Anda di halaman 1dari 4

A.

JURNAL I

Judul :

Studi Kasus Pasien Dewasa Pneumonia Dengan Masalah Pola Nafas Tidak Efektif di RS Panti
Waluya Sawahan Malang

Sampel :

2 pasien berumur 60 tahun dengan kasus pneumonia yang sedang menjalani rawat inap di RS
Panti Waluya Sawahan Malang

Jumlah :

2 responden

Tempat penelitian :

RS Panti Waluya Sawahan Malang

Hasil :

Pada hasil studi kasus ini didapatkan hasil bahwa pada pengkajian pasien mengatakan bahwa
pada tanggal 23 Juli 2020 pukul 17.00 pasien merasa sesak nafas dan batuk. Pasien juga
mengatakan kadang terasa sesak pada saat melakukan aktifitas dan pada saat berpindah tempat.
Pasien mengatakan kalau 2 hari yang lalu yaitu pada tanggal 21 Juli 2020 pasien merasakan
demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien tampak keadaan umum lemah,
kesadaran composmentis, GCS E4 V5 M6, pasien tampak sesak, terdapat tarikan pada dinding
dada pada saat bernafas, tampak pernafasan cuping hidung, nadi teraba cepat, TD : 155/99
mmHg, N : 102 x/menit, RR : 28 x/menit (reguler,spontan), S : 37,5 °C, SpO2 : 95%. Setelah
dilakukan pengkajian data kepada pasien maka ditemukan diagnosa keperawatan yaitu Pola
Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas yang ditandai dengan pasien
sesak, adanya pernafasan cuping hidung, RR 28 x//mnt, sesuai dengan Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia tahun 2017. Setelah ditemukan diagnosa Keperawatan maka pada pasien
tersebut ditetapkan rencana keperawatan yaitu manajeman jalan nafas dan pemantauan respirasi
sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia tahun 2017. Tahap terakhir
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien adalah dengan melakukan evaluasi kepada pasien
yang dilakukan selama 3 hari. Setelah 3 hari dilakukan asuhan keperawatan, masalah pola nafas
tidak efektif pada pasien masih belum teratasi. Hal ini disebabkan karena ventilasi masih belum
adekuat.

B. JURNAL II

Judul :

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air
Tawar Barat Padang

Sampel :

Ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan

Jumlah :

54 responden dengan 27 kelompok kasus dan 27 kelompok kontrol

Tempat penelitian :

Kelurahan Air Tawar Barat Padang

Hasil :

Hasil uji statistik didapatkan bahwa hanya satu variabel yang terdapat hubungan yang bermakna
dengan kejadian pneumonia yaitu variabel status gizi dengan nilai p=0,022 (p<0,05) dan nilai
OR=9,1 (95%Cl=1,304-80,089) artinya balita dengan status gizi kurang beresiko 9,1 Kali
menderita pneumonia dibandingkan dengan balita dengan status gizi baik.

C. JURNAL III

Judul :

Profil Pasien Pneumonia Komunitas di Bagian Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Sumatera
Barat

Sampel :

semua anak usia > 1 bulan penderita pneumonia komunitas yang dirawat di Bagian Anak RSUP
DR. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2012
Jumlah :

Dari 352 kasus tersebut, didapatkan 178 kasus yang memiliki data sesuai dengan kriteria inklusi.

Tempat penelitian :

RSUP DR. M. Djamil Padang Sumatera Barat

Hasil :

Pada penelitian ini didapatkan anak dengan gizi kurang lebih banyak terkena pneumonia sebesar
62%.Penelitian lain menjelaskan kejadian pneumonia pada anak dengan gizi kurang berpeluang
sebesar 6,25 kali dibandingkan dengan anak yang berstatus gizi baik.8 Sistem imunitas pada bayi
atau balita belum terbentuk sempurna, maka dari itu bayi akan lebih mudah terkena infeksi bila
tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Banyak peneliti menemukan hubungan yang
signifikan antara malnutrisi dengan kematian anak yang menderita pneumonia. Di negara
berpenghasilan rendah dan sedang, kekurangan berat badan merupakan faktor risiko
pneumonia.19Di Sumatera Barat masih banyak anak balita yang memiliki gizi buruk dimana
prevalensi gizi buruk sekitar 17,6% dan gizi kurang sekitar 14%.20.

KESIMPULAN :

Pada jurnal yang pertama tujuannya untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dewasa yang mengalami pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif. Penelitian belum

sepenuhnya efektif karena yang di teliti hanya 2 responden dan jangka waktunya hanya 3 hari

sehingga untuk hasilnya tidak efektif belum terdapat perubahan pada pola napas responden

dikarenakan ventilasi masih belum adekuat.

Pada jurnal yang kedua dan ketiga tujuannya menentukan faktor risiko yang berhubungan

dengan kejadian pneumonia pada balita dan mempunyai hasil yang sama yaitu ketika balita

mengalami kekurangan gizi dan kekurangan berat badan maka sangat beresiko sekali mengalami

pneumonia. Lalu untuk balita dengan kriteria pemberian ASI eksklusif, tanpa ada paparan asap
rokok, riwayat bayi berat lahir rendah dan imunisasi campak tidak terdapat hubungan yang

bermakna terhadap pneumonia.

Anda mungkin juga menyukai