Anda di halaman 1dari 27

JURNAL READING

Pembimbing : dr. Meliana, Sp. PD


oleh : Stevani Rumetna 112019120
G
KEPANITRERAAN ILMU PENYAKIT DALAM
R
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA E
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG E
PERIODE 07 Februari – 16 April 2022 N
01 Penulis
Noorwati Sutandyo1 ,

Identitas Lyana Setyawan2

Jurnal 02 Publikasi dan Penerbit


Jurnal Penyakit Dalam Indonesia2
| Vol. 7, No. 1 | Maret 2020
01
Pendahuluan
Kanker = Hiperkoagulable = peluang tinggi terjadi Tromboemboli Vena
(TEV)

Kemampuan sel tumor untuk mengaktifkan


Melibatkan interaksi
kaskade koagulasi, sitokin inflamasi,
kompleks antara sel
peningkatan reaktan fase akut, metabolisme
tumor, sel inang dan
protein abnormal, genetik, dan angiogenesis.
sistem koagulasi.
Numico, dkk.

Lebih dari 20% pasien kanker Pasien kanker payudara yang menerima terapi
paru-paru sel kecil (NSCLC) adjuvan termasuk kemoterapi dan tamoksifen,
yang menerima kemoterapi insiden TEV tinggi.
berbasis cisplatin mengalami Di bandingkan yang menerima kemo atau tamok
kejadian TEV selama atau saja.
setelah perawatan
Insiden TEV antara 1 % dan 28%. Tertinggi
Nisio, dkk, metanalisis pada pasien kanker kandung kemih dan
pasien kanker esofagus yang menerima
kemoterapi neoadjuvan.
Banyak penelitian agen kemo terhadap
kanker tertentu, tidak banyak bukti efek kemo
terhadap koagulasi plasma kanker secara
umum
Tujuan
penelitian
Mengevaluasi perubahan status koagulasi yang ditandai dengan
level D-dimer pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi

Menjadi landasan untuk rekomendasi pemberian


antikoagulan profilaksis rutin pada pasien kanker padat yang
menjalani kemoterapi.
02
Metode penelitian
2nd METODE PENELITIAN

Desain penelitian Tempat penelitian Populasi penelitian

Studi kohort prospektif Di Pusat Kanker Semua pasien kanker usia >18 tahun
single-center Nasional Dharmais di yang baru terdiagnosis dan sudah
Indonesia terkonfirmasi melalui pemeriksaan
histopatologi, dan memulai kemoterapi
pada periode Mei hingga Juli 2018
KRITERIA EKSKLUSI

• Mereka yang memiliki riwayat trombosis (seperti stroke, • Memiliki kateter vena sentral atau port

trombosis vena dalam, infark miokard, dan emboli paru kemoterapi;

• Memiliki komorbiditas terkait dengan hiperkoagulasi (seperti • Telah transfusi sel darah merah atau transfusi

diabetes melitus, hipertensi, gagal jantung, penyakit ginjal konsentrat trombosit dalam satu minggu

kronis, penyakit hati kronis, sindrom antifosfolipid, atau sebelum kemoterapi;

sistemik lupus eritematosus); • Menjalani operasi besar dalam tiga bulan

• Sedang hamil sebelum kemoterapi;

• Menggunakan kontrasepsi oral • Diimobilisasi

• Sedang dalam pengobatan antiplatelet atau antikoagulan • Menjalani terapi radiasi dalam waktu satu
bulan sebelum kemoterapi.
2nd METODE PENELITIAN

Perhitungan sample Metode sampling Persetujuan

Studi berpasangan, sampel Consecutive sampling. Komite Etik Pusat Kanker Nasional
minumun 55 subjek Semua pasien yang memenuhi syarat Dharmais (063/KEPK/V/2018).
diobservasi secara prospektif dalam Semua subjek telah memberikan
seminggu sejak perawatan kemoterapi persetujuan tertulis sebelum mengikuti
diberikan penelitian ini.
REGIMEN PENELITIAN

1 hari sebelum memulai 1 minggu setelah


kemoterapi kemoterapi

Uji laboratorium dan pemeriksaan klinis Dilakukan penilaian terhadap tes yang
dilakukan termasuk anamnesis, pemeriksaan sama. Perubahan status koagulasi dinilai
fisik, pemeriksaan darah lengkap, fibrinogen, dengan level D-dimer plasma sebelum dan
dan D-dimer setelah kemoterapi.
REGIMEN PENELITIAN

1. Sampel 1,8 mL darah vena siku dikumpulkan


dalam tabung antikoagulan dengan natrium
Level D-dimer ditentukan dengan menggunakan
sitrat untuk rasio antikoagulan terhadap darah
penganalisis koagulan STA-R Evolution dengan
vena 1: 9.
reagen spesifiknya (Stago, Asnières-sur-Seine,
France).
2. Setelah pencampuran, sampel disentrifugasi
Semua sampel ditangani sebagai sampel klinis
pada 3.000 × g selama 10 menit dan kemudian
rutin.
diuji dalam waktu 2 jam.
REGIMEN PENELITIAN

