Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, September 2018 ISSN 2085-1049 (Cetak)

Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Kendal ISSN 2549-8118 (Online)

PERMEN KARET XYLITOL UNTUK XEROSTOMIA


PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS
Hendra Adi Prasetya1, Istioningsih1
1
Program studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
hendraadi888@gmail.com

ABSTRAK
Xerostomia merupakan keluhan yang sering muncul pada pasien Penyakit Ginjal Kronis. Masalah ini
menyebabkan peningkatan rasa haus sehingga meningkatkan konsumsi cairan pasien sehingga
menyebabkan peningkatan Interdialytic Weight Gain serta berdampak pada penurunan Quality of Life
pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh permen karet xylitol terhadap xerostomia pasien
penyakit ginjal kronis. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan melibatkan 15 orang
responden yang ditentukan dengan teknik consecutive sampling. Hasil uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon menunjukkan terdapat perubahan dalam empat kali pengukuran xerostomia sebelum sampai
dengan setelah diberikan intervensi permen karet xylitol dengan p-value ≤ 0,003 (< 0,05).
Disimpulkan bahwa pengunyahan permen karet xylitol memiliki efek menurunkan keluhan
xerostomia pasien penyakit ginjal kronis. Hasil penelitan ini dapat menjadi rekomendasi sebagai
tindakan mengatasi xerostomia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.

Kata kunci: Penyakit Ginjal Kronis, Permen karet xylitol, Xerosotomia

XYLITOL RUBBER CANDY FOR XEROSTOMIA IN CHRONIC KIDNEY DISEASE


PATIENTS

ABSTRACT
Xerostomia is a common problem in patients with Chronic Kidney Disease. This problem can causes
increasing of the thirst sensations that increases the fluid intake of patient and leads to an increase
Interdialytic Weight Gain and impacts on the Quality of Life decreasing in patients. The study aims to
determine the effect of Xylitol chewing gum on xerostomia in chronic kidney disease patients. The
design of this study was quasi experiment involving 15 respondents selected by consecutive sampling
technique. The results of Friedman test with post hoc Wilcoxon showed there was a change in the four
xerostomia measurements before until after intervention of Xylitol chewing gum with p-value ≤ 0,003
(< 0,05). The conclusion of this research was xylitol chewing gum had the effect to reduce xerostomia
in patients with chronic kidney disease. The results of this study can be recommended to be applied as
an intervention to resolve xerostomia in chronic kidney disease patients.

Keywords: Chronic Kidney Disease, Xerostomia, Xylitol chewing gum

PENDAHULUAN
Data Renal Data System Annual Data Report Pasien PGK dengan penurunan fungsi ginjal
Amerika Serikat 2015 lebih dari 660.000 mengalami perubahan metabolik; peningkatan
orang Amerika Serikat mengalami PGK kadar ureum serum (uremia) (Himmelfrab &
(National Kidney Foundation, 2015). Sayegh, 2010). Mayoritas penderita PGK
Sedangkan laporan Indonesian Renal Registry dengan uremia mengalami perubahan mulut
(IRR) 2007 sampai 2012 bahwa persentase berupa kondisi tidak nyaman dan kering
pasien PGK di Indonesia meningkat (Pindborg, 2009). Beberapa penelitian
signifikan. Persentase pasien PGK sebesar menunjukkan pasien PGK lebih berisiko
13.213 jiwa (83 %) tahun 2012. Urutan mengalami masalah mulut, seperti mulut
prevalensi PGK; posisi pertama di Indonesia terasa seperti terbakar (burning mouth), gusi
ditempati oleh Jawa Barat (3.359 jiwa), berdarah, rasa tidak enak, halitosis,
kemudian Jawa Timur (2.796 jiwa), DIY candidiasis, dan xerostomia (Oyetola et al.,
(1.656 jiwa), dan Jawa Tengah posisi 2015; Yadav et al., 2015).
kesembilan (366 jiwa) (IRR, 2012).

