Anda di halaman 1dari 114

HUBUNGAN ADEKUASI HEMODIALISIS DAN STATUS GIZI

DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS
DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Oleh
NI PUTU EKA MAHAYUNDHARI
P07131214013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI D IV
DENPASAR
2018
HUBUNGAN ADEKUASI HEMODIALISIS DAN STATUS GIZI
DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS
DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Denpasar

Oleh :
NI PUTU EKA MAHAYUNDHARI
P07131214013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI D IV
DENPASAR
2018

i
ii
iii
iv
HUBUNGAN ADEKUASI HEMODIALISIS DAN STATUS GIZI DENGAN
KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang cukup
berat secara menahun dan bersifat progresif serta tidak dapat pulih kembali.
Pengobatan penderita PGK salah satunya adalah dengan terapi hemodialisisi.
Pasien hemodialisis rentan terhadap kekurangan gizi. Apabila hemodialisis tidak
adekuat dan pasien mengalami malnutrisi maka akan mempercepat perkembangan
penyakit dan menurunkan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara adekuasi hemodialisis dan status gizi dengan
kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah
Denpasar. Jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional. Sampel
penelitian adalah 43 orang yang ditentukan secara konsekutif . Data yang
dikumpulkan berupa karakteristik sampel, frekuensi hemodialisis, adekuasi
hemodialisis, status gizi dan kualitas hidup yang diperoleh melalui wawancara dan
mencatat data rekam medik. Berdasarkan kriteria adekuasi hemodialisis, diperoleh
hasil sebanyak 35 sampel (81,4%) berada pada kategori adekuat, sebanyak 33
sampel (77%) status gizinya berada pada kategori baik dan 37 sampel (86%)
kualitas hidupnya berada pada kategori baik. Dari uji Spearman diperoleh hasil
ada hubungan antara variabel adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup sampel
(nilai p=0,000) dengan nilai r = 0,67 dan ada hubungan antara status gizi dengan
kualitas hidup sampel (nilai- p = 0,006) dengan nilai r = 0,41. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah ada hubungan antara adekuasi hemodialisis dan status gizi
dengan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah
Denpasar. Semakin baik adekuasi hemodialisis dan status gizi pasien maka
semakin baik pula dengan kualitas hidup pasien PGK.

Kata Kunci : Penyakit Ginjal Kronik (PGK), Adekuasi Hemodialisis, Status Gizi,
Kualitas Hidup

v
RELATIONSHIP OF HEMODIALISTS AND NUTRITION STATUS WITH
QUALITY OF LIFE PATIENTS WITH CHRONIC KIDNEY DISEASE
UNDERGOING HEMODIALYSIS IN SANGLAH HOSPITAL

ABSTRACT

Chronic Kidney Disease (CKD) is a severe chronic kidney function


decline and is progressive and can not be recovered. Treatment of CKD sufferers
one of them is with hemodialisisi therapy. Hemodialysis patients are susceptible
to malnutrition. If hemodialysis is inadequate and the patient is malnourished it
will accelerate the progression of the disease and decrease the patient's quality of
life. The purpose of this study is to determine the relationship between adequation
hemodialysis and nutritional status with the quality of life of patients who CKD
with hemodialysis at Sanglah Hospital. Type of observational research with cross
sectional design. The sample of the study was 43 people who were determined on
a consecutive basis. The data collected were sample characteristics, hemodialysis
frequency, hemodialysis adequacy, nutritional status and quality of life obtained
through interview and medical record data. Based on the criteria of hemodialysis
adequation, the result of 35 samples (81,4%) is in adequate category, 33 samples
(77%) of nutritional status are in good category and 37 samples (86%) of the
quality of life are in good category. From the Spearman test, the result shows that
there is correlation between variable of hemodialysis adequation with sample life
quality (p value = 0,000) with r = 0,67 and there is correlation between nutritional
status with sample life quality (value = p = 0,006) with r = 0 , 41. The conclusion
of this research is there is relationship between adequation of hemodialysis and
nutritional status with quality of life of CKD patients undergoing hemodialysis at
Sanglah Hospital. The better adequation of hemodialysis and nutritional status of
patients hence better also with quality of life of CKD patients.

Keywords: Chronic Kidney Disease, Hemodialysis Adequacy, Nutritional Status,


Quality of Life

vi
RINGKASAN PENELITIAN

Hubungan Adekuasi Hemodialisis dan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar

Oleh : Ni Putu Eka Mahayundhari (NIM. 07131214013)

Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Desease) adalah keadaan dimana


terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan – lahan
(menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Peyakit ini bersifat progresif
dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversibel). Berdasarkan data dari
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kejadian Gagal Ginjal Kronik
(GGK) di Indonesia untuk penderita umur ≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis
dokter di Indonesia adalah sebesar 0,2%. Berdasarkan data laporan tahunan
Instalasi Hemodialisis RSUP Sanglah Denpasar, rata – rata jumlah pasien yang
menjalani hemodialisis setiap bulannya adalah 360 pasien di tahun 2018.
Pengobatan bagi penderita gagal ginjal kronik tahap akhir, dilakukan dengan
pemberian terapi dialisis yang bertujuan untuk mempertahankan kualitas hidup
pasien. Apabila hemodialisi yang dilakukan tidak adekuat dan pasien mengalami
malnutrisi akan mempercepat perkembangan penyakit dan menurunkan kualitas
hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adekuasi
hemodialisis dan status gizi dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani
hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar.

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian


Cross sectional. Besar sampel adalah 43 orang yang dipilih dengan metode
konsekutif. Data dikumpulkan dengan wawancara dan pencatatan dari rekam
medik untuk memperoleh data terkait adekuasi hemodialisis wawancara
mengunakan formulir Subjective Global Assessment (SGA) untuk mengetahui
status gizi, dan data kualitas hidup sampel dikumpulkan dengan pengisian
kuisioner KDQOL-SF. Hasil yang diperoleh kemudian dihitung mengunakan
rumus standar, dirata-ratakan dan kemudian dikategorikan. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman.

vii
Berdasarkan kriteria adekuasi hemodialisis, diperoleh hasil sebanyak 35
sampel (81,4%) yang menjalani hemodialisis dengan karegori adekuat sedangkan.
Ditinjau dari status gizinya sebagian besar sampel yang menjalani hemodialisis,
status gizinya berada pada kategori baik yaitu sebanyak 33 sampel (77%) dan
untuk kategori kualitas hidup, dari 43 orang sampel yang rutin menjalani
hemodialisis diketahui sebanyak 37 sampel (86%) kualitas hidupnya berada pada
kategori baik.

Hasil analisa tabel silang menunjukan sebagian besar sampel penelitian


adekuasi hemodialisisnya berada pada kategori adekuat yaitu 34 sampel (91,9%)
dan 5 orang sampel (83,3%) kualitas hidupnya berada pada kategori buruk dengan
status hemodialisis yang tidak adekuat . Hasil analisis dengan uji korelasi
Spearman diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara adekuasi hemodialisis
dengan kualitas hidup (nilai p=0,000) dengan nilai r = 0,67. Untuk hubungan
status gizi dan kualitas hidup, sampel yang status gizinya baik dengan kualitas
hidup yang baik sebanyak 31 sampel (83,8%), sedangkan, sebanyak 4 sampel
(66,7%) yang kualitas hidupnya berada pada kategori buruk. Hasil analisis dengan
uji korelasi Spearman diperoleh hasil bahwa nilai p = 0,006 dan r = 0,41, ini
berarti ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup sampel.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara adekuasi
hemodialisis dan status gizi dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani
hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar yang bersifat kuat dan searah. Saran dari
hasil penelitian ini diharapkan pihak rumah sakit agar tetap mempertahankan dan
meningkatkan lagi pelayanan hemodialisa yang sudah dilakukan, serta
mengoptimalkan lagi peran ahli gizi di unit hemodialisa. Selain itu perlu
dilakukan kembali penelitian lebih lanjut dengan variabel dan rancangan yang
berbeda sehingga hasil penelitian lebih objektif dan hasil penelitan dapat
dipublikasikan.

Daftar Bacaan : 53 (tahun 1990 – tahun 2016)

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang

Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul

“Hubungan Adekuasi Hemodialisis dan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Pasien

Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar”

dengan baik, tepat waktu dan tiada hambatan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membimbing, memberi petunjuk, mengoreksi, serta memberikan saran sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

1. Ibu Ni Komang Wiardani, SST.,M.Kes. Selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik

Kesehatan Denpasar sekaligus selaku pembimbing utama yang telah

membimbing, memberikan saran serta masukan yang bermanfaat dalam

kelancaran penyusunan tugas akhir skripsi ini.

2. Ibu Lely Cintari, SST., MPH. Selaku pembimbing pendamping yang telah

banyak memberikan masukkan dan saran yang bermanfaat dalam kelancaran

penyusunan tugas akhir skripsi ini.

3. Direktur Politeknik Kesehatan Denpasar, yang telah memberi kesempatan

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staff Jurusan Gizi serta teman – teman di Jurusan Gizi yang

telah banyak memberikan dukungan selama penyusunan tugas akhir skripsi ini.

5. Keluarga, teman – teman, dan pihak lainnya yang telah memberi dukungan dan

motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

ix
Penulis menyadari bahwa tugas akhir skripsi ini masih jauh dari sempurna

sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini agar nantinya dapat berguna baik bagi penulis

sendiri maupun orang lain.

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................... vi
RINGKASAN PENELITIAN .............................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 7
A. Gagal Ginjal Kronik ......................................................................... 7
1. Pengertian GGK .......................................................................... 7
2. Etiologi GGK .............................................................................. 7
3. Gejala GGK ................................................................................. 8
4. Pencegahan GGK ........................................................................ 9
B. Terapi Gizi Pada Pasien GGK ......................................................... 11
C. Hemodialisis .................................................................................... 12
1. Pengertian hemodialisis............................................................... 12
2. Adekuasi hemodialisis................................................................. 13
3. Faktor yang mempengaruhi hemodialisis.................................... 14
4. Pengukuran adekuasi hemodialisis.............................................. 16

xi
D. Status Gizi ........................................................................................ 17
1. Pengertian status gizi ................................................................... 17
2. Faktor yang mempengaruhi status gizi ........................................ 17
3. Pengukuran status gizi dengan metode SGA .............................. 19
E. Kualitas Hidup ................................................................................. 24
1. Pengertian kualitas hidup ............................................................ 24
2. Instrumen untuk mengukur kualitas hidup .................................. 25
3. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ................................. 27
4. Katagori kualitas hidup pasien GGK dengan
hemodialisi .................................................................................. 30
F. Hubungan Adekuasi Hemodialisis dan Status Gizi dengan
Kualitas Hidup Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisis ............ 30
BAB III KERANGKA KONSEP ......................................................... 32
A. Kerangka Konsep ............................................................................ 32
B. Variabel dan Definisi Opersional Variabel ...................................... 33
C. Hipotesis .......................................................................................... 36
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................... 37
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 37
C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 38
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................................... 40
E. Instrumen atau Alat Pengumpul Data .............................................. 43
F. Pengelolaan dan Analisis Data......................................................... 43
G. Etika Penelitian ................................................................................ 46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 47
A. HASIL .............................................................................................. 47
1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar .......................................................................... 47
2. Karakteristik Sampel ..................................................................... 49
3. Frekuensi Hemodialisis ................................................................. 50
4. Adekuasi Hemodialisis Sampel ..................................................... 51
5. Status Gizi Sampel ......................................................................... 52

xii
6. Kualitas Hidup Sampel .................................................................. 53
7. Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan
Kualitas Hidup Sampel .................................................................. 54
8. Status Gizi dan Kualitas Hidup Sampel ........................................ 55
B. PEMBAHASAN ............................................................................. 56
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .................................................... 66
A. SIMPULAN ..................................................................................... 66
B. SARAN ............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 68
LAMPIRAN ........................................................................................... 73

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Variabel dan Devinisi Operasional Variabel .................................. 33
2. Sebaran Jumlah Sampel Berdasarkan Karakeristik ......................... 49
3. Sebaran Sampel Berdasarkan Hubungan Adekuasi Hemodialisis
Dengan Kualitas Hidup .................................................................... 55
4. Sebaran Sampel Berdasarkan Hubungan Status Gizi Dengan
Kualitas Hidup ................................................................................. 56
5. Contoh Skor Kualitas Hidup ........................................................... 91

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Konsep ............................................................................ 32
2. Sebaran Frekuensi Hemodialiais Sampel......................................... 51
3. Sebaran Adekuasi Hemodialisis Sampel.......................................... 52
4. Sebaran Status Gizi Sampel ............................................................. 53
5. Sebaran Kualitas Hidup Sampel ...................................................... 54

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Rekomendasi Penelitian ......................................................... 74


2. Surat Ijin Penelitian.......................................................................... 75
3. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) ....................... 76
4. Informed Consent ............................................................................. 77
5. Formulir Identitas Sampel ............................................................... 80
6. Formulir Pencatatan Adekuasi HD Sampel ..................................... 81
7. Perhitungan Adekuasi Hemodialisis ................................................ 82
8. Formulir Data Status Gizi ............................................................... 83
9. Perhitungan Skor SGA ..................................................................... 86
10. Formulir Pencatatan Penilaian Kualitas Hidup Sampel ................... 87
11. Perhitungan Kualitas Hidup Sampel ................................................ 95
12. Dokumentasi Penelitian ................................................................... 96

xvi
Lampiran

73
Lampiran 1. Surat Rekomendasi Penelitian

74
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

75
Lampiran 3. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)

76
Lampiran 4. Informed Consent

RSUP SANGLAH DENPASAR RM.1.14.1/IC/2016

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
SEBAGAI PESERTA PENELITIAN
Kami meminta Bapak/ Ibu (atau putra/ putri Bapak/ Ibu) untuk berpartisipasi
dalam penelitian. Kepesertaan dari penelitian ini bersifat sukarela. Mohon agar
dibaca penjelasan dibawah dan silakan bertanya bila ada pertanyaan/ bila ada
hal hal yang kurang jelas.
Hubungan Adekuasi Hemodialisis Dan Status Gizi Dengan Kualiatas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUP Sanglah
Denpasar
Peneliti Utama Ni Putu Eka Mahayundhari
Prodi/ Fakultas/ Diploma IV, Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan
Univ/ Departmen/ Denpasar
Instansi
Peneliti Lain - Desak Made Amrita Aprilia Rani
- Ni Kadek Santika Dewi
Lokasi Penelitian Unit Hemodialisa RSUP Sanglah Denpasar
Sponsor/ Swadana
Sumber pendanaan
Penjelasan tentang penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adekuasi
hemodialisis dan status gizi dengan kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik
(GGK) yang menjalani hemodialisis di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini
akan dilakukan oleh satu orang peneliti utama dan dua orang peneliti lain yang
mengikut sertakan 43 orang penderita penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) rawat
jalan sesuai dengan diagnosa dokter yang menjalani hemodialisis di Unit
Hemodialisis RSUP Sanglah Denpasar. Dimana penderita atau peserta
penelitian akan diwawancara untuk menilai status gizinya mengunakan formulir
Subjective Global Assessment (SGA), diwawancara mengenai kualitas hidupnya
menggunakan Kidney Disease Quality of Life – Short Form (KDQOL-SF) dan
ditimbang berat badannya mengunakan timbangan berat badan digital merk One
Med dengan ketelitian 0,1 kg untuk kelengkapan data menghitung adekuasi
hemodialisisnya. Penelitian ini sudah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian FK
UNUD/ RSUP Sanglah yang telah melakukan telaah proposal.
Manfaat yang didapat oleh peserta penelitian
Kepesertaan dalam penelitian ini akan memberikan manfaat dimana peserta
akan memperoleh pengetahuan tentang ilmu gizi, terutama tentang
penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis baik dari
segi adekuasi hemodialisis, asupan makanan yang harus dipenuhi, status gizi,
dan kaitannya dengan peningkatan kualitas hidup pasien yang menjalani terapi
hemodialisa.
Ketidaknyamanan dan resiko/ kerugian yang mungkin akan dialami oleh
peserta penelitian

77
Ketidanyamanan yang mungkin dialami oleh peserta penelitian adalah merasa
terganggu karena diwawancara dan diminta untuk mengisi kuisioner.
Alternatif tindakan/ pengobatan
Pada penelitian ini, tidak dilakukan tindakan medis. Peserta penelitian hanya
diminta melakukan wawancara dan penimbangan berat badan untuk mengetahui
status gizi dan kualitas hidup peserta penelitian.
Kompensasi, Biaya Pemeriksaan/ Tindakan dan ketersediaan perawatan
medis bila terjadi akibat yang tidak diinginkan
Tidak ada kompensasi finansial atas kepesertaan anda dalam penelitian ini.
Kerahasiaan Data Peserta Penelitian
Kerahasiaan data peserta pasien akan dijamin kerahasiaannya. Dimana tidak
menggunakan nama atau data asli pasien melainkan menggunakan kode
sampel.
Kepesertaan pada penelitian ini adalah sukarela.
Kepesertaan Bapak/ Ibu pada penelitian ini bersifat sukarela. Bapak/ Ibu dapat
menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada penelitian atau
menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada sanksi.
Keputusan Bapak/ Ibu untuk berhenti sebagai peserta peneltian tidak akan
mempengaruhi mutu dan akses/ kelanjutan pengobatan ke RSUP Sanglah.
JIKA SETUJU UNTUK MENJADI PESERTA PENELITIAN
Jika setuju untuk menjadi peserta peneltian ini, Bapak/ Ibu diminta untuk
menandatangani formulir ‘Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Sebagai *Peserta Penelitian/ *Wali’ setelah Bapak/ Ibu benar benar memahami
tentang penelitian ini. Bapak/ Ibu akan diberi Salinan persetujuan yang sudah
ditanda tangani ini.
Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang dapat
mempengaruhi keputusan Bapak/ Ibu untuk kelanjutan kepesertaan dalam
penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada Bapak/ Ibu.
Bila ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi Ni
Putu Eka Mahayundhari, 087862461216, ekamahayundhari@yahoo.co.id.
Tanda tangan Bapak/ Ibu dibawah ini menunjukkan bahwa Bapak/ Ibu telah
membaca, telah memahami dan telah mendapat kesempatan untuk bertanya
kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui untuk menjadi peserta
penelitian.
Peserta/ Subyek Penelitian, Wali,

_____________________________ _______________________________
Tanda Tangan dan Nama Tanda Tangan dan Nama
Tanggal (wajib diisi): / / Tanggal (wajib diisi): / /
Hubungan dengan Peserta/ Subyek Penelitian:
_________________________________________

Peneliti

_____________________________ __________________
Tanda Tangan dan Nama Tanggal

78
Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila (Diisi
oleh peneliti)
Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi tidak
dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian ini
(misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur penelitian invasive)

Catatan:
Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim penelitian.

Saksi:
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan
dengan benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan
persetujuan untuk menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.

___________________________________________________
__________________
Nama dan Tanda tangan saksi
Tanggal
(Jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini dibiarkan
kosong)

79
Lampiran 5. Formulir Identitas Sampel

Kode Sampel :

FORMULIR IDENTITAS SAMPEL PENELITIAN

“HUBUNGAN ADEKUASI HEMODIALISIS DAN STATUS GIZI


DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISA DI RSUP SANGLAH DENASAR”

Identitas Responden

1. Nama :......................................................................................

2. Jenis Kelamin :......................................................................................

3. Tempat/Tanggal Lahir :......................................................................................

4. Usia :......................................................................................

5. Agama : ......................................................................................

6. Pedidikan terakhir : ......................................................................................

7. Pekerjaan : ......................................................................................

8. Alamat : ......................................................................................

Denpasar,……………..20…

Enumerator,

( )

80
Lampiran 6. Formulir Pencatatan Adekuasi HD Sampel

Kode Sampel :

ADEKUASI HEMODIALISIS

Identitas Responden

1. Nama :......................................................................................

2. Jenis Kelamin :......................................................................................

NO JENIS D ATA H ASIL

1 Ultra Filtrasi (Liter)

2 Berat Badan Post HD

3 Lama dialisis (jam)

4 Frekensi hemodialisi (per minggu)

5 BUN Sebelum HD

6 BUN Sesudah HD

Denpasar,……………..20…

Enumerator,

( )

81
Lampiran 7. Perhitungan Adekuasi Hemodialisis

Diketahui :

1. Frekuensi HD = 2 kali seminggu

2. Ultra filtrasi = 4 liter

3. BB post HD = 45,6 kg

4. BUN sebelum HD = 60 mg/dl

5. BUN sesudah HD = 16mg/dl

Ditanya : Kt/V = … ?

Jawab :

Kt/ V = 2,2 – 3,3 ( R-0,03) UF/W

= 2,2 – 3,3 (0,26 – 0,03) 4/45,6

= 2,2 – 3,3 (0,23 x 0,08)

= 2,2 – 3,3 (0,0184)

= 2,2 -0,06

= 2,1 (Adekuat)

Keterangan :

Adekuat bila Kt/V ≥ 1,8 untuk frekuensi HD 2 kali seminggu dan 1,2 untuk

frekuensi HD 3 kali seminggu

82
Lampiran 8. Formulir Data Status Gizi

Kode Sampel :

FORMULIR DATA STATUS GIZI


Identitas Responden
1. Nama :......................................................................................
2. Jenis Kelamin :......................................................................................
Subjective Global Assessment (SGA)
Riwayat Medis
Skor
Deskripsi Jawaban SGA
A B C
1. Berat Badan/Perubahan BB
 BB biasanya (kg) ………………..kg
 BB awal masuk RS (kg) ………………..kg
Kehilangan BB biasanya (usual 1. ( ) tidak ada, BB normal A
weight) 2. ( ) tidak ada, tapi BB di bawah normal B
3. ( ) ada perubahan, tapi BB belum
normal B
4. ( ) turun C
Persentase kehilangan 1. ( ) < 5% A
BB biasanya–BB awal masuk: 2. ( ) 5-10% B
BB biasanya x 100% 3. ( ) > 10% C

2. Asupan Makanan
 Ada perubahan? 1. ( ) ya
2. ( ) tidak
 Perubahan dan jumlah 1. ( ) asupan cukup dan tidak ada
asupan: perubahan; kalaupun ada, hanya A
sedikit dan atau dalam waktu singkat.
2. ( ) asupan menurun tapi tahap ringan
daripada sebelum sakit B
3. ( ) asupan tidak cukup dan menurun
 Lamanya dan derajat tahap berat daripada sebelumnya C
perubahan asupan makanan
1. ( )< 2 minggu, sedikit/tanpa perubahan A
2. ( ) > 2 minggu, perubahan ringan B
sampai sedang
3. ( ) tak bisa makan, perubahan drastic C

83
3. Gejala Gastrointestinal: Frekuensi Lamanya
1. anoreksia 1.( ) ya 1.( ) tidak 1.( ) >2
2.( ) tidak pernah mgg
2.( ) tiap hari 2.( ) < 2
3.( ) 2-3x/mgg mgg
4.( ) 1-2x/mgg
2. mual 1.( ) ya 1.( ) tidak 1.( ) >2
2.( ) tidak pernah mgg
2.( ) tiap hari 2.( ) < 2
3.( ) 2-3x/mgg mgg
4.( ) 1-2x/mgg
3. muntah 1.( ) ya 1.( ) tidak 1.( ) >2
2.( ) tidak pernah mgg
2.( ) tiap hari 2.( ) < 2
3.( ) 2-3x/mgg mgg
4.( ) 1-2x/mgg
Keterangan:  jika beberapa gejala atau tidak ada gejala, sebentar-sebentar: A
 jika ada beberapa gejala > 2 minggu : B
 jika lebih dari satu/semua gejala setiap hari/teratur>2 minggu: C
4. Kapasitas Fungsional
 Ada perubahan 1. ( ) ya
kekuatan/stamina tubuh? 2. ( ) tidak ada perubahan (tetap)
 Bila ada perubahan: 1. ( ) meningkat
2. ( ) menurun
 Deskripsi keadaan fungsi 1. ( ) aktivitas normal, tidak ada A
tubuh: kelainan, kekuatan/stamina
tetap
2. ( ) aktivitas ringan, mengalami B
hanya sedikit penurunan
(tahap ringan).
3. ( ) tanpa aktivitas/di tempat tidur,
penurunan kekuatan / stamina tahap C
buruk.
Pemeriksaan Fisik
5. Penyakit dan Hubungannya
dengan Kebutuhan Gizi
 Diagnosis Utama: ……………………………….
 Diagnosis Lainnya: ……………………………….
 Secara umum, ada gangguan 1. ( ) ya
stres metabolik? 2. ( ) tidak A
 Bila ada, kategorinya: 1. ( ) Rendah/ Sedang (mis: infeksi,
(stres metabolik akut) peny. Jantung kongestif) B
2. ( ) Tinggi (mis: ulcerative
colitis+diare, kanker) C

84
1. Kehilangan lemak subkutan 1. ( ) tidak ada A
(trisep, bisep): 2. ( ) beberapa tempat B
3. ( ) semua tempat C
2. Kehilangan massa otot (pelipis, 1. ( ) tidak ada A
tulang selangka, scapula/tulang 2. ( ) beberapa tempat B
belikat, tulang rusuk, betis, lutut) 3. ( ) semua tempat C
3. Edema 1. ( ) tak ada/sedikit A
2. ( ) sedang B
3. ( ) berat C
4. Ascites 1. ( ) tak ada/sedikit A
2. ( ) sedang B
3. ( ) berat C
Keseluruhan Skor SGA
A = gizi baik/normal (Skor “A” pada >50% kategori atau ada peningkatan
signifikan)
B = gizi ringan-sedang (Tidak terindikasi jelas pada “A” atau “C”) ______
C = gizi buruk (Skor “C” pada >50% kategori, tanda-tanda fisik signifikan)

Denpasar,……………..20…

Enumerator,

( )

85
Lampiran 9. Perhitungan Skor SGA

1. Perhitungan Skor SGA =

2. Contoh :

a. Skor A = = 81,8 %

b. Skor B = = 9,1 %

c. Skor C = = 9,1 %

3. Kesimpulan satus gizi sampel gizi baik/normal

86
Lampiran 10. Formulir Pencatatan Penilaian Kualitas Hidup Sampel

Kode Sampel :

KUISIONER PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK (KDQOL – SF)
Identitas Responden
1. Nama :......................................................................................
2. Jenis Kelamin :......................................................................................
Kusioner ini di isi sesuai pandangan anda tentang kesehatan anda.
Jawablah pertanyaan ini dengan memberi tanda centang (√) pada kolom pilihan
anda. Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan.
KONDISI KESEHATAN ANDA

PERTANYAAN KONDISI ANDA


Q1 Secara umum, bagaimana kesehatan anda?  Amat sangat baik
 Sangat baik
 Baik
 Cukup baik
 Tidak baik
Q2 Dibandingkan dengan setahun yang lalu,  Jauh lebih baik
bagaimanakah anda menilai kesehatan anda  Agak lebih baik
secara umum sekarang ?  Lebih kurang
sama
 Agak lebih buruk
 Jauh lebih buruk

PERTANYAAN KONDISI ANDA


Q3 Apakah kesehatan Anda sekarang YA YA TIDAK
membatasi Anda dalam kegiatan tersebut? (banyak (sedikit (tidak terbatas
Jika ya, sejauh mana? terbatas) terbatas) sama sekali)
a. Kegiatan yang berat, seperti berlari,
mengangkat benda berat, berpartisipasi
dalam olahraga berat
b. Kegiatan sedang, seperti memindahkan
meja, mendorong vacuum cleaner,
bowling, atau bermain golf
c. Mengangkat atau membawa belanjaan
d. Menaiki beberapa tangga
e. Naik satu tangga
f. Membungkuk, berlutut, atau
Menekuk
g. Berjalan lebih dari 1,5 km (1.500 m)
h. Berjalan 200 – 400 m

87
i. Berjalan 200 m
j. Mandi atau berpakaian sendiri

PERTANYAAN KONDISI ANDA


Q4 Selama 4 minggu terakhir, apakah Anda memiliki salah satu
masalah berikut dengan pekerjaan Anda atau kegiatan rutin YA TIDAK
lainnya sebagai akibat dari kesehatan fisik Anda?
a. Kesehatan fisik anda mengganggu sebagian besar waktu
yang anda gunakan untuk bekerja dan melakukan
aktifitas
b. Pekerjaan atau aktifitas tidak bisa selesai seperti yang
anda inginkan
c. Terbatas dalam jenis pekerjaan atau kegiatan lainnya
d. Mengalami kesulitan melakukan pekerjaan atau kegiatan
lainnya
Q5 Selama 4 minggu terakhir, apakah Anda memiliki salah satu
masalah berikut dengan pekerjaan Anda atau kegiatan lain
YA TIDAK
sehari-hari sebagai akibat dari masalah emosional (seperti rasa
cemas atau tertekan)?
a. Faktor emosi menggangu sebagian besar waktu yang
digunakan untuk bekerja atau melakukan aktifitas
b. Pekerjaan atau aktifitas tidak bisa selesai seperti yang
anda inginkan
c. Tidak bisa menyelesaikan pekerjaan seperti biasanya

PERTANYAAN KONDISI ANDA


Q6 Selama 4 minggu terakhir, seberapa jauhkah  Tidak mengganggu sama sekali
kesehatan atau emosional masalah fisik  Cukup mengganggu
Anda mengganggu kegiatan sosial yang  Mengganggu
normal dengan keluarga, teman, tetangga,  Sedikit mengganggu
atau kelompok?  Sangat mengganggu
Q7 Seberapa berat nyeri yang anda alami dalam  Tidak ada
4 minggu terakhir?  Sangat ringan
 Ringan
 Sedang
 Berat
 Sangat berat
Q8 Selama 4 minggu terakhir, seberapa banyak  Tidak mengganggu sama sekali
sakit Anda mengganggu pekerjaan normal  Cukup mengganggu
Anda (termasuk bekerja di luar rumah dan  Mengganggu
pekerjaan rumah tangga) ?  Sedikit mengganggu
 Sangat mengganggu

88
Pertanyaan – pertanyaan berikut ini tentang bagaimana perasaan anda, apa yang
anda alami dalam 4 minggu terakhir. Beri tanda centang (√) pada kolom pilihan
anda. Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan yang paling dekat
dengan perasaan anda.

PERTANYAAN KONDISI ANDA

- kadang
Kadang

pernah
Jarang
Sering
Selalu

sering

Tidak
Agak
Seberapa sering anda merasakan dalam
Q9
4 minggu terakhir?

a. Anda merasa penuh semangat?


b. Anda merasa sangat gugup?
c. Anda merasa begitu larut dalam
kesedihan dan tidak bisa menghibur
diri?
d. Anda merasa tenang dan damai?
e. Anda merasa bertenaga?
f. Anda merasa murung dan bersedih ?
g. Anda merasa sangat kecapaian ?
h. Anda merasa sebagai orang yang
bahagia?
i. Anda merasa lelah?
Jawablah pertanyaan ini dengan memberi tanda centang (√) pada kolom pilihan
anda. Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan.
PERTANYAAN KONDISI ANDA
Q10 Selama 4 minggu terakhir, seberapa banyak  Setiap waktu
kesehatan fisik atau masalah emosional Anda  Sering kali
mengganggu aktivitas sosial Anda (seperti  Kadang – kadang
mengunjungi teman-teman, kerabat, dll) ?  Jarang
 Tidak pernah

PERTANYAAN KONDISI ANDA


Sebagian

Sebagian

Pilih jawaban yang paling mendekati benar


Benar

Tidak
benar

Salah
besar

besar
salah
tahu

Q11 atau salah menurut anda sesuai kondisi anda


saat ini

a. Saya tampaknya lebih mudah sakit dari


pada orang lain
b. Saya sehat seperti orang lainya
c. Saya rasa kesehatan saya memburuk
d. Kesehatan saya sangat baik

89
Kusioner ini di isi sesuai pandangan anda tentang penyakit ginjal anda. Jawablah
pertanyaan ini dengan memberi tanda centang (√) pada kolom pilihan anda.
Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan.

