Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No.

1 (September, 2021)

ANALISIS EFEKTIVITAS SINGLE USE DAN REUSE DIALYZER PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR
(Analysis of the Effectiveness of Single Use and Reuse Dialyzers in Patients with
Chronic Kidney Failure at Mardi Waluyo Hospital, Blitar City)
(Submited : 23 Juni 2021, Accepted : 30 September 2021)

Ana Amalia1*, Nurdiana Mufida Apriliani1


1
Program Studi S1 Farmasi Stikes Karya Putra Bangsa
Email: Ana.amalia300394@gmail.com

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal
(GFR < 15 ml/mnt/1,73 m2 ) sehingga tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
elektrolit. Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal kronik. Proses
hemodialisis dapat dilakukan selama dua atau tiga kali dalam seminggu selama tiga sampai lima jam. Alat
yang digunakan pada terapi hemodialisis berupa dialyzer yang dapat digunakan sekali pakai (single use
dialyzer) dan berulang (reuse dialyzer). Efektivitas hemodialisis dapat diketahui berdasarkan nilai Kt/V, nilai
URR dan kadar hemoglobin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan single use
dan reuse dialyzer terhadap karakteristik pasien, nilai Kt/V, nilai URR dan kadar haemoglobin. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan pengambilan data secara retrospektif
berdasarkan rekam medis dengan sampel sebanyak 39 orang. Data dianalisis menggunakan Statistical
Package Social Sciences (SPSS) dengan teknik analisa Chi-Square. Hasil analisis data dapat dikatakan
signifikan apabila nilai p value < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan terdadap efektifitas penggunaan single use dan reuse dialyzer dilihat dari nilai Kt/V (p = 0,649),
URR (p = 0,685, dan hemoglobin (p = 0,789).

Kata kunci : GGK, single use dialyzer, reuse dialyzer

ABSTRACT

Chronic Kidney Failure (CKD) is a disease that causes a decrease in kidney function (GFR < 15
ml/min/1.73 m2) so that the body fails to maintain metabolism and electrolyte balance. Hemodialysis is a
renal replacement therapy in patients with chronic renal failure. Hemodialysis process can be done for two
or three times a week for three to five hours. The device used in hemodialysis therapy is a dialyzer that can
be used once (single use dialyzer) and repeatedly (reuse dialyzer). The effectiveness of hemodialysis can
be determined based on the value of Kt/V, URR value and hemoglobin level. This study was conducted to
determine the effectiveness of using single use and reuse dialyzer on patient characteristics, Kt/V values,
URR values and hemoglobin levels. The research design used was cross-sectional with retrospective data
collection based on medical records with a sample of 39 people. Data were analyzed using Statistical
Package Social Sciences (SPSS) with Chi-Square analysis technique. The results of data analysis can be
said to be significant if the p value <0.05. The results showed that there was no significant difference in the
effectiveness of single use and reuse dialyzers seen from the value of Kt/V (p = 0.649), URR (p = 0.685,
and hemoglobin (p = 0.789).
Keywords : CKD, single use dialyzer, reuse dialyzer