118
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Xerostomia merupakan gejala berupa Desain penelitian Quasy Experiment dengan


kesulitan mengunyah dan menelan, penurunan pre dan post-test design tanpa kelompok
sensasi pengecap, berbicara, serta peningkatan kontrol. Sampel sejumlah lima belas pasien
lesi mukosa mulut disebabkan penurunan PGK on HD mengalami xerostomia di Ruang
produksi dan/atau perubahan kualitas saliva Hemodialisis RSUD Dr. H. Soewondo Kendal
(Thomson et al., 2011; Bossola & Tazza, bulan Agustus 2016 sampai Juni 2017.
2012). Angka kejadian xerostomia pasien Sampel ditentukan dengan teknik consecutive
PGK sekitar 28,2 ─ 66,7 % keseluruhan sampling berdasarkan kriteria yang
populasi di dunia dan meningkat setiap tahun ditetapkan. Pengunyahan permen karet xylitol
(Neville et al., 2009; Yadav, Deepak, Misra, rutin dilakukan 3 kali sehari sebanyak 2 butir
Kumar, & Kaur, 20115). Dampak lanjut setelah makan besar dan menggosok gigi
xerostomia adalah peningkatan sensasi haus selama 2 minggu. Pengukuran xerostomia
yang menstimulasi konsumsi cairan lebih dilakukan empat kali; sebelum pemberian
banyak sehingga meningkatkan Interdialytic perlakuan atau saat hemodialisis ke-1, saat
Weight Gain (IDWG) dan penurunan Quality hemodialisis ke-2, saat hemodialisis ke-3, dan
of Life akibat kelebihan cairan (Bossola & saat hemodialisis ke-4 menggunakan
Tazza, 2012). instrumen Summated Xerostomia Inventory-
Dutch version (SXI-D). Analisis variabel
Kelebihan cairan pasien gagal ginjal sering dilakukan secara univariat, bivariat, dan
muncul dan menjadi masalah serius. multivariat. Analisis bivariat dengan uji
Penanganan kelebihan cairan berfokus pada Friedman dengan post hoc Wilcoxon untuk
pencetus masalah yaitu rasa haus pasien. mengidentifikasi pengaruh permen karet
Dasar penanganan xerostomia dengan xylitol terhadap xerostomia karena lebih dari
meningkatkan produksi saliva secara mekanis dua kali pengukuran. Sedangkan analisis
melalui daya pengunyahan. Stimulasi tersebut multivariat untuk menilai pengaruh variabel
dapat menggunakan pengunyahan pemen konfonding terhadap xerostomia.
karet (Bossola & Tazza, 2012). Penelitian
Said & Mohammed (2013) mengatakan HASIL
mengunyah permen karet dapat menurunkan Rata-rata responden mengalami xerostomia
xerostomia dan meningkatkan laju aliran berusia 49 tahun, standar deviasi 8,30. Usia
saliva pasien PGK. Penelitian Azizah (2014) termuda 36 tahun dan tertua 65 tahun
menunjukkan bahwa pemberian permen karet (95%CI). Rata-rata kadar ureum darah
xylitol sembilan butir per hari lebih efektif responden sebesar 114,25 mg/dL, standar
meningkatkan laju aliran saliva dibanding tiga deviasi 29,79. Kadar ureum terendah 56,80
butir per hari. Berdasarkan hasil penelitian mg/dL dan tertinggi 158,30 mg/dL (95%CI).
tersebut, penelitian ini dilakukan dengan Didapatkan 10 responden (66,7%) mengalami
tujuan apakah permen karet xylitol dapat xerostomia adalah laki-laki. Sejumlah 9 orang
menurunkan xerostomia pasien PGK. (60%) tidak menggunakan obat tertentu yang
dapat mempengaruhi produksi saliva dan
METODE terdapat 13 responden (86,7%) mengalami
penyakit penyerta PGK.

Tabel 1.
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Penggunaan Obat, dan Penyakit Penyerta (n= 15)
Variabel Jumlah Prosentase
Jenis kelamin
Laki-laki 10 66,7%
Perempuan 5 33,3%
Penggunaan obat
Tidak menggunakan obat lain 9 60%
Menggunakan obat tertentu 6 40%
Penyakit penyerta
Tidak ada penyakit lain 2 13,3%
Ada penyakit lain 13 86,7%

119
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 2.
Data Responden Berdasarkan Usia dan Kadar Ureum Darah (n=15)
Variabel Mean ± SD Median Min-Max 95% CI
Usia 49,13 ± 8,30 47 36-65 44,54 – 53,73
Kadar ureum 114,25 ± 29,79 105,80 56,80-158,30 97,75 – 130,75

.Tabel 3.
Perbedaan Xerostomia Sebelum dan Setelah Intervensi Permen Karet Xylitol (n= 15)
Xerostomia Mean ± SD Median (min - maks) P value
Sesi HD pertama (Sebelum intervensi) 14,20 ± 2,40 14,00 (10 - 18)
Sesi HD kedua 12,47 ± 2,36 13,00 (8 - 16)
≤ 0,003*
Sesi HD ketiga 11,07 ± 2,22 11,00 (7 - 16)
Sesi HD keempat 9,20 ± 2,62 10,00 (5 - 14)
*signifikansi α < 0,05. Nilai p pada post hoc paling tidak terdapat dua hasil pengukuran
Wilcoxon: Sesi HD pertama vs kedua 0,001, xerostomia yang berbeda. Perbedaan
sesi HD pertama vs ketiga 0,001, sesi HD pengukuran tersebut dapat diketahui dari
pertama vs keempat 0,001, sesi HD kedua vs hasil analisis post hoc Wilcoxon (p value).
ketiga 0,003, sesi HD kedua vs keempat Jadi, disimpulkan ada perbedaan skor
0,001, dan sesi HD ketiga vs keempat 0,001. xerostomia sebelum intervensi (sesi HD
pertama), sesi HD kedua, sesi HD ketiga,
Hasil uji Friedman didapatkan p value ≤ dan setelah intervensi (sesi HD keempat).
0,003 atau < 0,05 sehingga disimpulkan

16,00
14,00
12,00
Xerostommia

10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
HD1 HD2 HD3 HD4
Sesi Hemodialisis
Gambar 1.
Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Xerostomia

Berdasarkan gambar 1 peneliti xerostomia pada pengukuran pertama


menyimpulkan bahwa ada penurunan sampai keempat.

Tabel 4.
Analisis Multivariat Usia, Jenis Kelamin, Penggunaan Obat Tertentu, Penyakit Penyerta, dan Kadar
Ureum Darah Terhadap Xerostomia (n= 15)
No Variabel P value
1 Usia 0,868
2 Jenis Kelamin 0,734
3 Kadar Ureum Darah 0,092
4 Penggunaan Obat Tertentu 0,173
5 Penyakit Penyerta 0,573

120
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hasil analisis multivariat menunjukkan p Hasil penelitian disimpulkan terdapat


