Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Kendal ISSN 2549-8118 (Online)
ABSTRAK
Xerostomia merupakan keluhan yang sering muncul pada pasien Penyakit Ginjal Kronis. Masalah ini
menyebabkan peningkatan rasa haus sehingga meningkatkan konsumsi cairan pasien sehingga
menyebabkan peningkatan Interdialytic Weight Gain serta berdampak pada penurunan Quality of Life
pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh permen karet xylitol terhadap xerostomia pasien
penyakit ginjal kronis. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan melibatkan 15 orang
responden yang ditentukan dengan teknik consecutive sampling. Hasil uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon menunjukkan terdapat perubahan dalam empat kali pengukuran xerostomia sebelum sampai
dengan setelah diberikan intervensi permen karet xylitol dengan p-value ≤ 0,003 (< 0,05).
Disimpulkan bahwa pengunyahan permen karet xylitol memiliki efek menurunkan keluhan
xerostomia pasien penyakit ginjal kronis. Hasil penelitan ini dapat menjadi rekomendasi sebagai
tindakan mengatasi xerostomia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.
ABSTRACT
Xerostomia is a common problem in patients with Chronic Kidney Disease. This problem can causes
increasing of the thirst sensations that increases the fluid intake of patient and leads to an increase
Interdialytic Weight Gain and impacts on the Quality of Life decreasing in patients. The study aims to
determine the effect of Xylitol chewing gum on xerostomia in chronic kidney disease patients. The
design of this study was quasi experiment involving 15 respondents selected by consecutive sampling
technique. The results of Friedman test with post hoc Wilcoxon showed there was a change in the four
xerostomia measurements before until after intervention of Xylitol chewing gum with p-value ≤ 0,003
(< 0,05). The conclusion of this research was xylitol chewing gum had the effect to reduce xerostomia
in patients with chronic kidney disease. The results of this study can be recommended to be applied as
an intervention to resolve xerostomia in chronic kidney disease patients.
PENDAHULUAN
Data Renal Data System Annual Data Report Pasien PGK dengan penurunan fungsi ginjal
Amerika Serikat 2015 lebih dari 660.000 mengalami perubahan metabolik; peningkatan
orang Amerika Serikat mengalami PGK kadar ureum serum (uremia) (Himmelfrab &
(National Kidney Foundation, 2015). Sayegh, 2010). Mayoritas penderita PGK
Sedangkan laporan Indonesian Renal Registry dengan uremia mengalami perubahan mulut
(IRR) 2007 sampai 2012 bahwa persentase berupa kondisi tidak nyaman dan kering
pasien PGK di Indonesia meningkat (Pindborg, 2009). Beberapa penelitian
signifikan. Persentase pasien PGK sebesar menunjukkan pasien PGK lebih berisiko
13.213 jiwa (83 %) tahun 2012. Urutan mengalami masalah mulut, seperti mulut
prevalensi PGK; posisi pertama di Indonesia terasa seperti terbakar (burning mouth), gusi
ditempati oleh Jawa Barat (3.359 jiwa), berdarah, rasa tidak enak, halitosis,
kemudian Jawa Timur (2.796 jiwa), DIY candidiasis, dan xerostomia (Oyetola et al.,
(1.656 jiwa), dan Jawa Tengah posisi 2015; Yadav et al., 2015).
kesembilan (366 jiwa) (IRR, 2012).
118
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 1.
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Penggunaan Obat, dan Penyakit Penyerta (n= 15)
Variabel Jumlah Prosentase
Jenis kelamin
Laki-laki 10 66,7%
Perempuan 5 33,3%
Penggunaan obat
Tidak menggunakan obat lain 9 60%
Menggunakan obat tertentu 6 40%
Penyakit penyerta
Tidak ada penyakit lain 2 13,3%
Ada penyakit lain 13 86,7%
119
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Tabel 2.
Data Responden Berdasarkan Usia dan Kadar Ureum Darah (n=15)
Variabel Mean ± SD Median Min-Max 95% CI
Usia 49,13 ± 8,30 47 36-65 44,54 – 53,73
Kadar ureum 114,25 ± 29,79 105,80 56,80-158,30 97,75 – 130,75
.Tabel 3.