PENDAHULUAN

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 400
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu dilyzer terhadap nilai Kt/V dan hemoglobin dari
penyakit yang menyebabkan kerusakan struktural data pasien karena belum terdapat penelitian
dan fungsional. Indonesia termasuk negara terkait tentang pasien gagal ginjal kronik yang
dengan tingkat penderita penyakit ginjal kronik menjalani hemodialisis di RSUD Mardi Waluyo
yang cukup tinggi. Survei oleh Perhimpunan Kota Blitar.
Nefrologi Indonesia (Pernefri) menunjukan bahwa
telah terjadi penurunan fungsi ginjal dengan METODE PENELITIAN
proteinuria persisten atau penurunan laju filtrasi
glomerulus (GFR) pada 12,5% atau 30 juta orang Penelitian ini merupakan penelitian
dari total 240 juta rakyat Indonesia. Sedangkan opservasional analitik studi cross sectional
433 per 1 juta penduduk pasien PGK berlanjut retrospektif menggunakan data primer rekam
menjadi End Stage Renal Disease (ESRD) medis pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
(PERNEFRI, 2013). hemodialisis di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar.
Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien
ginjal yang dilakukan dengan mengalirkan darah GGK yang menjalani hemodialisis, pasien GGK
ke dalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) stadium 5, pasien dengan usia ≥ 18 tahun , telah
yang bertujuan untuk mengeliminasi sisa-sisa menjalani hemodialisis rutin selama 2 kali
metabolisme protein dan koreksi gangguan seminggu, dan pasien dengan penggunaan reuse
keseimbangan elektrolit antara kompartemen dialyzer sebanyak 5 kali. Kriteria Eksklusi
darah dengan kompartemen dialisat melalui penelitian ini adalah pasien positif HIV dan pasien
membran semipermiabel (Silviani, 2011). Dalam yang meninggal.
upaya penghematan biaya dialisis, penggunaan Sampel penelitian diambil dengan teknik
kembali (reuse) dialyzer dilakukan secara Purposive Sampling, dimana ketentuan
universal di semua negara berkembang di Asia pengambilan sampel sesuai dengan kriteria
(Prasad & Jha, 2015). Reuse dialyzer merupakan inklusi dan eksklusi. Variable bebas penelitian ini
penggunaan satu dialyzer berulang kali dalam adalah efektivitas single use dan reuse dialyzer,
terapi hemodialisis pada seorang pasien. sedangkan untuk variable terikat penelitian ini
Penggunaan reuse dialyzer tidak dapat adalah adekuasi hemodialisis dan kadar
dihindarkan di Indonesia karena pembiayaan hemoglobin paien gagal ginjal kronik yang
hemodialisis terutama dari program Jaminan menjalani hemodialisis. Analisis data secara
Kesehatan Nasional tidak mengakomodasi single analitik dengan menggunakan analisis bivariate
use dialyzer. Penggunaan reuse dialyzer yaitu uji Chi Square.
berdasarkan rekomendasi PERNEFRI adalah
maksimal tujuh kali pengulangan. Data HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesian Renal Registry (IRR) menunjukkan Karakteristik Sosiodemografi
bahwa mayoritas reuse dialyzer digunakan
dengan frekuensi 1-5 kali (IRR, 2017). Subjek penelitian berjumlah 39 pasien dengan
Pembersihan single use dan reuse dialyzer frekuensi hemodialisis 2 kali seminggu. Subjek
secara manual dapat berdampak pada adekuasi terbagi dalam dua kelompok dengan 9 pasien
dialisis dan luaran klinis pasien (Prasad & Jha, pada kelompok single use dialyzer dan 30 pasien
2015). Adekuasi dialisis dapat diukur melalui nilai reuse dialyzer.
Kt/V. Berdasarkan rekomendasi NKF/K-DOQI, Analisis data deskriptif dari karakteristik
nilai Kt/V yang ditargetkan pada pasien sosiodemografi pasien diperoleh hasil yaitu pada
hemodialisis tiga kali seminggu adalah 1,2, kelompok single use responden berjenis kelamin
namun hemodialisis di Indonesia umumnya laki-laki lebih banyak daripada perempuan, yaitu
dilakukan dua kali seminggu (National Kidney berjumlah 6 responden (66,7%) dari total 9
Foundation, 2015). responden. Hasil sebaliknya diperoleh pada
Mengingat bahwa pada penggunaan dialyzer kelompok reuse dimana responden berjenis
dapat berpengaruh terhadap adekuasi kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-
hemodialisis, maka penulis tertarik untuk meneliti laki dengan jumlah 17 responden (56,7%) dari
efektivitas penggunaan reuse dan single use total 30 pasien. Hasil analisis yang dilakukan

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 401
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan


oleh Almubarok & Sukmarini (2016) yang
menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin
laki-laki baik pada kelompok single use maupun
reuse dan memiliki jumlah yang lebih banyak
daripada responden berjenis kelamin perempuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis
kelamin tidak berpengaruh secara langsung
terhadap kejadian penyakit GGK dan masih perlu
dikaji lebih lanjut seperti yang dijelaskan oleh
Carrero (2010) bahwa penyebab tingginya pasien
GGK di Amerika disebabkan oleh penggunaan
kontrasepsi oral dan terapi hormonal pada
perempuan usia premenopause yang dapat
mempengaruhi mikroalbuminuria, namun pada
hasil pemeriksaan proteinuria pada perempuan
usia premenopause yang menggunakan terapi
hormonal menunjukkan bahwa kadar proteinuria
dan kreatinin lebih rendah sehingga disimpulkan
bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh secara
langsung terhadap kejadian GGK (Hermansyah et
al., 2019).
Pada penelitian ini hasil hampir sama pada
kedua kelompok responden. Pendidikan SMA
memiliki jumlah paling banyak pada kelompok
reuse yaitu berjumlah 11 responden (36,7%) dari
total 30 responden, sedangkan pada kelompok
single use jumlah responden dengan pendidikan
SD dan SMA memiliki jumlah yang sama yaitu
berjumlah 3 pasien (33,3%) dari total 9
responden. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Almubarok & Sukmarini (2016), pendidikan
SMA memiliki jumlah paling banyak pada kedua
kelompok responden baik kelompok single use
maupun kelompok reuse. Pada dasarnya tingkat
pendidikan tidak dapat dijadikan tolak ukur
kejadian GGK, dimana penyakit ini dapat terjadi
pada semua tingkatan pendidikan (Suparti &
Solikhah, 2016).
Pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang
merupakan tolak ukur kemampuan finansial
seseorang tersebut dimana jika seseorang
tersebut memiliki finansial yang baik maka dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan
kebutuhan tambahan yang tidak terduga seperti
biaya perawatan atau pengobatan atas keluhan
atau penyakit yang sedang dideritanya.
Tabel 1. Karakteristik Sosiodemografi

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 402
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

Karakteristik Single Reuse Total


Pada penelitian ini jumlah responden yang responden Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
tidak bekerja memiliki jumlah paling banyak pada Jenis Kelamin
kedua kelompok yaitu berjumlah 5 responden
Laki-laki 6 (66,7) 13 (43,3) 19 (48,7)
(55,6%) dengan total 9 pasien pada kelompok
single use dan berjumlah 12 responden (40%) Perempuan 3 (33,3) 17 (56,7) 20 (51,3)
pada kelompok reuse, sedangkan jumlah paling Tingkat Pendidikan
sedikit yaitu responden yang bekerja sebagai SD 3 (33,3) 3 (10,0) 6 (15,4)
PNS pada kelompok single use dan responden SMP
1 (11,1) 8 (26,7) 9 (23,1)
yang bekerja sebagai karyawan dan PNS SMA
