Muhammadiyah Semarang
http://repository.unimus.ac.id
dilakukan uji statistik
Kadar SGOT 32 Shapiro-Wilk
26,10 10,20 dengan data sebagai berikut.
123,90
sesudah
pengobatan
OAT fase Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data
awal di bulan
kedua Nilai p
Kadar SGPT 32 24,38 8,70 108,80 Kadar 0,000
sesudah SGOT
pengobatan Kadar 0,000
OAT fase SGPT
awal di bulan
kedua Hasil uji normalitas seperti tercantum
pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa data
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 32 terdistribusi tidak normal. Nilai p kadar
responden rata-rata kadar SGOT dan SGPT SGOT fase awal sebesar 0,000 dan nilai p
setelah menjalani dua bulan pengobatan fase kadar SGPT sebesar 0,000. Uji statistik
awal yaitu sebesar 26,10 U/L dan 24,38 U/L, dilanjutkan dengan uji korelasi spearman
kadar minimum SGOT-SGPT sesudah untuk melihat apakah ada hubungan yang
pengobatan di bulan kedua sebesar 10,20 U/L kuat dari kadar SGOT dan kadar SGPT
dan 8,70 U/L, kadar maksimum SGOT-SGPT setelah pengobatan OAT fase awal pada
di bulan kedua sebesar 123,90 U/L dan bulan kedua.
108,80 U/L.
Tabel 3. Hasil Uji Statistik Korelasi Data
Spearman’s rho
Nilai p
Kadar 0,000
SGOT
Kadar 0,000
SGPT
Setelah dilakukan uji spearman,
diperoleh hasil nilai p sebesar 0,000 < 0,05
yang berarti bahwa terdapat hubungan antara
kadar SGOT dan SGPT setelah pengobatan
OAT fase awal di bulan kedua.
Diskusi
Penelitian memberikan hasil yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kadar SGOT dan SGPT darah pada
bulan kedua pengobatan TB fase awal. Data
penelitian menunjukkan bahwa kadar SGOT
dan SGPT rata-rata masih normal hanya
sebagian yang mengalami kenaikan sesudah
pengobatan OAT pada bulan kedua fase awal.
Pengobatan tuberkulosis tidak lepas
Gambar 1. Grafik Distribusi Kadar SGOT dari efek samping OAT. Obat yang masuk ke
dan SGPT Fase Awal dalam tubuh akan melalui proses absorpsi,
Grafik pada Gambar 1 menunjukkan distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Obat
bahwa dari 32 responden sebagian besar yang diminum akan diantarkan melalui
responden memiliki kadar SGOT dan SGPT pencernaan dan diabsorbsi melalui pembuluh
dalam range normal. Sedangkan responden darah menuju ke hati. Obat akan pecah dan
yang mengalami kenaikan kadar setelah penguraian dari molekul obat akan
menjalani pengobatan OAT fase awal di dimetabolisme di hati. Obat diinaktifkan oleh
bulan kedua, sebanyak 3 sampel SGOT dan 4 enzim hati dan dirubah menjadi zat yang larut
sampel SGPT yang mengalami kenaikan dalam air untuk diekskresikan, tetapi
kadar. Data yang telah dikumpulkan
beberapa obat ditransformasikan menjadi Rifampisin apabila dikombinasikan dengan
metabolit aktif yang menyebabkan penyakit Isoniazid sering menyebabkan gangguan
hati. Rifampisin aktif terhadap sel yang saluran cerna. Pirazinamid dapat menimbulkan
tumbuh. Kerja rifampisin menghambat DNA gangguan hati. Secara umum, semua obat TB
dependent RNA polymerase dari efektif dalam menghambat Bakteri TB, namun
mikrobakteria dan mikro organisme lain. bersifat hepatotoksis (Ganiswara, et.al, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan Kesimpulan
sebagian besar responden memiliki kadar Hasil pengukuran kadar SGOT pada
SGOT dan SGPT yang masih normal. pasien sesudah pengobatan OAT 2 bulan
Kenormalan atau penurunan kadar SGOT dan didapatkan rata-rata 26,10 U/L, kadar SGPT
SGPT kemungkinan disebabkan oleh didapatkan rata-rata 24,38 U/L dan ada
peristiwa toleransi farmakokinetika. hubungan yang kuat pada kadar SGOT dan
Toleransi farmakokinetika merupakan SGPT sesudah pengobatan OAT 2 bulan fase
perubahan distribusi atau metabolisme suatu awal.