value semua variabel konfonding > 0,05, perbedaan xerostomia pada responden
sehingga disimpulkan tidak terdapat mengunyah permen karet xylitol selama 2
hubungan antara variabel konfonding minggu. Hasil ini menunjukkan pemberian
dengan penurunan xerostomia. Jadi murni permen karet xylitol efektif menurunkan
dipengaruhi oleh intervensi yang diberikan. xerostomia. Pemberian permen karet xylitol
mengatasi xerostomia sejalan dengan
PEMBAHASAN penelitian Llop, Jimeno, Acien, & Dalmau,
Xerostomia adalah kesulitan mengunyah dan (2010) menunjukkan pengunyahan permen
menelan, berbicara, serta peningkatan risiko karet xylitol dapat memperbaiki level pH
gangguan oral; lesi mukosa dan infeksi oral saliva dan menurunkan level Streptococcus
(Bossola & Tazza, 2012). Pasien PGK Mutan saliva serta meningkatkan sekresi
dengan xerostomia dipengaruhi peningkatan saliva. Pengunyahan permen karet xylitol
kadar ureum serum. Kadar ureum tinggi secara rutin dengan jumlah tepat dapat
menyebabkan penurunan responsifitas menstimulasi kemoreseptor dan reseptor
reseptor α dan β-adrenergik karena tekan lidah dan rongga mulut. Selanjutnya
peningkatan rangsangan simpatik kronis, stimulus dihantarkan ke medula batang otak
sehingga menurunkan respon reseptor melalui serabut aferen dan pusat saliva
kelenjar saliva dan produksi kelenjar saliva selanjutnya dikirimkan melalui serabut
(Romero, Bergamaschi, de Souza & eferen menuju kelenjar saliva dan
Nogueira, 2016). Penelitian Tomas, memerintahkan kelenjar saliva untuk
Marinho, Limeres, Santos & Diz (2008) meningkatkan produksinya (Sherwood,
menunjukkan peningkatan kadar ureum 2013).
mempengaruhi atrofi kelenjar saliva
sehingga terjadi perubahan ukuran maupun Pemberian permen karet berperasa dapat
fungsinya dan berdampak jumlah sel menstimulasi mulut mengeluarkan lebih
menurun sehingga terjadi penurunan banyak saliva. Konsep tersebut sejalan
produksi saliva. Selain itu, pembatasan dengan penelitian Nogourani, Janghorbani,
intake cairan ketat mengakibatkan Isfahan & Beheshti (2012) bahwa
peningkatan osmolalitas plasma yang mengunyah permen karet berperisa selama 6
terdeteksi oleh osmoreseptor pembuluh menit menyebabkan peningkatan laju aliran
darah dan timbul rangsangan ke hipofisis saliva. Namun, permen karet xylitol lebih
posterior neuron magnoselular hipotalamus efektif karena memiliki kemampuan
untuk mensintesis dan sekresi arginin menurunkan risiko karies gigi. Pendapat
vasopresin (AVP). Selanjutnya merangsang tersebut diperkuat penelitian Thaweboon,
pusat saliva di medula batang otak untuk Thaweboon, & Ampon (2004) bahwa
menurunkan produksi saliva sehingga terjadi permen karet xylitol menurunkan level
peningkatan rasa kering di mulut (Turner et Streptococcus Mutan plak dan saliva.
al., 2016).
Selain itu, peneliti berasumsi pengunyahan
Dasar penatalaksanaan xerostomia dengan permen karet xylitol secara rutin dengan
stimulasi mekanis mulut bertujuan dosis tidak lebih dari 8 gram setiap hari
merangsang peningkatan sekresi saliva. dibagi 3 waktu pemberian meningkatkan
Pengunyahan permen karet mampu sekresi saliva lebih banyak sehingga efektif
menstimulasi kelenjar saliva untuk menurunkan xerostomia. Pengunyahan
memproduksi saliva. Kandungan xylitol juga permen karet mampu menstimulasi kelenjar
dapat mengurangi risiko karies gigi. Karies saliva secara langsung sehingga lebih cepat
gigi menyebabkan infeksi kelenjar saliva menurunkan xerostomia. Asumsi tersebut
dan menyebabkan penurunan produksi berdasarkan penelitian Said & Mohammed
saliva (Burt, 2006). Menurut American (2013) bahwa permen karet xylitol mampu
Dental Association (2015), permen karet menurunkan xerostomia dari nilai rata-rata ±
rendah gula dapat menstimulasi aliran saliva standar deviasi 4,6 ± 0,6 menjadi 1,8 ± 0,8
dan mencegah pembentukan plak gigi. Oleh dengan selisih nilai rata-ratanya adalah 2,8.
karena itu, permen karet xylitol lebih
direkomendasikan khususnya pasien PGK. Pengunyahan permen karet xylitol
direkomendasikan untuk mengatasi
xerostomia pasien PGK. Hal ini ditegaskan
121
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