3 (33,3) 11 (36,7) 14 (35,9)
memiliki jumlah paling sedikit pada kelompok D3/S1
reuse. Kebanyakan pasien GGK mengalami 2 (22,2) 8 (26,7) 10 (25,6)
kesulitan dalam bekerja sehingga banyak yang
Pekerjaan
memilih untuk tidak bekerja atau berhenti bekerja,
seperti yang dijelaskan oleh Arifa et al. (2017) Tidak Bekerja 5 (55,6) 12 (40,0) 17 (43,6)
menyatakan bahwa pekerjaan dapat memicu Karyawan 1 (11,1) 2 (6,7) 3 (7,7)
terjadinya gagal ginjal seperti pekerja kantoran Swasta 2 (22,2) 6 (20,0) 8 (20,5)
yang terlalu lama duduk sehingga menyebabkan PNS 0 (0,0) 2 (6,7) 2 (5,1)
terhimpitnya saluran ureter pada ginjal, serta
Lainnya 1 (11,1) 8 (26,7) 9 (23,1)
intensitas aktivitas sehari-hari yang terlalu banyak
Indeks Masa Tubuh
terpapar sinar matahari dan pekerja berat yang
banyak mengeluarkan keringat lebih mudah Sangat Kurus 0 (0,00) 1 (3,3) 1 (2,6)
terserang dehidrasi sehingga urin menjadi lebih Kurus 0 (0,0) 3 (10,0) 3 (7,7)
pekat dan dapat menyebabkan terjadinya GGK. Normal 7 (77,8) 16 (53,3) 23 (59,0)
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan
Gemuk 1 (11,1) 2 (6,7) 3 (7,7)
parameter yang ditetapkan oleh WHO sebagai
Obesitas 1 (11,1) 8 (26,7) 9 (23,1)
perbandingan berat badan dengan kuadrat tinggi
badan. IMT ditentukan dengan cara mengukur Usia
berat dan tinggi badan secara terpisah kemudian ≥60 tahun 2 (22,2) 9 (30,0) 11 (28,2)
nilai berat dan tinggi tersebut dibagikan untuk <60 tahun 7 (77,8) 21 (70,0) 28 (71,8)
memperoleh nilai IMT dalam satuan kg/m 2. Nilai TD
IMT dibagi dalam lima kriteria yaitu : sangat kurus
2 (22,2) 7 (23,3) 9 (23,1)
(<17 kg/m2), kurus (17,0-18,4 kg/m2), normal Normal
(18,5-25,0 kg/m2), gemuk (25,1 – 27,0 kg/m2), dan Pre-hipertensi 1 (11,1) 9 (30,0) 10 (25,6)
obesitas (>27 kg/m2). Perhitungan IMT dilakukan Hipertensi S1 1 (11,1) 8 (26,7) 9 (23,1)
melalui persamaan : IMT = Berat Badan/(Tinggi Hipertensi S2 5 (55,6) 6 (20,0) 11 (28,2)
Badan)2 dimana berat badan dalam kg dan tinggi Hb
badan dalam meter sehingga satuan IMT adalah
≤10 g/dL 3 (33,3) 13 (43,3) 16 (41,0)
kg/m2 (Situmorang, 2015). Analisis data IMT pada
>10 g/dL
pasien dengan parameter sangat kurus, kurus, 6 (66,7) 17 (56,7) 23 (59,0)
normal, gemuk, dan obesitas pada kelompok Lama HD
single use dan reuse menunjukkan hasil bahwa <5 tahun 3 (33,3) 19 (63,3) 22 (56,4)
pada kedua kelompok responden dengan IMT ≥5 tahun 6 (66,7) 11 (36,7) 17 (43,6)
normal memiliki jumlah paling banyak yaitu Frekuensi HD
berjumlah 7 responden (77,8%) dengan total 9
2x/minggu 9 (100,0) 30 (100,0) 39 (100,0)
responden pada kelompok single use, sedangkan
pada kelompok reuse berjumlah 16 responden Penghasilan
(53,3%) dengan total 30 responden. Obesitas <5 juta 9 (100,0) 28 (93,3) 37 (94,9)
dapat memicu terjadinya GGK berdasarkan pada 5-10 juta 0 (0,0) 2 (6,7) 2 (5,1)
kerusakan fungsional dan struktural pada ginjal
(Arifa et al., 2017). Obesitas dikaitkan dengan

