Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL REVIEW

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


DENGAN SIROSIS HEPATIS

COV ER

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1. A A Istri Revaliana Pradnyandari (193213006)
2. Dewa Ayu Made Febriari (193213009)
3. I Gusti Ayu Made Indri Amanda (193213014)
4. Ni Komang Bunga Triska Yuniari (193213027)
5. Ni Komang Devi Arianti (193213028)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2021

1
ANALISIS EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA
PASIEN SIROSIS HEPATIS DENGAN KOMPLIKASI SPONTANEOUS
BACTERIAL PERITONITIS DI SALAH SATU RUMAH SAKIT DI
YOGYAKARTA

1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektifitas
antibiotik yang digunakan dalam terapi SBP pada pasien sirosis hepatis di salah
satu rumah sakit di yogyakarta.

2. Desain Penelitian
Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis pada hati yang menggambarkan
stadium akhir fibrosis hepatik dan berlangsung progresif. Komplikasi yang
dialami pasien sirosis hati antara lain; perdarahan saluran cerna bagian atas, koma
peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta
hepatosellular carcinoma. Secara umum yang sering terjadi pada pasien rawat inap
adalah Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). SBP merupakan infeksi yang
terjadi pada cairan peritoneal oleh salah satu jenis bakteri tanpa adanya bukti
infeksi sekunder intra abdominal. SBP dapat disebabkan karena translokasi
bakteri menembus dinding usus dan adanya penyebaran bakteri secara hematogen.
Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan secara
cross sectional. Metode purpusive sampling digunakan untuk menentukan sampel
yang digunakan. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-Juni 2019. Data rekam
medik yang diambil adalah periode Januari-Desember 2018.

3. Sampel
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien sirosis hepatis dengan
komplikasi SBP di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-
Desember 2018. Dengan Kriteria inklusi, Pasien didiagnosis menderita sirosis
hepatis dengan komplikasi SBP, mendapatkan terapi antibiotika sefotaksim dan
seftriakson, dan data rekam medis lengkap. Kriteria eksklusi adalah pasien
meninggal. Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung melalui data
registrasi di bagian rekam medik PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Hasil Penelitian
Penderita sirosis hepatis laki-laki sebanyak 62,7% dan perempuan 37,3%. Kelamin
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stress oksidatif yang bisa memicu
perkembangan dan progresi sirosis hati. Pasien sirosis hati dengan komplikasi
SBP paling banyak pada kelompok usia 56-65 tahun sebanyak 11 orang (36,7%),
dan paling rendah pada kelompok usia kurang dari 35 tahun sebanyak 1 orang
(3,0%). Dalam faktor pendidikan tingkat pendidikan pasien sirosis hepatis dengan
komplikasi SBP yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Tingkat pendidikan
terbanyak adalah pendidikan dasar (SD, SMP, dan SMA). Tingkat pendidikan
yang terbanyak untuk pasien sirosis hepatis yang tertinggi adalah SD dan SMP
2
sebanyak 53%. Di dalam penelitian ini, data menunjukkan bahwa pasien sirosis
hati semakin berkurang seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan pasien.
Dalam penelitian ini,kelompok pekerjaan yang paling banyak menderita sirosis
hepatis adalah wiraswasta. Kemungkinan besar terpapar virus hepatis dari orang-
orang teman kerja ataupun dari orang yang sering ketemu dalam aktifitas
pekerjaannya. Terdapat dua jenis antibiotika yang digunakan untuk pasien sirosis
hati dengan komplikasi SBP yang di rawat di ruang rawat inap yaitu antibiotika
seftriakson dan sefotaksim. Dari hasil analisis secara statistik, menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) dari efektefitas
penggunaan antibiotika seftriakson dan sefotaksim. Nilai rata-rata losar untuk
penggunaan antibiotika seftriakson dan sefotaksim secara berurutan adalah 7 hari
dan 6 hari.

