Pasien MG memiliki gejala okular sebagai manifestasi awal dan didiagnosis okular
85% myastenia gravis (OMG)
• Faktor prognostik MG usia saat onset <50 tahun, merokok, kelainan timus, stimulasi saraf berulang
positif (RNS), dan antibodi reseptor asetilkolin positif (AChR Ab).
TUJUAN PENELITIAN
Analisa Survival
Kaplan Meier& Nilai P< 0.2 dari uji log rank
dimasukkan
Multivariate Cox
METODE
Semua pasien dengan ptosis atau diplopia pada awal <2 tahun sebelum diagnosis OMG dan memiliki diagnosis
akhir OMG berdasarkan salah satu tes berikut:
Faktor eksklusi:
Neurologist mendefinisikan MG --> pasien yang mengalami kelemahan aksial atau ekstremitas,
kelemahan wajah (kecuali pada otot mata), dan gejala bulbar (kesulitan bernapas, menelan, suara serak)
Pemeriksaan klinis:
- Gejala okular, durasi gejala, dan penilaian gerakan mata.
- Rontgen dada, CT scan kontras,
- Faktor antinuklear (ANA)
- Tes fungsi tiroid
-Tes timus
- Studi elektromiografi (RNS)
- Tes penyakit autoimun
METODE
IMS
NON- IMS
(kortikosteroid,
(ACE inhibitor
azathioprine
atau tanpa obat)
atau IMS lainnya)
– Dalam 2.1 bulan, hampir 50% pasien mengalami ptosis & diplopia,
dan pergerakan mata yang terbatas
– Ice pack test & fatigue induced ptosis positif :85 dari 93 pasien yang
diuji
– CT dada dengan kontras : 96 pasien didapatkan
• Piridostigmin diberikan kepada semua pasien dalam kelompok tanpa IMS (n=34, 29,6%)
• Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam karakteristik dasar atau investigasi antara
kelompok perlakuan, kecuali untuk gejala mata
HASIL
- Insiden ptosis dan diplopia lebih tinggi pada kelompok perlakuan IMS, karena respon yang buruk terhadap
antikolinesterase adalah dasar untuk memulai imunosupresan
- Efek samping terbanyak pasien MG yang telah diobati dengan IMS : cushingoid (n=18)
– Waktu rata-rata untuk konversi GMG adalah 2,9 (kisaran, 1,4-5,5) tahun
– Waktu rata-rata untuk berkembang menjadi MG pada kelompok perlakuan IMS (3,1 tahun) lebih lama dari pada
kelompok non-IMS (1,7 tahun)
Kurva Kaplan – Meier
Multivariat Cox
• Kelainan timus memiliki tingkat konversi yang lebih tinggi (AHR 4,28 95% CI 1,91-9,61)
• Tes stimulasi saraf berulang positif lebih mungkin berkembang menjadi GMG (aHR 3,84, 95% CI 0,83-17,75)
• Pengobatan dengan IMS signifikan mengurangi tingkat perkembangan MG (AHR 0,36 95% CI 0,15-0,84)
• Kelompok umur, tanda dan gejala, ANA, dan hasil tes fungsi tiroid bukan predictor secara signifikan konversi GMG
DISKUSI
DISKUSI
– Tes serologis positif dilaporkan pada 50% hingga 70% pasien dengan OMG
– Hasil tes RNS menunjukkan respons penurunan hanya pada 19% hingga 33% pasien
– Ice pack test/ fatique induced ptosis test positif sensitivitas tinggi (>80%)
– Saat ini, elektromiografi serat tunggal (SFEMG) paling sensitif untuk mendiagnosis OMG
DISKUSI
- Respon RNS (+) abnormal pada otot tungkai dapat membantu Sp.M mendiagnosis
tipe subklinis dari MG
DISKUSI
• Terapi
– Pengobatan dengan IMS dapat mengurangi tingkat perkembangan & menunda timbulnya peristiwa MG
– Jika dibandingkan dgn laporan penelitian sebelumnya, 80% hingga 90% pasien dengan OMG tanpa pengobatan
imunosupresif mengembangkan generalisasi sekunder dalam waktu 2 tahun setelah onset tanpa kemungkinan
perkembangan lebih lanjut.
– Pada penelitian ini menemukan waktu rata-rata generalisasi dalam pengobatan IMS adalah 3,1 tahun
dibandingkan dengan 1,7 tahun pada kelompok non-IMS.
KONKLUSI