Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN

PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA


RSUD SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN
KOTAWARINGINBARAT KALIMANTAN TENGAH

Atik Nuryani: Mahasiswa Progam Studi Sarjana Keperawatan STIKES Borneo Cendekia Medika
Jl. Sutan Syahrir No. 11, Madurejo, Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74100

Abstrak

Gagal ginjal kronik merupakan terganggunya fungsi ginjal yang terjadi secara progresif serta
irreversible, fungsi ginjal mengalami penurunan sampai tidak mampu berfungsi sama sekali dalam
penyaringan, pembuangan elektrolit dan tidak mampu menjaga keseimbangan cairan maupun zat
kimia tubuh di dalam darah atau produksi urine. Salah satu konsep dasar yang harus diperhatikan
oleh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis adalah self efficacy. Self efficacy adalah
keyakinan terhadap kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan langkah-langkah
kerja yang diperlukan, untuk dapat mengambil langkah proaktif, dan mengatasi hambatan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Self Efficacy dengan Kepatuhan Pembatasan
Cairan Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode penelitian deskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional, Sampel diambil 51 responden, menggunakan
tehnik purposive sampling dan di analisa menggunakan uji Chi spearman rank.
Hasil penelitian menunjukkan nilai P value adalah 0,000 (P<0,05) yang berarti ada Hubungan
bermakna antara Self Efficacy dengan Kepatuhan Pembatasan Cairan Pasien Gagal Ginjal Kronik di
Ruang Hemodialisa RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Self efficacy yang tinggi dapat mempengaruhi kepatuhan
asupan pembatasan cairan. Disarankan penelitian ini dapat meningkatkan mutu pelayanan serta
dapat memberikan manfaat untuk menambah wawasan bagi mahasiswa serta peneliti yang lain.
Kata kunci : Self Efficacy, Gagal Ginjal Kronik, Kepatuhan Cairan

Chronic kidney disease is a disorder of kidney function that occurs progressively and irreversibly,
kidney function decreases until it is unable to function at all in filtering, releasing electrolytes and
is unable to maintain the balance of fluids and body chemicals in the blood or urine production.
One of the basic concepts that must be considered by patients with chronic kidney disease
undergoing hemodialysis is self-efficacy. Self-efficacy is a belief in one's ability to organize and
carry out the necessary work steps, to be able to take proactive steps, and overcome obstacles to
achieve the desired goals.
The purpose of this study was to determine the relationship between Self Efficacy and Compliance
with Fluid Restriction of Chronic kidney disease Patients in the Hemodialysis Room of the Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun Hospital.
This study is a quantitative study that uses descriptive correlational research methods with a cross
sectional approach, samples were taken 51 respondents, using purposive sampling techniques and
analyzed using the Chi spearman rank test.
The results showed that the P value was 0.000 (P <0.05), which means that there is a significant
relationship between Self Efficacy and Fluid Restriction Compliance of Chronic Kidney Disease
Patients in the Hemodialysis Room of the Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Hospital.
The conclusion of this study is that high self-efficacy can affect fluid restriction intake compliance.
It is suggested that this research can improve the quality of service and can provide benefits to add
insight for students and other researchers.
Keywords: Self Efficacy, Chronic Kidney Disease, Fluid Compliance
PENDAHULUAN gangguan psikologis seperti rasa takut, cemas,
Gagal ginjal kronik merupakan dan depresi yang sering kali menyertai
terganggunya fungsi ginjal yang terjadi secara penyakit gagal ginjal kronik sehingga dapat
progresif serta irreversible, fungsi ginjal mempengaruhi self efficacy, tidak hanya itu
mengalami penurunan sampai tidak mampu penderita gagal ginjal kronik juga dihadapkan
berfungsi sama sekali dalam penyaringan, dengan berbagai komplikasi berupa kelelahan
pembuangan elektrolit dan tidak mampu mental dan fisik, penurunan kapasitas latihan,
menjaga keseimbangan cairan maupun zat gangguan fungsi kognitif, penurunan libido dan
kimia tubuh di dalam darah atau produksi fungsi seksual, dan nafsu makan hilang
urine (Sutisna, 2019). Dampak dari gagal ginjal sehingga dapat mempengaruhi self efficacy
kronik menyebabkan menurunnya kemampuan terhadap kualitas hidup (Hartanti, 2021).
ginjal dalam memproduksi urine menjadi cair Menurut Suparmo dan Hasibuan (2021)
secara normal atau penurunan kemampuan dampak dari tindakan hemodialisa pada klien
dalam hal mengkonsentrasikan urine yang dengan gagal ginjal kronik dapat menyebabkan
berdampak pada munculnya edema, anemia kelebihan cairan. Kelebihan cairan dalam hal
sebagai akibat dari penurunan jumlah produksi ini adalah faktor risiko yang bisa meningkatkan
eritropoetin karena usia dari sel darah merah angka kesakitan dan kematian klien gagal
menjadi tidak optimal, munculnya kondisi ginjal kronik yang menjalani intervensi
gangguan nutrisi, serta munculnya perdarahan hemodialisa. Kondisi ini jika dibiarkan
yang disebabkan oleh kondisi uremik pasien berlanjut maka akan menyebabkan penyakit
(Cahyaningsih, 2018). gagal jantung bahkan dapat memicu terjadinya
WHO (2019) menyatakan bahwa secara kematian.
