Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH WELLNESS COACHING DENGAN SMILE MODEL TERHADAP

KEPATUHAN PEMBATASAN INTAKE CAIRAN DAN FUNGSI GINJAL


PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI INSTALASI HEMODIALISA
RUMAH SAKIT UMUM PURI ASIH KARAWANG
Teten Rustendi 1, IIn Inayah 1, Susilawati 2, Blacius Dedi 1 Murtiningsih 2

Universitas Jendral Achmad Yani


tetenrustendi83@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit ginjal kronis adalah kelainan pada struktur ginjal atau fungsi bertahan selama
lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa disertai penurunan Glomerular Filtration Rate
mengakibatkan bertumpuknya sisa metabolisme sehingga menimbulkan gangguan
keseimbangan air, elektrolit dan asam basa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh wellness coaching dengan smile model terhadap kepatuhan pembatasan intake
cairan dan fungsi ginjal pada pasien GGK yang sedang menjalani hemodialisa di
Instalasi Hemodialisa Rumah Sakit Umum Puri Asih Karawang.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan menggunakan desain
pretest postest with kontrol group design. Besar sample yang diperlukan penelitian
sebanyak 46 orang. Sampel dibagi dua, 23 orang dilakukan intervensi wellness coaching
dan 23 orang sebagai group kontrol.Pengumpulan data dengan teknik consecutive
sampling. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh Wellness coaching terhadap kepatuhan
pembatasan intake cairan dan tidak ada pengaruh terhadap fungsi ginjal, tetapi tidak ada
perbedaan kepatuhan dan fungsi ginjal antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Berdasarkan analisa wellness coaching dapat direkomendasikan sebagai
penambahan pelayanan kepada pasien dengan gagal ginjal kronis untuk meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap pembatasan intake cairan.

Kata kunci : Coaching Wellness, Fungsi Ginjal, Kepatuhan,

ABSTRACT
Chronic kidney failure is an abnormality in kidney structure and function that lasts for
more than 3 months with or without a decrease in the Glomerulus Filtration Rate
resulting in accumulation of metabolic waste, causing disturbances in water, electrolyte
and acid-base balance. This study aims to determine the effect of wellness coaching
with a smile model on compliance with fluid intake restrictions and kidney function in
chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis at the hemodialysis installation
of Puri Asih General Hospital, Karawang.

This research is a quasi-experimental research using pretest-posttest design with


control group design. The sample size required for this research is 46 people. The
sample was divided into two groups, 23 people were given wellness coaching
intervention and 23 people were the control group. data collection with consecutive
sampling technique, data analysis using wilcoxon test
The results showed that there was an effect of wellness coaching on compliance to fluid
restriction and no effect on kidney function, but there was no difference in kidney
function between the intervention group and the control group. Based on the analysis of
wellness coaching, it can be recommended as an additional service to patients with
chronic kidney failure to improve patient compliance with fluid intake restrictions