5. Kesimpulan
Rata-rata LOSAR penggunaan antibiotika seftriakson sebesar 7 hari dan
sefotaksim sebesar 6 hari. Tidak terdapat perbedaan efektifitas dari penggunaan
terapi antibiotika seftriakson dan sefotaksim pada pasien sirosis hepatis dengan
komplikasi SBP

3
LAMPIRAN

4
ANALISIS EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA
PASIEN SIROSIS HEPATIS DENGAN KOMPLIKASI SPONTANEOUS
BACTERIAL PERITONITIS DI SALAH SATU RUMAH SAKIT DI
YOGYAKARTA

Adnan*, lolita
Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad
Dahlan
*adnan@pharm.uad.ac.id

ABSTRAK
Sirosis merupakan suatu proses difusi yang dikarakteristikan dengan
fibrosis dan perubahan dari struktur hepatik normal menjadi nodul abnormal secara
struktural. Secara umum komplikasi yang sering terjadi pada pasien rawat inap
adalah Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP). Banyak terapi antibiotik yang bisa
digunakan untuk SBP, misal golongan aminoglikosida, sefalosporin generasi ke
tiga, penisilin, kuinolon dan golongan sulfa. penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada perbedaan efektifitas antibiotik yang digunakan dalam terapi SBP. Jenis
penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan data secara retrospektif pada pasien sirosis hati dengan komplikasi
SBP di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2018. Sampel adalah semua
pasien sirosis hati dengan komplikasi SBP yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Metode samplingnya adalah purposive sampling. Data yang diambil
merupakan data karakterisik demografi dan karakteristik klinik. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariate dan uji beda. Terdapat
30 sampel yang memenuhi kriteria dengan komposisi laki-laki 18 orang (60%) dan
12 perempuan (40%). Terdapat 8 orang yang menerima antibiotik seftriakson dan
22 orang mendapatkan terapi sefotaksim. Nilai rata-rata LOSAR untuk seftriakson
7 hari dan sefotaksim 6 hari. Hasil analisis uji beda efektifitas antibiotik p = 0, 152.
tidak ada perbedaan yang signifikan antara efektifitas seftriakson dan sefotkasim (p
> 0,05).
Kata kunci: Sirosis Hati, Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP), Antibiotik

ABSTRACT
Cirrhosis is a diffusion process characterized by fibrosis and changes from
normal hepatic structures to structurally abnormal nodules. In general,
complications that often occur in hospitalized patients are Spontaneous Bacterial
Peritonitis (SBP). Many antibiotic therapies can be used for SBP, for example
aminoglycosides, third-generation cephalosporins, penicillins, quinolones and
sulfa groups. The purpose of this study was to determine whether there are
differences in the effectiveness of antibioics used in SBP therapy. This type of
research is observational analytic with cross sectional approach. Retrospective
data collection in patients with cirrhosis of the liver with SBP complications in PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Hospital in 2018. Samples are all patients with
cirrhosis of the liver with SBP complications who meet the inclusion and exclusion

5
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 3(1) Mei 2020 (1-8)
Adnan
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032

criteria. The sampling method is purposive sampling. The data taken is


demographic characteristic data and clinical characteristics. Analysis of the data
used in this study is multivariate analysis and different tests. There were 30 samples
that met the criteria with a composition of 18 men (60%) and 12 women (40%).
There were 8 people who received ceftriaxone antibiotics and 22 people got
cefotaxime therapy. The average value of LOSAR for 7-day ceftriaxone and 6-day
cefotaxime. Results of the analysis of different antibiotic effectiveness tests p> 0.05.
in this study is that there is no significant difference between the effectiveness of
ceftriaxone and cefotkasim.
Keywords: Hepatic Cirrhosis, Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP), Antibiotic

PENDAHULUAN intra abdominal. SBP dapat disebabkan


Sirosis hepatis adalah suatu karena translokasi bakteri menembus
keadaan patologis pada hati yang dinding usus dan adanya penyebaran
menggambarkan stadium akhir fibrosis bakteri secara hematogen2.
hepatik dan berlangsung progresif. METODE PENELITIAN
Kerusakan sel hati akan berlanjut Rancangan penelitian
menjadi gangguan susunan hepar dan Rancangan penelitian ini adalah
peningkatan vaskularisasi yang observasional analitik dengan
menyebabkan terjadinya varises atau pendekatan secara cross sectional.
pelebaran pembuluh darah di daerah Metode purpusive sampling digunakan
gaster maupun esofagus1. untuk menentukan sampel yang
Komplikasi yang dialami pasien sirosis digunakan, yaitu penentuan sampel
hati antara lain; perdarahan saluran berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
cerna bagian atas, koma peptikum, Pengambilan data dilakukan secara
hepatorenal sindrom, dan asites, retrospektif.
Spontaneous bacterial peritonitis serta Tempat dan waktu
hepatosellular carcinoma. Secara umum Penelitian dilakukan di Rumah
yang sering terjadi pada pasien rawat Sakit PKU Muhammadiyah
inap adalah Spontaneous Bacterial Yogyakarta. Pengambilan data
Peritonitis (SBP). SBP merupakan dilakukan pada bulan Maret-Juni 2019.
infeksi yang terjadi pada cairan Data rekam medik yang diambil adalah
peritoneal oleh salah satu jenis bakteri periode Januari-Desember 2018
tanpa adanya bukti infeksi sekunder Populasi dan sampel

