Anda di halaman 1dari 19

ANTIBIOTIC TREATMENT AND ANTIMICROBIAL

RESISTANCE IN CHILDREN WITH URINARY TRACT


INFECTIONS
GERRY BATTI 112019069
PEMBIMBING : DR. DEWI IRIANI, SP.A

Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana
Periode 29 Juni – 5 September 2020
DATA JURNAL

• Judul: Antibiotic Treatment And Antimicrobial Resistance In Children With


Urinary Tract Infections
• Penulis: K. Vazouras, K. Velali, I. Tassiou, A. Anastasiou-Katsiardani, K.
Athanasopoulou,A. Barbouni, C. Jackson, L. Folgori, T. Zaoutis, R.
Basmaci, Y. Hsia
• Jurnal: Journal Of Global Antimicrobial Resistance
• Publikasi: Maret 2020
ABSTRAK
• Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan pola resep
antibiotik dan tingkat resistensi antimikroba pada anak-anak yang dirawat di
rumah sakit dengan infeksi saluran kemih (ISK) disertai demam ataupun
tidak disertai demam.

• Metode: Resep antibiotik untuk neonatus, bayi, dan anak dengan ISK yang
dirawat di Rumah sakit Umum di Yunani Tengah di evaluasi. Data selama 5
tahun dikumpulkan secara retrospektif dari arsip klinis departemen pediatrik.
Pasien digolongkan berdasarkan kriteria klinis dan mikrobiolgis. Kerentanan
antimikroba ditentukan dengan metode difusi cakram Kirby-Bauer.
• Hasil: Sebanyak 230 pasien dalam penelitian ini. Diantara 459 resep dapat
ditemukan amikasin (31,2%) adalah antibiotik yang paling sering digunakan,
selanjutnya adalah amoxcillin/clavulanic acid (17,4%) dan ampicillin (13,5%).
Anak yang menerima tambahan perawatan intravena (i.v) dengan demam
(mean±S.D., 5.4±1.45 hari) dan tanpa demam (mean ±S.D., 4.4±1.64 hari). Jumlah
patogen yang didapatkan adalah 236 patogen. Dengan penyebab paling sering
adalah Escherichia coli (79.2%) dan dilaporkan memiliki resisten tinggi terhadap
ampicillin (42.0%), trimethoprim/sulfamethoxazole (26.5%) dan
amoxicillin/clavulanic acid (12.2%); reisistensi lebih rendah didaptkan pada
sefalosporin generasi ketiga (1.7%), nitrofurantoin (2.3%), ciprofloxacin (1.4%)
and amikacin (0.9%). Klebsiella spp. Yang diisolasi memiliki resistensi tinggi
terhadap cefaclor (27.3%).
• Kesimpulan: Tingkat pemberian resep yang tinggi untuk amikacin dan
penicillin (± β-lactamase inhibitors) dan pemberian perawatan secara
intravena secara berkepanjangan didapatkan. Escherichia coli sangat resisten
terhadap ampisilin, sedangkan sefalosporin generasi ketiga menunjukan efek
yang lebih baik secara in vitro.
Pembentukan program pengelolaan antimikroba dan pemantauan resistensi
antimikroba secara teratur dapat membantu meminimalkan resep yang tidak
sesuai untuk ISK.
PENDAHULUAN
• Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi paling sering pada anak-anak dan
merupakan infeksi bakteri yang terbukti paling sering pada bayi dengan demam
dan tanpa gejala lokal lainnya. Prevalensi ISK didapatkan sekitar 7,0% bayi dan
7,8% pada anak-anak yang dibawa ke pusat kesehatan dengan demam dan/atau
gejala lain ISK.
• ISK juga menempati tempat kedua pemberian antibiotik sebagai resep
(sefalosporin dan penisilin) setelah infeksi saluran pernapasan pada pasien
pediatrik di Yunani.
• Perawatan ISK menjadi lebih sulit karena resistensi yang tinggi terdahap
antibiotik yang sering diberikan. (cth: Amino-Penisilin) dan secara global
prevalensi Multi-drug resistance terus meningkat karena ISK.
METODE
• Sumber Data: Sebuah studi kohort retrospektif dilakukan di Achillopouleion
General Hospital of Volos, sebuah rumah sakit umum di Central Yunani, dari
Agustus 2010 hingga September 2015.
• Neonatus (<29 hari), bayi dan balita (29 hari-2 tahun) dan anak (2 sampai <5
tahun atau ≥5 tahun).
• Menggunakan metode analisis cross-sectional berdasarkan data dari studi kohort.
• Data didapatkan dari Arsip Klinis Elekronik Departemen Pediatrik.
• Kriteria Inklusi
• anak dari lahir hingga umur 18 tahun dengan demam maupun tidak karena
ISK dimasukan dalam studi.
• ISK dengan Demam harus memenuhi 3 kriteria berikut
1. Demam dengan suhu ≥38 °C untuk anak usia lebih dari 12 bulan atau ≥37,4°C untuk
bayi kurang dari 12 bulan
2. Kultur urin positif dengan hasil ≥10.000 CFU/ml untuk spesimen dari kateter atau
aspirasi suprapubik atau ≥100.000 CFU/ml untuk spesimen tangkapan bersih.
3. ≥5 sel darah putih per lapang pandang atau hasil positif dispistik.
Metode Laboratorium
• Antibiogram dilakukan dengan metode difusi cakram Kirby-Bauer menggunakan
cakram yang diresapi antibiotik seperti yang direkomendasikan oleh Clinical and
Laboratory Standards Institute (CLSI)
• Jika hasil yang didapat tidak meyakinkan atau strain yang sangat resisten,
identifikasi bakteri dan uji kepekaan antimikroba dilakukan dengan menggunakan
sistem VITEK ® 2 identifikasi dan pengujian resistansi otomatis (bioMrierie, Marcy-
L'Etoile, France).
Analisis Statistik
• Variabel dibagi menjadi 2 grup dan diuji menggunakan two-tailed Fisher’s
untuk variabel kategorik.
HASIL

Dari total 314 anak dengan


diagnosis ISK yang dirawat
selama periode studi, 230 anak
yang memenuhi kriteria inklusi.
Selama Studi Didapatkan 459 Antibiotik yang diresepkan pada 230 pasien.
Ditemukan 236
patogen yang
diiosolasi dari 230
pasien.
DISKUSI DAN KESIMPULAN

• Dari hasil studi yang dilakukan didapatkan amikasin, penisilin, cefuroxime, dan
sefalosporin generasi ketiga adalah antibiotik yang paling sering diberikan pada
pasien yang dirawat. Kebanyakan anak yang dirawat menerima perawatan secara
intravena. Escherechia Coli adalah penyebab paling sering ISK pada anak,
menunjukan resistensi tinggi terhadap β-lactams.
• Tingkat resistensi yang lebih rendah diamati terhadap nitrofurantoin, cefuroxime,
cefoxitin, kuinolon, dan karbapenem.

Anda mungkin juga menyukai