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 403
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

peningkatan risiko berkembangnya penyakit %), namun demikian jumlah setiap kategori tidak
GGK. Meningkatnya aliran plasma di ginjal, memiliki perbedaan yang signifikan pada
aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan kelompok ini.
tekanan intraglomerular pada obesitas dapat Kadar Hb responden dihitung di RSUD Mardi
menyebabkan kerusakan pada ginjal. Obesitas Waluyo Kota Blitar setiap 3 bulan sekali pada pre
juga meningkatkan risiko diabetes dan hipertensi dan post dialisis. Anemia terjadi pada 80-90 %
yang merupakan penyebab paling umum dari pasien GGK, terutama jika sudah mencapai
penyakit GGK (Baladraf et al., 2013). Usia stadium III. Anemia merupakan komplikasi GGK
responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, yang sering terjadi , bahkan dapat terjadi lebih
yaitu usia ≥60 tahun dan <60 tahun pada masing- awal dari komplikasi GGK lainnya (Hidayat et al.,
masing kelompok (Anggraini, 2016). Penyakit 2016). Pasien GGK umumnya mengalami anemia
degeneratif dapat terjadi dikarenakan adanya yang disebabkan oleh defisiensi asupan nutrisi
radikal bebas (Kadri et al., 2019). Hasil analisis seperti zat besi dan asam folat, berkurangnya
data menunjukkan responden dengan usia <60 hormon EPO serta hilangnya sel darah merah
tahun memiliki jumlah yang lebih banyak daripada saat HD. Kekurangan hormon EPO sangat umum
responden dengan usia ≥60 tahun pada kedua terjadi pada laju filtrasi glomerulus kurang atau
kelompok. Menurut Floresa (2015) pasien yang sama dengan 60 ml/menit/1,73 m2, karena pada
mengalami GGK pada usia <60 tahun terjadi kondisi ini sintesis dari EPO relatif menurun
dikarenakan usia tersebut merupakan usia akibat kerusakan pada ginjal (Almubarok &
produktif yang mayoritas bekerja berat siang Setiowati, 2019). Pada penelitian ini kadar Hb
maupun malam hari sehingga mereka dibagi menjadi 2, yaitu ≤10 g/dL dan >10 g/dL,
mengonsumsi minuman suplemen untuk menjaga dimana responden dikatakan anemia jika kadar
badan tetap bugar yang dapat berdampak pada Hb ≤10 g/dL (Almubarok & Setiowati, 2019). Hasil
kondisi ginjal dikarenakan komposisi minumal analisis menunjukkan bahwa pada kedua
tersebut. Bertambahnya usia bukan faktor utama kelompok single use maupun reuse mayoritas
terjadinya GGK, penurunan fungsi ginjal responden memiliki kadar Hb >10 g/dL yaitu
merupakan fenomena alami dan bukan patologis sebesar 66,7 % pada kelompok single use dan
yang terjadi dengan usia, pernyataan pasien GGK 56,7 % pada kelompok reuse. Hal tersebut
terjadi pada usia lansia (≥60 tahun) harus berlainan dengan penelitian yang dilakukan oleh
dipertimbangkan dengan cermat (Maw & Fried, Almubarok & Sukmarini(2016) dimana rata-rata
2013). Pada penelitian ini kebanyakan responden kadar Hb dua kelompok reuse dan single use <10
dengan usia <60 tahun mengonsumsi minuman g/dL yang dapat dikatakan bahwa kadar Hb
suplemen dan minuman untuk perawatan tersebut rendah. Terdapat perbedaan target
kecantikan tubuh dimana residu dari minuman parameter anemia pada pasien yang menjalani
tersebut dapat menumpuk di dalam ginjal jika hemodialisis yaitu Hb 10-12 g/dL (Puspitasari et
dikonsumsi dalam waktu yang lama dan tanpa al., 2019). Pada penelitian ini kadar Hb
memperhatikan aturan minum yang dianjurkan. responden dapat selalu terkontrol karena setiap
Tekanan darah kategori normal sampai responden mendapatkan terapi EPO dan vitamin
prehipertensi memiliki jumlah paling banyak diikuti tambahan setelah menjalani hemodialisis di unit
dengan kategori hipertensi stage 1 sampai HD RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar.
hipertensi stage 2, hipertensi merupakan salah Lama HD dibedakan menjadi 2, yaitu <5 tahun
satu komplikasi yang sering terjadi pada dan ≥5 tahun (Mayuda et al., 2017). Pada
penderita GGK (Almubarok & Sukmarini, 2016). kelompok single use, responden yang menjalani
Pada kelompok single use, responden dengan HD ≥5 tahun lebih banyak daripada <5 tahun
kategori hipertensi stage 2 memiliki jumlah paling dengan jumlah 6 responden (66,7 %) dari total 9
banyak yaitu berjumlah 5 responden (55,6%) dari responden. Kelompok reuse memiliki hasil yang
total 9 responden. Responden dengan kategori berbeda dengan kelompok single use dimana
prehipertensi memiliki jumlah paling banyak pada responden yang menjalani HD <5 tahun
kelompok reuse yaitu berjumlah 9 responden (30 berjumlah lebih banyak yaitu sebanyak 19
%) dari total 30 responden diikuti dengan kategori responden (63,3 %) dari total 30 responden. Hasil
hipertensi stage 1 berjumlah 8 responden (26,7 tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 404
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