global, lebih dari 500 juta orang menderita Penatalaksanaan secara farmakologi
gagal ginjal kronik dan dari 50% kasus yang pada penderita gagal ginjal yaitu dengan cara
diketahui dengan gagal ginjal kronik hanya mengontrol gula darah secara intensif dengan
25% yang mendapatkan pengobatan dan 12,5% terapi insulin jika gula darah terlalu tinggi,
yang dapat terobati dengan baik (Sari Mustika, mengontrol tekanan darah dan mengurangi
2019). Sedangkan angka kejadian gagal ginjal proteinuria sedangkan terapi non farmakologi
kronik di Indonesia berdasarkan data Rikesdas pada penderita gagal ginjal kronik yaitu dengan
(2018) yaitu sebesar 0,38 % dari jumlah cara pengelolaan nutrisi tubuh seperti
penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa, pengurangan atau membatasi asupan protein
terdapat 713.783 jiwa yang menderita gagal (Sutisna, 2019). Salah satu terapi pengganti
ginjal kronik di Indonesia dan menyebabkan pada pasien gagal ginjal kronik adalah
kematian urutan ke-10 di Indonesia dengan hemodialisis (HD) bertujuan untuk
prevalensi lebih dari 42 ribu pertahun. Provinsi menggantikan fungsi ginjal sehingga dapat
Kalimantan Tengah penyakit gagal ginjal memperpanjang kelangsungan hidup pada
kronik berada di peringkat ke 1 dalam kategori penderita gagal ginjal kronik (Firmansyah,
penyakit tidak menular dengan jumlah 10.147 2020). Terapi hemodialisis merupakan salah
jiwa (BPS, 2018). Sedangkan data yang satu terapi yang banyak dipilih penderita gagal
didapatkan dari Ruang Hemodialisa RSUD ginjal kronik untuk mempertahankan hidupnya.
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun pada tahun Manajemen pengelolaan asupan cairan
2022 yang menjalani terapi Hemodialisis dan makanan akan berdampak terhadap
sebanyak 7.912 kunjungan. Data di Ruang kelebihan volume cairan pada pasien gagal
Hemodialisa pada bulan Mei pasien yang ginjal kronik dengan hemodialisa jika terus
menjalani hemodialisis sejumlah 104 pasien menerus akan meningkatkan morbiditas dan
(Rekam Medik RSUD Sultan Imanuddin, mortalitas tinggi, dimana penyebab utama
2023). kematian adalah penyakit jantung dengan
Pasien gagal ginjal kronik yang overhydration sebagai faktor utama, sehingga
menjalani hemodialisis akan dihadapkan pasien hemodialisa direkomendasikan untuk
dengan perubahan pola hidup seperti diet ketat dan membatasi asupan cairan agar
pembatasan makanan, asupan cairan, serta terhindar dari kenaikan berat badan (Isroin,
masalah fisik seperti gatal dan kurang energi, 2020). Pembatasan cairan atau diet cairan
merupakan salah satu intervensi yang diberikan bersumber dari penggunaan air minuman,
pada pasien hemodialisa, diet cairan yang maupun makanan yang mengandung air baik
direkomendasikan adalah 500 sampai 600 mL dari makanan yang berkuah, asupan cairan
cairan atau lebih dari haluaran urine 24 jam berlebihan akan memicu komplikasi penyakit
atau satu hari sebelumnya. Diet cairan yang lainya sehingga klien penderita gagal ginjal
direkomendasikan dalam pembatasan asupan kronik sangat memerlukan keyakinan diri atau
cairan yang tepat pada pasien hemodialisa yang sering juga disebut sebagai self-efficacy
sangat penting untuk diperhatikan. yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan
Salah satu konsep dasar yang harus dan tantangan kondisi yang tidak sehat dalam
diperhatikan oleh pasien hemodialisis adalah hal ini upaya untuk tetap patuh dalam
self efficacy atau kepercayaan diri dalam menjalani pembatasan Asupan cairan
menghadapi masalah tersebut. Self efficacy (Nurohkim et al., 2018).
adalah keyakinan terhadap kemampuan Berdasarkan hasil penelitian yang
seseorang untuk mengatur dan melaksanakan dilakukan oleh Wijaya Andri Kusuma (2023)
langkah-langkah kerja yang diperlukan, untuk dengan judul hubungan self efficacy terhadap
dapat mengambil langkah proaktif, dan kepatuhan dalam pembatasan asupan cairan
mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD
yang diinginkan. Self efficacy mengacu pada Bengkulu didapatkan bahwa self efficacy yang
kemampuan klien untuk dapat mengatur pola baik dapat mempengaruhi kepatuhan pasien
makan dan mengatur seperlunya untuk dalam pembatasan asupan cairan dengan hasil
mencapai hasil yang optimal, yaitu mengurangi 16 responden self efficacy buruk diantaranya 6
jumlah cairan dalam tubuh pasien (Rahman, responden (37,5%) patuh dan 10 responden
2019). (62,5%) tidak patuh. Self efficacy sedang 51
Self efficacy berfungsi untuk responden diantaranya 33 responden (64,7%)
memberikan keyakinan kepada masyarakat patuh dan 18 responden (35,3%) tidak patuh.
bahwa seseorang dapat berhasil dalam Responden dengan self efficacy baik 23
perawatan diri ketika melakukan aktivitas yang responden diantaranya terdapat 22 responden
mendukung suatu kondisi kesehatan (Afandi & (95,7%) patuh dan 1 responden (7,4%) tidak
Kurniyawan, 2018). Self efficacy merupakan patuh.