2
Populasi terjangkau dalam Tahap persiapan: mengurus
penelitian ini adalah pasien sirosis ethical clearance, perizinan ke rumah
hepatis dengan komplikasi SBP di RSU sakit. Untuk tahap pelaksanaan, dimulai
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan pengumpulan data yang
periode Januari-Desember 2018. dilakukan secara langsung melalui data
Sampel penelitian dalam penelitian ini registrasi di bagian rekam medik PKU
adalah bagian dari populasi terjangkau Muhammadiyah Yogyakarta. Data yang
yang memenuhi ktriteria inklusi dan diambil meliputi data karakteristik
eksklusi. demografi dan karakteristik klinis
Kriteria inklusi adalah: Pasien pasien yang meliputi, nama/nomer
didiagnosis menderita sirosis hepatis rekam medic, usia, pendidikan,
dengan komplikasi SBP, mendapatkan pekerjaan, diagnosis, antibiotik yang
terapi antibiotika sefotaksim dan diterima, data laboratorium
seftriakson, dan data rekam medis Analisis Data
lengkap. Kriteria eksklusi adalah pasien Data dianalisis secara diskriptif
meninggal. dan analitik. Analisis diskriptif untuk
Variabel penelitian menganalisis data demografi dan
Variabel bebas, variabel bebas analisis analitik untuk uji perbedaan
dalam penelitian ini adalah Terapi efektifitas.
antibiotik seftriakson dan sefotaksim. HASIL DAN PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
Variabel terikat, variabel terikat dalam
JENIS KELAMIN
penelitian ini adalah efektifitas Tabel I. Distribusi pasien berdasarkan jenis
antibiotika kelamin

Analisis statistik Jenis N %


Data dianalisis secara diskriptif
kelamin
Laki-laki 18 60
dan analitik. Analisis diskriptif untuk Perempuan
Total 12 40
menganalisis data demografi dan
Tabel I menjelaskan jumlah
analisis analitik untuk uji perbedaan
pasien sirosis hati berdasarkan jenis
efektifitas.
kelamin. Penelitian Patasik et al 3 juga
Jalannya Penelitian
mendapatkan penderita sirosis hepatis

3
laki-laki sebanyak 62,7% dan (31,4%). Sirosis hati merupakan
perempuan 37,3%. Kelamin merupakan penyakit hati kronik yang bersifat laten,
salah satu faktor risiko terjadinya stress sehingga sering dijumpai seiring
oksidatif yang bisa memicu bertambahnya usia dan perubahan
perkembangan dan progresi sirosis hati. patofisiologis yang terjadi berkembang
Jenis kelamin diperkirakan memiliki lambat sampai akhirnya gejala yang
peranan pada terjadinya sirosis hati4. timbul menandakan terjadinya sirosis
laki-laki mempunyai lingkungan sosial hati. Pasien dengan riwayat hepatitis,
dan gaya hidup yang berbeda dari perubahan dari hepatitis kronik menjadi
perempuan, secara umum laki-laki sirosis hati membutuhkan waktu sekitar
memiliki peluang lebih besar untuk 10 sampai 30 tahun sedangkan sirosis
berkontak dengan virus hepatitis dan hati kompesata menjadi dekompesata
mengkonsumsi alcohol5. biasanya membutuhkan waktu 6 tahun.
USIA Penyakit sirosis merupakan penyakit
Tabel II. Distribusi pasien yang menyerang di usia produktif
berdasarkan usia kehidupan, di Indonesia rata-rata
Usia N % penderita sirosis berada pada kelompok
< 35 1 33,3
36-45 3 10 usia 30-59 tahun8
46-55 7 23,3 PENDIDIKAN
56-65 11 36,7
>65 8 26,7 Tabel III. Distribusi pasien berdasarkan
Total 30 100
pendidikan

Pendidikan N %
Tabel II, menjelaskan bahwa Tidak sekolah 3 10
pasien sirosis hati dengan komplikasi Pendidakan dasar 14 46,7
Pendidikan menengah 11 36,7
SBP paling banyak pada kelompok usia Pendidikan tinggi 2 6,6
total 30 100
56-65 tahun sebanyak 11 orang
(36,7%), dan paling rendah pada Tabel III memberikan informasi
kelompok usia kurang dari 35 tahun mengenai tingkat pendidikan pasien
sebanyak 1 orang (3,0%). Penelitian ini sirosis hepatis dengan komplikasi SBP
sejalan dengan yang dilakukan yang menjadi sampel dalam penelitian
Marselina (2014), pasien terbanyak ini. Tingkat pendidikan terbanyak
pada kelompok usia 51-60 tahun adalah pendidikan dasar (SD, SMP, dan

4
sederajat) sebanyak 14 orang (46,7%), tabel V. Jenis pekerjaan terbanyak dari
diikuti tingkat pendidikan menengah pasien adalah bekerja sebagai
(SMA dan sederajat) sebanyak 11 orang wiraswasta sebanyak 15 orang (50%).
(36,7%), dan jumlah paling sedikit Samila (2012), dalam penelitiaanya
adalah pendidikan tinggi (perguruan menuliskan pasien terbanyak adalah
tinggi) sebanyak 2 orang (6,6%). Di karyawan.
dalam penelitiannya, Lamtota7, Data yang sama juga
menuliskan bahwa tingkat pendidikan disampaikan oleh Lamtota6. dalam
yang terbanyak untuk pasien sirosis penelitiannya, yaitu jumlah pasien
hepatis yang tertinggi adalah SD dan terbanyak adalah wiraswasta. Menurut
SMP sebanyak 53%. Di dalam Lindseth9, Masyarakat yang
penelitian ini, data menunjukkan bahwa mempunyai resiko tinggi untuk tertular
pasien sirosis hati semakin berkurang virus hepatitis adalah pasien
seiring dengan meningkatnya tingkat hemodialisa, orang yang kontak dengan
pendidikan pasien. Kesehatan penderita hepatitis atau karier hepatitis
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah dan pekerja di bidang kesehatan
satunya adalah perilaku masyarakat, terutama yang kontak dengan darah.
perilaku masyarakat tersebut akan Dalam penelitian ini, kelompok
dipengaruhi oleh pendidikan. pekerjaan yang paling banyak
Pengetahuan masyarakat tentang menderita sirosis hepatis adalah
penyakit akan meningkat seiring dengan wiraswasta. Kemungkinan besar
tingginya tingkat pendidikan dan terpapar virus hepatis dari orang-orang
sebaliknya, sehingga pencegahan teman kerja ataupun dari orang yang
terhadap penyakit lebih mungkin untuk sering ketemu dalam aktifitas
dilakukan. pekerjaannya.

PEKERJAAN Table IV. Distribusi pasien berdasarkan


pekerjaan
Data distribusi pasien sirosis
Pekerjaan N %
hati dengan komplikasi SBP Tidak 3 10
bekerja
berdasarkan pekerjaan dapat dilihat di 7 23,3
Petani
15 50

5
Wiraswasta 5 16,7 antibiotika sefotaksim sebanyak 2
Lainnya 30 100
total pasien, dan pemakaian paling lama
adalah penggunaan antibiotika
KARAKTERISTIK KLINIK seftriakson selama 14 hari sebanyak 1
Tabel V. Distribusi penggunaan terapi
pasien.
antibiotik
Antibiotik N % Dari hasil analisis secara
Seftriakson 8 26,7
Sefotaksim 22 73,3 statistik, menunjukkan bahwa tidak
Total 30 100
terdapat perbedaan yang signifikan
(p>0.05) dari efektefitas penggunaan
Tabel V menjelaskan bahwa
antibiotika seftriakson dan sefotaksim.
gerdapat dua jenis antibiotika yang
Nilai rata-rata losar untuk penggunaan
digunakan untuk pasien sirosis hati
antibiotika seftriakson dan sefotaksim
dengan komplikasi SBP yang di rawat
secara berurutan adalah 7 hari dan 6
di ruang rawat inap yaitu antibiotika
hari.
seftriakson dan sefotaksim. Seftriakson
Tabel VI. Distribusi penggunaan terapi
dan sefotaksim, keduanya merupakan
antibiotik
antibiotika golongan sefalosporin Antibiotik LOSAR Jumlah
generasi ketiga yang bisa digunakan (hari)
Seftriakson 4 3
untuk pasien sirosis dengan infeksi 5 1
7 2
bakteri. Antibiotika ini memiliki 10 1
14 1
aktivitas kurang aktif terhadap kokus Total 8
Rata-rata 6,7 (7)
Gram-postif dibanding generasi I, tapi Sefotaksim 3 2
lebih aktif terhadap 4 8
5 1
Enterobacteriaceae, termasuk strain 6 2
7 3
yang memproduksi ß-laktamase 8 5
10 1
(Brunton, 2011). Total 22
Rata-rata 6,1 (6)
LOSAR (Length of Stay Antibiotik
Related)
KESIMPULAN DAN SARAN
Table VI memberikan informasi
KESIMPULAN
waktu lama penggunaan antibiotika.
Rata-rata LOSAR penggunaan
Pemakaian yang paling pendek adalah 3
antibiotika seftriakson sebesar 7 hari
hari untuk pasien yang menggunakan

