ABSTRAK
Kata Kunci : Persepsi Penyakit, Kualitas Hidup, Pengobatan, Gagal Ginjal Kronik
4
ABSTRACT
Chronic renal failure often as accompanied by co-morbidities that cause a variety of treatments
that can affect illness perceptions and their quality of life. Measurement of perceptions and
quality of life is very necessary because illness perceptions can affect compliance with patient
treatment and assessment of quality of life can be an evaluation the success of therapy. This
study aims to determine illness perception and quality of life, the relationship between illness
perception and quality of life, the relationship between treatment with illness perception and
the quality of life in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis at RSUD dr.
Soedarso Pontianak.The research method use analytic observational study by cross-sectional
approach. Sample size 51 respondent use purposive sampling. Data collection was obtain from
interviews, B-IPQ and EQ-5D instruments, medical records and prescriptions. Data were
analyzed using Chi Square test with a significance level of 95 % (α = 0.05). The results showed
that more participants had negative perceptions (54,90 %), good quality of life (72,55 %) and
experienced polypharmacy (50,98). The result of statistical test showed that there was no
relationship between illness perception and quality of life (p = value 0,058); between treatment
and illness perception (p value = 0,683) and there was a relatiship between treatment and
quality of life (p value = 0,004).
PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronik merupakan berbagai kelas terapi dan sub terapi seperti
penyakit yang bersifat progesif dan anti hipertensi, anti diabetes, anti anemia
irreversibel, dimanifestasikan karena oleh dan lainnya sehingga akan berpengaruh
ekskresi albumin yang abnormal atau terhadap menurunnya kualitas hidup
penurunan fungsi ginjal yang diukur seseorang.(7,8) Kualitas hidup digunakan
melalui laju filtrasi glomerulus (LFG) dan sebagai ukuran klinis bagi pengobatan
berlangsung selama lebih dari tiga pasien yang menjalani haemodialisa yang
bulan.(1,2) Haemodialisa merupakan terapi diukur berdasarkan rasa subjektif atas
yang berfungsi sebagai pengganti fungsi kesejahteraan yang dirasakan oleh pasien.(9)
ginjal yang dibutuhkan oleh penderita gagal Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
ginjal kronik (GGK) untuk memperpanjang yang menjalani haemodialisa merupakan
usia harapan hidupnya.(3,4) Haemodialisa hal yang menarik perhatian tenaga
(HD) adalah suatu prosedur dimana darah kesehatan, karena tujuan dari terapi
dikeluarkan dari tubuh penderita dan haemodialisa sendiri adalah untuk
beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh mempertahankan kualitas hidup pasien.(10)
yang disebut dialiser.(5) Haemodialisa dapat Persepsi pasien juga dapat
menyebabkan perubahan pada pola hidup digunakan untuk melihat kesehatan serta
pasien, mulai dari diet pasien, tidur, kualitas hidup seseorang selain hanya
aktivitas sehari-hari serta penggunaan dilihat berdasarkan dari hasil pengobatan
obat.(6) yang dilakukan sebelumnya.(11) Pasien
Polifarmasi cenderung terjadi pada dengan persepsi positif akan berdampak
pasien gagal ginjal yang disebabkan pada peningkatan kualitas hidupnya,
terdapat beberapa penyakit komplikasi sedangkan persepsi negatif terhadap
serta penyakit komorbid yang kompleks penyakit yang dideritanya akan
yang mengakibatkan pengobatan gagal menyebabkan pasien kehilangan harapan
ginjal kronik kompleks dan bervariasinya dalam menjalani hidup.(12) Selain itu
regimen pengobatan yang terdiri atas persepsi penyakit dapat mempengaruhi
5
itu terjadi karena laki-laki kurang tertinggi yaitu 20 mg/dl. Serum Kreatinin
memperhatikan dan menjaga kesehatan jika merupakan hasil metabolisme endogen
dibandingkan dengan perempuan serta yang digunakan untuk menilai fungsi
kurang patuh dalam mengkonsumsi glomerulus. Kreatinin digunakan sebagai
obat.(15) salah satu cara menegakkan diagnosis gagal
Usia rata-rata pasien gagal ginjal ginjal karena hanya dapat diekskresikan di
kronik yang menjalani haemodialisa di ginjal.(20) Penyakit gagal ginjal kronik
RSUD Soedarso Pontianak adalah 50,12 menyebabkan kreatinin meningkat di dalam