obat setelah pemberian berulang. Obat yang
telah melewati metabolisme di hati dengan Referensi
mudah untuk dieksresikan melalui ginjal atau Abbas .A. 2017. Monitoring Efek Samping
melalui usus, sehingga tidak memberatkan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada
kerja hati (Setiawati, 2007). Pengobatan Tahap Intensif Penderita
Meskipun dari data stastistik TB Paru Di Kota Makasar. Journal
menunjukkan terdapat peningkatan kadar of agromedicine and Medical
SGOT dan SGPT yang signifikan, Sciences. 3(1):19-24.
peningkatan kadar serum tersebut secara
klinis masih dapat dilakukan untuk Aminah.S. 2013. Perbedaan Kadar SGOT,
menormalkan kembali agar dapat SGPT, Ureum dan kreatinin Pada
melanjutkan pengobatan. Berdasarkan hasil Penderita TB Paru Setelah Enam
penelitian, peningkatan kadar SGOT yang Bulan Pengobatan. Jurnal Analis
lebih tinggi dibandingkan dengan SGPT Kesehatan. 2(2):260-269.
kemungkinan disebabkan karena otot
Anonim. 2018. Insert Kit GOT(ASAT)FS.
jantungnya mengalami kerusakan dan obat
Jakarta: PT. DiaSys Diagnonostic
yang diminum tidak berpengaruh pada sel
System. Cat no. 126019983022.
hati. Sedangkan kadar SGPT yang meningkat
lebih tinggi dibanding SGOT kemungkinan Anonim. 2018. Insert Kit GPT(ALAT)FS.
disebabkan oleh kerja hati yang secara terus Jakarta: PT. DiaSys Diagnonostic
menerus dalam pengobatan TB menjadi berat System. Cat no. 127019983022.
dan akibatnya hati tidak dapat bekerja dengan
optimal. Sehingga dalam pemeriksaan darah Cahyono.JBSB. 2009. Hepatitis A.
akan meningkatkan kadar enzim yang Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta.
menyebabkan kadar SGPT meningkat. Hasil Dahlan.S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran
peningkatan kadar SGPT pada penelitian ini dan Kesehatan.Edisi 5. Jakarta:
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang Salemba Medika.
dilakukan oleh Anisa (2015) diperoleh kadar
SGPT meningkat 3,1 %, kadar SGPT normal DKK. 2017. Sistem Informasi Tuberkulosis
96,9% setelah 2 bulan pengobatan fase awal. Terpadu 10.04. Dinas Kesehatan
Kabupaten Pati.
Ganiswara. Sulistia.G. 2009. Farmakologi
dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI.
Kee.J.L.2007. Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium dan Diagnostik. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman
Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan.
*Corresponding Author:
Sri Eko Rahayu
Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang Indonesia 50273
E-mail: yayukartika7@gmail.com
Medicatherapy. 2007. Serum glutamic pyrufic medicatherapy.com/indexphp/content.
transaminase SGPT. http://www. read/222/info_lab Diakses tanggal 19
Oktober 2011. & Pemberantasan Tuberkulosis.
PDPI. 2006. Tuberkulosis Pedoman Erlangga. Jakarta
Diagnosa dan Penatalaksanaan di WHO. 2011. Global Tuberculosis Control.
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru WHO report 2011. Geneva.
Indonesia.
WHO. 2017. World Healt Organization
Prihatni.D. 2005. Efek Hepatotoksik Anti Global Tuberculosis report. Geneva.
Tuberkulosis Terhadap Kadar
Aspartate Amino transferase dan
Alanine Aminotransferase Serum
Penderita Tuberkulosis Paru.
Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical
Laboratory.12(1):1-5.
Setiawati.A.Suyatna.F.D. dan Gan.Sulistia.
2007. Farmakologi Dan Terapi.
Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKUI.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Alfabeta. Bandung.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan