang tanpa memperhatikan lagi keluhuran akhlaknya dan baik buruk pendidikannya, sehingga perkawinannya hanya menghasilkan kepahitan dan berakhir dengan malapetaka dan kerugian, karena itulah mengenai kriteria-kriteria ini ada hadis Rasulullah saw: _ _ _ _ _ _ _ _ : _ __ _ _ : _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _ Artinya: Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah saw bersabda: Wanita dikawini karena empat hal: karena harta-bendanya, karena status sosialnya, karena keindahan wajahnya, dan karena ketaatannya kepada agama. Pilihlah wanita yang taat kepada agama, maka kamu akan berbahagia. 10
Dari hadis tersebut , jelaslah menikah dengan seseorang hanya karena orang itu merupakan muslim yang baik tidaklah cukup! Kriteria-kriteria tersebut harus diupayakan terpenuhi secara pasti bagi calon suami atau calon istri, apabila mereka mau menjelmakan kehidupan keluarga sakinah dan damai. 11 Dalam perkawinan pada umumnya menghendaki untuk memperoleh keturunan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Dengan demikian dalam perkawinan, salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan keturunan tersebut. Betapa pentingnya masalah keturunan dalam perkawinan, kiranya tidak dapat dielakkan.
13 Hal ini tercantum dalam Surat An-Nisa Ayat 1 12
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan pria dan wanita yang banyak.
Dalam kehidupan keluarga sudah barang tentu keluarga atau suami istri menginginkan memperoleh keturunan yang baik, yang sehat, keturunan yang tidak mengalami cacat. Walaupun belum ada alat yang cukup tangguh untuk mengetes bagaimana keadaan anak yang akan lahir, namun secara umum dapat dinyatakan bahwa bila ayah dan ibu - pasangan suami istri dalam keadaan sehat, tidak mengandung bibit penyakit, maka ikhtiar untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas dapat tercapai. Dalam surat An-Nisa Ayat 9 juga disebutkan: ....... Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah ............. 13 Dengan tegas-tegas ayat ini memperingatkan, jangan sampai kita berketurunan lemah, atau kita diperingatkan, jangan sampai keturunan kita itu lebih lemah daripada kita. Bila dikaji secara cermat, Allah SWT dan Rasullulah SAW mengajarkan agar umat Islam melahirkan dan mempersiapkan anak-anak keturunan yang sehat dan kuat, yang menyangkut kesehatan jasmani dan rohani, jadi yang diutamakan adalah kualitas anak. Anak yang diproduksi oleh suami istri yang telah melangsungkan aqad nikah itu adalah zurriyyatan thayyibathan, yaitu keturunan yang sehat dan baik, baik mental maupun fisik.
11 Sakinah yaitu ketentraman jiwa yang meliputi hidup kekeluargaan, dan adanya mawaddah dan rahmah yakni rasa cinta dan kasih sayang yang mengikat semua anggota keluarga satu sama lain. Abdul Qadir Al-Jailani, Op. Cit., 55. 12 QS. An-Nisa (4): 1. 13 QS. An-Nisa (4): 9. 14 Pengertian keturunan tersebut erat kaitannya dengan masalah kesuburan, tapi hal ini bukan hanya untuk wanita, tetapi juga berlaku untuk pria, sebab wanita harus berpasangan dengan pria, dan kesuburan bukan hanya terletak pada wanita tetapi juga pada pria. Ukuran dalam menentukan penilai calon suami dan calon istri, yang juga berfungsi sebagai pelengkap terhadap kriteria agama, mempunyai pertautan langsung dengan masalah kemurnian dan kualitas seseorang dalam masalah kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Ilmu kedokteran mengatakan, bahwa rupa dan bentuk janin bergantung pada kualitas sel sperma yang ada pada pria dan kualitas ovum (indung telur) yang ada pada wanita. Kemudian lahirlah anak yang mirip dengan kedua ibu bapaknya, baik tubuh (fisik) maupun akalnya. 14 Mengenai gen ibu, menurut ilmu kedokteran ovum pun berpengaruh besar terhadap pembentukan janin. Ovum yang sakit akan menghasilkan bayi yang cacat tubuh. Seorang dokter, Marshan namanya, menyatakan bahwa dampak negatif dari susunan kesehatan ibu jelas memberi pengaruh terhadap ovum sejak masih dalam ovarium. Melalui ovariumlah segala sifat-sifat ibu berpindah kepada ovum. Kadang- kadang warisan penyakit baru mulai tampak kecenderungannya ketika ovum itu tumbuh dalam rahim (uterus). 15 Islam memperhatikan faktor keturunan dalam pernikahan, Pernah seorang sahabat meminang seorang wanita mandul, lalu ia bertanya: Wahai, Rasulullah! Saya telah meminang seorang wanita yang berbangsa dan cantik, tapi mandul. Maka Rasulullah saw mencegahnya, seraya bersabda:
Artinya: Dan daripadanya ia berkata: Adalah Rasulullah menyuruh kami berkawin dan melarang (kami) membujang dengan larangan yang keras, dan ia bersabda: Berkawinlah dengan (perempuan) peranak, penyayang, karena sesungguhnya dengan kamu aku akan melawan Nabi-nabi di hari Qiyamat (tentang banyaknya ummat) 16
Menurut ilmu genetika, kebanyakan penyakit jasmaniah itu berpindah kepada anak dari garis keturunan. Seperti juling mata, gagap, buta warna, sipilis dan lain- lain. Disamping itu penyakit moral sering pengaruhnya dari keturunan. Seperti sikap tak senonoh, homo seks dan lain-lain. 17 Uraian sederhana tersebut, memberikan gambaran secara jelas betapa besar peran ibu dan bapak dalam menentukan anak, baik secara biologis maupun psikis. Faktor keturunan begitu dominan dalam menentukan profil jasmani, kesehatan fisik, intelektual dan kognitif, emosi dan afektif, bahkan sikap mental anak. Walaupun tidak secara eksplisit masalah kesehatan, khususnya kesehatan fisiologis ini dinyatakan dalam Undang-Undang Perkawinan, namun yang baik perlu diperhitungkan tentang soal kesehatan ini. Kesehatan dalam perkawinan merupakan hal yang penting. Hal tersebut disebabkan karena dalam perkawinan bila keadaan kesehatan pada umumnya terganggu, akan dapat menimbulkan permasalahan dalam keluarga. Hal ini akan mengganggu ketentraman keluarga yang bersangkutan, yang dapat berakibat cukup jauh, seperti kekerasan dalam keluarga, perceraian dan lain sebagainya. 2. Persyaratan Administrasi Kantor Urusan Agama (KUA)
16 A. Hassan, Tarjamah Bulughul Maram (Bandung: CV. Dipenegoro, 1975), 74. 17 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Andi, 2002), 36 16 Berdasarkan Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toxid Calon Pengantin menginstruksikan kepada : Semua kepala kantor wilayah Departemen Agama dan kepala kantor wilayah Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia untuk : 1. Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya melaksanakan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin sesuai dengan pedoman pelaksanaan. 2. Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin di daerah masing-masing. 3. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan instruksi ini kepada Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji dan Dirjen PPM & PLP sesuai tugas masing-masing. Dalam pelaksanaan, peraturan tersebut dapat dianggap sebagai dasar atau landasan salah satu syarat administrasi pernikahan yang dibutuhkan oleh KUA terhadap pasangan yang akan menikah, yaitu adanya surat/kartu bukti immunisasi TT1 bagi calon istri dari rumah sakit atau puskesmas terdekat. Immunisasi adalah upaya untuk menimbulkan kekebalan kepada seseorang dengan cara memberikan cairan (vaksin) tertentu sehingga dapat tercegah dari penyakit. Penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi antara lain: Tetanus, TBC, Differi, Batuk rejan, Polio dan Campak. 18 Bagi calon pengantin perlu memperoleh immunisasi agar tidak terserang penyakit tersebut diatas dan tidak
18 Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi Jawa Timur, TuntunanPraktis Rumah Tangga Bahagia (Jawa Timur: 2005), 38. 17 menular pada bayi yang akan dilahirkan sehingga angka kematian ibu melahirkan pun dapat dikurangi. Munculnya peraturan tersebut mengingat bahwa, Menurut Undang-Undang No.9 tentang pokok-pokok kesehatan dalam Bab I, Pasal 2 : Yang dimaksud kesehatan dalam undang-undang ini ialah yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. 19 Adanya peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan bahwa setiap orang berhak dan wajib untuk menjaga dan memelihara kesehatan demi tercapainya suatu tatanan masyarakat yang sejahtera. Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan dapat di bagi dalam tiga golongan yaitu: 20 a. Usaha Pencegahan (usaha preventif), yaitu untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan (perilaku sehat) b. Usaha Pengobatan (usaha kuratif), yaitu untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit) c. Usaha Rehabilitasi, yaitu untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sedia kala, atau agar penyakit tidak bertambah parah (peran sakit) Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit (preventif) menjadi tempat yang utama. Karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah di bandingkan dengan usaha
19 Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2000), 26. 20 Ibid, 13. 18 pengobatan maupun rehabilitasi. Oleh karena itu dianjurkan bagi calon mempelai wanita dan juga pria agar memeriksakan kesehatan sebagai persiapan pernikahan, disamping kesiapan batin/rohani dan mengikuti pengarahan atau kursus calon pengantin (SUSCATIN) dalam rangka usaha preventif. 3. Ketentuan Islam Mengenai Pemeriksaan Kesehatan Kesehatan dan kesejahteraan adalah anugerah terbaik dari Allah kepada manusia.Rasulullah menganjurkan kepada kita agar menjaga kesehatan dan memerintahkan kepada kita untuk berobat dalam rangka memelihara kesehatan. Dalam hadist sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan: _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ __ _ _ _ _ _
Artinya: Dari Jabir r.a dari Rasulullah saw., sabdanya: Setiap penyakit ada obatnya. Apabila tepat obat suatu penyakit, tentu penyakit itu sembuh dengan izin Allah Azza wa jalla 21
Islam memerintahkan kepada kita untuk menghindari penyebab berbagai penyakit yang banyak muncul, diantaranya adalah: 22 a. Segala hal yang dilarang dalam Islam, seperti makan dan minum berlebihan, mengonsumsi darah dan bangkai, minum khamar dan sebagainya. b. Islam menyuruh kita supaya menjauhi penyakit saluran pencernaan, lepra, thaun (penyakit pes) dan lain sebagainya, sehingga kita diperintahkan menjaga jarak dari penderita agar tidak tertular. c. Penyebab munculnya penyakit adalah tempat yang kotor dan banyaknya serangga yang membahayakan sepeti lalat, nyamuk, tikus dan lain sebagainya.