salah satu cara untuk meningkatkan Hal ini sejalan dengan penelitian
kepercayaan diri dalam menjalani proses sebelumnya yang dilakukan oleh Fitria Alisa
pengobatan yang menahun, ketika pasien sudah (2022) dengan judul hubungan efikasi diri
divonis mengalami penyakit kronik seperti terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada
penyakit gagal ginjal kronik dan harus pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
menjalani hemodialisis, secara otomatis pasien hemodialisis Di RSUP Dr. M. Djamil Padang
akan melakukan tindakan supaya penyakitnya yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
tidak bertambah parah, dalam hal ini self bermakna antara efikasi diri dengan kepatuhan
efficacy berperan penting dalam pengambilan pembatasan cairan pada pasien penyakit ginjal
keputusan pasien (Utami, 2021). Beberapa konik yang menjalani hemodialisis dengan
faktor yang berperan dalam mengembangkan hasil lebih dari sebagian (51,5%) memiliki
self efficacy adalah pra konsepsi terhadap kepatuhan pembatasan cairan tidak patuh dan
kemampuan diri, kesimpulan diri tentang (45,5%) memiliki kepatuhan pembatasan cairan
sulitnya tugas yang telah diselesaikan, serta patuh dan kurang dari sebagian responden
adanya dukungan keluarga (Friedman & (42,6%) memiliki efikasi diri kurang baik dan
Schustack, 2019). (57,4%) memiliki efikasi diri baik.
Kepatuhan dalam pembatasan asupan Berdasarkan studi pendahuluan yang
cairan klien gagal ginjal kronik merupakan dilakukan di Ruang Hemodialisa RSUD Sultan
tindakan yang harus diperhatikan dimana klien Imanuddin Pangkalan Bun terkait kepatuhan
yang memiliki gagal ginjal kronik yang pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal
menjalani program pembatasan cairan kronik didapatkan data bahwa dari 10 pasien
berpatokan terhadap keseimbangan cairan baik yang telah dilakukan wawancara terdapat 4
intake maupun output cairan masukan pasien patuh terhadap pembatasan cairan
sedangkan 6 pasien diantaranya kurang patuh D3/S1 13 25,5
terhadap pembatasan cairan, hal ini terjadi
karena pasien merasa terkadang jenuh dengan
kondisi penyakit yang mereka hadapi, mereka
mengatakan terkadang malas dan bosan untuk
menjaga kepatuhan pembatasan cairan oleh
sebab itu dengan adanya perilaku self efficacy
yang baik bisa mencegah dampak dari
ketidakpatuhan pembatasan cairan bagi pasien
penderita gagal ginjal kronik. Berdasarkan latar
belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
mengkaji secara mendalam bagaimana
Hubungan Self Efficacy dengan Kepatuhan
Pembatasan Cairan Pasien Gagal Ginjal Kronik
di Ruang Hemodialisa RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun.

METODE
Jenis penelitian menggunakan metode
penelitian deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisis di RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun pada bulan Mei
sebanyak 104 pasien. Sampel dalam penelitian
ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisis sebanyak 51 responden. Sampel
penelitian menggunakan teknik purposive
sampling. Sampel yang menjadi penelitian
harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
penelitian. Pada penelitian ini menggunakan uji
spearman rank untuk menentukan korelasi.

HASIL
Karakteristik responden berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
responden
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 31 60,8
Perempuan 20 39,2
17 – 25 0 0,00
26 – 35 10 19,6
36 – 45 26 51,0
46 – 55 12 23,5
56 – 65 3 5,9
> 65 0 0,00
Bekerja 18 35,3
Tidak Bekerja / IRT 33 64,7
Tidak tamat SD 0 00,0
SD 3 5,9
SMP 12 23,5
SMA 23 45,1
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Self efficacy self efficacy kategori tinggi dan 18 responden
Self Efficacy Jumlah Persentase (%) (35,5%) memiliki self efficacy kategori rendah.
Rendah 18 35,3 Berdasarkan hasil identifikasi indikator
Tinggi 33 64,7
self efficacy nilai tertinggi terdapat pada
Total 51 100
indikator dukungan sosial nilai rata-rata
Pada tabel 2. Menunjukkan self efficacy pasien
indikator 2,75 (25,53%), menurut asumsi
gagal ginjal kronik yang menjalani
peneliti masalah emosional dapat
hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSUD
membahayakan terhadap manajemen diri
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun sebagian
pasien tersebut, dengan demikian manajemen
besar self efficacy tinggi sebanyak 33
emosi merupakan komponen penting dalam
responden (64,7%).
manajemen diri pasien dengan penyakit kronik
untuk mengatasi penyakit mereka. Oleh karena
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan
itu dibutuhkan kepercayaan diri pasien dalam
Pembatasan Cairan
Kepatuhan Pembaatasan Jumlah Persentase
mencari dukungan dari orang lain dalam
Cairan (%) mengatasi penyakitnya. Hal ini didukung oleh
Patuh 31 60,8 Ghufron (2017) yang mengatakan setiap
Kurang patuh 20 39,2 dukungan keluarga yang dilakukan setiap
Total 51 100 harinya mampu membantu untuk
Pada tabel 2. di atas, dapat diketahui meningkatkan rasa self efficacy. Hal itu dapat
karakteristik responden hampir setengahnya membuat pasien lebih percaya diri terhadap
patuh sebanyak 31 responden (39,2%) dan kemampuan yang sebenarnya pada pasien.