PENYAKIT GINJAL ANDA

PERTANYAAN KONDISI ANDA

Sebagian

Sebagian
Benar

Tidak
benar

Salah
besar

besar
salah
Seberapa benar atau salah pertanyaan

tahu
Q12
berikut ini bagi anda

a. Penyakit ginjal saya mengganggu


terlalu banyak kehidupan saya
b. Terlalu banyak waktu yang saya
habiskan berurusan dengan penyakit
ginjal saya
c. Saya merasa frustrasi dalam
menghadapi penyakit ginjal saya
d. Saya merasa sebagai beban keluarga

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini tentang bagaimana perasaan Anda dan


bagaimana hal-hal telah terjadi selama 4 minggu terakhir. Beri tanda centang (√)
pada kolom pilihan anda. Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan yang
paling dekat dengan perasaan anda.
PERTANYAAN KONDISI ANDA
- kadang
Kadang
pernah
Jarang

Sering

Selalu
sering
Tidak

Agak

Seberapa sering anda mengalami selama


Q13
4 minggu terakhir

a. Anda menyendiri jauh dari orang-


orang di sekitar Anda ?
b. Reaksi anda lambat untuk hal-hal
yang dibicarakan atau dilakukan?
c. Anda mudah marah terhadap
orang-orang di sekitar Anda?
d. Anda memiliki kesulitan
berkonsentrasi atau berpikir?
e. Anda dapat bekerjasama dengan
orang lain?
f. Anda menjadi bingung?

90
PERTANYAAN KONDISI ANDA

Mengganggu

Mengganggu

Mengganggu

Mengganggu

Mengganggu
Selama 4 minggu terakhir, seberapa jauh

Sedikit

Sangat
Tidak

Agak
Q14 Anda terganggu oleh masing-masing
pertanyaan berikut.

a. Nyeri di otot?
b. Nyeri dada?
c. Kram?
d. Kulit gatal?
e. Kulit kering?
f. Sesak napas?
g. Pingsan atau pusing?
h. Kurangnya nafsu makan?
i. Rasa sangat lelah?
j. Mati rasa di tangan atau kaki?
k. Mual atau sakit perut?
l. Masalah dengan tempat penusukan alat
hemodialisa?

Kuisioner ini di isi sesuai pandangan anda tentang penyakit ginjal anda. Jawablah
pertanyaan ini dengan memberi tanda centang (√) pada kolom pilihan anda.
Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan.

PENGARUH PENYAKIT GINJAL


DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ANDA
PERTANYAAN KONDISI ANDA
Mengganggu

Mengganggu
Mengganggu

Mengganggu

Mengganggu
Sedikit

Sangat
Tidak

Agak

Seberapa sering penyakit ginjal menggangu


Q15
anda pada kehidupan sehari - hari

a. Pembatasan minum?
b. Pembatasan makan?
c. Kemampuan Anda untuk bekerja di sekitar
rumah?
d. Kemampuan Anda untuk melakukan
perjalanan jauh?
e. Tergantung pada dokter dan staf medis
lainnya?
f. Stress atau cemas akibat penyakit ginjal?

91
g. Kehidupan seks anda?
h. Penampilan personal anda?
Tiga pertanyaan berikut ini adalah pribadi dan berhubungan dengan aktivitas
seksual Anda, tetapi jawaban Anda penting dalam memahami bagaimana dampak
penyakit ginjal pada kehidupan Anda. Jawablah pertanyaan ini dengan memberi
tanda centang (√) pada kolom pilihan anda. Pilihlah hanya satu jawaban dari
setiap pertanyaan.
PERTANYAAN KONDISI ANDA
Q16 Apakah Anda melakukan aktivitas seksual  YA
dalam 4 minggu terakhir?  TIDAK
(lanjut ke Q17)
PERTANYAAN KONDISI ANDA

sangat besar
cukup besar
Tidak ada
Berapa banyak masalah yang Anda alami dalam

Masalah

Masalah

Masalah
masalah

masalah
Sedikit

besar
masing-masing pernyataan berikut dalam 4
minggu terakhir ?

a. Menikmati seks?
b. Menjadi terangsang secara seksual ?

Untuk pertanyaan berikut, silahkan menilai kualitas tidur Anda menggunakan


skala mulai dari 0 mewakili "sangat buruk" sampai 10 mewakili "sangat baik".
Jika Anda berpikir kualitas tidur Anda berada ditengah antara "sangat buruk" dan
"sangat baik" harap lingkari 5. Jika kualitas tidur Anda berada satu tingkat lebih
baik dari 5, lingkaran 6. Jika Anda berpikir kualitas tidur Anda adalah satu tingkat
lebih buruk daripada 5, lingkaran 4 (dan seterusnya).

Q17. Pada skala dari 0 sampai 10, bagaimana Anda menilai kualitas tidur Anda
secara keseluruhan?
(lingkari satu nomor)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sangat Buruk Sangat Baik
Jawablah pertanyaan ini dengan memberi tanda centang (√) pada kolom pilihan
anda. Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan.
PERTANYAAN KONDISI ANDA
- kadang
Kadang
pernah
Jarang

Sering

Selalu
sering
Tidak

Agak

Seberapa sering anda mengalami selama


Q18
4 minggu terakhir :

a. Terbangun pada malam hari dan


sulit tidur lagi?
b. Tidur dalam waktu yang cukup?
c. Tetap terjaga atau tidak bisa tidur
sepanjang hari?

92
Jawablah pertanyaan ini dengan memberi tanda centang (√) pada kolom pilihan
anda. Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan.
PERTANYAAN KONDISI ANDA
Sangat Agak Sangat
Tentang keluarga dan teman-teman Anda, Agak
Q19 tidak tidak puas
seberapa puas Anda dengan : puas
puas puas
a. Jumlah waktu yang Anda habiskan
dengan keluarga dan teman-teman?
b. Dukungan yang Anda terima dari
keluarga dan teman-teman?

PERTANYAAN KONDISI ANDA


Q20 Selama 4 minggu terakhir, apakah Anda bekerja dan  YA
mendapatkan gaji ?  TIDAK
Q21 Apakah kondisi kesehatan anda menghambat dalam  YA
bekerja ?  TIDAK
Untuk pertanyaan berikut, silahkan menilai kesehatan anda menggunakan skala
mulai dari 0 mewakili "sangat buruk" sampai 10 mewakili "sangat baik". Jika
Anda berpikir kondisi kesehatan Anda berada ditengah antara "sangat buruk" dan
"sangat baik" harap lingkari 5. Jika kondisi kesehatan Anda berada satu tingkat
lebih baik dari 5, lingkaran 6. Jika Anda berpikir kondisi kesehatan Anda adalah
satu tingkat lebih buruk daripada 5, lingkaran 4 (dan seterusnya).

Q22. Secara keseluruhan, bagaimana Anda akan menilai kesehatan Anda?


(lingkari satu nomor)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Terburuk Setengah Kesehatan

Kusioner ini di isi sesuai pandangan anda tentang penyakit ginjal anda. Jawablah
pertanyaan ini dengan memberi tanda centang (√) pada kolom pilihan anda.
Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan.
KEPUASAN DENGAN PELAYANAN

PERTANYAAN KONDISI ANDA


Q23 Pikirkan tentang perawatan yang Anda terima selama  Sangat jelek
dialisis. Dalam hal kepuasan Anda, bagaimana Anda akan  Jelek
menilai keramahan dan perhatian yang ditunjukkan kepada  Agak jelek
Anda dalam hal perawatan dan fasilitas yang diberikan ?  Baik
 Sangat baik
 Sempurna

93
Jawablah pertanyaan ini dengan memberi tanda centang (√) pada kolom pilihan
anda. Pilihlah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan.
PERNYATAAN JAWABAN

Biasanya

Biasanya
benar

benar

benar

salah

salah

salah
Pasti

Pasti
Q Benar atau salah menurut Anda pernyataan

atau
Bisa
24 berikut ini

a. Petugas dialisis mendorong saya untuk


menjadi orang yang mandiri
b. dialisis memberi dukungan atau
semangat kepada saya dalam
menghadapi penyakit ginjal

Denpasar,……………..20…
Enumerator,

( )

94
Lampiran 11. Perhitungan Skor Kualitas Hidup

Tabel 5
Contoh Skor Kualitas Hidup

No Indikator Penilaian Skor


1 Gejala dan Permasalahan 89,583
2 Efek dari Penyakit 75,00
3 Beban Penyakit 100
4 Status Pekerjaan 50
5 Fungsi Kognitif 86,67
6 Interaksi Sosial 86,67
7 Fungsi Seksual 0
8 Kualitas Tidur 57,5
9 Dukungan Sosial 100
10 Kualitas Pelayanan Hd 100
11 Kepuasan Pasien Hd 50
12 Fungsi Fisik 72
13 Peran Fisik 70
14 Persepsi Rasa Sakit 100
15 Kesehatan Umum 80
16 Kesejahteraan Emosi 60
17 Fungsi Sosial 88
18 Kelelahan 66,67
Total Skor 75,51
Median Sampel 60,03
Kategori BAIK

Keterangan :

Kualitas hidup dalam kategori baik apabila total skor ≥ median sampel,

sedangkan kualitas hidup dalam kategori buruk apabila total skor < median

sampel.

95
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

Proses Wawancara Pengumpulan Data di Ruang Instalasi Hemodialisis RSUP


Sanglah Denpasar

96
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh

dan merupakan salah satu organ vital dalam tubuh. Bila ginjal tidak bisa bekerja

sebagaimana mestinya maka akan timbul masalah kesehatan yang berkaitan

dengan berbagai macam penyakit salah satunya penyakit Gagal Ginjal Kronik.

(Cahyaningsih, 2011). Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Desease) adalah

keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan

– lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Peyakit ini bersifat

progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversibel) (Almatsier,

2004).

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kejadian

Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Indonesia untuk penderita umur ≥ 15 tahun

berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia adalah sebesar 0,2% (Riskesdas, 2013).

Insiden Penyakit Ginjal Kronis (PGK) di Propinsi Bali tahun 2009 ada sebanyak

71 kasus rawat inap, tahun 2010 sebanyak 643 kasus rawat inap, dan tahun 2011

sebanyak 904 kasus (Dinas Kesehatan Propinsi Bali, 2011). Berdasarkan data

laporan tahunan Instalasi Hemodialisis RSUP Sanglah Denpasar, rata – rata

jumlah pasien yang menjalani hemodialisis dalam satu bulan adalah 371 orang

1
pada tahun 2016, 362 pasien pada tahun 2017, dan 360 pasien setiap bulannya di

tahun 2018. (Laporan tahunan Instalasi Hemodialisis RSUP Sanglah)

Di Indonesia, penyebab Gagal Ginjal Kronik (GGK) terbanyak adalah

Glomerulus nefritis, Infeksi Saluran Kemih (ISK), Batu saluran kencing,

Nefropati diabetik, Nefrosklerosis hipertensi, dan Ginjal polikistik (Irwan, 2016).

Pengobatan bagi penderita gagal ginjal kronik tahap akhir, dilakukan dengan

pemberian terapi dialisis seperti hemodialisa dan transplantasi ginjal yang

bertujuan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien (Brunner dan Suddarth,

2011). Hemodialisis merupakan suatu terapi yang dilakukan 2 – 3 kali seminggu

dengan lama waktu 4 – 5 jam, yang bertujuan untuk mengeluarkan sisa – sisa

metabolisme protein dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit. Apabila dosis dan waktu dialisis yang sesuai sebagai indikator adekuasi

hemodialisis, maka pasien pasca hemodialisis akan merasa lebih nyaman dan

lebih baik. Namun demikian selama hemodialisis pasien akan merasakan

kelelahan, sakit kepala dan keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang

menurun, sehubungan dengan efek hemodialisis (Santoso, Manatean dan

Asbullah, 2016).

Pasien hemodialisis beresiko mengalami malnutrisi terutama malnutrisi

energi protein. Malnutrisi dapat meningkatkan resiko terjadinya morbiditas dan

mortalitas (Gunes, 2013). Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) juga sering

mengalami ganguan gastrointestinal. Gangguan gastrointestinal yang terjadi pada

pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) akan menyebabkan terjadinya penurunan


2
intake makanan karena adanya anoreksia. Penurunan intake makanan dalam

waktu lama akan menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan gizi yang akan

berdampak pada penurunan status gizi pasien GGK dan mempercepat

progresifitas penyakit. Pasien hemodialisis rentan terhadap kekurangan gizi yang

disebabkan oleh katabolisme protein, nafsu makan yang kurang, infeksi,

komorbid dan ketidakdisiplinan menjalankan diet. Hemodialisis yang tidak

adekuat dapat menjadi penyebab penting terjadinya malnutrisi (Locatelli et al.,

2002).

Dalam penelitian Yuwono (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal adalah umur,

jenis kelamin, etiologi gagal ginjal, cara terapi pengganti, status nutrisi dan

kondisi komorbid. Selanjutnya pada penelitian Desita (2010) menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dibagi menjadi dua bagian.

Bagian pertama adalah sosio demografi yaitu jenis kelamin, umur, suku/etnik,

pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan. Kedua adalah medik yaitu lama

menjalani hemodialisa, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang

dijalani.

Gambaran atau proporsi status gizi pasien gagal ginjal kronik dengan

hemodialisis di RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh I Gusti Ayu Komang Widiastuti (2009), yang memiliki status gizi baik

adalah 67,7% dan 32,2% yang memiliki status gizi sedang. Dari data laporan

kualitas pelayanan Unit Hemodialisis RSUP Sanglah Denpasar tahun 2016,


3
diketahui pasien yang kualitas hemodialisisnya adekuat berdasarkan nilai Kt/V

≥1.8 sebanyak 38,67% untuk triwulan I, 29,86% untuk triwulan II, 31% untuk

triwulan III dan 32% untuk triwulan IV. Selanjutnya untuk pasien yang kualitas

hemodialisisnya tidak adekuat berdasarkan nilai Kt/V < 1.8 sebanyak 61,33%

untuk triwulan I, 70,14% triwulan II, 69% triwulan III, 68% untuk triwulan IV.

Dalam penelitian Aditya Rizky Arief Rahman, dkk (2013), diungkapkan proporsi

status adekuasi pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa di RSUD Ulin

Banjarmasin adalah 22.72% adekuat dan 77,28% tidak adekuat. Sedangkan

proporsi skor kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa di

RSUD Ulin Banjarmasin adalah 29% memiliki kualitas hidup yang rendah, 55%

memiliki kualitas hidup sedang, dan 16% memiliki kualitas hidup baik.

Kegiatan hemodialisis yang dilakukan secara terus menerus tentunya akan

menimbulkan kebosanan bahkan stress pada pasien. Ditambah lagi apabila

hemodialisi yang dilakukan tidak adekuat dan pasien mengalami malnutrisi yang

justru akan mempercepat perkembangan penyakit dan menurunkan kualitas hidup

pasien. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai apakah ada hubungannya antara adekuasi

hemodialisis dan status gizi dengan kualitas hudup pasien Gagal Ginjal Kronik

(GGK) yang menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah.