Keyword: coaching wellness, compliance, kidney function


PENDAHULUAN potensi pribadi dan profesional yang
Penyakit ginjal kronis didefinisikan dimilikinya dengan proses yang
sebagai adanya kelainan pada struktur menstimulasi dan mengeksplorasi
ginjal atau fungsi bertahan selama lebih pemikiran dan pemikiran dan proses
dari 3 bulan dengan atau tanpa disertai kreatif (Kusandi 2018).
penurunan Glomerular Filtration Rate Rumah Sakit Umum Puri Asih adalah
mengakibatkan bertumpuknya sisa rumah sakit umum tipe C yang dilengkapi
metabolisme sehingga menimbulkan dengan pelayanan hemodialisa yang
gangguan keseimbangan air, elektrolit dan beroperasional sejak 2018. Dengan
asam basa. (Gliselda, 2021 ; Susanti, kapasitas 11 mesin dengan 1 mesin
Bistara, 2021; Utami , et al, 2018). diperuntukan pasien yang memerlukan
World Health Organization (WHO, 2019), hemodilisa dengan penyakit menular
lebih dari 500 juta orang mengalami melalui droplet atau airborne.
penyakit GGK. Artinya, sekitar 1,5 juta Hasil wawancara kepada 4 pasien
orang harus menjalani hidup bergantung menghasilkan beberapa jawaban kenapa
pada terapi hemodialisa atau pengganti pasien tidak mematuhi untuk membatasi
ginjal, dengan insidensi sebanyak 105 cairan. jawaban dari wawancara tersebut
(8%) dan terus meningkat setiap tahunnya yaitu pasien menyatakan tidak tahan
(Rudnicka et al,2020). Di Indonesia karena haus, karena besok ada jadwal
menurut Riset Kesehatan Dasar prevalensi untuk cuci darah, minum dibatasi saja
penyakit gagal ginjal kronis usia lebih dari tetap sesak, dan mengikuti pengalaman
15 tahun mencapai 0,38 % atau 739.208 dari pasien yang lain yang sama menjalani
jiwa (RISKESDAS, 2018). Hemodialisa hemodialisa. Hasil wawancara ditemukan
adalah prosedur dimana produk limbah data pasien datang dengan kondisi sesak,
dan kelebihan air yang menumpuk pada dan edema dibagian kaki dan wajah,
gagal ginjal dikeluarkan dari tubuh secara setelah ditanyakan kepada pasien ternyata
artifisial. Ini adalah teknik penyelamatan pasien tidak membatasi minum.
jiwa untuk pasien dengan End Stage
Kidney Disease (ESKD) atau Cedera
Ginjal Akut (Lerma, dkk 2015). METODE PENELITIAN
Di Indonesia, prevalensi GGK terus Penelitian ini menggunakan quasi
berlanjut meningkat setiap tahun. Menurut experiment dengan desain pretest postest
data statistik dari Perhimpunan Nefrologi with kontrol group desain. oleh karena itu
Indonesia, didapatkan sekitar 200.000 penelitian quasi experiment akan ada dua
orang Indonesia menderita GGK stadium kelompok yaitu kelompok yang diberikan
akhir setiap tahun. Berdasarkan riset treatment dan kelompok yang tidak
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 mendapatkan treatment atau menjadi
prevalensi pasien GGK di Indonesia pembanding atas perlakuan yang diberikan
terdapat 0.2% dari populasi, yaitu sekitar kepada kelompok eksperimen dan
104000 penderita (Susanti, Bistara, 2021). kelompok yang tidak mendapatkan
Prevalensi gagal ginjal kronik di Negara treatment atau menjadi pembanding atas
Australia, Jepang dan Eropa adalah 6 – perlakuan yang diberikan kepada
11%, terjadi peningkatan 5 – 8% pertahun. kelompok eksperimen atau yang disebut
Hanya 60% dari pasien gagal ginjal kronik dengan kelompok control.
yang menjalani terapi dialysis (Utami, et
al, 2018). Dalam desain penelitian ini pengukuran
Coaching dari John Whitmore yang dirilis pertama (pretest) terhadap sampel yang
oleh Internasional Coach Federation (ICF) akan dipilih secara random. Populasi
adalah sebagai bentuk kemitraan bersama dalam penelitian ini adalah 53 penderita
klien (cochee) untuk memaksimalkan GGK dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok kontrol dan perlakuan
dengan teknik consecutive sampling.
Coaching diberikan kepada kelompok
perlakuan selama dua minggu empat
pertemuan. Data dianalisis yang digunakan
disesuaikan dengan uji normalitas, jika
hasil uji normal maka uji statistik yang
digunakan adalah uji T Independen dan
paired test dengan signifikansi p < 0,05
dan jika uji normalitas mendapatkan hasil
uji tidak normal maka menggunakan uji
statistik yaitu wilcoxon dengan
signifikansi p<0,05.
HASIL PENELITIAN
Tabel 4. 1 Distribusi Berdasarkan Karakteristik Responden Pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol Instalasi Hemodialisa RSU Puri Asih Tahun 2022.
Kelompok
Karakteristik Intervensi Kontrol
Jumlah Presentase (%) Jumlah Presentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 9 39,1 8 34.8
Perempuan 14 60,9 15 65.2
Status Pekerjaan
Bekerja 15 65.2 11 47.8
Tidak bekerja 8 34.8 12 52.2
Lama HD
≤ 1 tahun 5 21.7 10 43.5
2 s.d 5 tahun 18 78;3 13 56.5
Jumlah 23 100% 23 100

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan, baik pada kelompok
intervensi maupun kelompok kontrol. Responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 14
orang (60.9%) kelompok intervensi dan sebanyak 15 orang (65.2 %) pada kelompok kontrol.
Sedangkan untuk kategori status pekerjaan dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
yang berpartisipasi dalam penelitian ini pada kelompok intervensi lebih didominasi dengan
responden yang bekerja yaitu sebanyak 15 responden (65.2%) dan pada kelompok kontrol
lebih didominasi dengan kelompok yang tidak bekerja yaitu sebanyak 12 orang (52.2%).
Berdasarkan lama hemodialisa dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini dengan lama hemodialisa 2 sampai dengan 5 tahun baik
pada kelompok intervensi maupun kelompok Kontrol. Responden dengan lama hemodialisa
pada kelompok intervensi dengan lama hemodialisa 2 sampai dengan 5 tahun yaitu sebanyak
18 responden (78.3) dan pada kelompok kontrol dengan lama hemodialisa 2 sampai dengan 5
tahun yaiitu sebanyak 13 orang (56.5%).

Tabel 4.2 Gambaran Kepatuhan Pembatasan Intake Cairan Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Di Instalasi Hemodialisa
RSU Puri Asih Tahun 2022

Patuh Tidak patuh


Tes N Jumlah Presentase (%) Jumlah Presentase (%)
Pre-test 23 11 47.8 12 52,2
Intervensi
Pre-test 23 18 78.3 5 21.7
Kontrol
Post-test 23 19 82.6 4 17.4
Intervensi
Post-test 23 17 73.9 6 26.1
Kontrol

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan intervensi responden
kelompok intervensi lebih tinggi responden yang tidak patuh yaitu 12 responden (52.2%),
sedangkan pada kelompok kontrol didominasi oleh responden yang patuh yaitu 18 responden
(78.3%). Sedangkan setelah tindakan dapat diketahui bahwa responden setelah intervensi
kelompok intervensi didominasi oleh patuh yaitu 19 responden (82.6%), dan pada kelompok
kontrol didominasi oleh responden yang patuh yaitu 17 responden (73.9%).