sebagian besar tidak patuh sebanyak 20 Pada penilaian indikator self efficacy
responden (60,8%). berikutnya dalam hal otonomi dengan nilai
rata-rata indikator 2,69 (24,98%), menurut
Tabel 3. Hubungan Self Efficacy dengan asumsi peneliti responden tidak memiliki
Kepatuhan Pembatasan Cairan kemampuan untuk mengambil keputusan dan
Kepatuhan Pembatasan Cairan melakukan tugas manajemen diri terkait
Self Kurang
Patuh dengan perencanaan dan implementasi
Efficacy Patuh
N % N % N % pengobatan yang berhubungan dengan
Rendah 15 29,4 3 5,9 18 35,3 penyakitnya. Menurut Niu (2018) Tingkat Self
Tinggi 5 9,8 28 54,9 33 64,7 Efficacy tiap individu dalam mengerjakan serta
Jumlah 20 39,2 31 60,8 51 100 menyelesaikan suatu tugas jelas berbeda.
Uji Spearman Rank test p : 0,000 Perbedaan itu, bergantung pada tingkat
Pada tabel 3. didapatkan hasil uji Spearman kesulitan dari tugas tersebut. Seseorang akan
Rank menunjukkan nilai p value sebesar memiliki Self Efficacy tinggi apabila mereka
0,000. Karena nilai p < 0,05, sehingga H0 mengerjakan tugas yang relatif simple dan
ditolak dan H1 diterima maka dapat dikatakan mudah bagi dirinya. Seseorang yang memiliki
ada hubungan bermakna antara Self Efficacy self efficacy tinggi biasanya akan memilih
dengan Kepatuhan Pembatasan Cairan Pasien tugas sesuai dengan kemampuannya.
Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa Hasil penilaian responden self efficacy
RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. dalam hal pemecahan masalah dengan nilai
rata-rata indikator 2,67 (24,79%), menurut
PEMBAHASAN asumsi peneliti responden tidak secara aktif
Self efficacy pasien gagal ginjal kronik yang memahami faktor resiko yang terkait dengan
menjalani hemodialisis di Ruang HD RSUD penyakit gagal ginjal kronik hal ini nantinya
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. akan memberi dampak buruk kedepannya, Hal
Berdasarkan hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Bandura (2015)
menunjukkan self efficacy pasien gagal ginjal yang mengatakan self efficacy merupakan
kronik yang menjalani hemodialisis di Ruang kemampuan seorang individu dalam menyaring
HD RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun segala faktor resiko yang mereka hadapi, jika
menunjukan bahwa dari 51 responden, tidak akan sulit bagi mereka dalam mencapai
didapatkan 33 responden ( 64,7%) memiliki hasil dan tujuan yang mereka harapkan. Hasil
identifikasi kuesioner self efficacy skor yang Kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal
paling rendah didapatkan pada indikator ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di
integritas diri 2,66 (24,70%). Menurut asumsi Ruang HD RSUD Sultan Imanuddin
peneliti, untuk menjalani kehidupan yang Pangkalan Bun.
seimbang responden dengan gangguan ginjal Berdasarkan hasil penelitian
kronik harusnya responden memiliki menunjukkan kepatuhan pasien gagal ginjal
kemampuan dan keyakinan diri untuk kronik yang menjalani hemodialisis di Ruang
mengintegrasikan penyakit mereka dengan Hemodialisa RSUD Sultan Imanuddin
kegiatan perawatan diri mereka ke dalam Pangkalan Bun menunjukan bahwa dari 51
berbagai situasi misalnya dalam kegiatan sosial responden, didapatkan 31 responden (60,8%)
yang terjadi di kehidupan sehari-hari mereka, dengan kepatuhan pembatasan cairan kategori
salah satunya dalam pengaturan diet. Menurut patuh dan 20 responden (39,2%) memiliki
Santrok (2017) keyakinan dalam diri suatu kepatuhan pembatasan cairan kategori kurang
individu akan kemampuannya untuk patuh dan tidak ada satupun responden dengan
melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang kategori tidak patuh. Menurut asumsi peneliti
akan diterimanya dalam situasi tertentu tidak hal ini terjadi karena responden sebagian besar
dapat sepenuhnya bisa dijalani. memahami dampak apabila tidak membatasi
Pada tabel 5.5 nilai self efficacy cairan, dan dari pengalaman mereka akan ada
responden tinggi dengan nilai (64,7%), gejala gejala penyakit yang timbul jika tidak
menurut peneliti hal ini karena responden yakin mengkonsumsi cairan sesuai anjuran. Hal ini
terhadap kemampuan yang mereka miliki sesuai menurut Marfuah (2018) Kepatuhan
dalam menguasai kondisi dan situasi serta adalah sejauh mana perilaku seseorang
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan melakukan pengobatan, baik dalam mengikuti
bagi mereka. Penelitian ini sejalan dengan perubahan gaya hidup atau mengikuti program
penelitian Purba, Emaliyawati, & Sriati (2018) diet yang sudah direkomendasikan oleh tenaga
dengan judul self-management and self- medis. Kepatuhan terhadap pembatasan cairan
efficacy in hemodialysis patients yang sangat diperlukan supaya pasien tidak
menyatakan bahwa pasien yang menjalani mengalami edema dan meningkatkan resiko
hemodialisis sebagian besar memiliki self kardiovaskuler dan hipertensi. Upaya yang
efficacy yang tinggi. Self efficacy yang tinggi dapat dilakukan untuk meningkatkan
dipengaruhi oleh keyakinan dan motivasi kepatuhan pembatasan cairan adalah
pasien hemodialisis dalam merubah perilaku pengontrolan pasien dalam diet dan
dengan cara mematuhi diet asupan cairan yang pembatasan asupan cairan karena faktor
telah diberikan dan motivasi pasien yang tinggi tersebut sangat penting dalam menentukan
untuk kesembuhan penyakitnya. Seseorang tingkat kesejahteraan dan kesehatan bagi pasien
dengan self efficacy yang tinggi akan lebih hemodialisis (Marfuah, 2018).