Perbedaan Xerostomia Sebelum dan Setelah Intervensi Permen Karet Xylitol (n= 15)
Xerostomia Mean ± SD Median (min - maks) P value
Sesi HD pertama (Sebelum intervensi) 14,20 ± 2,40 14,00 (10 - 18)
Sesi HD kedua 12,47 ± 2,36 13,00 (8 - 16)
≤ 0,003*
Sesi HD ketiga 11,07 ± 2,22 11,00 (7 - 16)
Sesi HD keempat 9,20 ± 2,62 10,00 (5 - 14)
*signifikansi α < 0,05. Nilai p pada post hoc paling tidak terdapat dua hasil pengukuran
Wilcoxon: Sesi HD pertama vs kedua 0,001, xerostomia yang berbeda. Perbedaan
sesi HD pertama vs ketiga 0,001, sesi HD pengukuran tersebut dapat diketahui dari
pertama vs keempat 0,001, sesi HD kedua vs hasil analisis post hoc Wilcoxon (p value).
ketiga 0,003, sesi HD kedua vs keempat Jadi, disimpulkan ada perbedaan skor
0,001, dan sesi HD ketiga vs keempat 0,001. xerostomia sebelum intervensi (sesi HD
pertama), sesi HD kedua, sesi HD ketiga,
Hasil uji Friedman didapatkan p value ≤ dan setelah intervensi (sesi HD keempat).
0,003 atau < 0,05 sehingga disimpulkan
16,00
14,00
12,00
Xerostommia
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
HD1 HD2 HD3 HD4
Sesi Hemodialisis
Gambar 1.
Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Xerostomia
Tabel 4.
Analisis Multivariat Usia, Jenis Kelamin, Penggunaan Obat Tertentu, Penyakit Penyerta, dan Kadar
Ureum Darah Terhadap Xerostomia (n= 15)
No Variabel P value
1 Usia 0,868
2 Jenis Kelamin 0,734
3 Kadar Ureum Darah 0,092
4 Penggunaan Obat Tertentu 0,173
5 Penyakit Penyerta 0,573
120
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
oleh Bossola & Tazza (2012) untuk Penelitian ini mengatakan tidak terdapat
menurunkan xerostomia atau mendapatkan hubungan penyakit penyerta dengan
pengaruh intervensi diharapkan xerostomia. Hal ini kemungkinan
pemberiannya dalam waktu lama. dikarenakan responden sudah memiliki
Penggunaan intervensi ini dalam kurun kesadaran dan kepatuhan untuk menjalani
waktu lama tidak akan menimbulkan efek pengobatan hipertensi dan diabetes mellitus
negatif selama dilakukan sesuai prosedur secara rutin karena penyakit gagal ginjal
yaitu diberikan < 8 mg dibagi minimal 2 kali kronis dialami sudah lama atau peningkatan
pemberian setiap hari (American Academy kualitas pelayanan kesehatan sudah baik.
of Pediatric Dentistry, 2011). Selain itu, Asumsi peneliti berdasarkan penelitian
produksi saliva dipengaruhi oleh menyimpulkan keadekuatan kontrol
pengunyahan permen karet xylitol mampu hipertensi direkomendasikan untuk
menurunkan risiko karies gigi. Hal tersebut menurunkan beban penyakit PGK
sesuai penelitian Llop, Jimeno, Acien, & (Singapuri & Lea, 2010) dan meningkatkan
Dalmau, (2010) menunjukkan xylitol kualitas hidup pasien (Soni, Porter, Lash, &
memiliki sifat anti kariogenik sehingga Unruh, 2011).
mencegah terjadi karies gigi yang
disebabkan oleh Streptococcus Mutans. Penelitian ini menunjukkan kejadian
xerostomia tidak berhubungan kadar ureum
Hasil penelitian menunjukkan xerostomia darah. Hasil tersebut berlawanan dengan
tidak dipengaruhi usia seseorang. Artinya teori yang mengatakan xerostomia
xerostomia tidak hanya terjadi pada disebabkan kadar ureum serum. Asumsi
seseorang berusia lanjut seperti pendapat peneliti mengatakan penurunan xerostomia
para ahli sebelumnya. Hasil penelitian kemungkinan dipengaruhi oleh pelaksanaan
tersebut diperkuat dengan penelitian yang hemodialisis 2 kali seminggu bukan semata-
mengatakan pasien PGK mengalami mata karena kadar ureum darah. Data
xerostomia rata-rata berusia dewasa; sekitar penelitian Kalantar-Zadeh (2014) dalam
24 - 69 tahun (Al-yassiri, 2014). Hasil Daugirdas, Blake & Ing (2015)
penelitian ini menunjukkan jenis kelamin menunjukkan pasien PGK yang menjalani
tidak berhubungan dengan xerostomia. Hasil hemodialisis 2 kali seminggu mampu
tersebut sejalan dengan penelitian meningkatkan kembali fungsi ginjal. Selain
mengatakan perbandingan jumlah responden itu, hemodialisis diberikan selama 5 jam/sesi
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan atau 10 jam/ minggu kemungkinan
hampir seimbang (Said & Mohammed, mempengaruhi penurunan xerostomia.