Tabel 4.3 Gambaran Fungsi Ginjal (Ureum Dan Kreatinin) Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Intervensi Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Di Instalasi
Hemodialisa RSU Puri Asih Tahun 2022

Ureum Ureum tidak Kreatinin normal Kreatinin


Tes N Normal (13 S.D normal (> 90.7) (5S.D 10) tidak normal
90.7) (>10)
Juml Present Juml Presenta Juml Presentase Juml Presentas
ah ase (%) ah se (%) ah (%) ah e (%)
Pre-test 23 3 13 20 87 17 73.9 6 26.1
Intervensi
Pre-test 23 5 21.7 18 78.3 18 82.6 5 17.4
Kontrol
Post-test 23 5 21.7 18 78.3 16 69.6 7 30.4
Intervensi
Post-test 23 10 43.5 13 56.5 19 82.6 4 17.4
Kontrol

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa menunjukkan bahwa responden sebelum
dilakukan intervensi menunjukan kelompok intervensi fungsi ginjal (ureum) yang tidak
normal lebih tinggi pre test yaitu 20 responden (87%), dan pada kelompok kontrol ureum
sebanyak 18 responden (78.3%). Untuk nilai kreatinin untuk kelompok intervensi dan
kelompok kontrol hampir berbanding dengan nilai normal yaitu 17 responden (73.9) pada
kelompok intervensi dan 18 responden (82.6%) pada kelompok kontrol. Sedangkan untuk
setelah intervensi dapat diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi pada kelompok
intervesi sebagian besar fungsi ginjal ureum lebih tinggi yaitu 18 responden (78.3%), dan
pada kelompok kontrol ureum sebanyak 13 responden (56.5%). Nilai kreatinin untuk
kelompok intervensi dan kelompok kontrol didominasi oleh nilai normal yaitu 16 responden
(69.6%) dan 19 responden (82.6%).

Table 4.4 Perbedaan Kepatuhan Pembatasan Intake Cairan Pasien Hemodialisa Antara
Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Di Instalasi Hemodialisa RSU Puri Asih
Tahun 2022

Variabel N Mean Rank P Value


Post Intervensi 46 22.50 0.480
Post Kontrol 24.50

Dari table 4.4 diatas, didapatkan bahwa mean rank kepatuhan antara kelompok intervensi
22.50 dan kelompok kontrol 24.50. hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0.480, berarti pada
alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.

Table 4.5 Perbedaan fungsi ginjal pasien hemodialisa antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol Di Instalasi Hemodialisa RSU Puri Asih Tahun 2022

Variabel N Mean Rank P Value


Ureum
Post Intervensi 26.00 0.120
Post Kontrol 21.00
46
Kreatinin
Post Intervensi 25,00
Post Kontrol 46 22,00 0.120

Dari table 4.5 diatas, didapatkan bahwa mean rank fungsi ginjal ureum antara kelompok
intervensi 26.00 dan kelompok kontrol 21.00 . hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0.120,
berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. sedangkan untuk kreatinin didapatkan bahwa mean rank
fungsi ginjal kreatinin antara kelompok intervensi 25.00 dan kelompok kontrol 22.00 . hasil
uji statistik didapatkan nilai P = 0.305, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan
yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok control.

Tabel 4.6 Pengaruh Wellness dengan SMILE model terhadap Kepatuhan Pembatasan
Intake Cairan Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Wellness Coaching Dengan SMILE
Model Di Instalasi Hemodialisa RSU Puri Asih Tahun 2022

Variabel N Mean Rank P Value


Pre test 18.50
Post test 23 42.78 0.01

Dari tabel 4.4 diatas, didapatkan bahwa mean rank responden sebelum dilakukan intervensi
adalah 18.50 sedangkan setelah dilakukan intervensi coaching mean rank nya adalah 42.78.
hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0.01, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang
signifikan kepatuhan pembatasan intake cairan responden antara sebelum dan sesudah
dilakukan coaching.

Table 4.7 Pengaruh Wellness dengan SMILE model terhadap Fungsi Ginjal (Ureum
dan Kreatinin) Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Wellness Coaching Dengan SMILE
Model Di Instalasi Hemodialisa RSU Puri Asih Tahun 2022

Variabel N Mean Rank P Value


Ureum
Pre test 2.50
Post test 23 2.50 0.564
Kreatinin
Pre test 2.00
Post test 23 2.00 0.564