mudah berpartisipasi dalam aktivitas perawatan Hal ini didukung dengan penelitian
diri sehingga akan meningkatkan kepatuhan yang dilakukan oleh Fitria (2020) dengan judul
terhadap pengobatan yang diberikan hubungan self efficacy dengan kepatuhan
(Sulistyaningsih, 2018). Self efficacy dapat pembatasan cairan pada pasien hemodialisa
ditingkat dengan menggunakan training self dimana faktor yang dapat mempengaruhi
efficacy atau latihan untuk mengasah self pasien patuh terhadap pembatasan cairan itu
efficacy agar lebih baik. Pemberian training karena pasien yang menjalani pengobatan atau
self efficacy ini merupakan suatu persuasi hemodialisa dalam jangka waktu yang lama
sosial yang menyampaikan informasi lewat sudah mengetahui dampak atau keluhan yang
seseorang yang berpengaruh untuk meyakinkan dirasakan jika tidak bisa mengatur asupan
pasien akan kemampuan dalam menjalani cairan dengan baik. Hal ini sejalan dengan
terapi yang diberikan seperti terapi pembatasan penelitian Fausiah (2020) yang mengatakan
cairan (Sulistyaningsih, 2018). bahwa kepatuhan pasien akan meningkat
apabila pasien sudah memahami dan
merasakan sendiri manfaat setelah melakukan
hemodialisis, hal ini dapat dirasakan oleh
pasien yang sudah cukup lama menjalani melakukan minuman penambah energy,
hemodialisis. menurut peneliti hal ini responden lakukan
Hasil penelitian juga didapatkan nilai karena termakan iklan jika kondisi badan
rata-rata kepatuhan pembatasan cairan pada lemah harus mengkonsumsi minuman yang
indikator minum sesuai intake dan output 2,80 mengandung suplemen agar fit kembali.
(47,03%) menurut asumsi peneliti responden Menurut Isroin (2020) Konsumsi minuman
sudah memahami apa saja yang sudah mereka berenergi secara berlebihan atau dalam jangka
minum dan makan sehingga setelah intake panjang dapat meningkatkan risiko kerusakan
yang masuk sudah melebihi ambang batas pada ginjal, misalnya gagal ginjal akut atau
mereka akan membatasi minuman dan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal akut bisa
makanan sampai pada waktu hemodialisa terjadi karena tubuh terlalu banyak
berikutnya. Menurut Suhardjono (2017) Pada mengonsumsi kandungan taurin yang
pasien gagal ginjal kronik, intake makanan terkandung di dalam minuman berenergi. Zat
yang terlalu banyak bisa berbahaya apalagi tersebut dapat mengakibatkan naiknya tekanan
memakan makanan yang mengandung banyak darah dan terjadinya gangguan aliran darah
kalium. Ginjal yang rusak tidak lagi mampu pada ginjal.
menyeimbangkan kadar kalium di dalam darah, Hasil penilaian Tingkat pendidikan juga
sehingga menimbulkan hiperkalemia. Kondisi bisa mempengaruhi kepatuhan pasien dalam
ini dapat menyebabkan kelemahan otot, membatasi asupan cairan, semakin tinggi
gangguan irama jantung, atau bahkan serangan pendidikan pasien maka pasien lebih mudah
jantung. Hasil penilaian pada indikator mencerna informasi yang diberikan oleh
membatasi buah-buahan tinggi air didapatkan petugas kesehatan mengenai efek samping jika
nilai 2,77 (25,89%) menurut asumsi peneliti tidak patuh membatasi asupan cairan. Hal ini
responden hanya sesekali mengkonsumsi buah- didukung oleh data yang didapatkan oleh
buahan yang tinggi air karena makan buah penulis dimana mayoritas responden yang
menjadi lebih segar saat mengkonsumsinya. sudah melakukan pengisian kuesioner
Menurut Isroin (2020) Buah-buahan berpendidikan SMA sebanyak 23 Responden
mengandung garam atau sodium yang tinggi (45,1%). Hal ini sejalan dengan yang penelitian
seperti apel, jambu, alpukat, pepaya dan yang dilakukan penelitian Sitawati et al. (2018)
mangga dapat berbahaya bagi ginjal jika yang menjelaskan tingkat pendidikan dikaitkan
berlebihan dikonsumsi. Kadar garam di dalam dengan pengetahuan pasien tentang
tubuh yang terlalu tinggi dapat memicu penyakitnya dan pentingnya pengobatan dan
hipertensi. kemampuan pasien memahaminya.
Hasil penelitian juga didapatkan nilai Peneliti menyimpulkan kepatuhan
rata-rata indikator kepatuhan pembatasan pembatasan asupan cairan juga tidak lepas dari
cairan 2,72 (25,42%) melakukan makanan peranan penting dari keluarga, sehingga pasien
berkuah, menurut peneliti hal ini terjadi karena yang patuh pada pengobatan prevalensi
dengan dibatasinya mengkonsumsi asupan kekambuhannya berkurang, maka pasien tidak
cairan pasien merasa dehidrasi sehingga selalu akan sampai dirawat dan hanya perlu
merasa haus dan ingin makan makanan yang melakukan rawat jalan di Ruang Hemodialisa.
berkuah. Menurut Isroin (2020) makanan yang Walaupun gagal ginjal kronik adalah suatu
berkuah artinya mengandung air/cairan air penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi
terlalu banyak juga akan berdampak buruk dapat dikontrol dengan rutin menjalani
pada penderita gagal ginjal. Ini karena hemodialisa sesuai yang dianjurkan. Jika
penderita tidak mampu mengeluarkan cairan pasien gagal ginjal kronik tidak patuh
lewat urine secara normal akibat rusaknya membatasi asupan cairan tersebut memiliki
fungsi ginjal. Kondisi tersebut kemudian resiko gejala fisik yang lebih parah. Hal ini
membuat tubuh penderita mengalami didukung oleh (Kazemi, 2017) yang
penumpukan cairan. mengatakan ketidakpatuhan akan memberikan
Menurut penilaian indikator kepatuhan dampak yang negatif terhadap status kesehatan
pembatasan cairan didapatkan hasil nilai rata- pasien karena dapat menyebabkan oedema dan
rata indikator 2,41 (22,5%) responden komplikasi kardiovaskuler. Apabila pasien
tidak membatasi jumlah asupan cairan maka Wahyuni ED et all (2020) menyatakan
cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap
akan menimbulkan edema di sekitar tubuh kepatuhan dalam pengaturan cairan pada
seperti tangan, kaki dan muka serta pasien. Selain itu dalam penelitiannya tersebut
penumpukan cairan yang terjadi di rongga juga menyebutkan bahwa, para peneliti
perut yang disebut asites. Kondisi ini akan berpendapat bahwa self efficacy dapat
membuat tekanan darah meningkat dan mempengaruhi kepercayaan pasien dalam
memperberat kerja jantung. mengelola asupan cairan dan output selama
periode interdialysis. Self efficacy merupakan
Hubungan self efficacy dengan Kepatuhan salah satu komponen dari faktor predisposisi.
pembatasan cairan pasien gagal ginjal efikasi diri secara langsung mempengaruhi
kronik yang menjalani hemodialisis di perilaku dan gaya hidup seseorang. Sehingga
Ruang Hemodialisa RSUD Sultan secara tidak langsung efikasi diri juga dapat
Imanuddin Pangkalan Bun. mempengaruhi kepatuhan asupan cairan pasien.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat Asumsi peneliti adanya hubungan self efficacy
hubungan self efficacy dengan kepatuhan dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan
pembatasan cairan di Ruang Hemodialisa pada penelitian ini dapat terlihat bahwa
RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun kepatuhan pembatasan cairan patuh lebih
dengan nilai p value = sebesar 0,000 dan lebih banyak ditemukan pada self efficacy tinggi. Hal
kecil dari nilai p < 0,05. Sehingga dapat ini dikarenakan self efficacy tinggi dapat juga
disimpulkan bahwa terdapat hubungan self dilihat dari hasil penelitian bahwa pasien setuju
efficacy dengan kepatuhan pembatasan cairan. pantang menyerah dalam menghadapi setiap
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian masalah terkait pengaturan cairan selama
yang dilakukan oleh Rizka (2017) tentang menjalani hemodialisa, pasien tahu harus
hubungan self efficacy terhadap kepatuhan berbuat apa ketika terjadi peningkatan berat
pembatasan asupan cairan pada pasien GGK badan antar dua waktu hemodialisis,
(gagal Ginjal Kronik) yang menjalani mempunyai ide untuk mengatasi peningkatan
hemodialisa di RST Dr. Asmir Salatiga berat badan selama periode menjalani
ditemukan hasil ada hubungan self efficacy hemodialisis.
terhadap kepatuhan pembatasan asupan cairan Menurut kazemi (2017) self efficacy
pada pasien gagal ginjal kronik. menghasilkan perbedaan dalam cara berpikir,
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian merasakan dan bertindak. Keyakinan self
yang dilakukan oleh Susilawati Ela et all efficacy berpengaruh terhadap pilihan yang
(2018) yang menunjukan bahwa hasil uji dibuat dan tindakan yang dicapai oleh individu.
statistik didapatkan ada hubungan yang Keyakinan pada efikasi diri turut menentukan
signifikan antara efikasi diri dengan kepatuhan seberapa besar usaha yang dilakukan individu,
pembatasan intake cairan pasien hemodialisis serta berapa lama kemampuan untuk bertahan
(p value = 0.000) yang artinya terdapat dalam menghadapi situasi yang kurang
hubungan antara kedua variabel. kemudian uji menguntungkan. Keyakinan individu dalam
korelasi Pearson yang diujikan menyatakan, membuat suatu keputusan untuk mendapatkan
ada hubungan antara efikasi dengan kepatuhan kesehatan yang optimal merupakan keyakinan
pembatasan cairan (r=0.476 p= 0.001) dan dasar yang digunakan oleh individu untuk
berpola positif yang artinya semakin baik memotivasi dirinya selama menjalani terapi.