21 Mamur Daud, Terjemah Shahih Muslim Jilid IV (Jakarta: WIDJAYA, 1983), 147. 22 Hasan Raqith, Hidup Sehat Cara Islam (Bandung: MARJA, 2006), 41-44. 19 d. Terjatuhnya seseorang pada keputusasaan dalam menyelesaikan masalahnya ke dalam hal-hal yang merusak dirinya (narkoba, free sex dan lain-lain). Hal tersebut akan menimbulkan berbagai penyakit jasmani dan rohani. Penyakit memang merupakan sunnah Tuhan dan ujian dari-Nya dan akan meleburkan dosa-dosa seorang hamba, jika ia menerima penyakit tersebut dengan penuh kesabaran. Namun Islam telah menjelaskan sebab-sebab penyakit tersebut diatas, agar seorang Muslim harus sadar dan tetap berikhtiar untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit serta berusaha menyembuhkan dengan cara berobat jika penyakit itu datang. Tentang pencegahan penyakit, pada umumnya dalam ajaran Islam terdapat ajaran-ajaran antara lain: 23 a. Untuk mendiagnosis suatu penyakit dan memberikan dosis obatnya, Islam memerintahkan agar berobat kepada dokter spesialis b. Untuk menjaga kesehatan dari penyakit menular, Islam mengajarkan agar mengarantinakan orang yang menderita penyakit menular, sehingga penyakit itu tidak meluas. c. Islam juga menyarankan kepada orang yang sehat agar tidak memasuki daerah yang rentan penyakit atau menjauhkan dirinya sampai daerah itu bebas dari penyakit menular. d. Prinsip yang ditanamkan oleh Islam tersebut, Islam pun mendorong pengadaan makanan umum yang sehat sebagai usaha menghindari penyakit. Secara umum, pemeriksaan kesehatan dalam Islam berprinsip pada upaya menjaga kesehatan secara preventif (menjaga kesehatan sebelum sakit). Kemudian
23 Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 37- 42. 20 setelah itu. Islam menganjurkan pengobatan bagi siapa yang membutuhkan karena sakit. Inilah salah satu prinsip dalam Islam yang sesuai dengan karakteristik, kemampuan dan keadaan fitrah manusia. 24 Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan adalah salah satu langkah awal dalam menjaga kesehatan, gagasan semacam ini tiada lain karena dengan pemeriksaan dapat diketahui keadaan manusia tersebut. Terkait dengan upaya-upaya preventif tersebut, dalam pernikahan, Islam pun menganjurkan agar memperhatikan masalah kesehatan calon pasangannya. Kesehatan calon pasangannya dapat diketahui melalui kejujuran dari calon pasangan atau keluarganya atau dari pemeriksaan kesehatan pranikah bagi kedua calon pasangan tersebut. Sebagaimana dikutip oleh Adil Abdul Munim Abu Abbas dalam buku, Ketika Menikah Jadi Pilihan (Al-Mahira, 2001), Imam Al-Qurthubi berkata, Jika suami tahu bahwa dirinya tidak mampu menafkahi istri, atau memberi mahar, memenuhi hak-hak istri yang wajib atasnya maka ia tidak boleh menikahi wanita itu sampai ia menjelaskan hal itu kepadanya. Begitu juga jika si calon suami mempunyai suatu penyakit yang menghalanginya untuk melakukan hubungan seksual dengan istrinya, maka ia harus menjelaskan kepada wanita itu agar ia dapat mempertimbangkan. Demikian pula wajib bagi si calon istri menjelaskan kepada calon suami jika ia mengetahui bahwa dirinya tidak mampu memberikan hak kepada suami atau mempunyai suatu penyakit yang menghalanginya untuk melakukan hubungan seksual dengannya. 25 Memperhatikan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa kesehatan merupakan salah satu alasan untuk mempertimbangkan kualitas seseorang untuk
24 Hasan Raqith, Op. Cit., 45. 25 M. Fauzil Adhim dan M. Nazhif Masykur, Diambang Pernikahan (Jakarta: Gema Insani, 2002), 24. 21 melakukan pernikahan. Pemeriksaan kesehatan menjadi hal yang penting untuk dilakukan sebelum menjalani pernikahan demi mencegah kekecewaan antara suami istri itu nantinya. Hal ini juga sesuai dengan salah satu kaidah fiqhiyah yang berbunyi: _ _ _ _ yaitu mencegah agar tak terjadi itu lebih mudah daripada menghilangkan seperti sebelum terjadi. 26 Para ahli juga menyepakati akan kebenaran pendapat ini, sehingga orang-orang bijak mengatakan, Menjaga kesehatan lebih baik daripada mengobati. Dari pernyataan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa menjaga diri agar tidak sakit, lebih utama daripada mengobati setelah sakit. Ditinjau dari kaidah tersebut, ikhtiar untuk mewujudkan kesejahteraan hidup keluarga melalui pemeriksaan kesehatan pranikah, tidak dilarang agama. Al-Quran maupun Sunnah tidak ada yang melarang untuk melakukan hal tersebut, oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan pranikah dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan hidup keluarga disebutkan diatas, pada dasarnya termasuk hal yang hukumnya mubah. Perbuatan mubah adalah sesuatu perbuatan yang bila diperbuat tidak diberi pahala dan bila ditinggalkan tidak dikenakan siksa. Mubah dinamakan halal dan jaiz. 27 Sebagaimana kita ketahui, hal yang pada dasarnya termasuk dalam kategori hukum mubah itu masih dapat mengalami perubahan ketentuan hukum, bergantung kepada motivasinya. Apabila pemeriksaan kesehatan pranikah benar-benar bertujuan untuk dapat mewujudkan kesejahteraan hidup keluarganya kelak agar lebih sempurna dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama maka hukumya bisa saja menjadi sunah, dengan suatu perkiraan kuat apabila dikhawatirkan akan terjadinya
26 H.Abdul Mudjib, Loc. Cit. 27 A. Hanafie, Ushul Fiqh (Jakarta: Widjaya, 1989), 24 22 sebaliknya, pemeriksaan kesehatan pranikah itu justru dapat dinilai sebagai hal yang mulia. Para ahli juga menyepakati akan kebenaran pendapat ini, sehingga orang- orang bijak mengatakan, Menjaga kesehatan lebih baik daripada mengobati. Dari pernyataan tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa menjaga diri agar tidak sakit, lebih utama daripada mengobati setelah sakit. Sebagian ahli berpandangan bahwa tak seorangpun, diantara pasangan suami istri- ini, mempunyai pilihan untuk memutuskan ikatan perkawinan dengan alasan ada nya cacat atau kekurangan pada diri pasangannya. Peraturan yang ada dalam Durr Mukhtar adalah: Baik suami ataupun istri tidak berhak memutuskan ikatan perkawinan dengan alasan cacat atau kekurangan yang ada pada pasangannya, walau betapa berat nya penyakit tersebut, seperti kegilaan, lepra, dan sebagainya. Pandangan ini telah dikemukakan oleh Khalifah Ali dan Ibnu Masud, para sahabat Nabi dan oleh Atha-Nakhai, Umar bin Abdul Aziz, Ibn Abi Laila, Auzai, Thauri, Abu Hanifah, dan Abu Yusuf. Sebagian ahli fikih lain berpandangan bahwa cacat, yang menghalangi dilakukannya hubungan seksual, memberikan hak pada keduanya untuk melakukan pemutusan ikatan perkawinan. Cacat yang disebutkan adalah kegilaan, lepra, bau busuk pada mulut, penyakit-penyakit kelamin. Imam Malik-lah yang mengemukakan pandangan ini. Dalam bukunya Al-Qowanin, Abu Ijaz menulis daftar penyakit diatas dan menyatakan bila salah seorangan diantara pasangan tersebut, menderita salah satu penyakit tersebut pasangannya berhak untuk memilih atau melakukan perpisahan. 23 Menurut Imam Syafii, kedua orang suami istri itu berhak memutuskan ikatan perkawinan bila salah seorang, diantara keduanya, menderita lepra atau leukoderma. Tetapi bau busuk pada mulut, gatal-gatal dan penyakit kelamin bukan alasan untuk memutuskan perkawinan. Tetapi, bila si wanita mempunyai penyakit kelamin dan menghalangi hubungan suami istri, atau suami menderita impotensi, atau alat kelaminnya telah diamputasi, pasangan itu berhak memutuskan ikatan perkawinan. 28 Dari semua pandangan ini, yang kedua-lah yang paling dekat dengan ajaran Al-Quran. Dalam pandangan Al-Quran, dua sasaran perkawinan adalah pemelihara kesucian dan ikatan kasih sayang diantara pasangan. Sasaran-sasaran ini hilang bila salah seorang dari pasangan tersebut terserang penyakit, atau mempunyai cacat yang mengganggu pasangannya, atau menghalanginya untuk memuaskan nafsu alamiahnya. Cacat atau penyakit yang telah disebutkan tadi, mengabitkan penderitaan pada pasangan yang normal. Dengan demikian pentinglah kiranya memberikan pilihan kepada pasangan tersebut untuk memutuskan ikatan perkawinan. Pembicaraan tadi terbatas pada kasus-kasus dimana pasangan tidak begitu saling mengenal sebelum dilangsungkannya perkawinan, dan mereka mengutarakan kekecewaan mereka segera setelah bertemu muka. Kebersihan dan kesucian, dan kesehatan jasmani menjadi syarat untuk mewujudkan tubuh yang kuat dan tegap; dan kondisi ini menurut Islam mempunyai nilai yang lebih baik dibanding dengan kondisi tubuh yang lemah menurut pandangan Allah SWT, karena tubuh yang lemah tidak mungkin bisa melaksanakn
28 Abul Ala Al-Maududi dan Fazl Ahmed, Pedoman Perkawinan Dalam Islam (Jakarta: Darul Ulum Press, 1987), 93 24 ibadah kepada Allah secara utuh dan sempurna. Dalam hubungan ini. Nabi saw menyatakan dalam sabdanya sebagai berikut: _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Artinya:Ketahuilah, muslim yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada muslim yang lemah 29
4. Konsep Dasar Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Perkawinan merupakan tahap awal untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan individu. Untuk meraih keberhasilan dalam kehidupannya yang multi kompleks, dalam bidang sains, harta dan nama (pristise). Maka tahap awal untuk mencapainya haruslah berhasil terlebih dahulu dalam kehidupan berumah tangga. Menurut dr. Sugi Iskandar, SpOG sebaiknya setiap pasangan yang memutuskan akan menikah, memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu. Mengetahui kondisi kesehatan masing-masing pasangan sedini mungkin lewat pemeriksaan kesehatan pranikah amat dianjurkan, untuk mengetahui penyakit- penyakit yang bisa ditularkan atau diturunkan kepada pasangan dan anak, sedini mungkin. 30 Pemeriksaan kesehatan pranikah atau pre marital medical examination sudah umum dilakukan di Negara-negara maju. Hal ini menandakan saling keterbukaan diantara kedua belah pihak. Sayang, di Indonesia, pemeriksaan ini belum begitu popular. Padahal filosofi di masyarakat khususnya masyarakat Jawa sudah menganjurkan hal tersebut. Terbukti sebelum menikah kita dianjurkan untuk melihat bibit, bebet dan bobotnya. Hanya, saat ini dengan penemuan-penemuan di bidang kesehatan, melihat bibit tidak secara kasat mata, namun bisa dilihat dengan
29 Abdul Qodir Jailani, Op. Cit., 230-231. 30 Nova, (Minggu, 11 September 2005), 15. 25 pemeriksaan-pemeriksaan yang lebih canggih melalui darah, air kencing, kotoran dan cairan tubuh lainnya. Manfaat pemeriksaan kesehatan tersebut antara lain: 1. Dapat mengetahui status kesehatan, apabila ada penyakit bisa diketahui sejak dini. 2. Bisa untuk memantau perjalanan penyakit yang diderita, misalkan seseorang yang menderita diabetes mellitus bisa mengetahui perkembangan penyakitnya sebelum komplikasi ke system syaraf atau organ penting lain. 3. Bisa mencegah timbulnya penyakit. Misalkan seseorang yang menjalani check up kesehatan mengeluhkan bahwa ketika menstruasi ia selalu mengalami kesakitan yang hebat. Hal ini bisa menyebabkan penyakit pada rahim atau kandungannya. Apabila menstruasinya yang sakit itu di obati maka penyakit kandungannya dapat dicegah. Pemeriksaan kesehatan pranikah tidak hanya bermanfaat bagi yang menjalani pemeriksaan tapi juga akan dapat mencegah penyakit atau kelainan yang mungkin timbul pada keturunan nanti. Sebaiknya pemeriksaan kesehatan dilakukan pada kedua calon pengantin, karena penyakit keturunan dapat diturunkan oleh salah satu dari suami atau istri. Meskipun secara fisik kelihatan baik dan bebas dari penyakit, tetapi dimungkinkan salah satu mempunyai gen penyakit keturunan yang akan berpindah kepada anak-anaknya. Sebagian jenis penyakit keturunan antara lain: 31 1. Thalassimia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang menurun dan terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam penyakit ini, sang ayah dan ibu
31 Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Op.C it., 184. 26 bebas dari penyakit, tetapi semua anak-anak terkena pembiakana yang cepat pada butir-butir darah merah. Hal ini menyebabkan mereka kekurangan darah. Mereka membutuhkan donor secara teratur sepanjang hidupnya. Jenis penyakit ini termasuk berbahaya dan setiap saat membunuh penderita. 2. Heamopholia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang mempunyai daya beku, sehingga mudah terjadi pendarahan terus menerus. Luka sedikit saja mungkin akan banyak menyebabkan pendarahan. Penyakit keturunan ini akan berpindah melalui wanita, akan tetapi penyakitnya diderita oleh anak pria dan bukan wanita. Satu bentuk penyakit yang sulit ditemukan obatnya. 3. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit keturunan ini akan terjadi jika darah sang ibu yang negatif bertentangan dengan darah sang suami yang positif. Jika anak lahir dengan selamat, maka bayi itu akan menderita keracunan darah, dan sebagian dari anak-anak tersebut perlu pencucian darah secara total sekurang-kurang sebulan sekali. Pemeriksaan kesehatan pranikah penting untuk mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), juga untuk memperoleh kesiapan mental karena masing-masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon pasangan hidupnya.banyak lagi jenis penyakit keturunan ini, seperti penyakit gula hipertensi, penyakit/gangguan kejiwaan, IQ rendah dan lain-lain. Dalam kondisi seperti ini, anak memang membawa kesediaan menerima penyakit keturunan dari orang tuanya atau dari susunan keluarganya yang lain. Dikatakan oleh dr. Budi Santoso SpOG (K), spesialis obsteri dan ginekologi RSU dr Soetomo Surabaya, pre marital medical examination atau pemeriksaan 27 kesehatan pranikah dapat juga dimanfaatkan untuk memperoleh kesiapan mental karena masing-masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon pasangan hidupnya. 32 Bila memang ditemukan kelainan atau penyakit yang diderita salah satu pihak, pihak lain sudah mengetahui sehingga pengobatan bisa dijalani terlebih dahulu sebelum memasuki jenjang pernikahan. Jika kelainan atau penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan, kedua belah pihak sudah saling mengetahui sebelum pernikahan terjadi sehingga, tidak ada pihak yang merasa dibohongi dan tidak menyesal di kemudian hari. Ukuran waktu itu pun fleksibel. Artinya, pemeriksaan kesehatan pranikah dapat dilakukan kapan pun selama pernikahan belum berlangsung. Namun idealnya pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan enam bulan sebelum dilangsungkan pernikahan. Pertimbangannya, jika ada sesuatu masalah pada hasil pemeriksaan kesehatan kedua calon mempelai, masih ada cukup waktu untuk konseling atau pengobatan terhadap penyakit yang diderita. 33 Dengan demikian, Jangan sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara penyakit yang sebenarnya bisa disembuhkan jauh-jauh hari. Contohnya, setelah menikah ternyata harus berkali-kali mengalami keguguran gara-gara toksoplasmosis yang sebenarnya bisa disembuhkan dari dulu. Secara garis besar pemeriksaannya bisa diawali dengan wawancara singkat yang berkaitan dengan riwayat kesehatan untuk mengetahui penyakit apa yang pernah di derita, riwayat penyakit anggota keluarga (seperti, diabetes mellitus, stroke, kanker, epilepsi dan lain sebagainya). Juga kebiasaan hidup lainnya, seperti
32 Jawa Pos (Sabtu, 9 Desember 2006), 43. 33 Ibid. 28 merokok, mengunakan obat-obatan terlarang, atau mungkin menganut paham free seks. Selanjutnya, dilanjutkan pemeriksaan fisik dan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap (termasuk rhesus), urine lengkap, fungsi liver, fungsi ginjal, kesehatan paru-paru dan jantung. Kesehatan alat reproduksi juga tak luput dari pemeriksaan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kesuburan dan fungsi anatomi alat reproduksi tersebut. 34
Pemeriksaan kesehatan pranikah sebaiknya meliputi pemeriksaan klinis dan laboratorium. Pemeriksaan tersebut lebih diarahkan untuk penyakit yang dapat menular seperti penyakit Menular Seksual (PMS), TBC, dan lain-lain. Disamping itu, agar anak tidak terkena talasemia mayor; ada baiknya calon suami-istri diperiksa kemungkinan talasemia minor. Karena talasemia minor biasanya tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi bila calon Bapak dan Ibu keduanya menderita talasemia minor, ada resiko anaknya akan terkena talasemia mayor. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, sebaiknya perlu berkonsultasi dengan dokter, sehingga mendapat informasi yang lengkap dan benar. Pun untuk mendeteksi ada atau tidak HIV/AIDS, Gonorrhoe, Sifilis, Herpes dan Papiloma Virus. 35 Calon pengantin bisa mendatangi dokter terdekat, atau kerumah sakit yang memang menyediakan paket pemeriksaan kesehatan pranikah. Pemeriksan tersebut bukan bertujuan untuk menggagalkan rencana perkawinannya, namun menyiapkan segala sesuatunya sehingga pilar-pilar perkawinan semakin kokoh. B. Keluarga Sakinah 1. Pengertian Keluarga Sakinah
34 Ibid. 35 Samsuridjal Djauzi, Panduan Hidup Sehat Dari Soal Pemeriksaan Kesehatan Sampai Vertigo (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), 22-23. 29 Dalam kehidupan sehari-hari kata keluarga dipakai dengan pengertian antara lain: a. Sanak saudara, kaum kerabat b. Orang seisi rumah, suami-istri, anak c. Orang yang ada dalam naungan organisasi atau sejenisnya d. Masyarakat terkecil berbentuk keluarga atau lainnya Dari beberapa definisi tersebut, maka keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat merupakan kumpulan keluarga-keluarga. Ini berarti, baik buruknya suatu masyarakat tergantung pada baik buruknya masyarakat kecil itu (keluarga). Jadi keselamatan dan kebahagiaan suatu masyarakat berpangkal pada masyarakat terkecil atau keluarga. Kata sakinah (Arab) mempunyai arti ketenangan dan ketentraman jiwa. Kata ini disebutkan sebanyak enam kali dalam Al-Quran, yaitu pada Surat Al-Baqarah ayat 248, Surat At-Taubah ayat 26 dan 40, Surat Al-Fath ayat 4, 18 dan 26. Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa sakinah itu didatangkan Allah SWT ke dalam hati para nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar menghadapi tantangan, ujian, cobaan, ataupun musibah. Sehingga sakinah dapat juga dipahami sebagai sesuatu yang memuaskan hati. Dari dua aspek tersebut diatas, maka Istilah keluarga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi, kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk menyifati atau menerangkan kata keluarga. Keluarga sakinah digunakan dengan pengertian keluarga yang tenang, tentram, bahagia, dan sejahtera lahir dan batin. Terwujudnya suatu keluarga sakinah, yakni keluarga bahagia dan sejahtera atas jalinan cinta dan kasih sayang antara suami istri yang dikehendaki oleh agama 30 islam adalah bersumber pada firman Allah SWT dalam Al Quran surat Ar-Rum Ayat 21. Pada ayat ini tersurat kalimat litaskunu ilaiha yang menggambarkan suatu keadaan rumah tangga yang para anggotanya memperoleh ketenangan dan ketentraman serta kebahagiaan lahir batin, mengantarkan kemungkinan berkembangnya cinta dan kasih sayang dalam keluarga itu sendiri. Dalam kalimat itu terkandung pula arti tersirat, bahwa tujuan dari kehidupan rumah tangga untuk mencapai ketenangan, kedamaian, ketentraman, dan kebahagian hidup lahir dan batin di atas jalinan kasih sayang antara suami dan istri. Berdasarkan dalam surat tersebut, Departemen Agama membuat rumusan pengertian Keluarga Sakinah, yaitu: Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibina berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material yang layak, mampu menciptakan suasana cinta kasih dan kasih sayng (mawaddah wa rahmah), selaras, serasi dan seimbang, serta mampu menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, amal shaleh dan akhlakul karimah dalam lingkungan keluarga sesuai ajaran Islam. 36