Dari table 4.7 diatas, didapatkan bahwa mean rank fungsi ginjal (ureum) sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi adalah 2.50. hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0.564, berarti
pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan fungsi ginjal (ureum) antara
sebelum dan setelah tindakan. Sedangkan untuk kreatinin didapatkan bahwa mean rank
fungsi ginjal (kreatinin) responden sebelum dan sesudah dilakukan intervensi adalah 2.00.
hasil uji statistik didapatkan nilai P = 0.564, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada
perbedaan yang signifikan fungsi ginjal antara sebelum dan setelah Tindakan.
PEMBAHASAN Pasien dengan perubahan fungsi ginjal
sampai pada tahap terminal memerlukan
Gambaran pembatasan intake cairan adaptasi yang tidak mudah.
pada pasien hemodialisa sebelum dan Kemudian setelah dilakukan intervensi
sesudah Intervensi terjadi peningkatan responden yang patuh
Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan pada kelompok intervensi yaitu sebanyak
bahwa sebelum dilakukan intervensi pada 19 responden ( 82.6%) dan terjadi
kelompok intervensi ditemukan responden penurunan kepatuhan pada kelompok
yang tidak patuh lebih tinggi yaitu yaitu 12 control yaitu 17 responden (73.9%).
responden (52.2%) dibandingkan dengan Hemodialisis merupakan terapi yang lama,
responden yang patuh, Hal ini menunjukan mahal serta membutuhkan restriksi cairan
bahwa masih didapatkan data ketidak dan diet. Hal tersebut akan berakibat
patuhan pasien terhadap pembatasan pasien kehilangan kebebasan, tergantung
intake cairan, begitu juga pada kelompok pada pemberi layanan kesehatan,
control ditemukan ketidakpatuhan yaitu 5 perpecahan dalam perkawinan, keluarga
responden (21.7%). Dari kedua data dan kehidupan sosial serta berkurang atau
tersebut maka kepatuhan pembatasan hilangnya pendapatan. Karena hal-hal
intake cairan tetap menjadi bagian yang tersebut maka aspek fisik, psikologis,
perlu diatasi. Hal ini sesuai dengan hasil sosioekonomi dan lingkungan dapat
penelitian dari Kugler, Valminck, terpengaruh secara negatif, berdampak
Haverich dan Maes (2010) yang pada kualitas hidup pasien PGK
menyatakan Beberapa penelitian (Nurcahyati dan Karim, 2016).
menggambarkan pembatasan cairan yang Penyakit kronis berpengaruh terhadap
sangat sulit bagi pasien hemodialisa. kehidupan sehari-hari, sehingga pasien
Ketida patuhan ini dapat menyebabkan memerlukan untuk mengelola kondisinya
dampak yang kurang baik terhadap agar sembuh dari sakitnya, pasien juga
perkembangan fungsi ginjal, hal ini sejalan mengharapkan sakitnya tidak berdampak
dengan penelitian dari Fahmi dan Hidayati dan mencegah kondisi yang lebih parah,
(2016) yang menyatakan bahwa mereka membutuhkan ketrampilan dan
Pembatasan asupan cairan pada pasien pengetahuan untuk mampu menjalani
gagal ginjal kronik yang menjalani pengobatan, mengelola keluhan dan
hemodialisa merupakan hal yang sangat merubah perilaku yang dibutuhkan. Oleh
penting untuk diperhatikan, karena asupan karena itu pasien memerlukan kemampuan
cairan yang berlebihan dapat untuk perawatan diri sepanjang hidupnya.
mengakibatkan kenaikan berat badan, Khusunya pada kemampuan menggontrol
edema, bronkhi basah dalam paru – paru, diri terhadap pembatasan intake cairan.
kelopak mata yang bengkak dan sesak Berdasarkan teori model perilaku yang
nafas yang diakibatkan oleh volume cairan menggunakan konsep utama perilaku,
yang berlebihan). Kepatuhan merupakan sistem, sistem perilaku dan sub sistem.
perilaku yang harus diterapkan oleh pasien Didalam konsep perilaku menyatakan
dengan CKD, perilaku berdasarkan teori bahwa perilaku adalah hasil dari struktur
Dorothy E. Johnson adalah suatu keluaran intraorganisma dan proses yang
dari struktur intraorganisma dan proses terkoordinasi, dan jika digabungkan maka
yang terkoordinasi didalamnya serta membentuk sistem perilaku yang terpola,
dimunculkan dan direspons untuk merubah berulang dan memiliki tujuan. Kepatuhan
stimulasi sensori. Yang dititikberatkan pasien terhadap pembatasan intake cairan
pada perilaku yang dipengaruhi secara merupakan sebuah perilaku. Oleh karena
aktual atau potensial terhadap segala itu kemampuan pasien untuk mengelola
sesuatu yang membutuhkan adaptasi atau perawatan dirinya akan menjadi konsisten
penyesuaian keadaan yang bermakna. jika sudah menjadi perilaku yang terpola.
Gambaran Fungsi Ginjal ginjal ureum uji statistik didapatkan nilai P = 0.480,
dan kreatinin Sebelum Dan Sesudah berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada
Intervensi perbedaan yang signifikan antara
Berdasarkan hasil penelitian dapat kelompok intervensi dan kelompok
diketahui bahwa responden pada control.
kelompok intervensi sebelum dilakukan Pada kelompok intervensi pasien
intervensi menunjukan fungsi ginjal dilakukan intervensi dengan wellness
(ureum) yang tidak normal lebih tinggi pre smile model dan kelompok control
test yaitu 20 responden (87%), dan pada diberikan edukasi oleh petugas baik itu
kelompok kontrol ureum sebanyak 18 perawat, dokter dan ahli gizi. Menurut
responden (78.3%). Untuk nilai kreatinin pratama dan Ariastuti (2013) tedapat
untuk kelompok intervensi dan kelompok faktor yang signifikan yang mempengaruhi
kontrol hampir berbanding dengan nilai kepatuhan yaitu pengetahuan, motivasi,
normal yaitu 17 responden (73.9) pada dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan
kelompok intervensi dan 18 responden keluarga. Faktor faktor ini didalam
(82.6%) pada kelompok kontrol. penelitian tidak dijadikan kedalam variable
Sedangkan setelah intervensi dapat penelitian. Oleh karena itu tidak adanya
diketahui bahwa setelah dilakukan perbedaan yang signifikan dapat
intervensi pada kelompok intervensi dikarenakan hal tersebut. Khususnya pada
sebagian besar fungsi ginjal ureum lebih dukungan tenaga kesehatan, di instalasi
tinggi yaitu 18 responden (78.3%), dan hemodialisa rumah sakit umum puri asih
pada kelompok kontrol ureum sebanyak 13 sudah dilakukan edukasi baik oleh
responden (56.5%). Untuk nilai kreatinin perawat, dokter maupun ahli gizi. Baik
untuk kelompok intervensi dan kelompok dilakukan secara regular atau ada
kontrol didominasi oleh nilai normal yaitu permintaan dari pasien dan atau keluarga.
16 responden (69.6%) dan 19 responden Perbedaan fungsi ginjal pasien
(82.6%). hemodialisa antara kelompok intervensi
Peningkatan ureum darah terjadi pada dan kelompok kontrol
keadaan demam, diet tinggi protein, terapi Berdasarkan hasil uji statistic mann
kortikosteroid, perdarahan gastrointestinal whitnay didapatkan bahwa mean rank
karena peningkatan katabolisme protein. fungsi ginjal ureum antara kelompok
Penurunan fungsi ginjal juga intervensi 26.00 dan kelompok kontrol
meningkatkan kadar urea plasma karena 21.00 . hasil uji statistik didapatkan nilai P
ekskresi urea dalam urin menurun. = 0.120, berarti pada alpha 5% terlihat
Penurunan kadar ureum plasma dapat tidak ada perbedaan yang signifikan antara
disebabkan oleh penurunan asupan protein, kelompok intervensi dan kelompok
dan penyakit hati yang berat. Pada kontrol. sedangkan untuk kreatinin
kehamilan juga terjadi penurunan kadar didapatkan bahwa mean rank fungsi ginjal
ureum karena adanya peningkatan sintesis kreatinin antara kelompok intervensi 25.00
protein. Kadar kreatinin tidak hanya dan kelompok kontrol 22.00 . hasil uji
tergantung pada massa otot, tetapi juga statistik didapatkan nilai P = 0.305, berarti
dipengaruhi oleh aktivitas otot, diet, dan pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan
status kesehatan (Verdiansyah, 2016). yang signifikan antara kelompok
Perbedaan Kepatuhan Pembatasan intervensi dan kelompok control.
Intake Cairan Antara Kelompok CKD merupakan gangguan fungsi ginjal
Intervensi Dengan Kelompok Kontrol yang progresif dan irreversible sehingga
Berdasarkan hasil uji statistic mann menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
whitnay didapatkan bahwa mean rank CKD dengan penurunan laju filtrasi
kepatuhan antara kelompok intervensi glomerulus (GFR) akan menyebabkan
22.50 dan kelompok kontrol 24.50. hasil gangguan fungsi ginjal berupa retensi urea
dan limbah nitrogen lainnya dalam untuk melakukan pengelolaan penyakit
sirkulasi darah ( Susanti Susanti1*, Difran CKD sesuai dengan hal-hal yang sudah
Nobel Bistara, 2021). disarankan oleh coach (Bistara, 2015).
Kadar ureum pasien PGK sebelum Edukasi pada penderita CKD dengan
hemodialisis masih berada pada tingkat melibatkan peran serta keluarga dapat
abnormal, dan rata-rata juga hiperuremik. diberikan secara langsung maupun secara
Kadar urea serum dan kreatinin perlu tidak langsung karena semakin tinggi
dipantau sebagai indikator kerusakan peran keluarga maka semakin tinggi pula
ginjal Susanti Susanti1*, Difran Nobel penderita CKD berperilaku patuh
Bistara, 2021). terhadap pembatasan cairan dan diet
. (Thom et al., 2013)
Pengaruh Wellness Coaching Dengan Coaching dan bimbingan adalah