4
B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam proposal ini adalah:

1. “Apakah ada hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup

pasien GGK yang menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar?”

2. “Apakah ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup pasien GGK

yang menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

adekuasi hemodialisis dan status gizi dengan kualitas hidup pasien GGK yang

menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Menentukan tingkat adekuasi hemodialisis pasien GGK yang menjalani

hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar.

b. Menentukan status gizi pasien GGK yang menjalani hemodialisa di RSUP

Sanglah Denpasar.

c. Mentukan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani hemodialisa di RSUP

Sanglah Denpasar.

d. Menganalisis hubungan antara antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas

hidup pasien GGK yang menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar.

5
e. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup pasien GGK

yang menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah Denpasar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi

kepada masyarakat khususnya kepada pasien dan keluarga mengenai hubungan

antara adekuasi hemodialisis dan status gizi pasien GGK yang erat kaitannya

dengan upaya peningatan kualitas hidup pasien yang menjalani terapi

hemodialisa.

2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam ilmu pengetahuan, terutama

tentang penatalaksanaan pasien GGK yang menjalani hemodialisa baik dari segi

adekuasi hemodialisis, asupan makanan yang harus dipenuhi, status gizi, dan

kaitannya dengan peningkatan kualitas hidup pasien yang menjalani terapi

hemodialisa.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian GGK

Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Desease) adalah keadaan dimana

terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan – lahan

(menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Peyakit ini bersifat progresif

dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversibel). Gejala penyakit ini

umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesak nafas, rasa

Lelah, edema pada kaki dan tangan serta uremia. Apabila nilai Glomerulo

Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) < 25 ml/menit, diberikan

Diet Rendah Protein (Almatsier, 2004).

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan faal ginjal yang menahun

mengarah pada kerusakan jaringan ginjal yang tidak reversible dan progresif.

Adapun GGT (Gagal Ginjal Terminal) adalah fase terakhir dari Gagal Ginjal

Kronik (GGK) dengan faal ginjal sudah sangat buruk. Kedua hal tersebut bisa

dibedakan dengan tes klirens kreatinin (Irwan, 2016).

2. Etiologi GGK

Etiologi memegang peran penting dalam memperkirakan perjalanan klinis

Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan penaggulangannya. Penyebab primer Gagal

Ginjal Kronik (GGK) juga akan mempengaruhi manifestasi klinis yang akan

7
sangat membantu diagnose, contoh: gout akan menyebabkan nefropati gout.

Penyeban terbanyak Gagal Ginjal Kronik (GGK) dewasa ini adalah nefropati DM,

hipertensi, glomerulus nefritis, penyakit ginjal herediter, uropati obstruki, nefritis

interstitial. Sedangkan di Indonesia, penyebab Gagal Ginjal Kronik (GGK)

terbanyak adalah glomerulus nefritis, infeksi saluran kemih (ISK), batu saluran

kencing, nefropati diabetic, nefrosklerosis hipertensi, ginjal polikistik, dan

sebagainya (Irwan, 2016).

3. Gejala GGK

Ginjal merupakan organ dengan daya kompensasi tinggi. Jaringan ginjal sehat

akan mengambil alih tugas dan pekerjaan jaringan ginjal yang sakit dengan

meningkatkan perfusi darah ke ginjal dan filtrasi. Bila jaringan ginjal yang rusak

mencapai 75 -85 % maka daya kompensasi tak lagi mencukupi sehingga timbul

gejala uremia oleh karena terjadi penurunan zat – zat yang tak bisa dikeluarkan

dari tubuh oleh ginjal yang sakit. Gagal ginjal pada tahap awal akan tidak disadari

oleh penderitanya, karena gejalanya umumnya tidak Nampak. Tetapi ada pula

gejala yang akan dirasakan pada saat sakit ginjal. Berikut ini merupakan beberapa

gejala yang dapat dirasakan ketika mengalami gagal ginjal adalah sesak nafas,

urin berbau, kencing darah, pembengkakan dan mudah lelah. Untuk gejala yang

dialami oleh penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) umumnya berupa sindrom

uremia yaitu (Irwan, 2016; Baradero, Dayrit dan Siswadi, 2005):

8
a. Gastrointestinal

Nafsu makan menurun, anoreksia, pendarahan gastrointestinal, mual, muntah,

mulut kering, rasa pahit, pendarahan epitel, diare dan konstipasi.

b. Kulit

Kering, atropi, warna berubah kecoklatan dan gatal

c. Kardiovaskuler

Hipertensi, pembesaran jantung, payah jantung, pericarditis, dan gagal jantung

kongestif.

d. Darah

Anemia, asidosis, pendarahan, kegiatan trombosit menurun, eritropoetin menurun,

dan trombositopenia.

e. Neurologi

Apatis, neuropati, perifer, depresi, precoma.

Hasil tes klirens kreatinin adalah sebagai berikut:

a. Gagal Ginjal Dini = > 30 ml / menit

b. Gagal Ginjal Kronik (GGK) = 30 – 5 ml / menit

c. Gagal Ginjal Terminal = ≤ 5 ml / menit

4. Pencegahan GGK

Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah salah satu jenis penyakit tidak

menular yang memiliki angka cukup tinggi, namun demikian penyakit ini dapat

dihindari melalui upaya pencegahan yang meliputi (Irwan, 2016) :

9
a. Mengendalikan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan juga penyakit

jantung dengan lebih baik. Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit

sekunder akibat dari penyakit primer yang mendasarinya. Oleh sebab itulah,

perlunya mengendalikan dan mengontrol penyakit primer agar tidak

komplikasi menjadi gagal ginjal.

b. Mengurangi makanan yang mengandung garam adalah salah satu jenis

makanan dengan kandungan natrium yang tinggi. Natrium yang tinggi bukan

hanya bisa menyebabkan tekanan darah meningkat, namun juga akan memicu

terjadinya proses pembentukan batu ginjal.

c. Minumlah banyak air setiap harinya. Air adalah salah satu komponen

makanan yang diperlukan tubuh agar bisa terhindar dari dehidrasi. Selain itu,

air juga bisa berguna dalam membantu untuk mengeluarkan racun dari dalam

tubuh dana kan membantu mempertahankan volume serta konsentrasi darh.

Selain itu air juga bisa berguna dalam memelihara sistem pencernaan dan

membantu mengendalikan suhu tubuh.

d. Jangan menahan buang air kecil. Penyaringan darah merupakan salah satu

fungsi yang paling utama yang dimiliki ginjal. Disaat proses penyaringan

berlangsung, maka jumlah dari kelebihan cairan akan tersimpan di dalam

kandung kemih dan setelah itu harus segera dibuang. Walupun kandung

kemih mampu menampung lebih banyak urin, tetapi rasa ingin buang air kecil

akan dirasakan di saat kandung kemih sudah mulai penuh sekitar 120 – 250

ml urin. Sebaiknya jangan pernah menahan buang air kecil. Hal ini akan

berdampak besar dari terjadinya proses penyaringan ginjal.


10
e. Makan makanan yang baik. Makanan yang baik adalah makanan dengan

kandungan nutrisi serta gizi yang baik. Sebaiknya hindari makanan junk food.

B. Terapi Gizi Pada Pasien GGK

Pemberian nutrisi yang tepat untuk penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK)

sangat perlu diperhatian untuk menghambat progresifitas kerusakan organ tubuh.

Diet yang diberikan untuk penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) umumnya

berupa (Irwan, 2016; Baradero, Dayrit dan Siswadi, 2005) :

1. Mencukupi kebutuhan kalori sesuai dengan kegiatan penderita yaitu 35

kalori/ kg BB / hari. Untuk menghindari katabolisme masukan bahan esensial

berupa asam amino esensial dan lemak esensial.

2. Membatasi metabolit yang harus di ekskresikan oleh ginjal dan memberikan

protein yang cukup untuk kebutuhan pertumbuhan (anak) dan perbaikan

jaringan tanopa memberi beban ekskretori pada ginjal

3. Membatasi protein. Protein diberikan sebanyak 1 -1,5 gram / kg BB ideal.

4. Membatasi garam. Garam diberikan sesuai keadaan pasien meliputi ada

tidaknya edema. Garam dapat diberikan sebanyak 1 – 4 gram / hari.

Kelebihan NaCl akan mempercepat terjadinya edema, bila kekurangan NaCl

akan menyebabkan hipotensi dan rasa lemah.

5. Membatasi Air. Cairan diberikan sebanyak 500 cc ditambahn urine dan cairan

yang hilang dengan sEcara lain selama 24 jam sebelumnya. Kelebihan air

akan tertimbun dan menyebabkan edema tungkai. Kelebihan air yang

mendadak akan menyebankan edema paru (sesak).

11
6. Menghindari gangguan elektrolit (K+). Membatasi pemberian buah – buahan

yang mengandung Kalium. Karena bila terjadi hiperkalemi akan

menyebabkan aritmia dan fibrilasi jantung.

C. Hemodialisis

1. Pengertian hemodialisis

Hemodialisis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan komposisi

solute darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran semi permeabel

(membran dialisis). Tetapi pada prinsipnya, hemodialisis adalah suatu proses

pemisahan atau penyaringan atau pembersihan darah melalui suatu membran

semipermeabel yang dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik

akut maupun kronik (Suhardjono, 2014). Hemodialisis adalah salah satu terapi

pengganti ginjal untuk pasien penyakit ginjal kronik. Terapi ini dilakukan untuk

menggantikan fungsi ginjal yang rusak (Brunner dan Suddarth, 2011)

Hemodialisis memerlukan waktu selama 3 – 5 jam dan dilakukan sekitar 3x

dalam seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara terapi, keseimbangan

garam, air dan pangkat hidrogen (PH) sudah tidak normal lagi dan penderita

biasanya merasa tidak sehat (Corwin 2009). Konsensus Dialisis Pernefri (2003)

menyebutkan bahwa indikasi dilakukan tindakan dialisis adalah pasien gagal

ginjal dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) <15 mL/menit, pasien dengan Tes

Klirens Kreatinin (TKK)/LFG <10 mL/menit dengan gejala uremia, atau

TKK/LFG <5 mL/menit walau tanpa gejala. Pada TKK/LFG < 5 mL/menit,

fungsi ekskresi ginjal sudah minimal sehingga mengakibatkan akumulasi zat


12
toksik dalam darah dan komplikasi yang membahayakan bila tidak dilakukan

tindakan dialisis segera (Eknoyan, 2000; Owen, 2000; Jindal 2006)

2. Adekuasi hemodialisis

Adekuasi atau kecukupan dosis (frekuensi dan durasi) hemodialisis dicapai

setelah proses hemodialisis selesai selama kurang lebih 5 jam. Adekuasi

hemodialisis tercapai ababila pasien merasa nyaman dan keadaan menjadi lebih

baik, dan dapat menjalani hidup yang lebih panjang meskipun harus dengan

penyakit gagal ginjal kronik. Adekuasi hemodialisis merupakan kecukupan dosis

hemodialisis yang direkomendasikan untuk mendapatkan hasil yang adekuat pada

pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis HD sudah adekuat atau tidak,

dapat dilakukan pemeriksaan secara periodik setiap bulan sekali dengan beberapa

instrumentasi penilaian. Secara laboratorik, HD dikatakan adekuat jika terdapat

kadar ureum darah yang menurun (Urea Reduction Ratio) dan rasio antara jumlah

darah yang dihemodialisis per waktunya dengan fraksi HD yang terbentuk (Kt/V)

lebih dari sama dengan 1,2 untuk yang menjalani hemodialisis 3 kali dalam

seminggu dan 1,8 untuk yang menjalani hemodialisis 2 kali seminggu. (Owen WF

Jr, et al. 1993; Depner TA. 2005).

Pencapaian adekuasi hemodialisis diperlukan untuk menilai efektivitas

tindakan hemodialisis yang dilakukan. Hemodialisis yang adekuat akan

memberikan manfaat yang besar dan memungkinkan pasien gagal ginjal tetap

bisa menjalani aktivitasnya seperti biasa. Terdapat hubungan yang kuat

13
antara adekuasi hemodialisis dengan morbiditas dan mortalitas pasien gagal ginjal

(Septiwi, 2011).

3. Faktor yang mempengaruhi hemodialisis

Hemodialisis yang tidak adekuat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti bersihan ureum yang tidak optimal, waktu dialisis yang kurang, dan

kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium (ureum darah). Untuk mencapai

adekuasi hemodialisis, maka besarnya dosis yang diberikan harus memperhatikan

hal-hal berikut (Roesli, 2005; Daugirdas, 2007).

a. Time of dialisis

Adalah lama waktu pelaksanaan hemodialisis yang idealnya 10-12 jam

perminggu. Bila hemodialisis dilakukan 2 kali/minggu maka lama waktu tiap kali

hemodialisis adalah 5-6 jam, sedangkan bila dilakukan 3 kali/minggu maka

waktu tiap kali hemodialisis adalah 4-5 jam.

b. Interdialytic time

Adalah waktu interval atau frekuensi pelaksanaan hemodialisis yang berkisar

antara 2 kali/minggu atau 3 kali/minggu. Idealnya hemodialisis dilakukan 3

kali/minggu dengan durasi 4-5 jam setiap sesi, akan tetapi di Indonesia dilakukan

2 kali/minggu dengan durasi 4-5 jam, dengan pertimbangan bahwa PT ASKES

hanya mampu menanggung biaya hemodialisis 2 kali/minggu (Gatot, 2003).

c. Quick of blood (Blood flow)

Adalah besarnya aliran darah yang dialirkan ke dalam dialiser yang besarnya

antara 200-600 ml/menit dengan cara mengaturnya pada mesin dialisis.

14
Pengaturan Qb 200 ml/menit akan memperoleh bersihan ureum 150 ml/menit,

dan peningkatan Qb sampai 400ml/menit akan meningkatkan bersihan ureum

200 ml/menit.

d. Quick of dialysate (dialysate flow)

Adalah besarnya aliran dialisat yang menuju dan keluar dari dialiser yang dapat

mempengaruhi tingkat bersihan yang dicapai, sehingga perlu di atur sebesar 400 –

800 ml/menit dan biasanya sudah disesuaikan dengan jenis atau merk mesin.

Daugirdas (2007) menyebutkan bahwa pencapaian bersihan ureum yang optimal

dapat dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah (Qb), kecepatan aliran dialisat (Qd),

dan koefisien luas permukaan dialiser.

e. Clearance of dialyzer

Klirens menggambarkan kemampuan dialiser untuk membersihkan darah dari

cairan dan zat terlarut, dan besarnya klirens dipengaruhi oleh bahan, tebal, dan

luasnya membran. Luas membran berkisar antara 0,8-2,2 m². KoA merupakan

koefisien luas permukaan transfer yang menunjukkan kemampuan untuk

penjernihan ureum. Untuk mencapai adekuasi diperlukan KoA yang tinggi yang

diimbangi dengan Qb yang tinggi pula antara 300-400ml/menit.

f. Tipe akses vascular

Akses vaskular cimino (Arterio Venousa Shunt) merupakan akses yag paling

direkomendasikan bagi pasien hemodialisis. Akses vaskular cimino yang

berfungsi dengan baik akan berpengaruh pada adekuasi dialisis. Ada hubungan

antara akses vaskular dengan adekuasi hemodialisis dan berpengaruh terhadap

kualitas hidup pasien hemodialisis.


15
g. Trans membrane pressure

Adalah besarnya perbedaan tekanan hidrostatik antara kompartemen dialisis (Pd)

dan kompartemen darah (Pb) yang diperlukan agar terjadi proses ultrafiltrasi.

Nilainya tidak boleh < kurang dari -50 dan Pb harus lebih besar daripada Pd serta

dapat dihitung secara manual dengan rumus: TMP = (Pb – Pd) mmHg.

4. Pengukuran adekuasi hemodialisis

Hemodialisis dinilai adekuat bila mencapai hasil sesuai dosis yang

direncanakan. Untuk itu, sebelum hemodialisis dilaksanakan harus dibuat suatu

peresepan untuk merencanakan dosis hemodialisis, dan selanjutnya dibandingkan

dengan hasil hemodialisis yang telah dilakukan untuk menilai keadekuatannya.

Adekuasi hemodialisis diukur secara kuantitatif dengan menghitung Kt/V yang

merupakan rasio dari bersihan urea dan waktu hemodialisis dengan volume

distribusi urea dalam cairan tubuh pasien. Penghitungan Kt/V dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus formula linier sederhana Daugirdas

sebagai berikut (Widiana, 2013) :

Kt/V = 2,2 – 3,3 ( R-0,03) UF/W

Keterangan :

a. R : BUN setelah dialisis dibagi dengan BUN sebelum dialisis

b. UF : Volume Ultra Filtrasi (Liter)

c. W : Berat badan pasien setelah dialisis

16
D. Status Gizi

1. Pengertian status gizi

Menurut Depkes (2002) status gizi merupakan tanda – tanda penampilan

seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang

berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada

kategoridan indikator yang digunakan. Status gizi dapat juga diartikan sebagai

suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antasan asupan zat gizi

dengan kebuthan. Kesimbangan tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan,

yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan

dan panjang tungkai. (Gibson, 1990).

Penilaian status gizi digunakan dua metode penilaian status gizi, yaitu secara

langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara tidak langsung, dapat

dibagi tiga yaitu survey konsumsi makanan, statstik vital, dan faktor ekologi.

Sedangkan penilaian ststus gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu, penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa,

2012).

2. Faktor yang mempengaruhi status gizi

Menurut Call dan Levinson dalam Supariasa (2012), bahwa status gizi

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan,

terutama adanya penyakit infeksi, kedua faktor ini adalah penyebab langsung,

sedangkan penyebab tidak langsung kandungan zat gizi dalam bahan

17
makanan,kebiasaan makan, ada tidaknya program pemberian makanan

tambahan, pemeliharaan kesehatan,serta lingkungan fisik dan sosial.

Menurut UNICEF (1998) dalam Supariasa (2012) menggambarkan faktor

yang berhubungan dengan status gizi, pertama penyebab langsung adalah

asupan gizi dan penyakit infeksi, kedua, penyebab tidak langsung yaitu

keterdediaan pangan tingkat rumah tangga, perilaku / asuhan ibu dan anak,

pelayanan kesehatan dan lingkungan, ketiga masalah utama yaitu kemiskinan,

pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Keempat,

masalah dasar, yaitu krisis politik dan ekonomi.

Menurut Laura Jane Harper dalam Supariasa (2012), faktor yang

mempengaruhi status gizi ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi adalah

ketersediaan pangan, tingkat pendapatan, pendidikan dan penggunaan pangan.

Ketersediaan pangan meliputi pemilihan tanaman yang ditanam. Pola

penanaman, pola penguasaan lahan, mutu luas lahan, cara pertanian, cara

penyimpanan, faktor lingkungan, rangsangan bereproduksi dan peranan

sosial. Penggunaan pangan meliputi status sosial, kepercayaan keagamaan,

kepercayaan kebudayaan, keadaan kesehatan, pola makan, kehilangan tersebab

oleh proses memasak, distribusi makanan dalam keluarga, besar keluarga, dan

pangan yang tercecer.

Adapun faktor yang mempengaruhi status gizi pada pasien GGK adalah

(Nunuk Mardiana, 2010) :

a. Asupan nutrisi kurang yang disebabkan karena retriksi diit berlebihan,

pengosongan lambung lambat dan diare, komorbid medis lainya, kejadian


18
sakit dan rawat inap yang berulang, asupan makanan lebih menurun di hari

– hari dialisis, obat – obatan yang menyebabkan dispepsia (pengikat fosfat,

preparat besi), dialisis tidak adekuat, depresi, dan perubahan sensasi rasa.

b. Kehilangan nutrient meningkat karena kehilangan darah melalui saluran

cerna dan kehilangan nitrogen intradialisis.

c. Katabolisme protein meningkat, yaitu kejadian sakit dan rawat inap yang

berulang, komorbid medis lain, asidosis metabolik, katabolisme yang

berkaitan dengan hemodialisis, disfungsi dari the growth hormone-insulin

growth factor endocrine axis, efek katabolic beberapa hormone (paratiroid,

kortisol, glukagon).

3. Pengukuran status gizi dengan metode Subjective Global Assessment

(SGA)

a. Pengertian Subjective Global Assessment (SGA)

Metode skrining Gizi dengan menggunakan SGA merupakan metoda alternatif

penilaian status gizi yang hanya berdasarkan data riwayat medis (perubahan berat

badan, perubahan asupan / intake, gejala gastrointestinal) dan pemeriksaan fisik

(penurunan lemak subkutan, penurunan masa otot, adanya odema, adanya ascites).

Metode penilaian status gizi dengan Subjective Global Assessment (SGA) ini

mengunakan alat bantu formulir sederhana yang berisi beberapa pertanyaan yang

diajukan kepada pasien atau pendamping pasien. Kualitas data yang diperoleh

tergantung dari kemampuan tenaga kesehatan berkomunikasi secara efektif

dengan pasien dan ketajaman observasi indikator fisik (Kartono, 2007)


19
b. Kategori Subjective Global Assessment (SGA)

Sebagai dasar gambaran riwayat medis dan pemeriksaan fisik, petugas

mengidentifikasi skor SGA yang diindikasikan oleh status gizi pasien.

Kategorinya adalah: (1) status gizi baik, (2) status gizi sedang atau diduga

malnutrisi, dan (3) status gizi buruk. Penentuan skor SGA dititikberatkan pada

variabel-variabel penurunan berat badan, intake makanan yang buruk, kehilangan

jaringan subkutan, dan penurunan massa otot. Para petugas ini diberitahu bahwa

pasien dapat diberi skor B hanya jika mengalami penurunan berat badan

sedikitnya 5% pada beberapa minggu sebelum masuk rumah sakit tanpa berat

badan stabil atau meningkat, intake makanan menurun, dan kehilangan jaringan

subkutan ringan.

Jika pasien mengalami edema, asites, atau massa tumor, maka penilaian tidak

begitu dipengaruhi oleh jumlah penurunan berat badan. Gambaran riwayat medis

lainnya dimaksudkan untuk membantu para petugas mengkonfirmasikan laporan

pasien sendiri tentang penurunan berat badan dan perubahan konsumsi

makanannya. Jika pasien baru-baru ini mengalami peningkatan berat badan yang

tidak terlihat retensi cairannya sama sekali, para petugas diinstruksikan untuk

memberi skor A, bahkan jika total penurunan berat badan antara 5% - 10%, dan

pasien mengalami kehilangan ringan jaringan subkutan, terutama jika pasien

mencatat adanya peningkatan dalam gambaran riwayat medis SGA lainnya

(misalnya peningkatan selera makan).

Untuk memberikan skor C, pasien harus menunjukkan tanda-tanda fisik nyata

dari malnutrisi (penurunan jaringan subkutan berat, penurunan massa otot, dan
20
edema) secara jelas dan meyakinkan pola penurunan berat badan secara terus

menerus. Pasien-pasien ini biasanya mengalami penurunan total berat badan

sedikitnya 10% dari berat badan normal mereka, dan juga mempunyai banyak

gambaran-gambaran riwayat medis lainnya. Para petugas diinstruksikan untuk

kurang sensitif tapi lebih spesifik dalam pemberian skor mereka, yaitu bila

gambaran-gambaran yang mungkin mempengaruhi para petugas klinis untuk

memberikan skor B (kebalikan dari skor A) adalah samar-samar dan meragukan,

maka skor A lebih diprioritaskan. Demikian pula, skor C berimplikasi pada

adanya malnutrisi berat secara signifikan. (Totoprajogo, 2006)

c. Kelebihan dan kekurangan Subjective Global Assessment (SGA)

Ditinjau dari segi kelebihannya, metode Subjective Global Assessment (SGA)

sering digunakan dalam peneilaian status gizi di rumah sakit karena dibandingkan

dengan metode lainya Subjective Global Assessment (SGA) memiliki dan

sensitivitas dan specifitas terbaik dalam mendeteksi resiko malnutrisi. Subjective

Global Assessment (SGA) juga merupakan prediktor resiko malnutrisi yang tepat

dan akurat serta merupakan indikator yang terbaik dalam mendeteksi masalah

malnutrisi tahap dini. Subjective Global Assessment (SGA) tidak hanya

menggantungkan penilaian hanya pada salah satu pengukuran objektif saja tetapi

juga pengukuran klinis, dapat mengetahui beberapa karakteristik gejala klinik

yang berhubungan dengan malnutrisi, dapar memonitoring perubahan status gizi

selama pemberian dukungan nutrisi. Dalam Subjective Global Assessment (SGA)

parameter yang diamati lebih banyak dan dapat diamati secara subjektif, pada

21
pasien kronis yang tidak bisa di ukur secara objektif secara khusus dapat diamati

secara subjektif. Karena merupakan metode subyektif maka kelemahan metode ini

adalah reproducibility yaitu sangat tergantung pada keterampilan dan pengalaman

petugas (Gibson, 1990).

Dalam penelitian Eka Dwipajayanti (2010), diungkapkan bahwa pengunaan

Subjective Global Assessment (SGA) dapat dimodifikasi dan dikembangakn

sesuai dengan jenis penyakit yang dialami pasien. Untuk penilaian status gizi

pasien gagal ginjal kronik ini digunakan formulir Subjective Global Assessment

(SGA) modivikasi. Penilaian Subjective Global Assessment (SGA) ini dilakukan

berdasarkan riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Riwayat medis meliputi aspek

berat badan, asupan makanan, gejala gastrointestinal, kapasitas fungsional, dan

keadaan penyakit. Sedangkan pemeriksaan fisik terdiri dari aspek penurunan

lemak subkutan, penurunan massa otot, edema, dan ascites. Dari kriteria penilaian

tersebut sehingga Subjective Global Assessment (SGA) lebih cocok digunakan

untuk menilai status gizi pasien gagal ginjal kronik, yakni memperhatikan adanya

edema dan ascites yang biasanya dialami oleh pasien gagal ginjal kronik yang

menjadi hemodialisis.

d. Prosedur wawancara dengan formulir Subjective Global Assessment (SGA)

Dalam melakukan wawanara dengan mengunakan formulir Subjective global

assessment (SGA) pengamatan yang dilakukan oleh tenaga medis terdiri dari

pengamatan perubahan berat badan, perubahan asupan makanan, gejala saluran

cerna, aktivitas fisik, penyakit dan kaitan dengan kebutuhan nutrisi serta

22
pemeriksaan fisik. Setelah dilakukan wawancara dan pengamatan dilanjutkan

dengan penentuan rangking SGA. Adapun tahapan prosedur wawancara adalah

(Totoprajogo, 2006):

1) Kondisikan pasien siap untuk melakukan wawancara dan bersedia untuk

diwawancara.

2) Lakukan wawancara dengan sopan dengan menayakan secara perlahan

kepada pasien.

3) Tanyakan perubahan berat badan khususnya kehilangan berat badan dalam

kurun waktu 6 bulan terakhir, beserta prosentase perubahan berat badan

terhadap berat badan awal sebelum terjadi perubahan. Ini menunjukan suatu

kehilangan berat badan secara kronis.

4) Tanyakan perubahan berat badan khususnya kehilangan berat badan dalam

kurun waktu 2 minggu terakhir menunjukan suatu kehilangan berat badan

secara akut.

5) Tanyakan perubahan asupan makanan yang terjadi, lamanya perubahan

terjadi. (Minggu, bulan), serta adakah perubahan Jenis makanan.

6) Tanyakan gejala gastro intestinal/ saluran cerna meliputi mual, muntah, diare,

atau nafsu makan menurun/ anoreksia.

7) Tanyakan adanya perubahan aktivitas fisik , lamanya, serta serta jenis

gangguan.

8) Tanyakan mengenai penyakit dan kaitan dengan kebutuhan nutrisi.

9) Lakukan pengamatan dan pemeriksaan fisik secara umum meliputi

kehilangan lemak subkutan terutama di sela tulang iga (Intercostal region)


23
dan di daerah sekitar pipi, kehilangan massa otot terutama otot didaerah

pangkal paha dan otot didaerah bahu, adanya oedema didaerah pergelangan

kaki, punggung/sacrum, ascites (adanya cairan bebas dalam rongga

perut/abdomen), kelainan gigi, gusi dan mulut, kelainan dan radang lidah,

kesulitan menelan, radang di sudut mulut, patah tulang dan nyeri tulang,

perubahan kulit.

10) Lakukan skoring dan kategorikan status gizi berdasarkan hasil wawancara

dan pengamatan.

E. Kualitas Hidup

1. Pengertian kualitas hidup

Ferrans dan Powers (1994) mendefinisikan kualitas hidup sebagai suatu

kesejahteraan yang dirasakan oleh seseorang dan berasal dari

kepuasan/ketidakpuasan dengan bidang kehidupan yang penting bagi mereka.

Persepsi subyektif tentang kepuasan terhadap berbagai aspek kehidupan dianggap

sebagai penentu utama dalam penilaian kualitas hidup, karena kepuasan

merupakan pengalaman kognitif yang menggambarkan penilaian terhadap kondisi

kehidupan yang stabil dalam jangka waktu lama.

Nurchayati (2011) menyebutkan bahwa kualitas hidup seseorang tidak dapat

didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya,

karena kualitas hidup merupakan suatu yang bersifat subyektif. WHOQoL

menyatakan kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisinya dalam

kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut
24
hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan. Hal ini

merupakan suatu konsep yang dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk

mendapat kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat independen, hubungan

sosial, dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.

2. Instrumen untuk pengukuran kualitas hidup

Penilaian atau pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan dapat

menggunakan kuesioner. Menurut (Harmaini, 2006), terdapat 3 macam alat ukur

kualitas hidup, yaitu:

a. Alat ukur generik

Alat ukur generik adalah alat ukur yang dalat digunakan untuk berbagai macam

penyakit maupun usia. Kelebihan dari alat ukur ini adalah penggunaannya dapat

lebih luas, namun kekurangan dari alat ukur ini adalah tidak mencakup hal-hal

khusus pada penyakit tertentu. Contohnya adalah Short Form-36 (SF-36).

b. Alat ukur spesifik

Alat ukur spesifik merupakan alatpengukur kualitas hidup yang spesifik untuk

penyakit tertentu. Alat ukur ini berisikan pertanyaan-pertanyaan khusus yang

sering terjadi pada penyakit yang dimaksud. Kelebihan dari alat ukur ini adalah

dapat mendeteksi lebih tepat keluhan atau hal khusus yang berperan pada penyakit

tertentu. Kekurangan dari alat ukur ini adalah tidak dapat digunakan pada

penyakit lain dan biasanya pertanyaannya lebih sulit dimengerti. Contoh dari alat

ukur ini adalah Kidney Disease Quality of Life – Short Form (KDQOL-SF).

25
c. Alat ukur utility

Alat ukur utility merupakan pengembangan dari suatu alat ukur, biasanya dari alat

ukur generic. Pengembangannya dari penilaian kualitas hidup menjadi parameter

lainnya, sehingga mempunyai manfaat yang berbeda. Contohnya adalah European

Quality of life – 5 Dimensions (EQ-5) yang dikonversi menjadi Time Trade-Off

(TTO) yang berguna untuk bidang ekonomi, yaitu dapat digunakan untuk

menganalisis biaya kesehatan dan perencanaan keuangan kesehatan negara.

Dalam mengukur kualitas hidup pasein gagal ginjal kronik kuisoner yang

digunkana adalah kuesioner KDQOL SF yang merupakan kuesioner spesifik yang

digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (Lina, 2008). Merujuk

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eka Dwipajayanti tahun 2010,

komponen yang terdapat dalam kusioner KDQOL SF adalah:

a. Kondisi kesehatan, terdiri dari 11 pertanyaan yang menilai kesehatan secara

umum kesehatan, kesehatan sekarang dibandingkan setahun yang lalu,

kemampuan aktivitas fisik seperti olahraga, memindahkan meja, mengangkat

belanjaan, naik tangga, dan berjalan serta masalah dengan kesehatan fisik

yang dapat mengganggu aktifitas sehari – hari.

b. Penyakit ginjal, yang terdiri dari 3 pertanyaan yang menilai seberapa besar

ganguan penyakit ginjal dalam kehidupan sehari – hari baik dari psikologis,

sosial, dan mental, serta sejauh mana terganggu dengan masalah asuransi

kesehatan, dan juga masalah penyakit ginjal yang dialami seperti nyeri, kram,

kulit kering dan sebagainya.

26
c. Efek penyakit ginjal pada kehidupan sehari – hari, terdiri dari 10 pertanyaan

yang menilai seberapa sering penyakit ginjal mengganggu kehidupan sehari –

hari, aktivitas seksual, kualitas tidur, kepuasan terhadap waktu yang dapat

dinikmati bersama keluarga atau teman, dukungan keluarga dan teman, nilai

kesehatan secara umum, perawatan yang diterima selama dialisis, dan petugas

hemodialisis.

3. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Beberapa penelitian melaporkan bahwa kualitas hidup pasien hemodialisis

lebih buruk dibandingkan dengan populasi secara umum, dimana hal tersebut

berhubungan dengan perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi pada

pasien dan dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut (Septiwi, 2011) :

a. Karakteristik pasien

Karakteristik pasien dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis,

seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menjalani terapi, status

pernikahan. Penelitian lain menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menjalani

hemodialisis, dan status pernikahan dengan kualitas hidup pasien hemodialisis.

b. Terapi hemodialisis yang dijalani

Kualitas hidup pasien hemodialisis dipengaruhi oleh keadekuatan terapi

hemodialisis yang dijalani dalam rangka mempertahankan fungsi kehidupannya.

Efektifitas hemodialisis dapat dinilai dari bersihan ureum selama hemodialisis

27
karena ureum merupakan indikator pencapaian adekuasi hemodialisis. Agar

hemodialisis yang dilakukan efektif perlu dilakukan pengaturan kecepatan aliran

darah (Qb) dan akses vaskular yang adekuat.

c. Status kesehatan (anemia)

Penurunan kadar Hb pada pasien hemodialisis menyebabkan penurunan level

oksigen dan sediaan energi dalam tubuh, yang mengakibatkan terjadinya

kelemahan dalam melakukan aktivitas sehingga pada akhirnya dapat menurunkan

kualitas hidup pasien. Hasil penelitian menyebutkan bahwa penurunan kualitas

hidup pasien hemodialisis disebabkan oleh anemia dengan kadar Hb < 11 gr/dL.

d. Depresi

Ketergantungan pasien terhadap mesin hemodialisis seumur hidup, perubahan

peran, kehilangan pekerjaan dan pendapatan merupakan stressor yang dapat

menimbulkan depresi pada pasien hemodialisis. Depresi pada pasien

hemodialisis dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis.

e. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga akan mempengaruhi kesehatan secara fisik dan psikologis,

dimana dukungan keluarga tersebut dapat diberikan melalui dukungan emosional,

informasi ataupun memberikan nasihat. Dukungan keluarga pada pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisa terdiri dari dukungan instrumental,

dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan pengharapan dan

dukungan harga diri yang diberikan sepanjang hidup pasien. Dukungan keluarga

28
yang didapat oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa

menyangkut dukungan dalam masalah finansial, mengurangi tingkat depresi dan

ketakutan terhadap kematian serta pembatasan asupan cairan.

f. Adekuasi hemodialisis

Secara klinis hemodialisis dikatakan adekuat bila keadaan umum pasien dalam

keadaan baik, merasa lebih nyaman, tidak ada manifestasi uremia dan usia hidup

pasien semakin panjang. Akan tetapi ketergantungan pasien pada mesin dialisis

seumur hidupnya mengakibatkan terjadinya perubahan pada kemampuan untuk

menjalani fungsi kehidupan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kualitas

hidupnya. Black, Ignatavicius, dan Hamilton, meneliti hubungan antara adekuasi

hemodialisis dengan kualitas hidup 69 pasien hemodialisis di London, dan

hasilnya terdapat hubungan yang signifikan antara adekuasi hemodialisis dan

kualitas hidup pasien dengan nilai p < 0,05. Cleary dan Drennan juga melakukan

penelitian yang membandingkan kualitas hidup pasien dengan hemodialisis yang

adekuat dan pasien dengan hemodialisis yang inadekuat di Irlandia, dan hasilnya

menyatakan bahwa pasien dengan hemodialisis yang inadekuat kualitas hidupnya

lebih rendah daripada pasien dengan hemodialisis yang adekuat (Nurchayati,

2011).

g. Status gizi

Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa status gizi kurang dapat

mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis, diantaranya adalah studi yang

dilakukan oleh Afshar dkk., (2011) dalam Wulandari (2015) yaitu status gizi
29
kurang dapat menyebabkan penderita mengalami gejala seperti lelah dan malaise,

sakit kepala, kehilangan berat badan, kelemahan otot, infeksi berulang,

penyembuhan luka yang lambat, serta gangguan tulang, hal ini dapat

menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup pada pasien hemodialysis.

4. Katagori kualitas hidup pasien GGK dengan hemodialisis

Adapun cara pemberian penilaian (skoring) setiap pilihan jawaban untuk

masing – masing pertanyaan dari skala 1 – 100, dimana nilai yang tinggi

menunjukan kondisi yang lebih baik. Nilai akhir dari kualitas hidup merupakan

perbandingan nilai rata – rata masing – masing subjek dibandingkan dengan nilai

median sampel. Hasil akhir dari penilaian tersebut kemudian dikategorikan

sebagai berikut (RAND Health, 1997):

a. Kualitas Hidup Baik: bila total skor kualitas hidup ≥nilai median

b. Kulaitas Hidup Buruk: <nilai median

F. Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Status Gizi dan Kualitas

Hidup Pasien GGK yang Menjalani Hemodialisis

Dalam tesis Cahyu Septiwi tahun 2010 mengenai hubungan antara adekuasi

hemodialisis dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis di RS Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto disebutkan bahwa, hasil analisis hubungan antara

adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup diperoleh bahwa sebanyak 35

orang (81,4%) responden yang mencapai adekuasi hemodialisis mempunyai

kualitas hidup yang baik, dan 19 orang (32,8%) responden yang tidak mencapai

adekuasi hemodialisis mempunyai kualitas hidup yang baik. Analisis lebih lanjut
30
pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara adekuasi

hemodialisis dan kualitas hidup (p=0,000, α=0,05). Nilai OR yang diperoleh

adalah 8,98 yang artinya bahwa responden yang telah mencapai adekuasi

mempunyai peluang sebesar 8,98 kali untuk mempunyai kualitas hidup yang baik

dibandingkan reponden yang tidak mencapai adekuasi).

Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh A.A. Ayu Putri Oktiadewi

(2012) yang meneliti mengenai hubungan kadar Hb dan status gizi dengan

kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang menjalani

hemodialisa, diketahui bahwa Terdapat hubungan bermakna antara status gizi

dengan kualitas hidup pada indikator kadar albumin dengan dimensi

kesehatan fisik (p = 0,02), kategori skor PG-SGA dengan dimensi kesehatan fisik

(p = 0,037) dan kategori skor PG-SGA dengan dimensi masalah akibat penyakit

ginjal (p = 0,031).

31
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Karakteristik pasien

Terapi HD yang dijalani


Kualitas Hidup Pasien
Adekuasi HD GGK dengan HD

Status gizi

Status kesehatan

Depresi dan dukungan


keluarga

Keterangan :
= Diteliti
= Tidak Diteliti

Gambar 1
Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien yang menjalani

hemodialisis diantaranya adalah karakteristik pasien, terapi hemodialisis yang

dijalani, status kesehatan, depresi dan dukungan keluarga. Selain faktor tersebut,

adekuasi hemodialisi dan status gizi pasien gagal ginjal yang menjalani

hemodialisis juga berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa hemodialisis yang tidak adekuat dapat menjadi

32
penyebab terjadinya malnutrisi. Pasien hemodialisis beresiko mengalami

malnutrisi terutama malnutrisi energi protein serta dapat meningkatkan resiko

terjadinya morbiditas dan mortalitas. Pasien yang menjalani hemodialisis regular

sering mengalami malnutrisi, inflamasi, dan penurunan kualitas hidup.

B. Variabel dan Definisi Oprasional Variabel

1. Variabel

a. Variabel Independen : Adekuasi Hemodialisis dan Status Gizi pasien

b. Variabel Dependen : Kualitas Hidup Pasien

2. Definisi operasional variabel

Tabel 1
Devinisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Cara Pengukuran Alat Ukur Skala


Penelitian Variabel Ukur
1 Adekuasi Kecukupan Wawancara dan Formulir Ordin
Hemodialisis dosis mencatat data dari Adekuasi al
hemodialisis catatan medik HD
yang sampel serta Sampel
dilakukan oleh penghitungan Kt/V
sampel yang dengan kategori:
ditinjau dari 1. Adekuat: bila
segi frekuensi nilai Kt/V
dan durasi minimal 1,8/1,2
Hemodialisis

33
No Variabel Definisi Cara Pengukuran Alat Ukur Skala
Penelitian Variabel Ukur
1 dengan waktu 2. Tidak Adekuat:
3 – 5 jam dan bila nilai Kt/V
dilakukan 2 - 3 <1,8/1,2
kali dalam (Depner TA. 2005)
seminggu yang
diukur melalui
penghitungan
rasio dari
bersihan urea
dan waktu
hemodialisis
dengan
volume
distribusi urea
dalam cairan
tubuh pasien
(Kt/V).
2 Status gizi Keadaan gizi Pengamatan dan Formulir Ordin
sampel yang wawancara dengan SGA al
menjalani mengunakan
hemodialisis di metode SGA
RSUP Sanglah dengan kategori:
Denpasar, 1. Status Gizi Baik:
yang bila komponen
ditentukan penilaian skor A
dengan metode > 50 %

34
No Variabel Definisi Cara Pengukuran Alat Ukur Skala
Penelitian Variabel Ukur
2 Subjective 2. Status Gizi
Global Sedang: bila
Assessment komponen
(SGA). penilaian skor B
> 50% Status
Gizi Buruk: bila
komponen
penilaian skor C
> 50%
(Totoprajogo, 2006)
3 Kualitas Suatu keadaan Pengamatan dan Kuisioner Ordinal
Hidup yang berkaitan wawancara KDQOL
dengan mengunakan -SFTM
kesejahteraan kusioner kualitas
yang dirasakan hidup gagal ginjal
oleh sampel kronik, dengan
berupa kategori penilaian:
kepuasan atau 1. Kualitas Hidup
ketidakpuasan Baik: bila total
dalam bidang skor kualitas
kehidupan hidup ≥ nilai
yang penting median sampel
bagi mereka 2. Kulaitas Hidup
yang diukur Buruk: < nilai
menggunakan median sampel
kusioner (RAND Health, 1997)

KDQOL-SFTM

35
C. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah.

2. Ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP Sanglah.

36
BAB IV

METODA PENELITIAN

A. Design/ Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Cross sectional.

Peneliti hanya melakukan pengamatan tehadap sampel penelitian dan

menganalisis hasil pengamatan secara simultan. Cara pendekatan yang digunakan

adalah dengan cara observasi yakni setiap sampel hanya di observasi satu kali saja

dimana pengukuran adekuasi hemodialisis, status gizi dan kualitas hidup sampel

dilakukan pada waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 1995).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Dipilihnya Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar sebagai lokasi penelitian

atas pertimbangan sebagai berikut :

a. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar merupakan satu – satunya rumah

sakit pusat rujukan di Provinsi Bali.

b. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit

pendidikan.

c. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar memiliki pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialysis rata – rata setiap bulannya sebanyak 360

37
pasien, sehingga memudahkan peneliti untuk memperoleh jumlah sampel yang

dibutuhkan.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan dimulai dengan pengurusan ijin

penelitian pada bulan Januari 2018 dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada

bulan Juni tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi dan sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien penyakit gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa di unit hemodialisa RSUP Sanglah. Sampel dari

penelitian ini adalah bagian dari populasi, yang memenuhi kriteria inklusi sebagai

berikut :

a. Terdiagnosis oleh dokter sebagai pasien penderita Gagal Ginjal Kronik.

b. Pasien sedang menjalani hemodialisa secara rutin di Instalasi Hemiodialisis

RSUP Sanglah.

c. Pasien baik laki – laki maupun perempuan dengan rentangan umur 18 – 65

tahun.

d. Tidak memiliki komplikasi penyakit ganguan hati, kanker dan HIV.

e. Memiliki kesadaran baik, dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia

dijadikan sebagai sampel penelitian dengan menandatangani informed consent.

38
2. Perhitungan besar sampel

Besar sampel yang diambil untuk penelitian dihitung mengunakan rumus besar

sampel Lemeshow untuk penelitian Cross sectional yaitu (Hidayat, 2012):

Keterangan :

N = Besar sampel minimal

= Tingkat kepercayaan penelitian (95%), maka α = 0.05, dengan nilai

kebenaran normal = 1.96

P = Probabilitas sampel (0.5)

Q = (1- P) = 0.5

d = Tingkat pendekatan absolute yang dikehendaki (15%)

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini dapat

dijabarkan sebagai berikut :

39
3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pasien

rawat jalan di unit hemodialisa RSUP Sanglah Denpasar dengan metode

konsekutif. Pada metode ini seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi dalam

penelitian diambil seluruhnya hingga kurun waktu tertentu, hingga mencapai

jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro.1995).

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

a. Data primer

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data yang dikumpulkan

secara langsung meliputi :

1) Data identitas sampel yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,

tingkat pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor telepon yang dapat di

hubungi.

2) Data adekuasi hemodialisis yang terdiri dari klirens dialiser yaitu darah yang

melewati membran dialiser dalam ml/menit, lama dialisis dalam jam dan

volume cairan tubuh dalam liter (laki-laki 65%/berat badan dan wanita

55%/berat badan)

3) Data status gizi sampel

4) Data kualitas hidup sampel


40
b. Data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dengan melakukan pencatatan dari data yang

dimiliki oleh pihak RSUP Sanglah, Denpasar dalam penelitian ini berupa :

1) Data mengenai gambaran umum Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

2) Data prevalensi kejadian GGK dan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis

di RSUP Sanglah dalan 1 tahun terakhir dan setiap bulannya.

3) Data hasil rekam medis pasien yang menunjang penelitian.

2. Teknik pengumpulan data

a. Data primer

1) Pengumpulan data primer meliputi identitas sampel akan dilakukan dengan

wawancara secara langsung kepada sampel. Didalam kuesioner telah tersedia

daftar pertanyaan terstruktur yang harus dijawab oleh sampel penelitian dan

dilakukan pencatatan oleh peneliti dan enumerator. Pengambilan data

dilakukan selama sampel melakukan hemodialisis.

2) Data adekuasi hemodialisis dikumpulkan dengan wawancara secara langsung

dengan sampel dan mencatat data yang dibutuhkan dari catatan medik sampel

yang dibantu oleh perawat yang bertugas di unit hemodialisa RSUP Sanglah

Denpasar. Untuk pengambilan data terkait berat badan akan dilakukan

penimbangan berat badan sampel sebelum menjalani dan sesudah menjalani

proses hemodialisis. Sedangkan data ultra filtrasi (UF), lama menjalani

hemodialisis, frekuensi hemodialisis, BUN sebelum dan BUN sesudah

hemodialisis dicatat dari rekam medis sampel setelah sampel melakukan

41
hemodialisis dengan dibantu oleh petugas rekam medis bertugas di Instalasi

Rekam Medik RSUP Sanglah Denpasar. Data yang diperoleh selanjutnya

dilakukan pencatatan dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan

mengunakan rumus perhitungan adekuasai hemodialisis (formulir terlampir).

3) Data status gizi dikumpulkan dengan dengan wawancara secara langsung

dengan sampel dengan mengunakan metode Subjective Global Assessment

(SGA) dan instrument yang digunakan adalah formulir Subjective Global

Assessment (SGA). Pengisian formulir Subjective Global Assessment (SGA)

dilakukan oleh peneliti dan enumerator. Data yang diperoleh selanjutnya

dibandingkan dengan data pendukung lainya dalam rekam medik sampel atau

data hasil pemeriksaan fisik, biokimia dan diagnose medis lainya yang

menujang. Pengambilan data akan dilakukan selama sampel menjalani

hemodialisis. Apabila pengisian formulir Subjective Global Assessment

(SGA) belum terselesaikan, atau tidak memungkinkan untuk mewawancarai

sampel selama menjalani hemodialisis maka akan dilakukan pengambilan

data setelah sampel menjalani hemodialisis dan kondisi sampel

memungkinkan untuk di wawancarai. Data yang diperoleh selanjutnya

dilakukan perhitungan skor dari formulir Subjective Global Assessment

(SGA) (formulir terlampir).

4) Data kualitas hidup sampel dikumpulkan dengan wawancara secara langsung

dengan sampel dan pengisian kuisioner KDQOL-SFTM (kusioner terlampir)

dilakukan oleh peneliti dengan enumerator oleh sampel dengan

42
pendampingan peneliti. Pengambilan data akan dilakukan selama sampel

melakukan hemodialisis.

5) Pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti dengan dengan enumerator

yaitu 2 (dua) orang mahasiswa tingkat IV program studi DIV Gizi, Politeknik

Kesehatan Denpasar yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dan

penjelasan tentang prosedur penelitian serta terampil melakukan wawancara

dengan formulir Subjective Global Assessment (SGA) dan KDQOL-SFTM.

b. Data sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan

pencatatan data rekam medis pasien serta dari dokumentasi yang dimiliki oleh

pihak Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

E. Instrument atau Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini istrumen atau alat pengumpul data yang digunakan

metiputi Formulir identitas sampel, Formulir pencatatan adekuasi hemodialisis

sampel, Formulir Subjective Global Assessment (SGA), Kusioner KDQOL-

SFTM, Set ATK (pulpen, stipo, dan alas kerja), timbangan berat badan injak

digital, buku catatan, Chek list, kalkulator, dan Laptop.

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Data identitas sampel atau gambaran umum sampel yang diperoleh dari hasil

wawancara secara langsung dengan pasien dan pengisian formulir secara

mandiri oleh peneliti selanjutnya ditabulasi dan disajikan dengan tabel

distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.


43
2. Data Adekuasi hemodialisis yang didapat dari proses wawancara dan

perbandingan dengan rekam medik pasien selanjutnya diolah dengan

melakukan perhitungan menggunakan rumus formula linier sederhana

Daugirdas sebagai berikut (Widiana, 2013):

Kt/V = 2,2 – 3,3 ( R-0,03) UF/W

Keterangan :

a. R : BUN setelah dialisis dibagi dengan BUN sebelum dialisis

b. UF: Volume Ultra Filtrasi (Liter)

c. W : Berat badan pasien setelah dialisis

Hasil yang diperoleh selanjutnya dikategorikan sesuai ambang batas yaitu:

a. Tidak Adekuat : bila nilai Kt/V < 1,2 untuk yang melakukan hemodialisis 3

kali seminggu dan 1,8 yang melakukan hemodialisis 2 kali seminggu

b. Adekuat : bila nilai Kt/V minimal 1,2 untuk yang melakukan hemodialisis 3

kali seminggu dan 1,8 yang melakukan hemodialisis 2 kali seminggu

3. Data Status gizi yang diperoleh dengan melakukan wawancara dan pengisian

formulir Subjective Global Assessment (SGA) oleh peneliti serta dari

pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak digital. Selanjutnya

hasil yang diperoleh dari pengisian formulir Subjective Global Assessment

(SGA), selanjutnya dikategorikan sesuai skor Subjective Global Assessment

(SGA) yaitu sebagai berikut (Totoprajogo, 2006):

a. Status Gizi Baik: bila komponen penilaian skor A > 50 %

b. Status Gizi Kurang: bila komponen penilaian skor B > 50 %

c. Status Gizi Buruk: bila komponen penilaian skor C > 50 %


44
4. Data kualitas hidup yang diperoleh dari wawancara dan pengisian kusioner

kualitas hidup gagal ginjal kronik, KDQOL-SFTM selanjutnya akan diolah

mengunakan software dari KDQOLTM version 1.3 Scoring Program (v 3.0)

Copyright © UCLA Division of General Internal Medicine and Health

Rervice Research, 2000. Dari hasil skor yang didapat selanjutnya dikompilasi

dan dicari nilai median dengan mengunakan program software dan

dikategorikan sebagai berikut (RAND helath, 1997):

a. Kulaitas Hidup Buruk: bila total skor kualitas hidup pasien < nilai median

b. Kualitas Hidup Baik: bila total skor kualitas hidup pasien ≥ nilai median

5. Hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik akan dianalisis dengan mengunakan Uji Korelasi Spearman

pada program software komputer dan penyajian data dalam bentuk tabel

silang.

6. Hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik

juga akan dianalisis dengan mengunakan Uji Korelasi Spearman pada

program software komputer dan penyajian data dalam bentuk tabel silang.

Adapun kriteria uji Hubungan adekuasi hemodialisis dan status gizi dengan

kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:

a. Apabila p ≥ 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak, maka tidak ada hubungan

antara adekuasi hemodialisis dan status gizi dengan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik.

45
b. Apabila p < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka ada hubungan

antara adekuasi hemodialisis dan status gizi dengan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik.

G. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, setiap sampel yang memenuhi kriteria sampel

dimohon untuk menjadi sampel dengan mengisi dan menandatangani formulir

pernyataan bersedia menjadi sampel (informed consent). Apabila telah ada

kesepakatan antara peneliti dan sampel, pengambilan data dapat dilakukan.

46
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

RSUP Sanglah mulai dibangun tahun 1956 dan diresmikan pada 30

Desember tahun 1959 dengan kapasitas 150 tempat tidur dalam

perkembangannya mengalami beberapa kali perubahan status, yaitu pada tahun

1993 menjadi rumah sakit swadana (SK Menkes No. 1133/Menkes/SK/VI/1994).

Kemudian pada tahun 1997 menjadi rumah sakit PNBP (Pendapatan Negara

Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah status menjadi perusahaan jawatan

(Perjan) sesuai peraturan Pemerintah tahun 2000. Terakhir pada tahun 2005

berubah menjadi PPK-BLU (Kemenkes RI N0.1243 tahun 2005 tanggal 11

Agustus 2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan Tipe A sesuai Permenkes

1636 tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005. Saat ini RSUP Sanglah menjadi

rumah sakit pusat pemerintah, rumah sakit tersier dan rujukan, rumah sakit

pendidikan, rumah sakit dengan jumlah bed 765 TT mulai dari bulan Januari

2016, terakreditasi kars 16 pelayanan lulus tingkat lengkap 2/8/2011 s/d 2/8/2014,

telah terakreditasi jci sejak 24 april 2013.

RSUP Sanglah Denpasar memiliki visi sebagai arah yang akan dituju, yaitu

menjadi Rumah Sakit Unggulan dalam bidang Pelayanan, Pendidikan dan

Penelitian tingkat Nasional dan Internasional. Dalam mewujudkan visi tersebut

47
RSUP Sanglah dalam memberikan pelayanan selalu berusaha dengan segala

upaya agar pelayanannya prima sehingga dapat memuaskan masyarakat yang

membutuhkan pelayanan. Apalagi RSUP Sanglah adalah merupakan rumah sakit

rujukan utama untuk wilayah Bali, NTB dan NTT.

Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar sebagai salah satu UPT

kementerian Kesehatan mempunyai tugas untuk menyelenggarakan upaya

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan

berkesinambungan melalui peningkatan kesehatan dan pencegahan serta upaya

rujukan. Sebagai RS pendidikan tersier Tipe A, cakupan pelayanan kesehatan

yang diberikan cukup luas. Kegiatan pelayanan kesehatan di RS dilaksanakan di

instalasi – instalasi Pelayanan, yang didukung oleh Instalasi Penunjang Pelayanan,

yang di RSUP Sanglah secara keseluruhan berjumlah 28 instalasi, salah satunya

adalah Instalasi Hemodialisa. Instalasi Hemodialisa RSUP Sanglah memiliki

kapasitas tempat tidur sebanyak 43 tempat tidur yang tersebar di ruang HD 1, HD

2, dan ruang HD 3. Ruang HD 1 memiliki kapasitas sebanyak 8 tempat tidur yang

beroprasi selama 2 sift yaitu pagi dan siang, Ruang HD 2 memiliki kapasitas 16

tempat tidur dan beroprasi melayani pasien hemodialisis dengan 3 sift yaitu pagi,

siang, dan sore. Sedangkan Ruang HD 3 yang berlokasi di Paviliun Sanjiwani

memiliki kapasitas 16 tempat tidur dan beroprasi selama 2 sift yaitu pagi dan

siang. Rata – rata jumlah pasien yang menjalani hemodialisis di Instalasi

Hemodialisa RSUP Sanglah setiap bulannya di tahun 2018 sebanyak 360 pasien

dengan total tindakan setiap bulanya mencapai 2650 tindakan dialisis.

48
Terdapat 43 orang staff perawat yang membatu dalam proses pelayanan

hemodialisa di Instalasi Hemodialisa RSUP Sanglah serta 5 orang dokter

spesialis dan beberapa dokter residen yang bertugas di Instalasi Hemodialisa

RSUP Sanglah. Tidak ada ahli gizi yang khusus bertugas di Instalasi Hemodialisa

RSUP Sanglah. Setiap bulannya selalu dilakukan pengecekan darah rutin terhadap

pasien yang menjalani hemodialisis, pengukuran status gizi setiap enam bulan

sekali oleh ahli gizi yang statusnya bertugas di Poliklinik Gizi, dan edukasi

kesehatan lainnya terkait dengan proses hemodialisis yang juga dilakukan setiap

bulannya oleh tenaga medis terkait.

2. Karakteristik Sampel

Jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah 43 orang. Berdasarkan

karakteristik sosialdemografinya sebanyak 26 orang (60%) berjenis kelamin

laki-laki. Sampel mayoritas berada pada rentangan umur 50 – 65 tahun yaitu 23

orang (53,5%), 22 sampel (51,2%) sudah tidak lagi aktif bekerja dan sejumlah 22

orang (51,2%) sampel sudah menjalani hemodialisis selama 1 – 5 tahun. Untuk

lebih jelasnya sebaran karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel 2.

49
Tabel 2
Sebaran Sampel Berdasarkan Karakteristik

No Karakteristik f %

1 Jenis Kelamin

a. Laki – laki 26 60,0

b. Perempuan 17 40,0

Jumlah 43 100

2 Umur

a. 18 – 29 tahun 5 11,6

b. 30 – 49 tahun 15 43,9

c. 50 – 65 tahun 23 53,5

Jumlah 43 100

3 Pekerjaan

a. Tidak bekerja 22 51,2

b. PNS 2 4,7

c. Karyawan swasta 6 14,0

d. Wirausaha / Pedagang 4 9,3

e. Lainnya 9 20,9

Jumlah 43 100

4 Lama Menjalani Hemodialisis

a. 1 – 5 tahun 22 51,2

b. 5,1 – 10 tahun 18 41,9

50
c. > 10 tahun 3 7,0

Jumlah 43 100

3. Frekuensi Hemodialisis

Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal untuk pasien penyakit

ginjal kronik. Terapi ini dilakukan untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak.

Hemodialisis memerlukan waktu selama 3 – 5 jam dan dilakukan 2 sampai 3 kali

dalam seminggu. Dalam penelitian ini frekuensi hemodialisis ini dihitung

berdasarkan frekuensi kunjungan sampel dalam waktu 1 (satu) minggu yang

diperoleh melalui wawancara. Hasil penelitian terkait frekuensi hemodialisis

sampel disajikan pada gambar 2 berikut ini.

26% 2 kali seminggu


3 kali seminggu
74%

Gambar 2
Sebaran Frekuensi Hemodialisis Sampel

Gambar 2 menunjukkan bahwa lebih banyak sampel yang menjalani

hemodialisis dengan frekuensi 2 kali seminggu yaitu 32 orang (74%).

51
4. Adekuasi Hemodialisis Sampel

Adekuasi hemodialisis merupakan kecukupan dosis hemodialisis yang

direkomendasikan untuk mendapatkan hasil yang adekuat pada pasien gagal ginjal

yang menjalani hemodialisis. Data adekuasi hemodialisis dikumpulkan dengan

wawancara secara langsung dengan sampel dan mencatat dari hasil rekam medik

sampel dan diolah dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus formula

linier sederhana Daugirdas. Sampel yang menjalani hemodialisis diketahui

adekuasi hemodialisisnya seperti Gambar 3 berikut.

19%

Adekuat
81%
Tidak Adekuat

Gambar 3
Sebaran Adekuasi Hemodialisis Sampel

Berdasarkan hasil perhitungan adekuasi hemodialisis, diperoleh hasil sebanyak

35 sampel (81,4%) yang menjalani hemodialisis dengan kategori adekuat

(Gambar 3). Rata – rata nilai adekuasi hemodialisis yang dihitung berdasarkan

rasio dari bersihan urea dan waktu hemodialisis dengan volume distribusi urea

dalam cairan tubuh pasien (Kt/v) sampel penelitian adalah 1,7 dengan nilai Kt/v

tertinggi 2,30 dan nilai Kt/v terendah yaitu 0,30.


52
5. Status Gizi Sampel

Status gizi pada sampel dinilai dengan menggunakan formulir Subjective

Global Assessment (SGA). Dalam Subjective Global Assessment (SGA) parameter

yang diamati lebih banyak dan dapat diamati secara subjektif, sehingga

memberikan gambaran status gizi sampel secara subjektif dan diterapkan pada

sampel karena tidak memungkinkan melakukan pengukuran secara objektif.

Gambaran status gizi pada sampel penelitian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 4.

23%

Baik
77% Kurang

Gambar 4
Sebaran Status Gizi Sampel

Berdasarkan gambar 4, dapat diketahui bahwa sebanyak 33 orang (77%)

sampel penelitian memiliki status gizi baik dengan rata – rata skor SGA sampel

adalah 57,6 dengan skor SGA tertinggi 90,7 dan skor SGA terendah yaitu 27,2.

6. Kualitas Hidup Sampel

53
Kualitas hidup merupakan suatu kesejahteraan yang dirasakan oleh seseorang

dan berasal dari kepuasan atau ketidakpuasan dengan bidang kehidupan yang

penting bagi mereka. Pasien yang menjalani hemodialisis dikatakan memiliki

kualitas hidup yang baik apabila mereka mampu mencapai kepuasan dalam

berbagai bidang kehidupan yang penting bagi mereka. Kualitas hidup baik pada

pasien yang menjalani hemodialisis dapat dicapai dengan rutin menjalani

hemodialisis dan mencapai adekuasi hemodialisis yang adekuat serta

mempertahankan ststus gizi. Hasil penelitian terhadap kualitas hidup sampel

ditampilkan pada gambar 5 berikut ini.