oleh Bossola & Tazza (2012) untuk Penelitian ini mengatakan tidak terdapat
menurunkan xerostomia atau mendapatkan hubungan penyakit penyerta dengan
pengaruh intervensi diharapkan xerostomia. Hal ini kemungkinan
pemberiannya dalam waktu lama. dikarenakan responden sudah memiliki
Penggunaan intervensi ini dalam kurun kesadaran dan kepatuhan untuk menjalani
waktu lama tidak akan menimbulkan efek pengobatan hipertensi dan diabetes mellitus
negatif selama dilakukan sesuai prosedur secara rutin karena penyakit gagal ginjal
yaitu diberikan < 8 mg dibagi minimal 2 kali kronis dialami sudah lama atau peningkatan
pemberian setiap hari (American Academy kualitas pelayanan kesehatan sudah baik.
of Pediatric Dentistry, 2011). Selain itu, Asumsi peneliti berdasarkan penelitian
produksi saliva dipengaruhi oleh menyimpulkan keadekuatan kontrol
pengunyahan permen karet xylitol mampu hipertensi direkomendasikan untuk
menurunkan risiko karies gigi. Hal tersebut menurunkan beban penyakit PGK
sesuai penelitian Llop, Jimeno, Acien, & (Singapuri & Lea, 2010) dan meningkatkan
Dalmau, (2010) menunjukkan xylitol kualitas hidup pasien (Soni, Porter, Lash, &
memiliki sifat anti kariogenik sehingga Unruh, 2011).
mencegah terjadi karies gigi yang
disebabkan oleh Streptococcus Mutans. Penelitian ini menunjukkan kejadian
xerostomia tidak berhubungan kadar ureum
Hasil penelitian menunjukkan xerostomia darah. Hasil tersebut berlawanan dengan
tidak dipengaruhi usia seseorang. Artinya teori yang mengatakan xerostomia
xerostomia tidak hanya terjadi pada disebabkan kadar ureum serum. Asumsi
seseorang berusia lanjut seperti pendapat peneliti mengatakan penurunan xerostomia
para ahli sebelumnya. Hasil penelitian kemungkinan dipengaruhi oleh pelaksanaan
tersebut diperkuat dengan penelitian yang hemodialisis 2 kali seminggu bukan semata-
mengatakan pasien PGK mengalami mata karena kadar ureum darah. Data
xerostomia rata-rata berusia dewasa; sekitar penelitian Kalantar-Zadeh (2014) dalam
24 - 69 tahun (Al-yassiri, 2014). Hasil Daugirdas, Blake & Ing (2015)
penelitian ini menunjukkan jenis kelamin menunjukkan pasien PGK yang menjalani
tidak berhubungan dengan xerostomia. Hasil hemodialisis 2 kali seminggu mampu
tersebut sejalan dengan penelitian meningkatkan kembali fungsi ginjal. Selain
mengatakan perbandingan jumlah responden itu, hemodialisis diberikan selama 5 jam/sesi
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan atau 10 jam/ minggu kemungkinan
hampir seimbang (Said & Mohammed, mempengaruhi penurunan xerostomia.
2013). Penelitian lain menunjukkan Kebijakan tersebut sejalan dengan pendapat
perbandingan sama antara responden laki- yang mengatakan waktu ideal pelaksanaan
laki dan perempuan (I-Chen, Yun-Fang, Ji- hemodialisis 10-12 jam/minggu
Tseng, Mei-Ming & Jia-You, 2016). berhubungan dengan kelangsungan hidup
pasien dan menurunkan risiko kematian dan
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak hospitalisasi (Tentori et al., 2012).
terdapat hubungan penggunaan obat tertentu Berdasarkan pendapat di atas, peneliti
dengan xerostomia. Menurut asumsi peneliti berasumsi kadar ureum responden normal
berdasarkan referensi relevan menjelaskan saat dilakukan penelitian ini sehingga tidak
hal tersebut disebabkan pemilihan obat dapat disimpulkan xerostomia terjadi
antihipertensi yang dikonsumsi responden disebabkan oleh kadar ureum darah.
sudah disesuaikan kondisi penyakit ginjal
yaitu antihipertensi golongan ACEI atau SIMPULAN DAN SARAN
ARB. Kedua golongan obat memiliki sistem Simpulan
kerja menghambat perubahan angiotensin I Berdasarkan data di atas, disimpulkan
menjadi angiotensin II tanpa efek sentral terdapat hubungan antara permen karet
atau mempengaruhi sistem saraf pusat, xylitol terhadap xerostomia pasien PGK.
sehingga tidak menimbulkan risiko
perubahan sistem endokrin dalam hal ini Saran
fungsi kelenjar saliva (Monhart, 2013; Pelayanan keperawatan diharapkan dapat
O’Callaghan, 2009; Tedla, Brar, Browne, & menggunakan hasil penelitian ini untuk
Brown, 2011). meningkatkan kualitas pelayanan