Smile Model Pada Kepatuhan pendekatan terstruktur yang dapat
Pembatasan Intake Cairan digunakan di dalam atau di samping pasien
Berdasarkan hasil uji statistic willcoxon sebagai alat (PtDA) untuk memfasilitasi
didapatkan bahwa, didapatkan bahwa proses pengambilan keputusan. Bukti
setelah dilakukan intervensi wellness teoretis terus membenarkan penggunaan
coaching dengan smile model terdapat coaching dan/atau bimbingan untuk
pengaruh yang dibuktikan dengan nilai P mendukung pasien dengan lebih baik
= 0.01, berarti pada alpha 5% terlihat ada dalam proses berpikir tentang suatu
perbedaan yang signifikan kepatuhan keputusan dan dalam mengkomunikasikan
pembatasan intake cairan responden nilai-nilai/preferensi mereka dengan orang
antara sebelum dan sesudah dilakukan lain Dampak pada beberapa hasil lainnya
coaching. (misalnya, partisipasi dalam pengambilan
Coaching adalah proses coaching keputusan, kepuasan, pilihan yang dipilih)
menjadi kemitraan yang dirancang untuk lebih banyak variabel, dengan beberapa
membantu klien memenuhi apa yang percobaan menunjukkan efek positif dan
diinginkan dalam kehidupan pribadi dan percobaan lain melaporkan tidak ada
profesional mereka untuk meningkatkan perbedaan. Untuk pilihan nilai
kinerja mereka dan meningkatkan kesepakatan, konflik keputusan,
kualitas hidup mereka. Coach kepatuhan, dan kecemasan tidak ada
memberikan dukungan untuk perbedaan antara kelompok. Tidak satupun
meningkatkan keterampilan, sumber hasil yang lebih buruk ketika pasien
daya, dan kreativitas klien. Sehingga terkena pembinaan keputusan bersama
dalam penerapannya, pasien sudah PtDA. ( Stacey at all, 2013).
membutuhkan pengendalian diri untuk Persamaan yang lain antara penelitian
kepatuhan dan kedisiplinan (Shobirun, dengan penelitian susanti dan sulityana
dkk, 2017) yaitu pada durasi penelitian yaitu
Pada penelitian yang dilakukan oleh dilakukan dalam jangka waktu dua minggu
Susanti dan Sulityana (2020) menyatakan intervensi dengan empat kali pertemuan.
bahwa terdapat pengaruh antara coaching Perbedaan pada penelitian yaitu untuk
support terhadap kepatuhan penderita penelitian susanti dan sulityana tidak
CKD. Coaching support sebaiknya menyebutkan jenis coaching yang
diterapkan oleh perawat sebagai daily digunakan atau tidak spesifik bagaimana
activity manajemen penderita CKD pada proses coaching. Sementara peneliti
stadium dini supaya menghambat menggunakan wellness coaching dengan
progresivitas kerusakan ginjal sehingga SMILE model. Pada pengukuran
penderita tidak jatuh pada stadium lanjut. kepatuhan yang digunakan oleh susanti
Pemberian coaching support dapat dan sultyana yaitu dengan menggunakan
mempengaruhi perilaku penderita CKD kuesioner, sedangkan peneliti
menggunakan IDWG sebagai kriteria Terlepas dari perbedaan dalam bagaimana
kepatuhan pasien terhadap kepatuhan pembinaan kesehatan dan kebugaran telah
pembatasan intake cairan. dioperasionalkan sebelumnya, tinjauan
sistematis ini mengamati konsensus yang
Peningkatan berat badan dalam waktu muncul dalam apa yang disebut sebagai
singkat dapat berarti peningkatan jumlah pembinaan kesehatan dan kebugaran
cairan dalam tubuh. Peningkatan berat yaitu : proses yang berpusat pada pasien
badan yang mengindikasikan kelebihan yang didasarkan pada teori perubahan
cairan dikenal dengan Interdialytic Weight perilaku dan disampaikan oleh profesi
Gain (IDWG). Intradialytic Weight Gain kesehatan dengan latar belakang yang
(IDWG) merupakan peningkatan volume beragam. Proses pembinaan yang
cairan yang dimanifestasikan dengan sebenarnya memerlukan penetapan tujuan
peningkatan berat badan sebagai dasar yang ditentukan oleh pasien, mendorong
untuk mengetahui jumlah cairan yang penemuan diri selain pendidikan konten,
masuk selama periode interdialitik (Istanti, dan menggabungkan mekanisme untuk
2014, dalam Siamben dkk , 2020). mengembangkan kemampuan akun dalam
Keberhasilan menajemen cairan pada perilaku kesehatan. Dengan definisi yang
terapi hemodialisis dianalisa dengan jelas untuk pembinaan kesehatan dan
Intradialytic Weight Gain (IDWG). kebugaran, penelitian yang kuat dapat
Mengevaluasi bagaimana pasien mengatur lebih akurat menilai efektivitas pendekatan
intake cairan dengan Intradialytic Weight dalam membawa perubahan perilaku
Gain (IDWG), yang di kalkulasi dalam kesehatan, hasil kesehatan dan biaya
kilogram atau sebagai persentasi berat terkait yang ditargetkan untuk mengurangi
badan kering pasien. Untuk menurunkan beban global penyakit kronis (Wolever,
kelebihan cairan dalam tubuh diantara 2013).
waktu dialisis, Intradialytic Weight Gain
(IDWG) sebaiknya harus kurang dari 2,5 Health coaching salah satu manajemen diri
kg atau 5% dari berat badan diantara dua pada pasien dengan penyakit kronis,
sesi dialisis (Sharaf, 2016) Program ini mempunyai prinsip melatih
Dampak dari ketidakpatuhan pasien dalam pasien untuk mengelola diri yang
pembatasan cairan adalah pasien mengeluh berorientasi pada kemampuan pasien.
sesak, susah tidur, kram otot, mual dan Program ini menggunakan wawancara
muntah, oleh karena pelaksanaan tindakan untuk motivasi pasien dengan pendekatan
untuk pembatasan cairan belum dilakukan perilaku kognitif dengan hasil peningkatan
secara maksimal. Kepatuhan pada program kemampuan pasien mengelola diri,
kesehatan merupakan perilaku yang dapat kebutuhan perawatan pasien kronis dan
diobservasi sehingga dapat langsung cara memenuhi kebutuhan perawatan
diukur melalui hasil atau tujuan yang pasien kronis (Wagner, 2001)
dicapai dalam program pengobatan yang Wellness coaching dengan smile model
telah ditentukan, dapat mencegah, menggali kemampuan pasien untuk
meminimalkan komplikasi pada pasien menemukan faktor faktor penyebab pasien
hemodialisis serta faktor penting yang tidak patuh dalam membatasi intake cairan
berkonstribusi untuk kelangsungan hidup dan menemukan cara bagaimana pasien
dan kulitas hidup (Morton et al., 2012). dapat melakukanya secara konsisten.
Faktor - fakor yang mempengaruhi Health coaching sebagai salah satu konsep
kepatuhan adalah usia, jenis kelamin, baru yang menerapkan kemitraan yang
pengetahuan, sikap, kepercayaan, berorientasi pada tujuan dan berpusat pada
motivasi, dukungan social dan sistem pasien yang berfokus pada kesehatan
pelayanan kesehatan. (Siamben, Astrid, melalui proses pemberdayaan (Hale &
dan Hastono, 2020 ; syamsiah, 2011). Giese, 2017). Health coaching dapat
meningkatkan hasil klinis dan self-care ekskresi melalui saluran cerna (Guyton &
management pasien dengan penyakit Hall 2005 ; Juwita, Lilia Febrita , Yelmi
kronik termasuk HF (Dye et al., 2018). Reni Putri , 2016).
Health coaching meningkatkan kondisi Fungsi ginjal dapat dipertahankan untuk
fisiologis dan psikologis, perubahan mencegah perkembangan kerusakan ginjal
perilaku, hasil klinis, dan status kesehatan dengan mengontrol kadar gula dan
pasien (Veen et al., 2017). Health coaching mengontrol tekanan darah. Pemeriksaan
telah terbukti sebagai intervensi bagi fungsi ginjal pada penderita DM dengan
penyedia layanan kesehatan untuk hipertensi efektif untuk deteksi dini PGK.
meningkatkan self-care management Penatalaksanaan PGK dengan intervensi
pasien HF, dimana diperlukan individu yang tepat terkait penggunaan obat yang
dengan HF secara konsisten melakukan aman, pengaturan diet, pembatasan cairan,
perubahan perilaku dan tindakan mandiri dan kontrol fungsi ginjal rutin dengan
harian bersama dengan pengetahuan dan memberikan dukungan coaching.
kemampuan dalam mengambil keputusan .
perawatan yang tepat untuk gejala yang
dialami. Namun, efek komponen yang SIMPULAN
digunakan dalam health coaching masih Tidak ada hubungan atau tidak ada
belum jelas. Penting untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara
pengaruh yang dihasilkan oleh intervensi kelompok intervensi dan kelompok control
health coaching, termasuk komponen kepetuhan pembatasan cairan pada pasien
health coaching harus diidentifikasi secara gagal ginjal kronik yang menjalani
jelas mana yang memiliki pengaruh hemodialisa di instalasi hemodialisa rumah
terhadap tujuan (Dejonghe et al., 2017) sakit umum puri asih karawang.
( Asriyani Hamid1, Elly L. Sjattar2, Kusrini
S. Kadar, 2021). Tidak ada perbedaan yang signifikan untuk
. fungsi ginjal kreatinin antara kelompok
Pengaruh Pengaruh Wellness Coaching intervensi dan kelompok kontrol pada
dengan SMILE model terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terhadap Fungsi Ginjal Ureum Dan hemodialisa di instalasi hemodialisa rumah
Kreatinin sakit umum puri asih karawang.
Berdasarkan hasil uji statistic willcoxon
didapatkan bahwa, didapatkan bahwa tidak Ada perbedaan yang signifikan kepatuhan
ada pengaruh dari coaching terhadap pembatasan intake cairan responden antara
ureum hal ini dibuktikan dengan nilai P = sebelum dan sesudah dilakukan coaching
0.564, dan didapatkan juga tidak ada pada pasien gagal ginjal kronik yang
