Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN KADAR SGOT-SGPT PADA PASIEN TB PENGOBATAN

FASE AWAL DI PUSKESMAS PATI

Sri Eko Rahayu1, Andri Sukeksi2, Fitri Nuroini2


1
Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang
Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
2

Muhammadiyah Semarang

Info Artikel Abstrak


Diterima Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di
Direvisi dunia. Menurut data statistik World Health Organization
Disetujui (WHO) 2017 Indonesia berada pada peringkat kedua
Tersedia dengan jumlah terbesar insiden TB di dunia. Obat Anti
Online tuberkulosis fase awal cenderung memiliki efek
hepatotoksik antara lain isoniazid, rifampisin, dan
pirazinamid. Tanda hepatotoksik adalah peningkatan
Kata Kunci
Tuberkulosis, SGOT-SGPT,
enzim SGOT dan SGPT. Tujuan penelitian adalah untuk
Pengobatan fase awal mengetahui hubungan kadar SGOT dan SGPT pada
pasien TB pengobatan fase awal. Metode yang digunakan
adalah kinetik IFCC (International Federation of Clinical
Chemistry). Penelitian dilakukan terhadap 32 orang
penderita TB yang menjalani pengobatan OAT di
Puskesmas Pati. Hasil pemeriksaan diperoleh hasil rata-
rata kadar SGOT dan SGPT pada pasien setelah
pengobatan OAT 2 bulan fase awal 26,1 U/L dan 24,38
U/L. Hasil uji spearman menunjukkan terdapat hubungan
yang kuat antara pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT
pada pasien TB pengobatan fase awal, dengan nilai p =
0,000 < 0.05.