1. Analisis paired T-test untuk mengetahui apakah


ada perbedaan rerata yang signifikan dari D-
dimer sebelum dan sesudah kemoterapi
Semua analisis statistik dilakukan menggunakan
SPSS versi 24.0 (SPSS Inc., Chicago, IL, United
2. Independent T-test dan one way ANOVA
States). Semua nilai-p yang dilaporkan adalah two-
digunakan untuk menentukan hubungan antara
sided dan nilai-p
perbedaan D-dimer (sebelum dan sesudah
kemoterapi) dengan usia, jenis kelamin, jenis
kanker, dan stadium
03
Hasil penelitian
1. Resimen lain : oxaliplatin, carboplatin,
1. Uji t independen – bandingkan stadium
fluorouracil, cyclophosphamide, docetaxel
dan D-dimer
2. One way ANOVA – bandingkan jenis
2. Berbasis cisplatin, total 9 subjek (81,8%)
kanker dan D-dimer
adalah kanker stadium III atau IV, 5 subjek
3. Post hoc menggunakan uji Tukey HSD
(45,5%) menderita kanker kepala dan leher,
dan 6 subjek (54,5%) menderita kanker
paru-paru.
04
DISKUSI !
• Sedikit ada perbedaan signifikan pada D-dimer sebelum dan setelah kemoterapi pasien stadium III dan
stadium IV yang lebih tinggi 1 minggu setelah kemoterapi.

• Tanpa mempertimbangkan resimen kemoterapi, hasil penelitian ini memberikan bukti menarik bahwa
kemoterapi dapat meningkatkan risiko hiperkoagulabilitas, terutama pada pasien kanker dengan stadium
III dan kanker stadium lanjut. Dan juga menunjukkan hasil peningkatan D-dimer yang signifikan pada
pasien yang menerima kemoterapi berbasis crisplatin

• Peningkatan D-dimer merupakan patofisiologi TEV. Mekanisme keadaan hiperkoagulabel yang


diinduksi cisplatin itu sendiri masih sulit dipahami. Tetapi, diduga bahwa cisplatin meningkatkan faktor
von Willebrand secara signifikan. Mekanisme lain yang diusulkan adalah bahwa apoptosis sel endotel
yang diinduksi oleh cisplatin memicu mikropartikel endotel prokoagulan yang akan meningkatkan kadar
thrombin.
Uji meta-analisis 38 uji klinis acak oleh Seng, dkk

Pasien kanker yang menerima kemoterapi berbasis cisplatin memiliki risiko


TEV yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kemoterapi berbasis
non-cisplatin (RR = 1,67; IK 95% 1,25- 2,23, p = 0,01).

Studi kohort pada pasien Asia

Pada pasien kanker paru-paru sel kecil. Dibandingkan dengan agen


kemoterapi berbasis platinum lainnya, kemoterapi berbasis cisplatin adalah
prediktor independen dari risiko kejadian tromboemboli (TEE) yang lebih
tinggi (HR = 4,36, IK 95% 1,00-18,97, p = 0,05).
Studi observasional oleh Yu, dkk

Melacak kadar d-dimer dari diagnosis awal kanker hingga setelah


perawatan dan ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari
kadar d-dimer plasma sebelum dan setelah perawatan diantara 101 pasien
yang menjalani kemoterapi
• Pertama, penelitian sebelumnya tidak mempertimbangkan stadium kanker yang dapat memengaruhi
perubahan D-dimer setelah kemoterapi sebagai bagian dari analisis.

Perbedaan signifikan tingkat D-dimer ditunjukkan pada pasien kanker


stadium III dan IV, tetapi tidak pada pasien kanker stadium I atau II.

• Kedua, ada kerangka waktu yang berbeda dari pengukuran D-dimer setelah kemoterapi.

Menilai tingkat D-dimer langsung setelah satu


Mengukur D-
siklus kemoterapi dilakukan. Dapat dikatakan
dimer dalam
bahwa kadar D-dimer belum meningkat secara
satu minggu
signifikan segera setelah kemoterapi tetapi baru
setelah
terjadi setelah beberapa hari.
kemoterapi
Peningkatan D-dimer yang lebih tinggi setelah kemoterapi diantara pasien kanker stadium

III dan IV masih belum jelas

Proporsi apoptosis sel yang lebih tinggi pada kanker stadium III
dan IV setelah kemoterapi karena kelompok-kelompok ini
memiliki ukuran tumor yang lebih besar dibandingkan dengan
kanker stadium I dan II.

Kematian tumor kemudian meningkatkan pelepasan


prokoagulan ke dalam sirkulasi sistemik.
Perbedaan rerata yang signifikan dari kadar D-dimer sebelum kemoterapi antartiap stadium
kelompok kanker

Tanpa kemoterapi, stadium tidak


memengaruhi hiperkoagulabilitas
Kanker ginekologi memiliki kadar D-dimer yang lebih tinggi dibandingkan

kanker padatbahwa
Beberapa studi menunjukkan lainnya.
kejadian trombosis sering
terjadi pada pasien kanker ginekologi. sAdapun kanker ginekologi
yang sering mengalami komplikasi tromboemboli vena adalah
kanker ovarium, uterus, dan vulva.
Studi pertama di Asia

Melaporkan perubahan status koagulan pada pasien kanker setelah


kemoterapi pada populasi asia.

Sebelumnya menggunakan TEV sebagai luaran klinis, menilai status koagulasi yang
ditandai oleh kadar D-dimer untuk menilai efek kemoterapi sebelumnya sebelum kejadian
trombotik dan mengeksklusi subjek dengan faktor potensial lain yang dapat menyebabkan
hiperkoagulabilitas untuk meminimalkan faktor perancu.
05
Penutup
ul an
i mp
s
Dibandingkan dengan sebelum Ke
kemoterapi, ada perbedaan signifikan
status koagulasi yang ditandai dengan
kadar D-dimer plasma satu minggu setelah
kemoterapi, terutama pada pasien dengan
kanker stadium III atau stadium IV dan
pada pasien yang menerima kemoterapi
berbasis cisplatin.

Anda mungkin juga menyukai