Elsa Pristiyani Putri1, Theresia Tatik Pujiastuti2, dan Siwi Ikaristi Maria Theresia3
1,2,3
Prodi Sarjana Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Rapih Yogyakarta
Jl. Tantular No.401, Pringwulung, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
e-mail: yasintaelsa007@gmail.com
ABSTRACT
Terapi hemodialisis Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis CAPD menimbulkan banyak perubahan
dalam kehidupan pasien yang menggunakannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman
pasien CAPD dengan metode kualitatif dengan perspektif fenomenologi. Pengambilan data secara in dept
interview pada 5 orang pasien CAPD yang diambil secara purposif. Hasil penelitian mengungkapkan
terdapat lima tema yaitu (1) perubahan fungsi sistem tubuh merupakan respon ketidaknyamanan pasien
sebelum menggunakan CAPD dan awal penggunaan CAPD; (2) keseimbangan fungsi tubuh merupakan
respon positif yang dialami setelah 6 bulan oleh pasien CAPD; (3) adaptasi psikologis merupakan proses
yang dialami secara bertahap yang melibatkan kekuatan dukungan internal dan eksternal pasien; (4)
ketidaknyamanan dalam bersosialisasi merupakan proses yang wajar dialami selanjutnya akan menjadikan
kekuatan untuk memperbaiki kemampuan sosialisasi; dan (5) semakin mensyukuri hidup dan semakin dekat
dengan Yang Kuasa setelah melewati masa terpuruk. Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan bahwa
pengalaman pasien CAPD merupakan suatu hal penting yang menentukan keberlanjutan terapi tersebut.
Keluarga dan masyarakat sekitar diharapkan selalu memberi dukungan bagi pasien dalam menjalani terapi
CAPD. Peran perawat diharapkan dapat terus dalam memberikan edukasi dan pendampingan secara
komprehensif bagi setiap pasien CAPD.
PENDAHULUAN
GGK merupakan suatu penyakit yang jumlah pasien yang mengalami GGK di
menyebabkan fungsi organ ginjal Indonesia mencapai 30.831. Provinsi
mengalami penurunan hingga akhirnya Daerah Istimewa Yogyakarta menempati
tidak mampu melakukan fungsinya urutan ke 17 dari 25 provinsi dengan
dengan baik (Masi, 2018). Menurut jumlah sebanyak 359 pasien. Menurut
Ounsinman, Chongtrakool, & Riskesdas (2018) prevalensi penyakit
Angkasekwinai (2020) GGK merupakan GGK di Indonesia pada penduduk usia
sindrom klinis sekunder akibat perubahan >15tahun mulai dari tahun 2013 adalah
definitif pada gungsi dan atau struktur 0,2% dan terjadi peningkatan menjadi
ginjal dan ditandai dengan ireversibel dan 3,8% di tahun 2018 untuk wilayah
lambat serta evolusi progresif. Hal ini Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri
menunjukkan bahwa penyakit GGK tidak menempati urutan ke 12. Hasil ini, tidak
dapat disembuhkan dan hanya dapat jauh berbeda dengan data PERNEFRI
dilakukan upaya untuk tetap bahwa data pasien GGK baru mencapai
mengoptimalkan fungsi ginjal. 66.433 pasien (PERNEFRI, 2018)
Prevalensi GGK mengalami Continuous Ambulatory Peritoneal
peningkatan setiap tahun sebagai Dialysis (CAPD) adalah bentuk salah
penyebab kematian terbanyak di dunia. satu dialysis peritoneal, menggunakan
PERNEFRI (2017) mencatat bahwa membran peritoneum yang bersifat semi
10
(P5) “Saya bisa semangat karena anak, Tema 5: semakin mensyukuri hidup dan
Cuma itu saja mbak” semakin dekat dengan Yang Kuasa
Selain pernyataan tersebut, hampir setelah melewati masa terpuruk
seluruh partisipan menyatakan bahwa
(P3)“ Untuk dari awal sakit, keluarga Kategori pertama, proses penerimaan
dukungannya banget-banget ya, otomatis didukung penyataan partisipan sebagai
keluarga itu ring satu ya” hal tersebut berikut :
juga diungkapkan oleh partisipan P2, P3 (P4) “Kemudian penggugur dosa juga
dan P4. memang kadang pas kondisi capek,
badan tidak fit ya nyerah, kadang seperti
Tema 4: ketidaknyamanan dalam ingin sendiri, sekarang aku lebih
bersosialisasi merupakan proses yang bersyukur banyak”
wajar dialami selanjutnya akan
menjadikan kekuatan untuk memperbaiki Pada kategori kedua, peerubahan spiritual
kemampuan sosialisasi didukung penyataan partisipan :
(P2) “Alhamdulilah, waktu untuk CAPD
P2) “Semua kegiatan saya ikutu, tapi saya sempatkan, soalnya CAPD kan satu
begitu saya sakit, yang saya HD itu saya setengah jam ya..sampai 45menit,
off semua, mundur dari semua kegiatan kadang keluarnya masih lama, eman-
karena tubuh gak sehat” eman kalau masih keluar, keluar dikit
(P3) “Dulu saya sendiri kan habis HD, saya tunggu, jadi subuh, adzharm
tidak bisa ngapa-ngapain ya, jadi gak maghrib jadi lebih banyak kesempatan
kemana-mana selama HD tuh, keluar untuk beribadah itu semakin banyak”
Cuma ke Rumah Sakit aja, dah..gitu aja”. Dari pernyataan P2 tersebut juga
diungkapkan oleh partisipan P3 dan P5.
Kemudian, partisipan yang lain juga
Kategori kedua yaitu perubahan dalam menyatakan:
bersosialisasi hampir seluruh pasien (P3) “Peningkatan spiritual itu banyak,
mengatakan bahwa setelah melakukan karena bagaimanapun kan jadi berserah
CAPD, mereka lebih mudah dalam diri ya, istilahnya pasien itu tinggal
bersosialisasi atau melakukan kegiatan menunggu waktunya aja gitu karena
mereka, seperti diungkapkan oleh salah syaratnya sudah lengkap”
satu partisipan, berikut pernyataan Pernyataan P3, juga diungkapkan oleh P1
partisipan yang mendukung kategori dan P2.
tersebut.
(P1)“ Sosialnya juga biasa saja PEMBAHASAN
ya..kumpul-kumpul” Tema pertama yaitu pasien GGK
ungkapan tersebut juga di dukung oleh P2 mengalami perubahan fungsi sistem
dan P3. Selain itu, partisipan juga tubuh sehingga menyebabkan
menyatakan bahwa ada dukungan dari ketidaknyamanan pada pasien di awal
lingkungan disekitarnya, hal tersebut penggunaan CAPD. Pasien akan
didukung oleh pernyataan partisipan : mengalami penurunan laju filtrasi
(P4) “Lingkungan disini sudah pada tahu glomerulus (Egfr), sehingga akan muncul
ya, karena punya sakit gini gak bisa tanda gejala seperti kelelahan, mual,
capek-capek misal ada rewang, atau muntah kemudian akan terjadi penurunan
13
berat badan (Olano, Akram, & Bhatt, masing-masing pasien (Reza, Wulandari,
2021). Keberadaan benda asing yang Nurisani, & Kusmayadi, 2019). Hal ini
ditanam dalam tubuh menjadi salah satu sesuai dengan hasil penelitian bahwa
faktor ketidaknyamanan tersebut selama menjalani terapi CAPD,
sehingga tubuh perlu beradaptasi. kebutuhan nutrisi pasien kembali normal,
Purwanto, Yuniasih & Puspitasari badan lebih terasa sehat, tekanan darah
(2021) dalam penelitiannya menemukan juga menjadi normal.
bahwa sebagian besar (80,7%) pasien Tema ketiga yaitu adaptasi
GGK dengan CAPD mengalami psikologis merupakan proses yang
hipoalbuminia. Salah satu faktor yang dialami secara bertahap yang melibatkan
mempengaruhi karena adanya mual, kekuatan dukungan internal dan eksternal
sehingga nutrisi yang masuk tidak pasien. Perubahan dalam kehidupan
adekuat. Kurangnya asupan nutrisi pasien GGK merupakan salah satu
sejalan dengan risiko kurang gizi yang pemicu terjadinya setres (Isron, 2017).
dialami pasien sehingga tubuh menjadi Adha et al., (2020) dalam penelitiannya
lemas dalam beraktivitas. Hasil serupa menemukan adanya hubungan antara
juga ditemukan Ramadhan,Chasani & dukungan keluarga dengan depresi pada
Saktini, 2017) bahwa keluhan yang sama pasien GGK. Semakin banyak dukungan
akibat efek penyakit ginjal juga terjadi dari keluarga maka semakin rendah risiko
baik pada pasien yang menggunakan depresi yang dialami pasien dan semakin
CAPD dan hemodialisa tetapi yang tinggi semangat yang dimiliki. Fungsi
membedakan adalah tingkat keparahan afektif berguna untuk pemenuhan
gejala yang dialami. Hal ini sesuai dengan kebutuhan psikososial seperti anggota
hasil penelitian bahwa banyak pasien keluarga mengembangkan konsep diri
yang menyatakan adanya keluhan pusing, yang positif, rasa dimiliki dan memiliki,
lemas dan merasa berat badannya reinforcement dan dukungan.
menjadi kurang gizi dan menjadi kurus. (Cumayunaro, 2018). Hal ini sesuai
Tema kedua yaitu keseimbangan dengan hasil penelitian bahwa pasien
fungsi tubuh merupakan respon positif merasa semangat karena adanya
yang dialami setelah 6 bulan oleh pasien dukungan dari keluarga dan kehadiran
CAPD. Setelah dilakukan pemasangan anak.
kateter dialisat, tubuh memerlukan waktu Tema keempat yaitu
adaptasi pada 3 bulan pertama dan setelah ketidaknyamanan dalam bersosialisasi
6 bulan, tubuh akan mulai terbiasa. Selain merupakan proses yang wajar dialami
tubuh mulai terbiasa, pada pasien CAPD selanjutnya akan menjadikan kekuatan
juga memerlukan asupan nutrisi yang untuk memperbaiki kemampuan
seimbang untuk menyeimbangkan antara sosialisasi. Pasien yang sudah menjalani
pemasukan dan keluaran (Pangkey, CAPD dan sudah mulai beradaptasi
Yesayas & Pabane, 2021). Hal ini sejalan dengan kondisinya pasti akan
dengan semakin berkurang keluhan yang menyesuaikan kembali dalam
dirasakan pasien GGK karena kadaar bersosialisasi. Penelitian yang dilakukan
ureum, kreatinin, Hb pasien GGK dengan Nusantara, Irawiraman, & Devianto,
CAPD lebih stabil dan cairan limbah hasil (2021) menunjukkan bahwa rata-rata
metabolism tubuh dapat dikeluarkan kualitas interaksi sosial pasien GGK
lebih maksimal. dengan CAPD lebih tinggi dibandingkan
Selain itu, pasien yang pasien yang menjalani hemodialisa.
menggunakan terapi CAPD dapat Pasien mampu mempertahankan interaksi
mengkonsumsi makanan yang lebih sosial dan dukungan sosial yang lebih
bervariasi, dan minum lebih banyaak, aktif karena mampu merasakan kesehatan
dengan pola makan yang diatur oleh fisik yang optimal (Alhusaini, Wayyani,
14
Dafterdar, Gamlo, & Alkha, 2019). pasien sebelum menggunakan CAPD dan
Pendapat ini didukung oleh Chuasuwan, awal penggunaan CAPD; (2)
Pooripussarakul et al., (2020) bahwa keseimbangan fungsi tubuh merupakan
waktu dan proses penggantian cairan respon positif yang dialami setelah 6
pada pasien CAPD yang lebih fleksibel, bulan oleh pasien CAPD; (3) adaptasi
memberikan waktu luang yang lebih psikologis merupakan proses yang
banyak untuk pasien bersosialisasi. Hal dialami secara bertahap yang melibatkan
ini sesuai dengan hasil penelitian bhawa kekuatan dukungan internal dan eksternal
para pasien CAPD masih dapat pasien; (4) ketidaknyamanan dalam
melakukan fungsi sosialnya dengan bersosialisasi merupakan proses yang
berkumpul, dan mengikuti kegiatan wajar dialami selanjutnya akan
masyarakat. menjadikan kekuatan untuk memperbaiki
Tema kelima yaitu semakin kemampuan sosialisasi; dan (5) semakin
mensyukuri hidup dan semakin dekat mensyukuri hidup dan semakin dekat
dengan Yang Kuasa setelah melewati dengan Yang Kuasa setelah melewati
masa terpuruk. Spritualitas merupakan masa terpuruk
bagian yang tidak terlepaskan dari
kualitas hidup individu dan merupakan Saran
suatu aspek yang sangat penting bagi Keluarga dapat memberikan dukungan
penderita GGK (Muzaenah & Makiyah, dan semangat bagi pasien GGK yang
2018). Pasien yang menderita GGK menjalani terapi CAPD. Peran perawat
stadium V menunjukkan perilaku atau tenaga kesehatan penting untuk tetap
acceptance yaitu menerima keadaannya memberikan edukasi secara lengkap bagi
dengan baik, dan yakin bahwa ini semua setiap pasien CAPD. Peneliti selanjutnya
hanya cobaan dari Maha Kuasa sebagai dapat menggali lebih dalam pengalaman
penggugur dosa (Sulistyarini, 2020). Hal pasien GGK dengan partisipan yang lebih
ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa banyak dan komprehensif menggunakan
pasien menerima kondisinya dan fieldnote.
semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Bagi partisipan yang beragama muslim,
dan dilakukan proses CAPD 5x per hari,
hal tersebut juga sekaligus kesempatan DAFTAR PUSTAKA
untuk mendekatkan diri pada Tuhan Adha, Dedi., Efendi, Zulham., Afrizal.,
dengan melakukan ibadah. Sapardi, Vivi Syofia. Hubungan
Dukungan Keluarga Dan Lama
Hemodialisis Dengan Depresi
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
KESIMPULAN DAN SARAN
(GGK) Yang Menjalani
Kesimpulan
Hemodialisis Di Unit
Penelitian ini mengungkapkan
Hemodialisa. Jurnal Kesehatan
bahwa pengalaman fisiologis, psikologis,
Mercusuar, 3(2), 60-67.
sosial dan spiritual merupakan tahapan
Diperoleh dari
yang dialami oleh setiap pasien CAPD
http://jurnal.mercubaktijaya.ac.id
untuk mencapai adaptasi yang positif
/index.php/mercusuar/article/vie
yang dapat dicerminkan menjadi lima
w/203
tema. Kelima tema dari hasil penelitian
mendiskripsikan pengalaman fisiologi Alhusaini, O. A., Wayyani, L. A.,
pasien CAPD yang meliputi (1) Dafterdar, H. E., Gamlo, M. M.,
perubahan fungsi sistem tubuh & Alkha. (2019). Comparison of
merupakan respon ketidaknyamanan Quality of Life in Children
15