oleh Thenmozhi (2018) di kota Chennai, Penghasilan sangat mempengaruhi


Tamilnadu, India yang menyatakan bahwa pasien keterbatasan/kemampuan seseorang terutama
GGK yang menjalani HD <5 tahun memiliki dalam penanganan masalah penyakit ginjalnya,
jumlah yang lebih banyak daripada pasien yang dimana pasien dengan penghasilan yang rendah
menjalani HD selama >5 tahun. Perbedaan hasil akan mengalami kesulitan untuk membiayai terapi
pada kedua kelompok didukung dengan hasil yang sedang dijalaninya. Penghasilan seseorang
penelitian yang dilakukan oleh Mayuda et al. juga dipengaruhi oleh profesi atau pekerjaan yang
(2017) dan Sagala (2015) yang menyatakan sedang dijalaninya. Pada penelitian ini
bahwa kualitas hidup pasien GGK tidak penghasilan dibagi menjadi 3 yaitu <5 juta rupiah,
dipengaruhi oleh lamanya menjalani HD, hal 5-10 juta rupiah, dan >10 juta rupiah. Pembagian
tersebut disebabkan karena adanya adaptasi tersebut berdasarkan penghasilam rata-rata
penderita terhadap terapi hemodialisis yang (Bawazier & Suhardjono, 2018). Hasil data yang
dijalani baik bersifat psikologis maupun fisik. diperoleh hampir seluruh responden memiliki
Pasien yang sudah lama menjalani HD akan penghasilan <5 juta per bulan, dimana seluruh
semakin dapat beradaptasi dengan rutinitas HD responden (100 %) kelompok single use memiliki
yang dijalaninya. penghasilan <5 juta per bulan sedangkan
Frekuensi HD pada penelitian ini dibedakan kelompok reuse 28 responden (93,3 %) memiliki
menjadi 2, yaitu 2x dalam seminggu dan 3x penghasilan <5 juta per bulan, selebihnya yaitu 2
dalam seminggu. Hasil analisis menunjukkan responden (6,7 %) memiliki penghasilan 5-10 juta
bahwa tidak ada responden yang menjalani HD per bulan. Hal tersebut berkaitan dengan
3x dalam seminggu sehingga seluruh responden pekerjaan responden dimana hampir semua
kedua kelompok menjalani HD 2x dalam responden pada kedua kelompok tidak memiliki
seminggu (100 %) pada kelompok single use pekerjaan atau tidak bekerja karena keterbatasan
maupun reuse, hal tersebut dikarenakan kemampuan fisik yang terjadi karena masalah
kebijakan dari RSUD untuk menjalani HD 2x penyakit ginjal yang diderita oleh responden.
dalam seminggu untuk seluruh pasien GGK yang Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
menjalani HD. Hemodialisis 3x dalam seminggu dilakukan oleh Bawazier & Suhardjono (2018),
lebih direkomendasikan dan telah dijadikan dimana hasil penelitian juga diperoleh bahwa
standar pengobatan Amerika Serikat sejak 30 mayoritas pasien GGK yang menjalani
tahun yang lalu. Namun, beberapa negara masih hemodialisis memiliki penghasilan di bawah 5
menerapkan HD 2x dalam seminggu bahkan 1x juta.
dalam seminggu. Pertimbangan untuk
meresepkan HD 2x dalam seminggu yaitu hanya
Efektivitas single use dan reuse dialyzer
pada pasien dengan kondisi yang lebih sehat dan
mampu menjaga keseimbangan cairan dan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel
elektrolit (Imelda et al., 2017). Penelitian lain juga 4.2, dapat diketahui bahwa penggunaan masing-
menyebutkan bahwa terdapat hubungan masing dialyzer tidak menunjukkan perbedaan
frekuensi HD dengan kualitas hidup pasien. yang signifikan (p value 0,649 dan 0,685)
Semakin sering pasien menjalankan HD, semakin terhadap nilai Kt/V dan URR. Perbedaan yang
baik pula kualitas hidup pasien (Ipo et al., tidak signifikan dapat dipengaruhi oleh proses
2016).Pada penelitian terbaru, mayoritas pasien pembersihan ulang dialyzer. Pembersihan reuse
mendapatkan dialisis sebanyak satu atau dua kali dialyzer menggunakan germisida seperti
dalam seminggu dibandingkan dengan tiga kali formaldehide maupun renalin akan
dalam seminggu sesuai dengan rekomendasi mengembalikan kualitas dialisis seperti
internasional. Secara teknik, jika pasien dapat penggunaan single use dialyzer. Penelitian ini
menerima frekuensi dialisis yang lebih sering, memiliki kesamaan dengan penelitian yang
maka kualitas hidup mereka akan menjadi lebih dilakukan oleh Purnama et al., (2013) dimana
baik (Anees et al., 2011). tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap nilai
Kt/V pada pemakaian masing-masing dialyzer
(p=0,724).

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 405
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

Tabel 2. Efektivitas Single use dan reuse dialyzer


Efektivitas dialyzer

Status pasien Kt/V URR HEMOGLOBIN


P value P value P value
< 1,2 ≥ 1,2 < 65 % ≥ 65 % <11 g/dL ≥11 g/dL
Single Use
N= 9 pasien 1 (11,1) 9 (88,9) 2 (22,2) 7 (77,8) 7 (77,8) 2 (22,2)
(%)
0,649 0,685 0,789
Reuse
25
N= 30 pasien 5 (16,7) 9 (30) 21 (70) 22(73,3) 8 (26,7)
(83,3)
(%)