efikasi diri pasien maka akan semakin tinggi Maka berdasarkan penelitian ini bahwa pasien
kepatuhan pasien dalam membatasi asupan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
cairan. Hal tersebut juga didukung dalam di Ruang Hemodialisa RSUD Sultan
penelitian Nurohkim et all (2018) dengan hasil Imanuddin Pangkalan Bun yang memiliki self
yang menunjukan terdapat hubungan self efficacy tinggi cenderung akan memiliki
efficacy dengan kepatuhan pembatasan cairan kepatuhan asupan cairan yang tinggi pula, dan
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani sebaliknya pada pasien gagal ginjal yang
hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati memiliki self efficacy rendah cenderung akan
Bantul. memiliki tingkat kepatuhan asupan yang
rendah. Sehingga dalam hal ini pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa harus
selalu meningkatkan self efficacy salah satunya
dengan cara mengoptimalisasikan keyakinan
dirinya dalam hal pengobatan atau terapi medis
yang sudah diterapkan dalam hemodialisa.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Sebagian besar responden memiliki Self
efficacy yang tinggi.
Kepatuhan pembatasan cairan diperoleh data
sebagian besar responden patuh dalam
pembatasan asupan cairan.
Terdapat hubungan self efficacy dengan
Kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal
ginjal kronik yang di Ruang Hemodialisa
RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.

SARAN
Adapun saran yang peneliti berikan sebagai
berikut :
Pasien dan keluarga
Hasil penelitian ini bisa dijadikan informasi
bagi pasien dan keluarga untuk dapat mematuhi
rekomendasi rencana diet yang dianjurkan,
karena pasien saat keluar rumah selalu
berharap makan diluar sehingga asupan tidak
terkontrol
Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber
referensi untuk perlu adanya program
konseling yang lebih signifikan mengenai pola
pembatasan cairan agar dapat memberikan
pemahaman kepada pasien mengenai
pentingnya pembatasan cairan.
Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
informasi terkait self efficacy dengan kepatuhan
pembatasan cairan dalam upaya pencegahan
peningkatan angka pasien hemodialisa.
Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan oleh
penelitian selanjutnya dengan variabel yang
lebih variatif, memberikan intervensi untuk
meningkatkan self efficacy terutama pada
domain integritas diri.
DAFTAR PUSTAKA Irwan 2020. Etika dan Perilaku Kesehatan.
Alisa, F., Sastra, L., Amelia, W., & Desnita, R. Yogyakarta: CV. ABSOLUTE MEDIA
(2022). Hubungan Efikasi Diri Terhadap Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada (2018).Laporan Nasional Riset
Pasien Penyakit Ginjal Kronik (Pgk) Kesehatan Dasar. Kementerian
Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsup Kesehatan RI.
Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Amanah Kementerian Kesehatan RI. 2021. Situasi
Kesehatan, 4(2), 126-132. Penyakit Ginjal Kronik. Jakarta
Aveniawati, S., & Asnindari, L. N. (2018). Laily Isroin (2020). Manajemen cairan pada
Hubungan Efikasi Diri dengan pasien hemodialisis untuk meningkatkan
Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan Kualitas Hidup. Ponorogo: Unmuh
pada Pasien Hemodialisis di PKU Ponorogo
Muhammadiyah Yogyakarta. Laily Isroin. (2020). Adaptasi Psikologis
Cahyaningsih, N.D., (2018). Hemodialisa Pasien Yang Menjalani Hemodialisis.
(Cuci Darah) Panduan Praktis Jurnal EDU Nursing, Vol. 1, No 1, April
Perawatan Gagal Ginjal. Jakarta : Mitra 2020.
Medika. Lin, C.-C., Wu, C.-C., Anderson, R. M., Chang,
Centers for Disease Control and Prevention. C.-S., Chang, S.-C., Hwang, S.- J., &
(2017). National Chronic Kidney Disease Chen, H.-C. (2012). The chronic kidney
Fact Sheet. US Department of Health and disease self efficacy (CKD-SE)
Human Services, Center for Disease instrument: development and
Control and Prevention. psychometric evaluation. Oxford
Dewi, N. P. I. S. (2022). Gambaran Kepatuhan University, 3828–3834.
Pembatasan Cairan Pada Pasien Gagal https://doi.org/10.1093/ndt/gfr788
Ginjal Kronik Yang Menjalani Kazemi Sahar et all.(2017). Studying The
Hemodialisa Di Rsud Klungkung Tahun Relationship Between Self-Efficacy And
2022 (Doctoral dissertation, Poltekkes Dietary Adherence, In Patients Under
Kemenkes Denpasar Jurusan Hemodyalisis. The J Urmia Nurs
Keperawatan 2022). Midwifery Fac, Vol 15(11), February,
El Sayed, S. M. (2018). Assessment of self-care 2018
behaviors, self-efficacy and level of Mahmoud, S. N. (2020). Association between
physical activity of patients undergoing Health Locus of Control, Self-care and
hemodialysis. Port Said Scientific Journal Self Efficacy in Patients with End Stage
of Nursing. Renal Disease Undergoing Hemodialysis.