tahun dengan usia termuda yaitu 23 tahun darah, hal ini dikarena terjadi penurunan
dan tertua 60 tahun. Hasil ini sesuai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) sehingga
penelitian Erwinsyah (2009), dimana rata- jumlahnya dalam air seni menurun.(21)
rata usia haemodialisa di RS Jambi adalah Penyakit penyerta pasien
51 tahun.(16) Hal ini disebabkan karena dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu
terjadinya penurunan fungsi ginjal pada ada penyakit penyerta dan tidak ada
orang tua yang menyebabkan turunnya penyakit penyerta. Sebanyak 45 orang
kecepatan ekskresi ginjal dan (88,24 %) dari 51 pasien gagal ginjal
(15)
memburuknya fungsi tubulus. Saat usia kronik disertai dengan penyakit penyerta
melebihi 40 tahun terjadi penurunan laju dan 6 orang (11,76 %) tidak terdapat
filtrasi glomerulus secara progresif hingga penyakit penyerta. Penyakit penyerta
usia 70 tahun sebanyak 50 % dari keadaan terbanyak yang dimiliki pasien yaitu
normal.(17) hipertensi dan diabetes. Hasil ini sama
Frekuensi haemodialisis seluruh dengan data dari Indonesia Renal Registry
pasien gagal ginjal kronik yang digunakan 2011, dimana penyebab terbanyak dari
sebagai sampel dalam penelitian ini yaitu 2 gagal ginjal kronik adalah hipertensi (34 %)
kali seminggu. Menurut PERNEFRI 2011, dan diabetes mellitus (27 %).(22)
dimana frekuensi haemodialisis per minggu Pengobatan pada pasien gagal ginjal
di Indonesia tahun 2012 terbanyak yaitu kronik dibagi menjadi 2 kategori yaitu
frekuensi 2 kali seminggu dengan jumlah jumlah obat < 5 (non polifarmasi) dan ≥ 5
terbanyak 7.902 orang, diikuti sekali (polifarmasi). %). Jumlah obat tertinggi
seminggu sebanyak 3.666 orang, 3 kali yang dikonsumsi pasien perharinya yaitu 9
seminggu sebanyak 783 orang, >3 kali jenis obat dan terkecil yaitu 2 jenis obat.
seminggu sebanyak 53 orang dan frekuensi Salah satu faktor yang menyebabkan
yang tidak teratur sebanyak 4.631 orang.(18) polifarmasi yaitu pasien menderita
Haemodialisa dua kali tiap minggu yang beberapa penyakit sehingga melakukan
dilakukan pasien dapat mengurangi pengobatan lebih dari satu dokter.(23) Profil
komplikasi, menurunkan tingkat uremia penggunaan obat pada pasien gagal ginjal
dari waktu ke waktu serta mengurangi kronik di RSUD dr. Soedarso dapat dilihat
diuresis residual.(19) pada tabel 7. Penggunaan obat tertinggi
Rata-rata serum kreatinin semua yaitu pada obat antihipertensi, hal ini
pasien dalam penelitian ini adalah sebesar disebabkan sebagian besar pasien disertai
10,25 mg/dl, dengan kadar kreatinin dengan penyakit hipertensi.
terendah 4 mg/dl dan kadar kreatinin
7
17-25 1 1,96
26-35 2 3,92
Usia (tahun)
36-45 12 23,53
46-55 16 31,37
56-65 20 39,22
Rata-rata 50,12 tahun
Ada 45 88,24
Penyakit Penyerta
Tidak Ada 6 11,76
1 0 0
Frekuensi HD (kali/minggu) 2 52 100
>2 0 0
<5 25 49,02
Jumlah Obat
≥5 26 50,98
Gambaran Persepsi Penyakit yaitu 69 dan skor terendah 16. Hasil ini
Penilaian mengenai persepsi sesuai dengan penelitian Lutfianti, dkk
tentang penyakit gagal ginjal kronik ini (2013), dimana lebih banyak pasien yang
didasarkan pada skor jawaban item 1-8 memiliki persepsi negatif terhadap penyakit
pada kuesioner B-IPQ (Brief Illness gagal ginjal kronik (60,5 %) dibandingkan
Perception Questionnaire). Menurut dengan pasien yang memiliki persepsi
Lochting et al (2013), skor yang lebih positif (39,5 %).(24) Berdasarkan penelitian
tinggi menunjukkan bahwa penyakit yang dilakukan Sartika dkk (2015), pasien
tersebut dianggap ancaman dengan rentang gagal ginjal memiliki persepsi negatif
nilai total 0 hingga 80. Penyakit gagal ginjal terhadap penyakit karena gagal ginjal
kronik dianggap sebagai ancaman apabila kronik merupakan penyakit yang tidak
skor total berada diatas nilai median yaitu dapat disembuhkan dan menyebabkan
40.(11) Pada tabel II menunjukkan pasien ketergantungan pada orang lain. Selain itu,
lebih banyak yang memiliki persepsi penyakit ini menyebabkan seseorang
negatif dengan jumlah 28 orang (54,90 %) terganggu aktivitas sehari-harinya dan
dibandingkan dengan persepsi positif yang pasien merasa bosan untuk mengkonsumsi
sebanyak 23 orang (45,10 %). Skor obat serta harus menjalani haemodialisa
tertinggi pada pengisian kuesioner item 1-8 seumur hidup.(25)
8
Tabel II. Distribusi Persepsi Penyakit Gagal menjalani haemodialisa di RSUD dr.
Ginjal Kronik Pasien Haemodialisis di RSUD Soedarso Pontianak tidak ditemani oleh
dr. Soedarso Pontianak (n= 51)
keluarga dan mampu menyiapkan
kebutuhan sebelum haemodialisa secara
No Persepsi Penyakit N % mandiri.
Gagal Ginjal Kronik
Tabel III. Distribusi Kualitas Hidup Pasien
1 Positif (<40) 23 45,10 Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
2 Negatif (≥ 40) 28 54,90 Haemodialisa di RSUD dr. Soedarso Pontianak
Total 51 100 (n= 51)
dampak yang besar terhadap hidupnya Hasil analisis data antara pengobatan
maka akan memiliki kualitas hidup yang dengan kualitas hidup menggunakan Uji
cenderung baik. Fisher’s Exact Test, diperoleh nilai
signifikan p = 0,004 (p.value < 0,05). Hal
Hubungan antara Pengobatan dengan tersebut menunjukkan bahwa terdapat
Persepsi Penyakit Gagal Ginjal Kronik hubungan antara pengobatan dengan
Hasil analisis data antara kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
pengobatan dengan persepsi penyakit gagal yang menjalani haemodialisa di RSUD dr.
ginjal kronik menggunakan Uji Chi Square, Soedarso Pontianak. Hal ini berarti bahwa
diperoleh nilai signifikan p = 0,683 (p.value jumlah obat yang dikonsumsi akan
> 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hasil
tidak terdapat hubungan antara pengobatan ini sejalan dengan penelitian yang
dengan persepsi penyakit gagal ginjal dilakukan oleh Nursilmi, dkk (2017), yang
kronik pada pasien yang menjalani menunjukkan bahwa terdapat hubungan
haemodialisa di RSUD dr. Soedarso bermakna antara konsumsi obat-obatan
Pontianak. dengan kualitas hidup dimensi kesehatan
Menurut teori, dimana seseorang fisik.(34) Menurut Volpe et al (2010),
yang memiliki multimorbiditas cenderung polifarmasi dapat menyebabkan penurunan
memiliki persepsi negatif tentang kepatuhan pada pengobatan.(35)
kesehatannya karena semakin banyak Ketidakpatuhan ini akan menyebabkan
jumlah obat yang diresepkan.(32)(33). Hasil gagalnya terapi yang berakibat terhadap
ini dapat disebabkan pasien menganggap penurunan kualitas hidup pasien serta
pengobatan tersebut dapat membantu peningkatan angka morbiditas dan
penyakitnya sehingga tidak mempengaruhi mortalitas.(36)
persepsi mengenai penyakit meskipun
banyak obat yang harus dikonsumsi
perharinya.
Tabel V. Hubungan antara Pengobatan dengan Persepsi Penyakit Gagal Ginjal Kronik di RSUD dr.
Soedarso Pontianak dengan Menggunakan Uji Chi Square
Persepsi Penyakit
Total P
No Pengobatan Positif Negatif
N % N % n %
1 <5 12 52,17 13 46,43 25 49,02
2 ≥5 11 47,83 15 53,57 26 50,98 0,683
Tabel VI. Hubungan antara Pengobatan dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani di RSUD dr. Soedarso Pontianak dengan Menggunakan Uji Chi Square
Kualitas Hidup
Total P
No Pengobatan Baik Buruk
N % N % n %
1 <5 23 62,16 2 14,29 25 49,02
2 ≥5 14 37,84 12 85,71 26 50,98 0,004
Jumlah Persentase
No Golongan
(N=233) (%)
1. Antihipertensi
a. ACE Inhibitor 1
b. ARB 29
c. CCB 33
d. Centrally Acting Adrenergic Drugs 6 43,35
e. Diuretik 9
f. Beta Bloker 23
5. Antiulserasi
a. PPI 9
b. Antagonis Reseptor 1 5,58
c. Pelindung Mukosa 1
d. Antasida 2
6. Antiansietas dan Anti Insomnia
a. Benzodiazepin 8 3,43
7. NSAID 6 2,58
8. Antipirai 7 3,00
9. Antidiabetes
a. Sulfonilurea 1 0,43
ureum dan kreatinin plasma pada pasien 24. Lutfianti A, Mustakhim. Hubungan
CKD yang menjalani hemodialisis di persepsi klien tentang penyakit gagal
RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal ginjal kronik dengan perubahan harga
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. diri di Ruang Haemodialisa RSUD dr. R.
2014; 14(2): 97-104 Soedjati Soemodiardjo Purwodadi.
17. Nurcahayati S. Analisis faktor-faktor 2013; 3(1): 51-57
yang berhubungan dengan kualitas 25. Sartika AI, Koesma RE, Abidin Z.
hidup pasien gagal ginjal kronik yang Pengaruh cogntitve behavior therapy
menjalani hemodialisis di Rumah Sakit (CBT) untuk menurunkan tingkat
Islam Fatimah Cilacap dan Rumah Sakit depresi pada pasien gagal ginjal kronik.
Umum Banyumas. Universitas 2015. Jurnal Universitas Padjajaran: 1-
Indonesia; 2014 11
18. PERNEFRI. Frekuensi tindakan 26. Lestari NY. Validasi European Quality
hemodialisis per minggu di Indonesia of life 5- dimensions (EQ5D)
tahiun 2011 dalam 5 th report of questionnaire versi Indonesia pada
Indonesia renal registry. Jakarta: pasien hipertensi di Puskesmas
Perkumpulan Nefrologi Indonesia Kotagede II Yogyakarta. Skripsi.
(PERNEFRI); 2011 Yogyakarta: Farmasi Universitas
19. Guerrero GV, Alvarado OS, Espina MC. Ahmad Dahlan; 2015
Quality of life in people with chronic 27. Annisa. Penilaian kualitas hidup pada
hemodialysis: association with pasien usia lanjut dengan Eq-5d di Klub
sociodemographic, medicalclinical and Jantung Sehat Kelurahan Pondok Kelapa
laboratory variables. Revista Latino- dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Americana de Enfermagem. 2012; 20: Tesis. Jakarta: Fakultas Kedokteran
838-846. Universitas Indonesia; 2013
20. Makmur WN,, Tasa H, Sukriyadi. 28. Rustandi H, Tranado H, Pransasti T.
Pengaruh hemodialisis terhadap kadar Faktor-faktor yang mempengaruhi
ureum dan kreatinin darah pada pasien kualitas hidup pasien chronic kidney
gagal ginjal kronik yang menjalani disease (ckd) yang menjalani
hemodialisis di Ruang Hemodilisis (HD) hemodialisa di ruang hemodialisa.
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Jurnal Keperawatan Silampari. 2018;
Makasar. 2013; 2(1): 1-7 1(2): 32-46
21. Theresia I. Peranan hemodialisis dalam 29. Priyanti D, Farhana N. Perbedaan
upaya menurunkan kadar ureum dan kualitas hidup pasien gagal ginjal yang
kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik bekerja dan tidak bekerja yang menjalani
di Ruang Sudirohusoso Makasar. hemodialisis di Yayasan Ginjal Diatrans
Skripsi. Makasar: Program Studi S1 Indonesia. INQUIRY Jurnal Ilmiah
Kepewaratan-SNHM; 2011 Psikologi. 2016; 7(1): 41-47
22. Indonesia Renal Registry. Data 30. Naim AB, Dibonaventura M, Wagner S,
penderita gagal ginjal kronik yang Piech CT. Assesing work productivity
menjalani hemodialisis. Jawa Barat; loss and disability among chronic kidney
2012 disease sufferes in the United States.
23. Kismawati M, Lukaman H, Dewa I. 2010
Profil drug-related problems pada pasien 31. Wahl AK, Robinson HS, Langeland E,
geriatric rawat inap di Bangsal Bugenvil Larsen MH, Krogstad AL, et al. Clinical
Unit Penyakit Dalam RSUP. dr. Sardjito characteristics associated with illness
Yogyakarta Periode September 2009- perception in psoriasis. Acta Derm
Januari 2010. Prosiding Seminar Venereol. 2013; 93: 1-5
Nasional.Yogyakarta: Universitas Gajah 32. Mulyani E, Darmawan E, Mustofa.
Mada; 2011 Hubungan jumlah obat yang diresepkan
13