Pendahuluan Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) secara


Tuberkulosis adalah penyakit menular umum yaitu rifampisin, isoniazid, etambutol,
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium dan pyrazinamid. Keuntungan pemberian
tuberculosis yang masih menjadi masalah OAT-KDT adalah memudahkan pemberian
kesehatan dunia. Tahun 2012, diperkirakan obat dan menjamin kelangsungan pengobatan
terdapat 450.000 orang yang menderita sampai selesai. Efek samping OAT-KDT
TBMDR (Tuberculosis Multi Drug Resisten) paling sering ditemukan antara lain
170.000 orang meninggal dunia (Kemenkes, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan,
2014). Berdasar data WHO tahun 2017, serta gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal
Indonesia berada pada posisi kedua setelah (Aminah, 2013). Efek hepatotoksik
India untuk kasus tuberculosis. Data dari berhubungan dengan proses farmakokinetik
Dinas kesehatan Kabupaten Pati tahun 2017 yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan
terdapat 1129 kasus tuberkulosis di kabupaten ekskresi. Tanda hepatotoksik adalah
Pati. peningkatan enzim-enzim transaminase
Pengobatan TB diberikan dalam dalam serum yang terdiri dari Serum
bentuk paket berupa Obat Anti Tuberkulosis Glutamat Oxaloacetate Transaminase
*Corresponding Author:
Sri Eko Rahayu
Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail: yayukartika7@gmail.com
(SGOT) yang disekresikan secara paralel untuk mendeteksi kerusakan hepar (Prihatni,
dengan Serum Glutamate Pyruvate 2005). Semakin tinggi peningkatan kadar
Transaminase (SGPT). SGPT lebih spesifik SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat
http://repository.unimus.ac.id
kerusakan sel-sel hati (Cahyono, 2009). Tahap awal pengobatan diberikan setiap hari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Panduan pengobatan pada tahap awal untuk
kadar SGOT dan SGPT sesudah minum Obat menurunkan jumlah bakteri yang terdapat
Anti Tuberkulosis ( OAT ) 2 bulan fase awal. dalam tubuh pasien dan meminimalisir
Lama pengobatan fase awal adalah 2 bulan. pengaruh dari sebagian kecil bakteri yang
Peneliti memilih untuk mengukur kadar mungkin sudah resisten sejak sebelum
SGOT dan SGPT pada bulan kedua fase mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap
awal serta menganalisis hubungan kadar awal diberikan setiap hari selama 2 bulan.
SGOT dan SGPT pada pasien tuberkulosis Umumnya dengan pengobatan secara teratur
pengobatan fase awal di bulan kedua. dan tanpa adanya hambatan, daya penularan
Tanda hepatotoksik berupa menurun setelah pengobatan selama 2
peningkatan enzim-enzim transaminase minggu. Tahap lanjutan pengobatan
dalam serum yaitu peningkatan kadar enzim merupakan tahapan penting untuk membunuh
SGPT dan SGOT. Fakta ini didukung oleh sisa-sisa bakteri yang masih terdapat dalam
penelitian yang dilakukan Dyah Nova Ranti tubuh khususnya dalam keadaan dormant
Ayuningtyas dari Fakultas Kedokteran dan sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah terjadinya kekambuhan (Kemenkes, 2014).
Yogyakarta tahun 2014. Hasil penelitian Efek samping ringan Isoniasid dapat
didapatkan kadar SGOT setelah diberikan berupa tanda-tanda keracunan saraf tepi,
Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) rata- rata kesemutan, rasa terbakar di kaki, nyeri otot
58,6 mg/dL dan kadar SGPT rata-rata 80,84 dan hepatitis. Efek samping rifampisin dapat
mg/dL dan penelitian yang dilakukan Siti berupa sindrom flu, sindrom perut, sindrom
Aminah dari Analis Kesehatan Politeknik kulit. Etambutol dapat menyebabkan
Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang tahun gangguan penglihatan. Efek samping
2013. Hasil penelitian diperoleh peningkatan pirazinamid adalah hepatitis, nyeri sendi,
kadar SGOT 54,7% dan peningkatan kadar arthritis gout, penimbunan asam urat, demam,
SGPT 49,3%. mual, reaksi kulit. Streptomisin adalah OAT
Penyakit tuberkulosis (TB) ditularkan pertama yang secara klinis dinilai efektif,
melalui udara saat seorang pasien TB batuk efek samping berkaitan dengan keseimbangan
dan percikan ludah yang mengandung bakteri dan pendengaran. Resiko efek samping akan
tersebut terhirup oleh orang lain saat meningkat seiring dengan peningkatan dosis
bernafas. Apabila penderita batuk, bersin, (PDPI, 2006).
atau berbicara saat berhadapan dengan orang Kadar SGOT menunjukkan
lain, basil tuberkulosis terhisap ke dalam paru peningkatan dapat ditemukan setelah terjadi
orang sehat dengan masa inkubasi selama 3-6 infark miokadium akut dan kerusakan hati.
bulan (Widoyono, 2008). Gejala utama Kadar SGOT akan kembali normal dalam 4
pasien tuberkulosis paru adalah batuk sampai 6 hari, apabila tidak terjadi infark
berdahak selama 2 minggu atau lebih, batuk tambahan. Kelainan fungsi hati terjadi apabila
dapat bercampur darah, sesak nafas, badan nilai SGOT lebih besar dari 2 sampai 3 kali
lemas, nafsu makan menurun, berat badan batas nilai normal. Penyakit hati akan
menurun, berkeringat malam hari tanpa menyebabkan kadar serum meningkat 10 kali
kegiatan fisik, malaise (rasa kurang enak atau lebih dalam waktu yang lama (Kee,
badan), demam meriang lebih dari satu bulan 2007).
(Kemenkes RI, 2014). Enzim SGPT banyak disebabkan oleh
Pasien yang terinfeksi kuman TB akan indikasi kerusakan hati. Pemeriksaan SGPT
mendapat pengobatan sesuai dengan standard dilakukan untuk identifikasi penyakit hati,
pengobatan TB. Pengobatan TB meliputi terutama sirosis dan hepatitis yang
pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan. disebabkan oleh alkohol, narkoba dan virus
dengan peningkatan kadar mencapai 200
sampai 4000 U/L (Medicatherapy, 2007).
Kadar SGPT sering dibandingkan
dengan SGOT untuk tujuan diagnostik. Kadar
SGPT serum meningkat lebih khas dari pada
SGOT pada kasus nekrosis hati dan hepatitis
akut. Perbedaan kedua enzim tersebut adalah rangka, ginjal, otak dan sel-sel darah merah.
SGPT ditemukan terutama di hati dengan Oleh karena itu SGPT adalah indikator yang
jumlah klinis diabaikan ditemukan di ginjal, lebih spesifik pada peradangan hati dari pada
jantung dan otot rangka, sedangkan SGOT SGOT (Kee, 2007).
ditemukan di dalam hati, otot jantung, otot Konsumsi obat dalam waktu yang
http://repository.unimus.ac.id
lama akan memberikan efek samping bagi Jenis penelitian yang dilakukan adalah
tubuh. Salah satu respon tubuh terhadap obat penelitian analitik dengan pendekatan kohort
yang masuk adalah toleransi farmako kinetika prospektif yaitu dengan mengambil darah
yaitu perubahan adaptif yang terjadi di dalam pasien TB yang telah memenuhi kriteria
sistem tubuh yang dipengaruhi oleh obat, sampel yang telah ditentukan yaitu setelah
sehingga respons tubuh terhadap obat pasien mendapat pengobatan fase awaldi
berkurang pada pemberian berulang. bulan kedua. Tempat penelitian akan
(Setiawati, 2007). dilaksanakan di Laboratorium Balai
Faktor-faktor yang berpengaruh Kesehatan Wilayah Pati.
terhadap pemeriksaan SGOT-SGPT dapat Populasi pada penelitian adalah seluruh
disebabkan oleh faktor pra analitik, analitik pasien yang menjalani pengobatan TB fase
dan post analitik. Faktor pra analitik untuk awal dari 8 puskesmas sebanyak 35 orang.
pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT di Sampel penelitian adalah pasien laki-laki dan
laboratorium yang perlu diperhatikan antara perempuan yang tidak memiliki riwayat
lain pengambilan sampel dan persiapan penyakit hati. Pasien TB akan diambil
reagen serta alat yang digunakan. Faktor sampelnya pada fase awal di bulan kedua.
analitik perlu diperhatikan pada saat Besar sampel sebanyak 32 yang diperoleh
pemeriksaan seperti suhu dan reaksi yang dari perhitungan rumus slovin (Sugiyono,
terjadi pada alat yang digunakan. Persiapan 2014).
reagen yang dilakukan yaitu percampuran Alat yang digunakan adalah auto
reagen 1 (buffer) dan reagen 2 (substart) chemistry analyzer, mikro pipet, sentrifuge,
dengan perbandingan 4:1 (Anonim, 2018). tabung sampel, spuit 3 mL, vacutainer,
Farmakokinetik adalah nasib obat di torniquet. Bahan yang digunakan adalah air
dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. dengan TDS (Total Dissolve Solid) kurang
Farmakokinetik mencakup 4 proses yaitu dari atau sama dengan 8 ppm, sampel darah
absorpsi, distribusi, metabolisme dan vena, kit reagen SGOT dan SGPT.
ekskresi. Metabolisme obat terjadi di hati. Pemeriksaan SGOT dan SGPT menggunakan
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah alat auto chemistry analyzer dengan metode
obat yang non polar (larut lemak) menjadi kinetik IFCC (International Federation of
polar (larut air) agar dapat di ekskresi melalui Clinical Chemistry). Uji normalitas data
ginjal atau empedu (Ganiswara,et.al, 2009). menggunakan Shapiro-Wilk, karena jumlah
Berdasarkan konsep reseptor obat, akan sampel yang diperoleh kurang dari 50
diketahui efek obat terhadap tubuh dan (Dahlan.S, 2011). Setelah dilakukan uji
hubungan obat dengan pemeriksaan SGOT normalitas data terdistribusi tidak normal dan
dan SGPT. Selama pengobatan TB apabila dilanjutkan dengan uji spearman.
tidak terdapat efek pada organ tubuh berarti
proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan Hasil
ekskresi berjalan dengan baik. Sebaliknya Pemeriksaan dilakukan di
apabila terdapat gangguan dalam proses Laboratorium Balai Kesehatan Masyarakat
tersebut maka akan menimbulkan efek Wilayah Pati dan dilakukan terhadap 32
samping tubuh (Ganiswara, et.al, 2009). pasien dengan pengobatan OAT pada bulan
kedua. Data yang diperoleh disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik. Data yang diperoleh
dianalisis untuk mengetahui hubungan antara
kadar SGOT dan SGPT.

Tabel 1.Data dan rerata kadar


Kadar SGOT dan
SGOT-SGPT

Variabel N SGPTMinimum Maksimum


Rerata
Bahan dan Metode
*Corresponding Author:
Sri Eko Rahayu
Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail: yayukartika7@gmail.com

http://repository.unimus.ac.id
dilakukan uji statistik
Kadar SGOT 32 Shapiro-Wilk
26,10 10,20 dengan data sebagai berikut.
123,90
sesudah
pengobatan
OAT fase Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data
awal di bulan
kedua Nilai p
Kadar SGPT 32 24,38 8,70 108,80 Kadar 0,000
sesudah SGOT
pengobatan Kadar 0,000
OAT fase SGPT
awal di bulan
kedua Hasil uji normalitas seperti tercantum
pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa data
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 32 terdistribusi tidak normal. Nilai p kadar
responden rata-rata kadar SGOT dan SGPT SGOT fase awal sebesar 0,000 dan nilai p
setelah menjalani dua bulan pengobatan fase kadar SGPT sebesar 0,000. Uji statistik
awal yaitu sebesar 26,10 U/L dan 24,38 U/L, dilanjutkan dengan uji korelasi spearman
kadar minimum SGOT-SGPT sesudah untuk melihat apakah ada hubungan yang
pengobatan di bulan kedua sebesar 10,20 U/L kuat dari kadar SGOT dan kadar SGPT
dan 8,70 U/L, kadar maksimum SGOT-SGPT setelah pengobatan OAT fase awal pada
di bulan kedua sebesar 123,90 U/L dan bulan kedua.
108,80 U/L.
Tabel 3. Hasil Uji Statistik Korelasi Data
Spearman’s rho

Nilai p
Kadar 0,000
SGOT
Kadar 0,000
SGPT
Setelah dilakukan uji spearman,
diperoleh hasil nilai p sebesar 0,000 < 0,05
yang berarti bahwa terdapat hubungan antara
kadar SGOT dan SGPT setelah pengobatan
OAT fase awal di bulan kedua.

Diskusi
Penelitian memberikan hasil yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kadar SGOT dan SGPT darah pada
bulan kedua pengobatan TB fase awal. Data
penelitian menunjukkan bahwa kadar SGOT
dan SGPT rata-rata masih normal hanya
sebagian yang mengalami kenaikan sesudah
pengobatan OAT pada bulan kedua fase awal.
Pengobatan tuberkulosis tidak lepas
Gambar 1. Grafik Distribusi Kadar SGOT dari efek samping OAT. Obat yang masuk ke
dan SGPT Fase Awal dalam tubuh akan melalui proses absorpsi,
Grafik pada Gambar 1 menunjukkan distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Obat
bahwa dari 32 responden sebagian besar yang diminum akan diantarkan melalui
responden memiliki kadar SGOT dan SGPT pencernaan dan diabsorbsi melalui pembuluh
dalam range normal. Sedangkan responden darah menuju ke hati. Obat akan pecah dan
yang mengalami kenaikan kadar setelah penguraian dari molekul obat akan
menjalani pengobatan OAT fase awal di dimetabolisme di hati. Obat diinaktifkan oleh
bulan kedua, sebanyak 3 sampel SGOT dan 4 enzim hati dan dirubah menjadi zat yang larut
sampel SGPT yang mengalami kenaikan dalam air untuk diekskresikan, tetapi
kadar. Data yang telah dikumpulkan
beberapa obat ditransformasikan menjadi Rifampisin apabila dikombinasikan dengan
metabolit aktif yang menyebabkan penyakit Isoniazid sering menyebabkan gangguan
hati. Rifampisin aktif terhadap sel yang saluran cerna. Pirazinamid dapat menimbulkan
tumbuh. Kerja rifampisin menghambat DNA gangguan hati. Secara umum, semua obat TB
dependent RNA polymerase dari efektif dalam menghambat Bakteri TB, namun
mikrobakteria dan mikro organisme lain. bersifat hepatotoksis (Ganiswara, et.al, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan Kesimpulan
sebagian besar responden memiliki kadar Hasil pengukuran kadar SGOT pada
SGOT dan SGPT yang masih normal. pasien sesudah pengobatan OAT 2 bulan
Kenormalan atau penurunan kadar SGOT dan didapatkan rata-rata 26,10 U/L, kadar SGPT
SGPT kemungkinan disebabkan oleh didapatkan rata-rata 24,38 U/L dan ada
peristiwa toleransi farmakokinetika. hubungan yang kuat pada kadar SGOT dan
Toleransi farmakokinetika merupakan SGPT sesudah pengobatan OAT 2 bulan fase
perubahan distribusi atau metabolisme suatu awal.
obat setelah pemberian berulang. Obat yang
telah melewati metabolisme di hati dengan Referensi
mudah untuk dieksresikan melalui ginjal atau Abbas .A. 2017. Monitoring Efek Samping
melalui usus, sehingga tidak memberatkan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada
kerja hati (Setiawati, 2007). Pengobatan Tahap Intensif Penderita
Meskipun dari data stastistik TB Paru Di Kota Makasar. Journal
menunjukkan terdapat peningkatan kadar of agromedicine and Medical
SGOT dan SGPT yang signifikan, Sciences. 3(1):19-24.
peningkatan kadar serum tersebut secara
klinis masih dapat dilakukan untuk Aminah.S. 2013. Perbedaan Kadar SGOT,
menormalkan kembali agar dapat SGPT, Ureum dan kreatinin Pada
melanjutkan pengobatan. Berdasarkan hasil Penderita TB Paru Setelah Enam
penelitian, peningkatan kadar SGOT yang Bulan Pengobatan. Jurnal Analis
lebih tinggi dibandingkan dengan SGPT Kesehatan. 2(2):260-269.
kemungkinan disebabkan karena otot
Anonim. 2018. Insert Kit GOT(ASAT)FS.
jantungnya mengalami kerusakan dan obat
Jakarta: PT. DiaSys Diagnonostic
yang diminum tidak berpengaruh pada sel
System. Cat no. 126019983022.
hati. Sedangkan kadar SGPT yang meningkat
lebih tinggi dibanding SGOT kemungkinan Anonim. 2018. Insert Kit GPT(ALAT)FS.
disebabkan oleh kerja hati yang secara terus Jakarta: PT. DiaSys Diagnonostic
menerus dalam pengobatan TB menjadi berat System. Cat no. 127019983022.
dan akibatnya hati tidak dapat bekerja dengan
optimal. Sehingga dalam pemeriksaan darah Cahyono.JBSB. 2009. Hepatitis A.
akan meningkatkan kadar enzim yang Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta.
menyebabkan kadar SGPT meningkat. Hasil Dahlan.S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran
peningkatan kadar SGPT pada penelitian ini dan Kesehatan.Edisi 5. Jakarta:
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang Salemba Medika.
dilakukan oleh Anisa (2015) diperoleh kadar
SGPT meningkat 3,1 %, kadar SGPT normal DKK. 2017. Sistem Informasi Tuberkulosis
96,9% setelah 2 bulan pengobatan fase awal. Terpadu 10.04. Dinas Kesehatan
Kabupaten Pati.
Ganiswara. Sulistia.G. 2009. Farmakologi
dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI.
Kee.J.L.2007. Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium dan Diagnostik. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman
Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan.

*Corresponding Author:
Sri Eko Rahayu
Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail: yayukartika7@gmail.com
Medicatherapy. 2007. Serum glutamic pyrufic medicatherapy.com/indexphp/content.
transaminase SGPT. http://www. read/222/info_lab Diakses tanggal 19
Oktober 2011. & Pemberantasan Tuberkulosis.
PDPI. 2006. Tuberkulosis Pedoman Erlangga. Jakarta
Diagnosa dan Penatalaksanaan di WHO. 2011. Global Tuberculosis Control.
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru WHO report 2011. Geneva.
Indonesia.
WHO. 2017. World Healt Organization
Prihatni.D. 2005. Efek Hepatotoksik Anti Global Tuberculosis report. Geneva.
Tuberkulosis Terhadap Kadar
Aspartate Amino transferase dan
Alanine Aminotransferase Serum
Penderita Tuberkulosis Paru.
Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical
Laboratory.12(1):1-5.
Setiawati.A.Suyatna.F.D. dan Gan.Sulistia.
2007. Farmakologi Dan Terapi.
Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Alfabeta. Bandung.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai