A. Faktor mekanis
B. Faktor Fungsional
C. KLASIFIKASI
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik
berdasarkan lokasinya antara lain:
1. Tuba Fallopii
2. Uterus
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominala
TANDA
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan.
Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan
7. Pucat
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10.Gangguan kencing
Gejala
• Nyeri
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri
dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar
• Perdarahan
Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus
mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya
membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus
• Amenorhea
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki bekas
perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari
bahwa mereka hamil
F. Patofisiologi
Sebuah ovum difertilisasi dibagian ampulla tuba, sehingga setiap hambatan perjalanan ovum
ke dalam rongga rahim memungkinkan terjadinya kehamilan tuba. Mukosa tuba bukan merupakan
medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya, dimana
vaskularisasi kurang baik, dan desidua tidak dapat tumbuh dengan sempurna. Di bawah pengaruh
hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar
dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium
yaitu; sel epitel membesar, nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler.
Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal.
Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis.
PATWAY
PENATALAKSANAAN
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam tindakan demikian ,
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.:
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk
mengetahui kehamilan ektopik dapat melakukan:
Laboratorium :
a)Hematokrit
b)Sel darah putih
c)Laju endap darah meningkat
d)Tes kehamilan
Pemeriksaan penunjang
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat pemeriksaan ultrosonografi (USG).
Pemeriksaan ini dapat menggambarkanisi dari rahim seorang wanita Pemeriksaan USG
dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur,
maupun di tempat lain.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan
perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1.Biodata (mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat)
2.Keluhan utama (Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang).
3.Riwayat
4.Riwayat penyakit yang pernah dialami
5.Riwayat kesehatan keluarga
6.Riwayat kesehatan reproduksi
7.Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas
8.Pola aktivitas sehari-hari
9.Pemeriksaan fisik, meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
10.Pemeriksaan laboratorium
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
dengan rupture tuba keperawatan selama 3x24 a.Identifikasi lokasi, karakteristik, a.Untuk mengetahui lokasi,
fallopii, perdarahan jam,diharapkan tingkat nyeri durasi frekuensi, kualitas dan karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
intraperitoneal menurun, dengan kriteria hasil: intesitas nyeri dan intesitas nyeri.
1.Keluhan nyeri menurun b.Observasi reaksi nonverbal dan b.Untuk mengetahui reaksi nonverbal
2.Tidak bersikap protektif ketidaknyamanan dan ketidak nyamanan pasien
(menghindari area nyeri) c.Berikan teknik non farmakologi c.Untuk mengurangi nyeri tanpa obat
3.Tidak meringis (nafas dalam) d.Untuk menambah pengetahuan klien
4.aTTV dalam rentang normal d.Jelaskan penyebab nyeri dan keluarga serta meningkatkan
e.Kolaborasi pemberian analgetik partisipasi klien dalam perawatan
(paracetamol 1000mg x 1) untuk mengurangi nyeri
e.Untuk mengurangi nyeri klien
IMPLEMENTASI
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi
pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data
EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2016). Evaluasi merupakan
tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan
pasien.
S: subjektif
O: objektif
A: assessment
P: planning
ANY QUESTIONS???
TERIMA
KASIH
OM SANTHI, SANTHI, SANTHI , OM