2013). Penelitian lain menunjukkan Kebijakan tersebut sejalan dengan pendapat
perbandingan sama antara responden laki- yang mengatakan waktu ideal pelaksanaan
laki dan perempuan (I-Chen, Yun-Fang, Ji- hemodialisis 10-12 jam/minggu
Tseng, Mei-Ming & Jia-You, 2016). berhubungan dengan kelangsungan hidup
pasien dan menurunkan risiko kematian dan
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak hospitalisasi (Tentori et al., 2012).
terdapat hubungan penggunaan obat tertentu Berdasarkan pendapat di atas, peneliti
dengan xerostomia. Menurut asumsi peneliti berasumsi kadar ureum responden normal
berdasarkan referensi relevan menjelaskan saat dilakukan penelitian ini sehingga tidak
hal tersebut disebabkan pemilihan obat dapat disimpulkan xerostomia terjadi
antihipertensi yang dikonsumsi responden disebabkan oleh kadar ureum darah.
sudah disesuaikan kondisi penyakit ginjal
yaitu antihipertensi golongan ACEI atau SIMPULAN DAN SARAN
ARB. Kedua golongan obat memiliki sistem Simpulan
kerja menghambat perubahan angiotensin I Berdasarkan data di atas, disimpulkan
menjadi angiotensin II tanpa efek sentral terdapat hubungan antara permen karet
atau mempengaruhi sistem saraf pusat, xylitol terhadap xerostomia pasien PGK.
sehingga tidak menimbulkan risiko
perubahan sistem endokrin dalam hal ini Saran
fungsi kelenjar saliva (Monhart, 2013; Pelayanan keperawatan diharapkan dapat
O’Callaghan, 2009; Tedla, Brar, Browne, & menggunakan hasil penelitian ini untuk
Brown, 2011). meningkatkan kualitas pelayanan
122
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
123
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Romero, A. C., Bergamaschi, C. T., de Thaweboon, S., Thaweboon, B., & Ampon,
Souza, D. N., & Nogueira, F. N. S. S. (2004). The effect of chewing
(2016). Salivary alterations in Rats gum on mutans streptococcin in saliva
with Experimental Chronic Kidney and dental plaque. J. Dep. Mic. 35(4):
Disease. PloS ONE. 11(2): 1-12. DOI: 1024-1027
10.1371/journal.pone.0148742
Thomson, W. M., Putten, G. J., Baat, C.,
Said, H. & Mohammed, H. (2013). Effect of Ikebe, K., Matsuda, K., Enoki, K.,
chewing gum on xerostomia, thirst Hopcraft, M., Ling, G. Y. (2011).
and interdialytic weight gain in Shortening the xerostomia inventory.
patients on hemodialysis. Life Science Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral
Journal. 10(2):1767-1777. DOI: Radiol Endod. 112(3):322-327. DOI:
10.1590/s1678 10.1016/j.tripleo.2011.03.024
Sherwood, L. (2013). Fisiologi Manusia Tomas, I., Marinho, J. S., Limeres, J.,
dari Sel ke Sistem, Edisi 8. Edisi Santos, M. J., & Diz, P. (2008).
Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC Changes in salivary composition in
patients with renal failure. Archives of
Singapuri, M. S. & Lea, J. P. (2010). Oral Biology. 53(86): 528–532.
Management of hypertension in the DOI:10.1016/j.archoralbio.2008.01.00
end-stage renal disease patient. 6
JCOM. 17(2): 87-95
Turner, N., Lameire, N., Goldsmith, D. J.,
Soni, R. K., Porter, A. C., Lash, J. P., Unruh, Winearls, C. G., Himmelfrab, J., &
M. L. (2011). Health-related quality Remuzzi, G. (2016). Oxford Textbook
of life in hypertension, chronic kidney of Clinical Neprology; Fourth
disease and coexistent chronic health Edition. UK: Oxford University Press
conditions. Adv Chronic Kidney Dis.
17(4): 17-26. DOI: Yadav, A., Deepak, U, Misra, N., Kumar, S.,
10.1053/j.ackd.2010.04.002 & Kaur, A.. (2015). Oral
manifestations in renal failure patients
Tedla, F. M., Brar, A., Browne, R., & undergoing dialysis. 4(7), 1015-1018.
Brown, C. (2011). Hypertension in DOI:10.5455/ijmsph.2015.060420152
chronic kidney disease: navigating the 09
evidence. Int J Hypertens. 20(1): 132-
405. DOI:10.4061/2011/132405
124