6
dan sefotaksim sebesar 6 hari. Tidak online) 2014 (diunduh 28 Maret
2019).
terdapat perbedaan efektifitas dari
3) Lindseth GN. Gangguan hati,
penggunaan terapi antibiotika kandung empedu, dan
pangkreas. Dalam: Hartanto P,
seftriakson dan sefotaksim pada pasien
Wulansari ND, A Maharani,
sirosis hepatis dengan komplikasi SBP. editor (penyunting).
Patofisiologi Konsep Klinis
SARAN
Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
Perlu ditambah parameter untuk EGC; 2005. hal. 472-508
4) Marselina NMT. Gambaran
melihat efektifitas dari penggunaan
Klinis Pasien Sirosis Hati: Studi
antibiotik. Perlu dilakukan penambahan Kasus di RSUP Dr Kariadi
Semarang Periode 2012-2012.
jumlah sampel untuk meningkatkan
Jurnal Media Medika Muda.
hasil penelitian yang lebih baik 2014;3 (1)
5) Nurdjanah, Siti. 2009. Sirosis
UCAPAN TERIMAKASIH
Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu
Terimakasih disampaikan Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid I.
Jakarta: Pusat Penerbitan
kepada semua pihak yang telah Departemen Ilmu Penyakit
membantu terlaksananya penelitian ini. Dalam FK UI
6) Patasik YZ, Waleleng BJ,
Terimakasih kami sampaikan kepada Wantania F. Profil pasien sirosis
Kepala dan seluruh staf Lembaga hati yang dirawat inap di RSUP
Prof. Dr. D. Kandou Manado
Penelitian dan Pengabdian Kepada periode Agustus 2012 sampai
Masyarakat (LPPM) Universitas Agustus 2014. Eclinic. 2015;
3(1): 342-7.
Ahmad Dahlan dan Direktur RSU PKU 7) Samila Y. Karakteristik
Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah penderita sirosis hati rawat inap
di rumah sakit Tembakau Deli
memberikan ijin sebagai tempat PTP. Nusantara II Medan Tahun
melakukan penelitian 1999-2003 (serial online) 2012
(diunduh 28 Maret 2019)
8) Shimizu I, Matsumoto T, Suzuki
DAFTAR PUSTAKA N, Sagara C, Koizumi Y, Asaki
T,. Chronic liver disease
1) Brunton, L. 2011. Goodman & develop more slowly in females
Gillman‟s The Pharmacological than males. Dalam: Simizu I,
Basis of Therapeutics, 12th Ed. editor (penyunting). Preventive
The McGraw-Hills Companies, female sex factors against the
Inc. pp 171-845. development of chronic liver
2) Lamtota I. Profil pasien sirosis disease. Japan: Bentham
hati yang dirawat inap di RSUP eBooks; 2012. Hlm.3-18
Haji Adam malik Medan (serial

7
9) Sutadi, Maryani S., 2003.
Sirosis Hepatis. Universitas Sumatra
Utara: Fakultas Kedokteran
10) Tasnif, Y. dan Hebert, M., 2013.
Complications of End-Stage Liver
Disease, dalam: Applied Therapeutic
The Clinical Use of Drugs. Wolter
Kluwers, Lippincott.
11) Widjaja, F. dan Karjadi, 2011.
Pencegahan Perdarahan Berulang pada
Pasien Sirosis Hati. J Indon Med
Assoc, 61,

Anda mungkin juga menyukai