Pada penelitian tersebut juga disebutkan selama 3 bulan. Yokoyama et al., (2008)
bahwa pemakaian dialyzer baru maupun berulang mempelajari efek dari pemberian eritropoietin
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai Kt/V manusia rekombinan (rHuEPO) pada kecukupan
sebagai parameter adekuasi hemodialisis. Pada hemodialisis selama penggunaan single use dan
penelitian Denny et al., (2014), menyebutkan reuse dialyzer. Pada penggunaan masing-masing
bahwa United States Renal Data System dialyzer, biokompatibilitas dan permeabilitas
(USRDS) melaporkan tidak ada perbedaan membrane dialyzer dapat mempengaruhi kadar
signifikan dalam mortalitas antara pemakaian hemoglobin sehingga kadar hemoglobin pada
reuse dan single use dialyzer, juga disarankan single use maupun reuse sama. Pada pemakaian
pemakaian ulang dialyzer pada fasilitas yang reuse dialyzer, dosis rHuEPO dan kadar
memperhitungkan biaya HD. Penelitian Malyszko hemoglobin tetap tidak berubah jika dibandingkan
et al., (2013) menyebutkan hal berbeda, dimana dengan pemakaian single use dialyzer (Malyszko
peralihan pemakaian dialyzer (reuse ke single et al., 2014).
use) selama setahun dapat berpengaruh
terhadap peningkatan Kt/V dan nilai URR pada KESIMPULAN
pasien. Penelitian dilakukan dengan populasi
lebih banyak dan diperoleh hasil bahwa Pada hasil analisis efektivitas penggunaan
pemakaian ulang dialyzer dapat mempengaruhi single use dan reuse dialyzer di RSUD Mardi
dan mengganggu pemberian dosis dialisis. Hal ini Waluyo Kota Blitar dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi akibat hilangnya FBV (Fiber Bundle dapat perbedaan yang signifikan antara
Volume) pada dialyzer Berdasarkan penggunaan penggunaan single use dan reuse dialyzer
masing-masing dialyzer terhadap kadar tehadap nilai Kt/V (p=0,463), URR (p=0,941) dan
hemoglobin, juga tidak terdapat perbedaan yang kadar hemoglobin (p=0,448) pada pasien
signifikan (p=0,789). Penelitian yang dilakukan hemodialisis.
oleh Kes et al. (1997) dan Putra et al. (2013)
menunjukkan kadar hemoglobin tidak berbeda DAFTAR PUSTAKA + punya tmn mbk amals
signifikan saat dialyzer digunakan berulang Almubarok, M. F., & Setiowati, D. (2019).
dibandingkan dengan single use Gambaran Adekuasi (Ureum & Kreatinin),
dialyzer (p=0,289). Berdasarkan PERNEFRI Haemoglobin, Albumin, Serta Kualitas
(2011), baseline kadar hemoglobin terdapat dua Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
kondisi kadar hemoglobin yaitu kadar hemoglobin Yang Menjalani Hemodialisa. Journal of
< 11 g/dL dan kadar hemoglobin ≥ 11 g/dL. Kadar Islamic Nursing, 4(1), 17.
hemoglobin pada pasien dapat berpengaruh Almubarok, M. F., & Sukmarini, L. (2016).
terhadap pemberian terapi eritropoietin yang Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal yang
digunakan untuk mengatasi kondisi anemia Menjalani Hemodialisis dengan Metode
pasien. Apabila hemoglobin pasien lebih dari Single Use dan Reuse di RSPAD Gatot
target, maka terapi eritropoietin dapat dihentikan Subroto dan RS PGI Cikini Jakarta. Ners
dan apabila kadar hemoglobin pasien kurang dari Jurnal Keperawatan, 12(2), 101–115.
target, maka terapi eriptropoietin tetap diberikan

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 406
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

Anees, M., Farooq H., Asim M., Muhammad I., & Treatment on Dialyzer Reuse. Blood
Muhammad N. S. K. (2011). Dialysis- Purification, 15, 77–83.
Related Factors Affecting Quality of Life in Malyszko, J., Milkowski, A., Benedyk-Lorens, E.,
Patients on Hemodialysis. Iranian Journal of & Dryl-Rydzynska, T. 2016. Effects of
Kidney Disease, Vol. 5, No. 1, January 2011 dialyzer reuse on dialysis adequacy, anemia
Bawazier, L. A., & Suhardjono. (2018). control, erythropoieting-stimulating agents
Comparison of Quality of Life between use and phosphate level. Archives of
Patients Undergoing Chronic Hemodialysis Medical Science, 12(1), 219–221.
with Reusable dialyzer and Single-Use Mayuda, A., Shofa C., & Fanti S. (2017).
Dialyzer: A Retrospective Cohort Study. Hubungan antara lama Hemodialisis
Acta Med Indonesia, Vol. 50, No. 3, July dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
2018 Ginjal Kronik (Studi di RSUP DR. Kariadi
Denny GB, Golper TA. Does Hemodialyzer Reuse Semarang). Jurnal Kedokteran Diponegoro,
Have A Place in Current ESRD Care: “To Vol. 6, No. 2, April 2017, ISSN-e: 2540-
be or Not to be”?. Semin Dial 2014; 27 (3): 8844
256-258. Purnama, Y. I., Kandarini, Y., Sudhana, W.,
Hermansyah, Y., Dinda A. W. S., & Bagus H. Loekman, J. S., Widiana, R., & Suwitra, K.
(2019). Perbedaan Kadar Kalium pada 2013. Pemakaian Ulang Dialiser Tidak
Pasien Ginjal Kronik Stadium 5 yang Berpengaruh Terhadap Nilai Urea Redution
Menggunakan Hemodialyzer Baru dan Re- Rate dan Kt/V pada Pasien Hemodialisis
Use di RSUD dr. Soebandi Jember. Journal Kronik, 1–11.
of Agromedicine and Medical Sciences, Vol. Puspitasari, C. E., Tri M. A., & Fredie I. (2019).
5, No. 3, 2019 Penilaian Kualitas Hidup Pasien
Hidayah, N. (2016). Studi deskriptif kualitas hidup Hemodialisis Rutin dengan Anemia di
pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani Yogyakarta. JMPF, Vol.9, No.3, ISSN-p:
hemodialisis di Rumah Sakit PKU 2088-8139, ISSN-e: 2443-2946, 182:191
Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Putra, E. M. F., Hermansyah, Y., & Riyanti, R.
Keperawatan Muhammadiyah, 1(1), 50–57. 2013. Perbedaan Profil Sel Darah Pasien
Imelda, F., Susalit, E., Marbun, M. B. M., & Penyakit Ginjal Kronik Stadium Lima yang
Rumende, C. M. (2017). Gambaran Klinis Menjalani Hemodialisis Menggunakan
dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Dialyzer Baru dan Reuse di Instalasi RSD
Tahap Akhir yang Menjalani Hemodialisis DR. Soebandi Jember.
Dua Kali Dibandingkan Tiga Kali Seminggu. Sagala, D. S. P. (2015). Analisa Faktor-faktor
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 4(3), 128. yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Ipo, A., Tuti A., & Marta S. (2016). Hubungan Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Jenis Kelamin dan Frekuensi Hemodialisa Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat
dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Haji Adam Malik Medan. Jurnal Ilmiah
Kronik yang Menjalani Hemosialisa di Keperawatan IMELDA, Vol. 1, No. 1,
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Februari 2015
Mattaher Jambi. Jurnal Akademika Suparti, S., & Umi S. (2016). Perbedaan Kualitas
Baiturrahim, Vol. 5, No.2, September 2016 Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ditinjau
Kadri, M., Sunami, T., Pamudji, G., Zamzani, I. dari Tingkat Pendidikan, Frekuensi dan
2019. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Lama Hemodialisis di RSUD Goeteng
Daun Pelawan (Tristaniopsis obovate. Taroenadibrata Purbalingga. MEDISAINS:
Benn) Dengan Metode Penangkapan Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. 14,
Radikal Bebas 2,2’-Difenil-1-Pikrilhidrazil. No. 2, Agustus 2016
Journal of Current Pharmaceutical Yokoyama, H., Kawaguchi, T., Wada, T.,
Sciences. Takahashi, Y., Higashi, T., Yamazaki, S.,
Kes, P., Zeljko, R., Starcevic, B., & Ratkovic- Saito, A. 2008. Biocompatibility and
Gusic, I. 1997. Influence of Erythropoietin Permeability of Dialyzer Membranes Do Not
Affect Anemia, Erythropoietin Dosage or

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 407
ISSN : 2598-2095 Vol. 5 No. 1 (September, 2021)

Mortality in Japanese Patients on Chronic


Non-Reuse Hemodialysis: A Prospective
Cohort Study From the J-DOPPS II Study.
Nephron Clinical Practice, 109, 101–108.

journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 408

Anda mungkin juga menyukai