Keluarga sakinah merupakan dambaan dari setiap rumah tangga muslim, hal ini terefleksi dengan jelas dalam setiap undangan walimatul urs teruntai kalimat harapan terciptanya keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Khusus di Indonesia program keluarga sakinah merupakan Proyek Nasional dalam pembangunan bangsa yang berada dalam ruang lingkup kerja Departemen Agama. 2. Kriteria Keluarga Sakinah
36 BP.4 Propinsi Kal-Teng, Membangun Keluarga Sakinah ; Palangkaraya. 31 Masih berbicara tentang keluarga sakinah yang senantiasa diliputi suasana mawaddah wa rahmah, Rasullulah SAW menegaskan dalam salah satu sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailamiy: 37 _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ___ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ _ _ _
Artinya: Apabila Allah menghendaki keluarga (rumah tangga) itu mendapat kebahagiaan, maka ada lima ciri pembinaan keluarga itu, yaitu: anggota keluarga rumah tangga itu hidup taat beragama, yang muda menghormati yang lebih tua, serasi (harmonis) dalam kehidupan, hemat dan hidup sederhana, melihat (mengawasi) cacat (kekurangan) mereka, dan kemudian melakukan taubat/minta maaf. Dan Allah menghendaki sebaliknya, maka ditinggalkannya mereka dalam kesesatan. (HR. Ad-Dailamiy). Salah satu dari program BP4 adalah membangun keluarga sakinah. Adapun dasar yang melandasi pembinaan Keluarga Sakinah tersebut adalah: 38
a. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1993 ; b. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera ; c. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Desa ; d. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dengan sasaran pembinaan adalah umat Islam yang berdomisili didesa dari Pra Sakinah, Sakinah I sampai Sakinah IV, menetapkan kriteria-kriteria antara lain: Pra Sakinah a. Perkawinan yang tidak memenuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Tidak mampu melaksanakan shalat ; c. Tidak mampu melaksanakan puasa ;
37 Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Quran dan As- Sunnah (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), 232. 32 d. Keluarga yang tidak mampu melaksanakan zakat/fitrah ; e. Tidak mampu membaca Al-quran ; f. Keluarga yang tidak memiliki pengetahuan dasar agama ; g. Tempat tinggal yang tidak menetap ; h. Tidak memiliki pendidikan dasar. Sakinah I a. Keluarga yang dibentuk melalui perkawinan yang sah berdasarkan peraturan yang berlaku atas dasar cinta kasih ; b. Melaksanakan shalat ; c. Melaksanakan puasa ; d. Membayar zakat fitrah ; e. Mempelajari dasar agama ; f. Mampu membaca Al-quran ; g. Memiliki pendidikan dasar ; h. Ada tempat tinggal ; i. Memiliki sejumlah pakaian ; Sakinah II a. Memenuhi kriteria Sakinah I ; b. Hubungan anggota keluarga harmonis ; c. Keluarga menamatkan sekolah 9 tahun ; d. Mampu berinfaq ; e. Memiliki tempat tinggal sederhana ; f. Mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan ;
38 BP.4 Propinsi Kal-Teng, Op. Cit., 33 g. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Sakinah III a. Memenuhi kriteria Sakinah II ; b. Membiasakan shalat berjamaah ; c. Pengurus pengajian/organisasi ; d. Memiliki tempat tinggal layak ; e. Memahami kesehatan keluarga ; f. Harmonis ; g. Gemar memberikan shadaqah ; h. Melaksanakan qurban ; i. Keluarga mampu memenuhi tugas dan kewajibannya masing-masing ; j. Pendidikan minimal SLTA. Sakinah IV a. Memenuhi kriteria Sakinah III ; b. Keluarga tersebut dapat menunaikan ibadah haji ; c. Salah satu keluarga menjadi pimpinan organisasi Islam ; d. Mampu melaksanakan wakaf ; e. Keluarga mampu mengamalkan pengetahuan agama kepada masyarakat ; f. Keluarga dan anggotanya sarjana, minimal di Perguruan Tinggi ; g. Keluarga mampu menjadi pemuka masyarakat ; h. Keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah ; i. Keluarga yang didalamnya tumbuh cinta dan kasih sayang. Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa banyak hal yang dapat menjadi ukuran sebuah keluarga itu adalah keluarga 34 sakinah. Oleh karena itu ada beberapa kesiapan yang sangat diperlukan dalam pembentukan keluarga sakinah, antara lain: a. Kesiapan Spiritual, yaitu kesiapan untuk membentuk keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia secara sempurna. b. Kesiapan Mental/Psikis, yaitu kesiapan untuk membentuk sebuah keluarga yang ideal sehingga terbinanya rasa cinta dan kasih sayang yang diridhai Allah SWT. c. Kesiapan Fisik, yaitu kesiapan dalam arti memahami pentingnya kesehatan keluarga sehingga terbentuk keluarga yang jauh dari berbagai penyakit yang mengancam ketenangan keluarga. d. Kesiapan Sosial, kesiapan untuk membentuk keluarga yang dapat menjadi suri teladan dan dapat berguna bagi masyarakat. e. Kesiapan Ekonomi, kesiapan untuk dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya, seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. 3. Metode Membangun Keluarga Sakinah Agar kehidupan suami istri dapat terbangun secara harmonis, hangat, mesra, serta dapat mencegah terjadinya perselingkuhan dalam suatu keluarga, maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh mereka antara lain: 39 a. Menciptakan kondisi rumah tangga yang sejuk, komunikaif dan hangat dalam kehidupan sehari-hari. b. Menanamkan sikap qanaah terhadap keadaan masing-masing. c. Menanamkan sebuah keyakinan dalam diri pasangan suami istri ; bahwa mencari jalan keluar untuk menghilangkan kejenuhan, kebuntuan dan keruwetan pikiran
39 BP 4, Perkawinan dan Keluarga (Jakarta: 2005), 31-32. 35 dengan jalan bersenang-senang dengan cara berselingkuh, adalah jalan yang tidak sehat dan tidak selamat. d. Berusaha dengan maksimal dalam memecahkan masalah kelainan seks, dengan mencari jalan yang sehat dan rasional, seperi berkonsultasi kepada ahlinya. Keempat hal tersebut diatas, harus mendapat perhatian kedua belah pihak (suami & istri), bahkan harus dirawat dan dikembangkan agar dapat berbuah sakinah. Rasulullah SAW mensyaratkan 5 (lima) hal bagi terwujudnya keluarga sakinah, sebagaimana hadits beliau yang maksudnya sebagai berikut: Apabila Allah menghendaki keluarga menjadi baik (sakinah), maka (ada lima hal) : 1. keluarga itu memahami ajaran agama; 2. Dalam keluarga itu yang muda menghormati yang tua, (yang tua menyayangi yang muda); 3. Lembut dalam pergaulan; 4. hemat dalam pembelanjaan; 5. Mau mengakui kelemahan diri (introspeksi) dan berusaha memperbaikinya. Poin kelima dalam hadits tersebut yaitu mengakui kelemahan diri dengan instropeksi dan berusaha memperbaiki diri, dapat dikaitkan dengan aspek kesehatan yaitu jika terdapat kelemahan pada kesehatan seorang pasangan maka ia harus menyadari lemahnya kesehatan (penyakit) itu dan berusaha memperbaikinya melalui pengobatan. Dalam Al-Quran surat Ar-Rum: 2, ada tiga kata kunci dalam ayat tersebut yang berfungsi untuk menjadikan berpasangan untuk menjadikan pasangan suami istri meraih keluarga sakinah, yaitu: 40 a. Min-anfusikum (dari dirimu sendiri)
40 Ibid. 36 Kata kunci yang pertama, Min-anfusikum artinya dari dirimu sendiri. Untuk menjadi sakinah, maka seorang suami harus menjadikan isterinya bagian dari dirinya sendiri, begitu sebaliknya. Kalau isteri sudah tidak mau menjadi bagian dari diri suaminya, dan suami tidak lagi merupakan bagian dari diri istrinya, maka akan semakin jauh dari kehidupan keluarga yang sakinah. Bisa dilihat, banyaknya kasus perceraian dikarenakan pasangan sudah tidak lagi menjadi bagian dari dirinya (min- anfusikum). Satu sama lain saling mengungkap aib melalui media massa, bahkan saling menuding tak ubahnya laksana musuh. b. Mawaddah (cinta) Kata kunci yang kedua, mawaddah artinya cinta. Mawaddah biasa diartikan sebagai cinta yang disertai birahi, namun mawaddah juga mempunyai makna kekosongan jiwa dari berbuat jahat terhadap yang dicintai. Dengan mawaddah ini pasangan suami istri saling tertarik dan saling membutuhkan. c. Rahmah (kasih sayang) Kata kunci yang ketiga adalah Rahmah artinya kasih sayang. Rahmah adalah karunia Allah yang amat besar bagi pasangan suami istri. Meskipun mawaddah berkurang bersamaan perjalanan usia yang makin tua, namun dengan rahmah ini menjadi perekat pasangan suami istri bisa langgeng hingga akhir hayat. Setelah mengetahui tentang bagaimana metode membangun keluarga sakinah seperti yang telah disebutkan, maka dalam pelaksanaannya perlu diadakan kerja sama antara sepasang suami istri itu sehingga dapat memahami segala aspek yang yang akan dihadapi agar dapat membentuk keluarga yang sakinah dan barokah yang berguna bagi nusa dan bangsa, serta agama. BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah di KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan Kal-Teng, dimana KUA sebagai lembaga yang memuat paraturan pemeriksaan kesehatan pra nikah. Lokasi penelitian ini terkait juga dengan pertimbangan adanya karakteristik lingkungan masyarakat yang masih hidup di pedesaan, sehingga perlu diketahui bagaimana pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pra nikah. Karena banyak di temukan di masyarakat, calon pengantin cenderung kurang memahami dan mengindahkan pemeriksaan kesehatan pra nikah sebagai persyaratan dari KUA, yang dianggap sebagai suatu formalitas saja.
B. Jenis Penelitian Sesuai dengan objek kajian ini, maka penelitian diarahkan untuk mengetahui bagaimana pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pra nikah, kaitannya dengan pengaruh kesehatan terhadap pembentukan keluarga sakinah. Sehingga penelitian yang dilakukan bersifat penelitian deskriptip kualitatif yaitu menggambarkan suatu keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan 41 39 Menurut Bogdan dan Taylor pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang prilaku yang dapat diamati. 42
C. Sumber Data Sumber data penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Data Primer Data primer yakni data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut. 43 Dalam hal ini peneliti mewawancarai secara langsung orang-orang yang terkait dengan penelitian ini antara lain Kepala KUA Kec.Hanau, Bidan Puskesmas Kec. Hanau, beberapa calon pengantin yang menikah di KUA Kec. Hanau pada saat penelitian berlangsung dan Keluarga Sakinah teladan di wilayah Kec. Hanau
b. Data Sekunder Data sekunder yakni data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli memuat informasi atau data tersebut. 44 Dalam hal ini peneliti mengambil data-data yang berasal dari buku-buku, dokumen, arsip, catatan-catatan yang berkaitan dengan penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Interview 40 Metode interview adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya. 45
Pada metode ini peneliti pergunakan untuk mendata hal-hal yang berkenaan dengan penelitian, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu. Interview dilakukan kepada Kepala KUA Kec. Hanau, Bidan Puskesmas Kec. Hanau, beberapa calon pengantin yang menikah di KUA Kec. Hanau pada saat penelitian berlangsung dan Keluarga Sakinah teladan di wilayah Kec. Hanau 2. Observasi. Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. 46 Dengan metode ini peneliti pergunakan untuk melihat secara langsung berbagai aktifitas yang berlangsung dan menggali data-data sekunder mengenai hal- hal yang berkaitan dengan gambaran umum tentang keadaan KUA Kec. Hanau, Keluarga Sakinah serta pemeriksaan kesehatan pra nikah yang dilaksanakan oleh calon pengantin. 3. Dokumentasi Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hak-hak atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 47 Dibandingkan dengan metode lain, maka dalam metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap dan belum berubah. 48
41 E. Metode Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 49 1. Editing Data: Pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya dengan kelompok data yang lain. 2. Klasifikasi Data: Mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan mengklasifikasikan data yang diperoleh ke dalam pola tertentu atau permasalahan tertentu untuk mempermudah pembahasannya. Menurut Bogdan dan Biklen (1982) analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dilkelola, mensintesiskannya, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 50 Pada dasarnya analisis data merupakan penguraian data melalui tahapan: kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan dan pencarian hubungan antar data yang secara spesifik tentang hubungan antar peubah. 51 Dalam analisis data, penulis berusaha untuk memecahkan permasalahan yang tertuang dalam rumusan masalah dengan menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan suatu keadaan atau status fenomena dengan kata- kata atau kalimat, kemudian dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. 52
Dalam penelitian ini analisis data tidak keluar dari lingkup sample, bersifat deduktif, berdasarkan teori atau konsep yang bersifat umum, diaplikasikan untuk 42 menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparasi atau hubungan se[perangkat data dengan seperangkat data lainnya. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi KUA 1. Kondisi Sarana dan Pra Sarana Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Hanau Kab. Seruyan mempunyai kantor di Jl. Akasia RT. IV No. 246 Pembuang Hulu II. Membawahi 10 kelurahan di wilayah kec. Hanau, yaitu : Tj. Hanau, Parang Batang, Bahaur, Pembuang Hulu I, Pembuang Hulu II, Derangga, Asam Baru, Tj. Hara, Tj. Paring dan Tj. Rangas. Berdirinya KUA Kec. Hanau ini sangatlah erat kaitannya dengan kondisi keagamaan masyarakat Hanau pada saat itu. Sebagai masyarakat yang mayoritas beragama Islam, maka kebutuhan akan terwujudnya sebuah lembaga yang berfungsi untuk mengatur pranata-pranata hukum Islam terutama masalah pernikahan, wakaf dan hibah sangat diperlukan. Di wilayah kec. Hanau, eksistensi KUA sangatlah berarti bagi masyarakat setempat, disamping sebagai lembaga formal yang menangani masalah-masalah Hukum Islam, KUA mempunyai peranan penting dalam pengembangan syiar agama Islam. Dalam bidang pernikahan misalnya, KUA mempunyai tugas untuk membimbing masyarakat serta sosialisasi tentang bagaimana tata cara pernikahan yang sah menurut Hukum Islam dan Hukum Formal sesuai yang diatur oleh pemerintah. Dari sini tampaklah bahwa keberadaan KUA dalam masyarakat sangat penting untuk melayani masyarakat utamanya dalam bidang Hukum Islam serta menjaga nilai-nilai hukum Islam. 44
Kantor KUA Kec. Hanau juga berfungsi sebagai rumah dinas yang ditempati oleh setiap Kepala KUA yang menjabat saat itu. Terdapat tiga ruangan di kantor tersebut yang terdiri dari ruangan kepala, ruangan balai nikah dan ruangan tata usaha. Ketiga ruangan tersebut mempunyai beberapa fasilitas pendukung diantaranya: a. Ruangan Kepala. Di dalamnya terdapat: meja tulis, kursi sice, kursi tamu dan meja. b. Ruangan Balai Nikah. Di dalamnya terdapat: meja sidang/nikah, kursi pengantin, kursi besi lipat busa dan rak besi. c. Ruangan Tata Usaha. Di dalamnya terdapat: Lemari buku, meja dan kursi panjang kayu. 2. Struktur Organisasi KUA Kec. Hanau KUA Kec. Hanau Kab. Seruyan secara terstruktur lembaga ini merupakan bagian dari Departemen Agama dan bertanggung jawab secara langsung kepada Departemen Agama. Sedangkan struktur KUA Kec. Hanau sendiri, sesuai dengan KMA No: 517 Tahun 2001 dibangun dengan beberapa komponen yaitu:
Kepala KUA
Ahmad Muzakkir, S.Ag Nip.150 356 696
Tata Usaha Wagiyo Nip.150 233 946
45
Petugas kepenghuluan Wagiyo Nip.150 233 946
Wagiyo Nip.150 233 946 Petugas Kemasjidan Wagiyo Nip.150 233 946 Petugas Kemitraan Umat dan Produk halal Petugas Zakat Wakaf, Ibadah Sosial dan Baitul Maal Iga Nyoman.S.D Nip.150 356 740 Petugas Kependudukan dan Keluarga Sakinah Iga Nyoman.S.D Nip.150 356 740
3. Visi dan Misi KUA Kec. Hanau a. Visi Kantor Urusan Agama Kecamatan Hanau Unggul dalam pelayanan dan bimbingan umat Islam berdasarkan iman, takwa dan akhlak mulia b. Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Hanau Meningkatkan pelayanan bidang organisasi dan ketatalaksanaan Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi nikah dan rujuk Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kependudukan dan keluarga sakinah, kemitraan umat dan produk halal Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi kemasjidan Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi ZIS dan wakaf Meningkatkan pelayanan informasi tentang madrasah, pondok pesantren, Haji dan Umroh Melaksanakan pelayanan lintas sektoral 4. Tugas dan Fungsi KUA Kec. Hanau a. Tugas 46
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, maka tugas Kantor urusan Agama adalah melaksanakan tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah kecamatan (pasal 2) b. Fungsi Dalam melaksanakan tugas seperti tersebut diatas maka Kantor Urusan Agama melaksanakan fungsi : Menyelenggarakan Statistik dan Dokumentasi Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
B. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah 1. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Pranikah di Kec. Hanau Dalam Instruksi Bersama Departemen Agama dan Departemen Kesehatan No :02 Tahun 1989, mengintruksikan agar bagi setiap calon pengantin dapat melaksanakan bimbingan dan pelayanan imunisasi Tetanus Toxid. Hal ini di terapkan 47
melalui KUA sebagai lembaga yang berwenang dalam memberikan pelayanan pernikahan kepada masyarakat. Pengertian pemeriksaan kesehatan pranikah disini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh seorang wanita sebagai calon pengantin ketika akan melangsungkan pernikahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan administrasi yang ada di KUA sebagai salah satu persiapan dan syarat administrasi pernikahan. Bagi KUA Kec. Hanau, peraturan itu telah dilaksanakan sepenuhnya oleh pejabat KUA Kec. Hanau, guna meningkatkan kesehatan masyarakat. Setiap calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan harus melengkapi semua persyaratan administrasi yang telah ditentukan oleh KUA, termasuk surat keterangan kesehatan. Hal ini sebagaimana penuturan Bapak Ahmad Muzakkir S. Ag, selaku kepala KUA Kec.Hanau 56 Sejauh ini kami sudah berupaya mensosialisasikannya, dengan selalu menganjurkan kepada setiap calon pengantin ketika mendaftarkan pernikahannya agar melengkapi berkas-berkas tersebut, termasuk surat keterangan kesehatan. Walau masih ada yang mengabaikannya, kami mengingatkan kembali kepada mereka bahwa pernikahan tidak dapat diproses kalau surat keterangan kesehatan itu tidak dilampirkan
Sikap kepala KUA tersebut tidak lain karena pemahaman beliau yang menganggap bahwa pemeriksaan kesehatan pranikah itu penting dan mempunyai korelasi dengan pembentukan keluarga sakinah: 57 Pemeriksaan kesehatan pranikah sangat penting bagi calon kedua mempelai dan merupakan bagian atau unsur penunjang tercapainya keluarga sakinah.
Data Pencatatan Imunisasi TT bagi calon mempelai wanita tahun 2005: . Jumlah No Kelurahan / Desa Nikah TT 1 TT 2 1. Tanjung Hanau 2 - - 2. Parang Batang - - -
56 Ahmad Muzakkir, Wawancara (Pemb. Hulu, 3 Oktober 2006) 57 Ibid. 48
3. Bahaur 10 - - 4. Pembuang Hulu I 86 80 - 5. Pembuang Hulu II 54 50 - 6. Derangga 13 - - 7. Asam Baru 56 - - 8. Tanjung Hara 3 - - 9. Tanjung Paring 8 - - 10. Tanjung Rangas 12 - - Jumlah 244 130 Data: Arsip KUA Kec. Hanau
Pada awalnya penulis mengira bahwa pemeriksaan ini dilakukan di rumah sakit Kec. Hanau, sebagaimana lazimnya pemeriksaan kesehatan yang lain. Namun setelah dikonfirmasikan ke rumah sakit, penulis akhirnya mendapatkan keterangan bahwa untuk pemeriksaan kesehatan pranikah, dari pihak rumah sakit telah memberikan wewenang penuh kepada puskesmas dan bidan-bidan yang bertugas agar memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan pranikah bagi masyarakat. Calon pengantin dapat memilih sendiri sesuai keinginannya, apakah ia akan memeriksakan kesehatan di puskesmas atau kepada bidan setempat. Karena sebagaimana puskesmas, bidan-bidan disanapun telah mendapatkan kewenangan untuk mengeluarkan surat keterangan kesehatan atas nama dan jabatan mereka sendiri, tanpa harus melalui proses pemeriksaan di puskesmas kembali. Surat dari bidan ini pun tetap di nyatakan sah sebagai surat keterangan kesehatan. Untuk kepentingan pengukuran data dilapangan, maka dalam waktu dan kesempatan yang berbeda, penulis melakukan wawancara kepada Bidan Elis yang merupakan petugas dari puskesmas KUA Kec. Hanau dan Bidan Fatimah yang merupakan bidan berpraktek dirumah. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, 49
kedua bidan tersebut masing-masing mengungkapkan tentang urgensi pemeriksaan kesehatan, seperti penuturan Bidan Elis: 58 Pemeriksaan kesehatan itu penting de, hal itu dilakukan demi mengetahui kematangan reproduksi seorang perempuan dalam mempersiapkan diri sebagai calon Ibu, apalagi yang nikah dini misalnya umur 20 tahun kebawah.
Sebagaimana penuturan diatas, Bidan Fatimah pun sependapat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pranikah, beliau menuturkan: 59 Saat ini pemahaman masyarakat ada sedikit peningkatan tentang ini, mungkin karena kalo tidak diperiksakan, KUA tidak menikahkan. Pemeriksaan kesehatan pranikah memang penting bagi calon pengantin, dari situlah mereka mendapat kekebalan tubuh untuk mencegah tetanus pada bayi saat ia hamil.
Di wilayah kec.Hanau sendiri pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan oleh calon pengantin pada saat menjelang pernikahan, baik ketika akan mendaftarkan pernikahan bahkan 2 atau 3 hari sebelum pernikahan. Dalam setiap pemeriksaan, untuk satu kali kunjungan calon pengantin dikenakan biaya sekitar Rp. 10.000, sebagai biaya atas pemeriksaan darah. Lab dan bukti kartu keterangan kesehatan. Namun, jumlah biaya tersebut berbeda jika calon pengantin memilih melakukan pemeriksan dirumah bidan secara langsung. Hal ini sebagaimana diungkapkan bidan Fatimah, yang berpraktek dirumah: 60 Biaya pemeriksaan kencing, obat dan buku Rp. 40.000, kalo dirumah memang agak mahal karena praktek dan modal sendiri, puskesmas khan obatnya dari pemerintah dan pemda daerah.
Ketika penulis mengikuti pemeriksaan kesehatan calon pengantin, penulis dapat menggambarkan, hal pertama yang di lakukan oleh calon pengantin dalam pemeriksaan ini adalah tes darah (untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam tubuh),
58 Bidan Elis, Wawancara (P. Hulu, 4 Oktober 2006) 59 Bidan Fatimah, Wawancara (P. Hulu, 10 Oktober 2006) 60 Ibid. 50
tes urine dan yang paling penting adalah pemberian suntikan imunisasi TT1. Seluruh rangkaian pemeriksaan itu sudah dianggap cukup sebagai pemeriksaan kesehatan pranikah yang disebut pihak puskesmas sebagai pelayanan dasar. Pemeriksaan kesehatan tidak sampai dilakukan pada alat-alat reproduksi lainnya, karena banyaknya keterbatasan. Seperti penuturan Bidan Elis: 61 "Terbatasnya dana untuk peralatan lab yang canggih dan tenaga-tenaga yang mumpuni di bidang itu masih belum ada, jadi kalau calon pengantin pertama yang diperiksa ya darahnya.
Setelah melalui berbagai proses pemeriksaan tersebut diatas, bidan menyarankan kepada calon pengantin, pasca pernikahan dalam jangka 4 minggu setelah suntikan imunisasi TT1 pengantin dianjurkan kembali memeriksakan kesehatannya dan melakukan suntikan imunisasi TT2 sebagai proses lanjutannya. Hal itu berfungsi untuk mengetahui bagaimana reaksi tubuh pasca imunisasi TT1 sehingga dapat ditindak lanjuti. Namun menurut bidan tersebut, sangat disayangkan dari masyarakat atau pengantin tadi tidak memperdulikan anjurannya sehingga tidak ada yang pernah kembali memeriksakan diri. 2. Pemahaman Calon Pengantin Terhadap Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap beberapa calon pengantin yang melakukan pernikahan di KUA Kec. Hanau selama dalam masa penelitian sebagai informan. Setelah berhasil menjalin hubungan dengan informan tersebut, barulah kemudian secara bertahap penulis mulai memasuki penggalian datapenelitian. Penulis baru mulai mengadakan wawancara bebas (pertama kali melakukan perbincangan informal) mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pemeriksaan kesehatan pranikah. Dalam setiap wawancara sedapat mungkin penulis
61 Bidan Elis, Wawancara (P. Hulu, 4 Oktober 2006) 51
menghindari wawancara yang bersifat formal, penulis berusaha menciptakan suasana informal, alamiah, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada informan untuk mengungkapkan pendapat-pendapat dan pengalamannya. Proses pengumpulan data dihentikan setelah dianggap cukup, yaitu setelah tidak ada jawaban baru lagi dari lapangan. Artinya, penulis selalu memperoleh informasi atau jawaban yang sama atau sejenis dari informan-informan baru. Situasi ini ditandai dengan data yang terkumpul selalu menunjukkan hal yan sama dari berbagai situasi dan sumber yang berbeda. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa, pada umumnya meski pasangan yang akan menikah tersebut sudah saling mengenal cukup lama dalam arti pacaran, namun banyak diantara calon pengantin tersebut mengakui belum mengenal riwayat kesehatan masing-masing pasangan, dalam arti mereka melihat kualitas kesehatan pasangangannya terbatas hanya pada fisik atau penanpilan luar. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengenal kesehatan pasangannya tersebut adalah pemeriksaan kesehatan pranikah. Itu dilakukan 2 atau 3 hari sebelum pernikahan berlangsung, untuk melengkapi persyaratan administrasi pernikahan. Pemeriksaan kesehatan pranikah ini merupakan masalah yang baru bagi mereka sehingga banyak masyarakat yang belum begitu paham mengenai arti dan tujuan pemeriksaan kesehatan pranikah tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh keluarga dari Agus Purwaningsih, salah satu calon pengantin yang mengatakan: Hindai tapikir ikihen etunte bihina, hindai adaen uluh nang manyuhu-nyuhu bapariksa sagalaan. Tapimun inggite-gite te bai bagus ca pang ampia akan malajar elen nang handak kawin te masalah persiapaia. (Belum pernah terpikir bagi kami masalah ini karena belum ada yang memberitahukan hal-hal pemeriksaan kesehatan pranikah. Tapi kalau dipikir- pikir bagus juga sebagai pelajaran dan persiapan bagi calon pengantin)
52
Ketika penulis menanyakan pendapat mereka tentang pemeriksaan kesehatan pranikah jika di hubungkan dengan pembentukan keluarga sakinah. Terdapat keseragaman pemikiran pada mereka. Diantara beberapa penuturan calon pengantin tersebut, yaitu: Kesehatan penting dalam keluarga, kalau ada yang sakit-sakitan nantinya kan menghabiskan duit juga untuk bayar obat, ini juga bisa bepengaruh bagi keluarga sakinah. Kesehatan kalau mau punya anak yang bagus 62
Penuturan calon pengantin yang lain, yaitu
Kesehatan kawak akan memanga kualitas keluarga, amun kesehataya baik maka insya Allah keluarga sakinah nang kahandak itah tena kawa kekabul ca kiah (kesehatan bisa untuk melihat kualitas keluarga, kalau kesehatanya baik maka insya Allah keluarga sakinah yang kita mau bisa tercapai) 63
Mereka sepakat dan paham bahwa kesehatan juga merupakan hal yang harus diperhatikan jika ingin mewujudkan suatu keluarga yang sakinah dan membentuk generasi penerus yang sehat dan handal. Kesehatan pun menjadi salah satu faktor penentu kualitas keluarga, menurut mereka jika kesehatan keluarga itu terjaga, maka kebahagiaan dan tujuan keluarga sakinah dapat dengan mudah tercapai. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa masalah pemahaman akan pentingnya pemeriksaan kesehatan pranikah bagi calon pengantin cukup baik, artinya tingkat kesadaran masyarakat terhadap adanya urgensi dan peranan pemeriksaan ini terhadap pembentukan keluarga sakinah cukup bagus. Hal ini terbukti dengan adanya respon dan kemauan dari calon pengantin untuk memeriksakan kesehatannya, meski masih ada diantara calon pengantin yang penulis temui menganggap bahwa persyaratan itu penting dilaksanakan karena hanya semata untuk memenuhi peraturan dari KUA.
62 Suyatno, Wawancara , (Pemb. Hulu, 02 Oktober 2006) 63 Totok Hindarto, Wawancara , (Pemb. Hulu, 18 Oktober 2006) 53
3. Profil Keluarga Sakinah Teladan KUA Kec. Hanau Berdasarkan Surat Kepala Kantor Departemen Agama Kab. Seruyan, tanggal 18 Maret 2006 yang penulis dapatkan dari KUA Kec. Hanau, bahwa BP-4 Kec. Hanau telah menentukan dan menetapkan keluarga H. Nurdin-Hj. Sapnah sebagai keluarga sakinah tingkat Kec. Hanau. H. Nurdin sangat bersyukur atas terpilihnya keluarga mereka sebagai keluarga sakinah, dengan kerendahan hati beliau berkata: Mida ketawanku ca, kahampia elen pejabat te menggete ikih sebagai keluarga sakinah, tapi harapan ikih te, mudah-mudahan kegiatan tun kawa menenga pendidikan tentang keluarga akan generasi muda, akan contoh keluarga nang lain. (Kami tidak tahu, bagaimana para pejabat itu melihat kami sebagai keluarga sakinah, tapi harapan kami acara ini dapat memberikan pendidikan tentang keluarga kepada generasi muda, menjadi contoh bagi keluarga yang lain).
Dari pernikahannya dengan Hj. Sapnah, dikaruniai 5 anak, tiga anak mereka mengenyam pendidikan tinggi, yang kini sudah besar-besar dan sukses dalam kehidupannya, sedangkan dua yang terakhir masih duduk di Mts dan SD. Bagi pengurus BP-4 Kec. Hanau sendiri, sesuai kriteria pemilihan, bahwa pasangan tersebut patut mendapat predikat Keluarga Sakinah, antara lain kondisi keluarganya taat beribadah, penghayatan dan pengajaran agama sangat baik, aktif dalam organisasi dan berbagai kriteria lainnya telah masuk dalam keluarga ini. Kesuksesannya dalam membina keluarga tidak diragukan lagi. Keutuhan keluarganya yang dibangun selama itu dan keberhasilan pendidikan anak-anak menjadi faktor kebahagiaan suatu keluarga. Ketika penulis menyinggung masalah urgensi pemeriksaan kesehatan pranikah sebagai salah satu persiapan membentuk keluarga sakinah, beliau 54
mengungkapkan: 64 untuk menuju kehidupan perkawinan sebaiknya calon suami dan istri mempersipkan diri dengan persiapan-persiapan yang matang seperti fisik, mental, materi, usia maupun pendidikan. Beliau menambahkan, persiapan-persiapan ini dapat di pilah menjadi tiga yaitu; a. Kesiapan mental spiritual. Sebelum melaksanakan perkawinan. Calon pengantin harus membulatkan tekad dan niat kuat untuk menikah sebagai wujud pelaksanaan perintah Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW. b. Kesiapan jasmani. Kesiapan jasmani dimaksud bagi calon pengantin meliputi kesiapan fisik, kesehatan maupun kedewasaan usia. Hal ini agar pasangan suami istri secara matang mampu menghadapi berbagai persoalan yang dihadapinya dalam rumah tangga. c. Kesiapan Sosial Ekonomi. Salah satu problem pokok dalam keluarga adalah menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar. Maka penting bagi calon pengantin membuat perencanaan yang matang mengenai pencarian dan pengelolaan sumber penghasilannya. Untuk masalah kesehatan sendiri, tidak ada masalah yang serius dalam kesehatan keluarga ini karena sejak awal mereka sangat memperhatikan arti pentingnya masalah kesehatan dalam sebuah keluarga. Kebersihan dan kesucian jasmani bagi setiap anggota keluarga merupakan hal penting untuk diperhatikan dalam membangun kehidupan yang harmonis. Makanan-makanan yang sehat, prilaku yang sehat dan kehidupan yang sehat merupakan cara untuk menjelmakan jasmani yang sehat, sehingga ketentraman dan ketenangan sesuai tujuan dari keluarga sakinah dapat tercapai.
64 H. Nurdin, Wawancara (Pemb.Hulu, 6 Oktober 2006) 55
C. Analisis Data Dari uraian data dan hasil penelitian dilapangan yang di dapatkan penulis terhadap pemahaman calon pengantin yang menikah di KUA Kec. Hanau, pemeriksaan kesehatan pranikah dan keadaan keluarga sakinah, dapat diperoleh jawaban dari rumusan masalah yang menjadi awal diadakannya penelitian ini, maka dapat di analisis mengenai:
1. Pemahaman Calon Pengantin di KUA Kec. Hanau Pemeriksaan kesehatan pranikah dapat dikatakan merupakan ketentuan yang baru bagi masyarakat, yang belum ada anjurannya secara eksplisit, baik dalam Al- Quran Hadits. Sehingga permasalahan ini belum terlalu dikenal dan dipahami oleh calon pengantin. Berdasarkan fakta dilapangan bahwa masih ada kelemahan pemahaman terhadap adanya pemeriksaan kesehatan pranikah. Diantara mereka menganggap bahwa pemeriksaan ini dilakukan hanya karena untuk memenuhi persyaratan administrasi pernikahan. Mereka mungkin tidak menyadari bagaimana fungsi pemeriksaan kesehatan pranikah dalam pembentukan sebuah keluarga. Sangat disayangkan , untuk mewujudkan kehidupan yang tenang dan tentram sebagaimana yang diinginkan dari keluarga sakinah, bisa jadi terhambat sebab kesadaran mereka tentang keluarga sakinah masih rendah. Hal ini dapat diidentifikasi dari kurangnya pemahaman mereka terhadap arti pentingnya pemeriksaan kesehatan pranikah yang merupakan salah satu langkah awal atau sebagai satu upaya untuk membentuk keluarga sakinah. Lemahnya kesadaran inipun terbukti dari sempitnya 56
jarak pemeriksaan kesehatan dengan dilangsungkannya pernikahan, yaitu hanya sekitar 2 atau 3 hari sebelum pernikahan. Kapan waktu yang baik untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah? Di jawab oleh dr. Budi Santoso SpOG, spesialis Obsteri dan Ginekologi RSU dr. Soetomo Surabaya, idealnya pemeriksaan dilakukan 6 bulan sebelum pernikahan, pasalnya ketika ditemukan adanya penyakit atau kelainan, maka masih ada cukup waktu untuk melakukan pengobatan terlebih dahulu. 65 Saat ini, pemeriksaan kesehatan dan konseling pranikah masih jarang dilakukan karena dianggap akan menambah daftar kesibukan serta pemborosan dengan mahalnya biaya. Bahkan, ada yang berpikiran pemeriksaan semacam itu dapat memengaruhi hubungan keduanya karena adanya ketakutan apabila diketahui hasil pemeriksaan kesehatannya ternyata buruk, hal ini dianggap membuka aib dari calon pengantin itu sendiri, dan di khawatirkan pernikahan yang telah diidamkan itupun terancam gagal. Padahal sebagian ulama mewajibkan kepada setiap orang yang ingin menikah untuk berterus terang, andai ia di tanya jika ia memiliki aib yang menyebabkan dibolehkannya khiyar. Bahkan ia harus berterus terang, jika ada padanya sesuatu yang ia sadari dapat menyebabkan orang lain tidak ingin menikah dengannya. Dan khiyar tidak berlaku pada laki-laki yang buruk akhlaknya atau kikir 66 KUA perlu lebih mensosialisasikan kembali peraturan pemeriksaan kesehatan pranikah tersebut kepada masyarakat. Peran KUA sangat dibutuhkan di masyarakat, khususnya permasalahan seperti diatas. Ini sesuai dengann fungsi dan kewajiban
65 Jawa Pos (Sabtu, 9 Desember 2006), 43. 66 Muhammad bin Ibrahim Al-Hamid, Kado Pernikahan (Jakarta: Iqra Kurnia Gemilang, 2005),137 57
KUA, dimana KUA bertugas memberikan pelayanan keagamaan berkenaan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan ikut berperan serta dalam memperbaiki kondisi masyarakat, serta membawa kearah perbaikan dengan berusaha memahami, mencari penyelesaian masalah yang ada dalam masyarakat atas dasar ajaran agama Islam dan pedoman- pedoman keilmuan sosial kemasyarakatan, sekiranya hal itu dilaksanakan maka posisi KUA akan lebih mantap dalam masyarakat. Sehingga memudahkan dalam mencapai tujuan dan misinya sebagai langkah memasyarakatkan ajaran-ajaran agama Islam. 2. Peranan Pemeriksaaan Kesehatan Pranikah Bagi Pembentukan Keluarga Sakinah Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah (Pasal 2 dan 3 KHI), maka dalam perkawinan diperlukan adanya kematangan dan kedewasaan bagi calon suami istri baik fisik, psikis serta kesiapan kebutuhan yang lain. Keluarga sakinah dapat tercipta apabila lima aspek pokok kehidupan keluarga terpenuhi dengan mewujudkan kehidupan bersama menciptakan suasana keislaman, pendidikan keluarga yang mantap, kesehatan yang terjamin, ekonomi keluarga yang stabil, hubungan intern dan antar keluarga yang harmonis dan terjalin erat, sehingga dengan demikian dapat menjadi gambaran keluarga sakinah sebagai upaya membentuk bangsa. Sebab keluarga merupkan miniatur bangsa. 67