Firmansyah, M. R. (2020). Analisis Faktor- Life Science Journal
Faktor Yang Berhubungan Dengan Muhammad, A. 2019. Serba-serbi Gagal
Mekanisme Koping Pasien Gagal Ginjal Ginjal. Yogyakarta : DIVA Press.
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian
Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Kesehatan. Nursalam. 2019. Metodologi Penelitian Ilmu
Fitriani, A., & Hartanti, R. D. (2021). Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P. P.
Hubungan Self-Efficacy Dengan Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba
Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada Medika.
Pasien Hemodialisa: Literature Review. Nurohkim et all.(2018). Hubungan Self
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, 1, Efficacy Dengan Kepatuhan Pembatasan
2278–2292. Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Ghufron, M. N., & S, R. R. (2017). Teori-teori Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal
psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 9. No. 1.
IRR. (2017). Program Indonesia Renal https://stikes-yogyakarta.e-journal.id/JKS
Registry. 10 th Report Of Indonesia Renal I/article/view/87
Registry 1-46 Priska, N. P., & Herlina, S. (2019). Efikasi
Efikasi Diri Pembatasan Cairan Terhadap
Intradialytic Weight Gain Pasien Gagal Susilawati, E., Latief, K., & Khomarudin, K.
Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa (2018). Efikasi Diri Dan Dukungan
RSUD Pasar Minggu. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Pasien Hemodialisa Dalam
Keperawatan Indonesia, 9(02), 601-608. Meningkatkan Kepatuhan Pembatasan
Rahman, H. F., Sholihah, N., & Nugroho, S. A. Cairan. Faletehan Health Journal.
(2019). Efikasi Diri, Perawatan Diri Sutisna, Nathania S. (2017). Patofisiologi
Asupan Cairan, Peningkatan Berat Penyakit Ginjal Kronik. Alomedika.
Badan Intradialisis Klien Hemodialisis. Sutriyawan. (2021). Metodologi Penelitian
Jurnal Sain Health. Kedokteran Dan Kesehatan. Pt Refika
Aditama.
Riset kesehatan dasar (riskesdas) (2018). Wahyu Wijayanti, Laily Isroin, Lina
Badan peneliti kesehatan RI tahun 2018. EmaPurwanti. (2017), Analisis Perilaku
http://www.depkes.go.id/resources/downl Pasien Hemodialisis Dan Pengontrolan
oad/infoterkini/materi_rakorpop_20 Cairan Tubuh. Indonesian Journal for
18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – D Health Sciences, Vol. 1, No 1, Maret
Sari Mustika I dan Eska D P.(2019). Factors 2017, Hal. 10- 16.
that Contribute to Compliance on Wahyuni ED et all.(2020). Faktor yang
Patients Undergoing Haemodialysis. Mempengaruhi Interdialytic Berat Badan
IJMS – Indonesian Journal On Medical (IDWG) di Hemodialisis Pasien dengan
Science – Volume 6 No. 2 – Juli 2019. Precede-Lanjutkan Teori Pendekatan.
Sharaf, A. Y. (2018). The Impact of IOP Conference Seri: Bumi dan Ilmu
Educational Interventions on Lingkungan
Hemodialysis Patients' Adherence to Wayunah, W., & Saefullah, M. (2022). Self-
Fluid and Sodium Restriction. IOSR Efficacy Berhubungan Dengan
Journal of Nursing and Health Science Interdialytic Weight Gain (Idwg) Pada
(IOSR-JNHS). 2019; 50 - 60. Pasien Ggk Di Rsud Indramayu. Bima
Sugiarto, S., Tasalim, R., & Utama, S. Y. A. Nursing Journal, 3(2), 93–103.
(2020). Pengaruh Self-Efficacy Terhadap William. 2017. Fisiologi Keseimbangann
Kepatuhan Dalam Pembatasan Cairan Cairan dan Hormon yang Berperan. J.
Pada Pasien Ginjal Kronik Yang Kedokt. Meditek Vol. 23 No. 61.; 69 - 73.
Menjalani Hemodialisa Di Rsud Wijaya, A. K., Andari, F. N., & Nurhayati, N.
Yogyakarta. Dinamika Kesehatan: Jurnal (2023). Hubungan Self Efficacy terhadap
Kebidanan Dan Keperawatan. Kepatuhan dalam Pembatasan Asupan
Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Kualitatif, Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Kuantitatif, dan R&D. di Rsud Dr M Yunus Bengkulu.
Bandung :Alfabeta, CV. Malahayati Nursing Journal, 5(1), 67-79.
Suhardjono, et al (2017). Sehat Dengan Wijayanti, L. (2017). Pengaruh Spiritual care
Penyakit Ginjal Kronik. Jakarta. Alfabeta Terhadap Depresi dan Pemaknaan Hidup
Sulistyaningsih, D. R. (2022). Efektivitas pada klien Gagal Ginjal Terminal
Training Efikasi Diri Pada Pasien dengan Hemodialisa di Rumah Sakit
Penyakit Ginjal Kronik Dalam Islam Surabaya. Doctoral dissertation,
Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Universitas Airlangga.
Intake Cairan. Majalah Ilmiah Sultan
Agung, 50(128), 11–25.
Suparmo, S., & Hasibuan, M. T. D. (2021).
Hubungan Kepatuhan Pembatasan
Cairan Terhadap Terjadinya Edema Post
Hemodialisa Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Di Rumah Sakit Aminah Kota
Tangerang. Indonesian Trust Health
Journal, 4(2), 522–528.

Anda mungkin juga menyukai