pengaruh coaching pada kreatinin hal ini menjalani hemodialisa di instalasi
dapat dilihat dari nilai P = 0.564. hemodialisa rumah sakit umum puri asih
Kreatinin dalam darah meningkat apabila karawang.
fungsi ginjal berkurang. Jika pengurangan
fungsi ginjal terjadi secara lambat dan Tidak ada perbedaan yang signifikan
disamping itu massa otot juga menyusun fungsi ginjal (ureum) antara sebelum dan
secara perlahan, maka ada kemungkinan setelah tindakan. Sedangkan untuk
kadar kreatinin dalam serum tetap sama, kreatinin didapatkan bahwa mean rank
meskipun ekskresi per 24 jam kurang dari fungsi ginjal (kreatinin) responden
normal. Jika kerusakan ginjal berat dan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
permanen, kadar ureum terus-menerus pada pasien gagal ginjal kronik yang
meningkat, sedangkan kadar kreatinin menjalani hemodialisa di instalasi
cenderung mendatar. Kalau kreatinin hemodialisa rumah sakit umum puri asih
dalam darah sangat meningkat, terjadi karawang.
REFERENSI Susanti dan Caturia S. S., (2020).,
Pengaruh Coaching Support Terhadap
Amboro, Roy T & Marianne , M., (2021) Kepatuhan Penderita Chronic Kidney
The Brain Based Coaching., Zenewa : Disease (GGK)., Jurnal Kesehatan
Depok Vokasional, Vol. 5 No. 4 (November
Clark, W.F, et al., (2018)., Effect of 2020) ISSN 2541-0644 (print), ISSN
Coaching to Increase Water Intake on 2599-3275
Kidney Susilawati, E, kamaludin latief,
Function Decline in Adults With Chronic Khomarudin., (2018)., Efikasi Diri dan
Dukungan Sosial Pasien Hemodialisa
Darmawan, aji.,( 2020)., Self Dalam Meningkatkan Kepatuhan
coaching”seni mengelola diri untuk Pembatasan Cairan., Faletehan Health
maksimalkan potensi., dinatra asia Journal, 5 (1) (2018) 39-48
publishing: bandung Shi, Yue –Xian, et al. (2012).,
Gliselda, V.K., (2021)., Diagnosis dan Effectiveness of a nurse-led intensive
Manajemen Penyakit Ginjal Kronis educational programme on chronic kidney
(PGK)., Jurnal Medika Hutama Vol 02 No failure patients with hyperphosphataemia:
04, Juli 2021 randomized kontrolled trial., Jurnal of
Hani, susianti.,(2019).,Memahami Clinical Nursing
Intepretasi Pemeriksaan Laboratorium Valente, A., et al. (2021)., Dietary Advice
Penyakit Ginjal Kronis., UB press. Malang in Hemodialysis Patients: Impact of a
Kelly. J.T., et al., (2020)., A Coaching Telehealth Approach During the COVID-
Program to Improve Dietary Intake of 19 Pandemic., National Kidney
Patients with GGK ENTICE-GGK., CJ A Foundation, Inc. All rights reserved
SN 15: 330–340, Utami I. Shanti D.G., Lestari, A.A (2018).,
Kurniawati, Y, Lestarina, N., Kristama, Prevalensi dan komplikasi pada penderita
B.Y (2020)., Perilaku Penderita Penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani
Ginjal Kronis., Jurnal Keperawatan 188 hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat
Vol. 11, No.2, Juli 2020, pp.188-199 Sanglah Denpasar tahun 2018., Intisari
Rachmawati, N, dkk., ( 2019)., Hubungan Sains Medis 2020, Volume 11, Number 3:
Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan 1216-1221
Diet Warmer, M, et al (2019)., Patients’
Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Experiences and Perspectives of
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis., Telehealth Coaching with a Dietitian to
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 6 - Improve Diet Quality in Chronic Kidney
Nomor 1, Januari 2019, ISSN No 2355 Disease: A Qualitative Interview Study.,
5459 Journal of the academy of nutrition and
Riyanto, A (2018)., Aplikasi Metodologi dietetics
Penelitian Kesehatan Dilengkapi Contoh Widiastuti, A., dkk ()..,Diet Rendah Garam
Dan Laporan Penelitian., Nafia Medika : Pada Pasien Gagal Ginjal: Literature
Yogyakarta Riview., Prosiding Seminar Informasi
Siregar C.T (2020)., buku ajar manajemen Kesehatan Nasional (SIKesNas) ISBN :
komplikasi pasien hemodialisa., , CV budi 978-623-97527-0-5
utama: Yogyakarta Wulandari, D dan Dwita Priyanti.,
Susanti, S dan Bistara, DN., (2021)., The Pengaruh Illnes Perception, Dukungan
Effect of Coaching Support on Kidney Sosial, dan Health Locus of Kontrol
Fuction In Cronic Kidney Disease., terhadap Kepatuhan Pada Pasien Gagal
Scientifi Foundation SPIROSKI, Skopje, Ginjal Kronik., Jurnal Universitas
Republic of Macedonia Paramadina Vol. 12 No. 1 Desember 2015
Wong dan Erry S., (2018).,Wellness Dan
Holistic Success Coaching., PT integra
sukses selaras : Tanggerangv

Anda mungkin juga menyukai