122
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

keperawatan dalam mengatasi xerostomia 17.


pasien PGK. DOI:10.1016/j.ijnurstu.2016.08.009

DAFTAR PUSTAKA Indoesian Renal Registry, (2012). 5th


Al-yassiri, A.M.H. (2014). Prevalence of Annual Report of Indonesian Renal
xerostomia in patients with chronic Registry. Diakses pada tanggal 19
hemodialysis in Babil city. Karbala J. September 2016 dari
Med. 7(1): 1822-1828 http://www.indonesianrenalregistry.or
g/data/5th%20Annual%20Report%20
American Academy of Pediatric Dentistry. Of%20IRR%202012.pdf
(2011). Gudeline on Xylitol Use in
Caries Prevention. Council on Llop, M. R., Jimeno, F. G., Acien, R. M., &
Clinical Affairs. 36(6): 175-178 Dalmau, L. J. B. (2010). Effects of
xylitol chewing gum on salivary flow
American Dental Association (ADA). rate, pH, buffering capacity and
(2015). Oral Health Topic; Chewing presence of streptococcus mutans in
Gum. Diakses tanggal 04 Juni 2017 saliva. European Journal of
dari http://www.ada.org/en/member- Paediatric Dentistry. 11(1): 9-14
center/oral-health-topics/chewing-
gum Monhart, V. (2013). Hypertension and
chronic kidney diseases.
Azizah, A. F. (2014). Pengaruh Pemberian ScienceDirect. 55(4): 397-402. DOI:
Permen Karet Xylitol Terhadap Laju 10.1016/j.crvasa.2013.07.006
Aliran Saliva. Undip. Diakses tanggal
8 September 2016 National Kidney Foundation. (2015). End
Stage Renal Disease in The United
Bossola, M., & Tazza, L. (2012). States. Diakses pada tanggal 19
Xerostomia in patients on chronic September 2016 dari
hemodialysis. Nat. Rev. Neprol., 8(3), http://www.worldkidneyday.org
176–182.
DOI:10.1038/nrneph.2011.218 Neville et. al., (2009). Oral and
Maxillofacial pathology, Third
Burt, B.A. (2006). The use of sorbitol and Edition. Missouri: Saunders Elsevier.
xylitol-sweetened chewing gum in
caries control. JADA. 137(2):190-196 Nogourani, M. K., Janghorbani, M., Isfahan,
R. K., & Beheshti, M. H. (2011).
Daugirdas, J. T., Blake, P. G., & Ing, T. S. Effect of chewing different flavored
(2015). Handbook of Dialysis, Fifth gums on salivary flow rate and pH.
edition. Philadelphia: Wolters kluwer Int. J. Of Dent. 43(6): 1-4. DOI:
Health 10.1155/2012/569327