67 Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga .Cet. I. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), 1. 58
Sehubungan dengan hal tersebut, maka faktor pemeriksaan kesehatan pranikah dapat dianggap sebagai salah satu langkah awal dalam pembentukan keluarga sakinah demi tercapainya kesehatan yang terjamin dalam sebuah keluarga. Faktor kesehatan fisik ini tidak kalah pentingnya dari faktor-faktor yang lain, karena seringnya anggota keluarga yang sakit, banyaknya pengeluaran untuk dokter, obat-obatan dan rumah sakit, tentu akan mengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga. Kondisi sehat menurut Islam mempunyai nilai yang lebih baik dibanding dengan kondisi tubuh yang lemah menurut pandangan Allah SWT, karena tubuh yang lemah tidak mungkin bisa melaksanakan ibadah kepada Allah secara utuh dan sempurna. Sehingga dalam hubungan ini, Nabi saw menyatakan dalam sabdanya bahwa muslim yang kuat, adalah lebih baik dan lebih di cintai Allah daripada muslim yang lemah. Jika ditilik dari Instruksi Bersama Departemen Agama dan Departemen Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toxid Calon Pengantin serta pelaksanaan dilapangan selama ini yang hanya mewajibkan adanya surat kesehatan bagi calon pengantin wanita. Hal ini memberikan gambaran bahwa pemeriksaan kesehatan tersebut penting dilakukan hanya bagi calon pengantin wanita. Terdapat ketidaksesuaian dengan pernyataan yang ada didalam undang- undang No. 09 Tentang pokok-pokok kesehatan yang mengisaratkan bahwa setiap orang berhak bahkan wajib memelihara dan menjaga kesehatan. Akan tetapi bagaimana jika yang bermasalah adalah justru dari pihak laki-laki? Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan ini seharusnya dijalani oleh calon suami dan calon istri atas kesadaran sendiri untuk mengetahui kondisi kesehatan 59
masing-masing pasangan sedini mungkin. Tidak cukup jika hanya calon istri yang melakukan pemeriksaan kesehatannya, karena setiap orang berpotensi untuk menularkan penyakit yang ada pada dirinya. Pemeriksaan kesehatan pranikah penting untuk mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan). Selain alasan cinta, bukankah sering kali pernikahan dilakukan karena ingin mendapatkan keturunan yang sehat? Maka dari itu, jangan sepelekan pemeriksaan kesehatan dan konseling pranikah. Jika tidak waspada, ada banyak resiko yang dapat menghadang dalam menjalani pernikahan. Jadi, hindari resiko sedini mungkin dan tempatkan usaha pencegahan penyakit (preventif) menjadi tempat yang utama. Karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah di bandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi. 68 Jangan sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara penyakit yang sebenarnya bisa disembuhkan dari jauh-jauh hari. Ada baiknya terlebih dulu menuntaskan pengobatan, baru kemudian menyusun kembali rencana pernikahan. Saat ini pada kenyataannya, tak jarang banyak calon pengantin yang enggan melakukan pemeriksaan kesehatann sebelum melangsungkan pernikahan. Mereka menganggap bahwa, tes kesehatan tersebut hanya akan menambah daftar kesibukan, serta pemborosan karena memakan biaya, atau bahkan ada yang berfikiran akan dapat mempengaruhi hubungan mereka. Padahal pemeriksaan kesehatan pada calon pasangan suami istri sebelum pernikahan mempunyai peranan dan kegunaan yang
68 Indan Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2000), 26. 60
sangat penting bagi kelangsungan perkawinan, terutama hubungannya dengan masalah kesehatan fisik dan reproduksi. Semua berawal dari niatan untuk beribadah kepada Allah SWT. kemudian berproses dan sabar dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang datang silih berganti. Menjadi keluarga sakinah adalah harapan bagi setiap orang yang merupakan sebauh jerih payah yang telah dianugerahkan oleh-Nya dan sudah sepatutnya dijadikan sebagai suri tauladan bagi masyarakat pada umumnya. Kini tinggal bagaimana kesadaran dan kemauan calon mempelai berdua. Apakah mau untuk "sedia payung sebelum hujan" dan berlatih menerima pasangan sepenuhnya. Akan tetapi perlu diingat, jangan membuat hasil pemeriksaan pranikah sebagai dasar utama kelangsungan suatu pernikahan.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan analisa data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemahaman calon pengantin terhadap pemeriksaan kesehatan pranikah masih mengenai sisi-sisi ketidaktahuan masyarakat pada umumnya dan calon pengantin khususnya tentang substansi dan seluk beluk dari pemeriksaan kesehatan pranikah. Kesadaran calon pengantin untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan ini hanya terbatas pada kesadaran formalitas persyaratan administratif yang harus dilaksanakan oleh setiap calon pengantin. Lebih dari itu mayoritas dari mereka lebih terfokus pada hal yang bersifat normatif di dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pranikah. Mereka inilah gambaran secara singkat mayoritas dari calon pengantin yang ada di wilayah Kec. Hanau. Ada beberapa alasan mereka yang dapat diidentifikasi sebagai sebab pemahaman calon pengantin seperti ini, antara lain: a. Pemeriksaan kesehatan pranikah masih merupakan masalah baru dalam masyarakat . b. Minimnya informasi yang mereka dapatkan mengenai bagaimana seluk beluk pemeriksaan kesehatan pranikah yang lebih jelas. 2. Dari hasil analisa maka pemeriksaan kesehatan pranikah berperan penting dan dapat dianggap sebagai langkah awal dalam pembentukan keluarga sakinah, demi tercapainya kesehatan yang terjamin dalam sebuah keluarga. Memeriksa calon suami dan istri sebelum mereka melangsungkan pernikahan sangat bermanfaat, 63
khususnya untuk mengetahui kesuburan rahim wanita serta kesehatan dari sperma yang dimiliki oleh laki-laki. Begitu juga dengan memeriksa keduanya dari penyakit menular yang membahayakan, impotensi, kemandulan, dan kelainan fisik maupun psikis lainnya. Akibat dari penyakit-penyakit itu dapat menghilangkan keserasian antara suami dan istri serta ketenangan dalam sebuah keluarga itu nantinya, jika kesehatan keluarga itu terjaga, maka kebahagiaan dan tujuan keluarga sakinah dapat dengan mudah terealisasi. B. SARAN 1. Bagi calon pengantin a. Melihat manfaat yang begitu besar dari pemeriksaan kesehatan pranikah, sangat disayangkan apabila tes kesehatan ini disepelekan dan ditinggalkan begitu saja oleh calon pengantin, karena itu sebelum melaksanakan pernikahan disarankan agar pasangan calon pengantin bisa berkonsultasi kepada dokter atau pihak medis, untuk dapat mengetahui bagaimana kualitas kesehatan pada umumnya dan hal yang bersangkutan dengan kemungkinan mendapatkan keturunan yang berkualitas pada khususnya. b. Peraturan pemeriksaan kesehatan yang disyaratkan oleh KUA hanya terbatas pada pemeriksaan bagi calon pengantin wanita, namun juga perlu adanya inisiatif dan kesadaran individu untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin pria.. 2. Bagi Instansi Yang Bersangkutan a. Program ini harus terus ditingkatkan, untuk itu KUA perlu meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah daerah, lembaga kesehatan dan warga masyarakat, dengan adanya penyuluhan terhadap pemeriksaan 64
kesehatan, akan dapat membantu jalannya proses perkawinan dari pendaftaran sampai pada pelaksanaannya. b. Bagi pejabat yang berwenang hendaknya lebih meningkatkan sarana dan pra sarana kesehatan yang ada di wilayah Kec. Hanau sebagai penunjang tercapainya kesehatan yang lebih baik lagi dalam kehidupan masyarakat. c. Perlu adanya perubahan terhadap kriteria-kriteria keluarga sakinah yang di keluarkan oleh BP-4. Kriteria kesehatan keluarga yang hanya tercantum pada Keluarga Sakinah III diharapkan dapat diletakkan juga pada Keluarga Sakinah I bahkan Pra Sakinah sebagai motivasi bagi setiap keluarga untuk memahami arti pentingnya kesehatan.