Himmelfrab, J. & Sayegh, M. H. (2010). O’ Callaghan, C. A. (2009). At a Glance


Chronic Kidney Disease, Dialysis, Sistem Ginjal; Edisi 2. Jakarta:
and Transplantation Companion to Erlangga
Brenner & Rector’s TheKidney. Third
Edition. Philadelphia: Saunders Oyetola, E. O., Owotade, F. J., Agbelusi, G.
Elsevier A., Fatusi, O. A., & Sanusi, A. A.
(2015). Oral findings in chronic
I-Chen, Y., Yun-Fang, T., Ji-Tseng, F., Mei- kidney disease: implications for
Ming, Y., & Jia-You, F.. (2016). management in developing countries.
Effects of mouthwash interventions BMC Oral helath. 15(24): 1-8. DOI:
on xerostomia and unstimulated 10.1186/s12903-015-0004-z
whole saliva flow rate among
hemodialysis patients: a randomized Pindborg, J. J. (2009). Atlas Penyakit
controlled study. International Mukosa Mulut; Alih Bahasa.
Journal of Nursing Studies 63(4), 9- Tangerang: Binarupa Aksara

123
Jurnal Keperawatan Volume 10 No 2, Hal 118 - 124, Maret 2018 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Romero, A. C., Bergamaschi, C. T., de Thaweboon, S., Thaweboon, B., & Ampon,
Souza, D. N., & Nogueira, F. N. S. S. (2004). The effect of chewing
(2016). Salivary alterations in Rats gum on mutans streptococcin in saliva
with Experimental Chronic Kidney and dental plaque. J. Dep. Mic. 35(4):
Disease. PloS ONE. 11(2): 1-12. DOI: 1024-1027
10.1371/journal.pone.0148742
Thomson, W. M., Putten, G. J., Baat, C.,
Said, H. & Mohammed, H. (2013). Effect of Ikebe, K., Matsuda, K., Enoki, K.,
chewing gum on xerostomia, thirst Hopcraft, M., Ling, G. Y. (2011).
and interdialytic weight gain in Shortening the xerostomia inventory.
patients on hemodialysis. Life Science Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral
Journal. 10(2):1767-1777. DOI: Radiol Endod. 112(3):322-327. DOI:
10.1590/s1678 10.1016/j.tripleo.2011.03.024

Sherwood, L. (2013). Fisiologi Manusia Tomas, I., Marinho, J. S., Limeres, J.,
dari Sel ke Sistem, Edisi 8. Edisi Santos, M. J., & Diz, P. (2008).
Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC Changes in salivary composition in
patients with renal failure. Archives of
Singapuri, M. S. & Lea, J. P. (2010). Oral Biology. 53(86): 528–532.
Management of hypertension in the DOI:10.1016/j.archoralbio.2008.01.00
end-stage renal disease patient. 6
JCOM. 17(2): 87-95
Turner, N., Lameire, N., Goldsmith, D. J.,
Soni, R. K., Porter, A. C., Lash, J. P., Unruh, Winearls, C. G., Himmelfrab, J., &
M. L. (2011). Health-related quality Remuzzi, G. (2016). Oxford Textbook
of life in hypertension, chronic kidney of Clinical Neprology; Fourth
disease and coexistent chronic health Edition. UK: Oxford University Press
conditions. Adv Chronic Kidney Dis.
17(4): 17-26. DOI: Yadav, A., Deepak, U, Misra, N., Kumar, S.,
10.1053/j.ackd.2010.04.002 & Kaur, A.. (2015). Oral
manifestations in renal failure patients
Tedla, F. M., Brar, A., Browne, R., & undergoing dialysis. 4(7), 1015-1018.
Brown, C. (2011). Hypertension in DOI:10.5455/ijmsph.2015.060420152
chronic kidney disease: navigating the 09
evidence. Int J Hypertens. 20(1): 132-
405. DOI:10.4061/2011/132405

124

Anda mungkin juga menyukai