14%
BAIK
86% BURUK

Gambar 5
Sebaran Kualitas Kidup Sampel

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 43 orang sampel, sejumlah 37 orang

(86%) kualitas hidupnya berada pada kategori baik (Gambar 5). Berdasarkan

perhitungan mengunakan software rata – rata skor kualitas hidup sampel adalah

66,97 dengan skor kualitas hidup tertinggi yaitu 81,57 dan skor terendah adalah

40,18
54
7. Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Sampel

Hemodialisis yang adekuat akan memberikan manfaat dan memungkinkan

pasien gagal ginjal bisa menjalani aktivitasnya seperti biasa, akan tetapi

ketergantungan pasien untuk melakukan hemodialisis seumur hidupnya

mengakibatkan terjadinya perubahan pada kemampuan untuk menjalani fungsi

kehidupan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Distribusi

sampel berdasarkan adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup tersaji pada tabel

3. Hasil analisis tabel silang menunjukan sebanyak 34 sampel (91,9%) yang

adekuasi hemodialisisnya adekuat, memiliki kualitas hidup yang baik,

sedangkan sebanyak 5 sampel (83,3%) yang adekuasi hemodialisisnya tidak

adekuat memiliki kualitas hidup yang buruk. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel

3 dibawah ini.

Tabel 3
Sebaran Sambel Berdasarkan Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan
Kualitas Hidup

Kualitas Hidup
Adekuasi Total
Baik Buruk p r
Hemodialisis
f % f % f %
Adekuat 34 91,9 1 16,7 35 81,4 0,000 0,67
Tidak Adekuat 3 8,1 5 83,3 8 18,6
Total 37 100,0 6 100,0 43 100,0
Keterangan : Uji Spearman, p signifikan < 0,05, OR = 56,66

Hasil analisis dengan uji korelasi Spearman menunjukan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup


55
(nilai p=0,000) dengan nilai r = 0,67 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan

yang kuat. Koefesien korelasi yang bernilai positif artinya hubungan kedua

variabel yang bersifat searah. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apabila

adekuasi sampel semakin adekuat maka akan semakin baik pula kualitas hidup

sampel.

8. Status Gizi dan Kualitas Hidup Sampel

Distribusi sampel berdasarkan status gizi dengan kualitas hidup sampel dapat

dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukan bahwa sebanyak 31 sampel (83,8%)

yang memiliki status gizi baik memiliki kualitas hidup yang baik sedangkan

pasien yang status gizinya kurang dengan kualitas hidup yang buruk sebanyak 4

orang (66,7%).

Tabel 4
Sebaran Sampel Berdasrkan Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup

Kualitas Hidup
Total
Status Gizi Baik Buruk p r
f % f % f %
Baik 31 83,8 2 33,3 33 76,7 0,006 0,41
Kurang 6 16,2 4 66,7 10 23,3
Total 37 100,0 6 100,0 43 100,0
Keterangan : Uji Spearman, p signifikan < 0,05, OR = 10,33

56
Hasil analisis dengan uji korelasi Spearman diperoleh hasil bahwa nilai

p=0,006 dan r=0,41, hal ini menyatakan bahwa ada hubungan antara status gizi

dengan kualitas hidup sampel (p<0,05). Sedangkan nilai r = 0,41 menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara status gizi dengan kualitas

hidup. Koefesien korelasi yang bernilai positif menunjukan hubungan kedua

variabel yang bersifat searah yang dapat diartikan apabila status gizi sampel

semakin baik maka akan semakin baik pula kualitas hidup sampel.

B. PEMBAHASAN

Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Desease) adalah keadaan dimana

terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan – lahan

(menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Peyakit ini bersifat progresif

dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversibel). Pengobatan bagi penderita

gagal ginjal kronik tahap akhir, dilakukan dengan pemberian terapi dialisis

seperti hemodialisa dan transplantasi ginjal yang bertujuan untuk

mempertahankan kualitas hidup pasien (Brunner dan Suddarth, 2011). Pasien

hemodialisis beresiko mengalami malnutrisi. Penurunan intake makanan dalam

waktu lama akan menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan gizi yang akan

berdampak pada penurunan status gizi pasien GGK dan mempercepat

progresifitas penyakit. Kegiatan hemodialisis yang dilakukan secara terus menerus

juga akan menimbulkan kebosanan bahkan stress pada pasien. Ditambah lagi

apabila hemodialisi yang dilakukan tidak adekuat dan pasien mengalami

57
malnutrisi yang justru akan mempercepat perkembangan penyakit dan

menurunkan kualitas hidup pasien.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 43 sampel yang menjalani

hemodialisis, menunjukan bahwa proporsi sampel penelitian yang berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 60% dibandingkan dengan jenis

kelamin perempuan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Wulandari (2015) terkait hubungan status gizi dengan kualitas hidup pasien

hemodialsis, dari 46 sampel penelitian, 67,4% adalah laki-laki sedangkan 32,6%

sisanya adalah perempuan. Dari penelitian Rahman (2016) terdapat pada 34

sampel tentang hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas

hidup pasien yang menjalani hemodialisis, juga menunjukan bahwa proporsi

sampel yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 30 orang (88,2%)

dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yaitu 4 orang (11,8%). Hal ini seperti

diungkapkan Ganong (2003) dalam Satyaningrum (2011), bahwa laki-laki jauh lebih

beresiko terkena penyakit gagal ginjal kronik daripada perempuan, dikarenakan

perempuan mempunyai hormon esterogen lebih banyak. Hormon esterogen berfungsi

untuk menghambat pembentukan cytokin tertentu untuk menghambat osteoklas agar

tidak berlebihan menyerap tulang, sehingga kadar kalsium seimbang. Kalsium

memiliki efek protektik dengan mencegah penyerapan oksalat yang bisa membentuk

batu ginjal sebagai salah satu penyebab terjadinya gagal ginjal kronik.

Kategori usia sampel terbanyak pada penelitian ini adalah pada rentang usia 50-65

tahun dan di ikuti dengan usia 30-49 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rustina pada tahun 2012 tentang gambaran tingkat depresi pada
58
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Soedarso

Pontianak yang memiliki kisaran usia terbanyak 45-60 tahun, dan pada penelitian

yang dilakukan oleh Situmorang (2015) tentang hubungan dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisis, dalam penelitian tersebut

kategori usia terbanyak usia 47-59 tahun dan di ikuti dengan usia 28-46 tahun. Usia

tersebut merupakan usia produktif sehingga dengan melakukan hemodialisis

diharapkan pasien dapat beraktivitas dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas

hidup dan pada usia produktif pasien terpacu untuk sembuh, mempunyai harapan

hidup yang tinggi dan sebagai tulang punggung keluarga. Usia juga erat kaitannya

dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun

kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat

besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun. Pada umumnya kualitas

hidup menurun dengan meningkatnya umur. Penderita gagal ginjal kronik usia muda akan

mempunyai kualitas hidup yang lebih baik oleh karena biasnya kondisi fisiknya yang

lebih baik dibandingkan yang berusia tua (Indonesiannursing, 2008).

Ditinjau dari status pekerjaan sampel, diketahui bahwa sebagian besar sampel

sudah tidak lagi bekerja yaitu sebanyak 22 sampel (51,2%), disebabkan karena

sebagian dari mereka telah pensiun dan sudah tidak mampu untuk melakukan

suatu pekerjan. Pekerjaan adalah sesuatu kegiatan atau aktifitas seseorang yang

bekerja pada orang lain atau instasi, kantor, perusahaan untuk memperoleh

penghasilan yaitu upah atau gaji baik berupa uang maupun barang demi

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Penghasilan yang rendah akan

berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan.

59
Budiarto dan Anggraeni (2002) mengatakan berbagai jenis pekerjaan akan

berpengaruh pada frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini disebabkan sebagaian

hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai suasana lingkungan

yang berbeda (Butar-butar dan Siregar, 2011).

Adekuasi merupakan kecukupan dosis hemodialisis yang direkomendasikan

dan dicapai setelah proses hemodialisis selesai selama kurang lebih 5 jam.

Adekuasi hemodialisis tercapai ababila pasien merasa nyaman dan keadaan

menjadi lebih baik, dan dapat menjalani hidup yang lebih panjang meskipun

harus dengan penyakit gagal ginjal kronik. Hemodialisis dikatakan adekuat jika

terdapat kadar ureum darah yang menurun (Urea Reduction Ratio) dan rasio

antara jumlah darah yang dihemodialisis per waktunya dengan fraksi HD yang

terbentuk (Kt/V) lebih dari atau sama dengan 1,2 untuk yang menjalani

hemodialisis 3 kali dalam seminggu dan 1,8 untuk yang menjalani hemodialisis 2

kali seminggu (Owen WF Jr, et al. 1993; Depner TA. 2005).

Ditinjau dari segi frekuensi hemodialisisnya, diketahui bahwa sebagian besar

sampel menjalani hemodialisis dengan frekuensi 2 kali seminggu yaitu sebanyak

32 sampel (74%) dan 11 (26%) sampel lainnya menjalani hemodialisis dengan

frekuensi 3 kali seminggu. Bagi penderita gagal ginjal kronik, hemodialisis akan

mencegah kematian karena terapi ini diperlukan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia, sehingga pasien

dengan gagal ginjal kronik harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya

60
yang berlangsung selama dua sampai tiga kali seminggu 3-5 jam per kali terapi

(Brunner dan Suddarth, 2013).

Sebagian besar sampel adekuasi hemodialisisnya sudah berada pada kategori

adekuat yaitu sebanyak 35 sampel (81%). Dalam hal ini sebesar sampel telah

mencapai standar minimal yang ditetapkan di Unit Hemodialisa RSUP Sanglah

Denpasar dimana >80% sampel adekuasinya berada pada tegori adekuat, selain itu

juga sudah sesuai dengan kriteria adekuasi terkait durasi durasi dan frekuensi

hemodialisis dalam 1 minggu, penurunan kadar ureum darah (Urea Reduction

Ratio) dan rasio antara jumlah darah yang dihemodialisis per waktunya dengan

fraksi HD yang terbentuk (Kt/V) sesuai rumus standar (Rahman dkk., 2013).

Berdasarkan rumus adekuasi hemodialisis Daugridas terdapat 4 faktor yang

mendasari perbedaan nilai adekuasi. Faktor tersebut meliputi durasi HD, rasio BUN

pre dan post dialisis, volume ultrafiltrasi darah ke mesin dialyzer tiap menitnya, dan

berat badan setelah HD. Semakin lama HD dilakukan maka semakin tinggi adekuasi

HD (Rahman, Kaunang dan Elim, 2016).

Pasien hemodialisis rentan terhadap kekurangan gizi yang disebabkan oleh

katabolisme protein, nafsu makan yang kurang, infeksi, komorbid dan

ketidakdisiplinan menjalankan diet. Hemodialisis yang tidak adekuat dapat

menjadi penyebab penting terjadinya malnutrisi (Locatelli et al., 2002). Ditinjau

dari status gizinya sebagian besar sampel yang menjalani hemodialisis, status

gizinya berada sudah berada pada kategori baik yaitu sebanyak 33 sampel (77%).

Status gizi baik merupakan keadaan yang diharapkan oleh setiap orang terutama

61
bagi pasien hemodialisis. Responden yang memiliki status gizi baik dapat

disebabkan karena responden mengkonsumsi makanan yang mengandung nilai

gizi yang tinggi dan sebagian besar pasien juga telah mendapat edukasi terkait gizi

setiap bulannya selama menjalani hemodialisis. Hal ini didukung oleh penelitian

Chadijah dan Wiranwanni (2011) bahwa pasien yang memiliki status gizi baik,

diasumsikan karena asupan kalori dan proteinnya lebih baik dibandingkan pasien

yang memiliki status gizi kurang. Asupan kalori dan protein yang rendah

mempengaruhi massa otot tubuh (Wulandari, 2015)

Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa status gizi kurang dapat

mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis, diantaranya adalah studi yang

dilakukan oleh Afshar dkk., (2011) dalam Wulandari (2015) yaitu status gizi

kurang dapat menyebabkan penderita mengalami gejala seperti lelah dan malaise,

sakit kepala, kehilangan berat badan, kelemahan otot, infeksi berulang,

penyembuhan luka yang lambat, serta gangguan tulang, hal ini dapat

menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup pada pasien hemodialysis.

Untuk kategori kualitas hidup, diketahui sebanyak 37 sampel (86%) kualitas

hidupnya berada pada kategori baik. Penelitain ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Meilirianta, dkk (2013) tentang hubungan dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pasien hemodialiais, dimana dalam penelitiannya 47 sampel

(58,8%) memiliki kualitas hidup yang baik dan 33 sampel (41,2%) memiliki

kualitas hidup yang buruk.

62
Kualitas hidup pasien hemodialisis juga dipengaruhi oleh tingkat adekuat

terapi hemodialisis yang dijalani dalam rangka mempertahankan fungsi

kehidupannya. Berdasarkan penelitian terhadap pasien Gagal Ginjal Kronik di

Instalasi Hemodialisa RSUP Sanglah Denpasar, sebagian besar sampel penelitian

adekuasi hemodialisisnya berada pada kategori adekuat yaitu 34 sampel (91,9%)

dan 1 sampel (16,7%) kualitas hidupnya berada pada kategori buruk dengan status

hemodialisis yang adekuat. Meski demikian, 3 sampel (8,1%) adekuasi

hemodialisisnya masih berada pada kategori tidak adekuat dengan kualitas hidup

yang baik dan 5 orang sampel (83,3%) kualitas hidupnya berada pada kategori

buruk dengan status hemodialisis yang tidak adekuat. Hasil analisis dengan uji

korelasi Spearman diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara

adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup sampel (nilai p=0,000) dengan nilai

r=0,67 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang kuat yang bernilai

signifikan pada angka signifikasi sebesar 0,01. Koefesien korelasi yang bernilai

positif menunjukan hubungan kedua variabel yang bersifat searah. Dengan

demikian dapat diartikan bahwa apabila adekuasi sampel semakin adekuat maka

akan semakin baik pula kualitas hidup sampel.

Semakin lama HD dilakukan maka semakin tinggi adekuasi HD. Hal ini

terjadi karena semakin lama HD dilakukan, maka semakin banyak volume darah

dan cairan yang dapat difiltrasi oleh mesin HD guna menyaring fraksi ureum

darah. Hal ini berakibat bila semakin lama HD dilakukan maka semakin banyak

fraksi ureum yang dapat terfiltrasi dari darah sehingga nilai adekuasi HD (Kt/V)

63
semakin tinggi. Tingginya jumlah BUN dalam darah ini akan sangat menurunkan

kualitas kemampuan fisik seseorang, hal ini bersifat toksik terhadap eritrosit

sehingga dapat menyebabkan kerusakan eritosit. Selain itu, sifat ureum yang

hiperosmotik juga dapat menahan air dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan

terjadinya efusi pleura. Semua efek dari inadekuasi HD ini akan bermanifestasi

pada penurunan fungsi fisik (PCS) seseorang. Berbeda dengan sampel yang

memiliki adekuasi HD yang mencapai standar adekuasi, jumlah BUN yang

bersifat toksik dapat dieksresi optimal, sehingga cenderung akan meningkatkan

nilai kualitas fisik sampel (Rahman dkk., 2013).

Pasien hemodialisis rentan terhadap kekurangan gizi yang disebabkan

komponen dalam hemodialisis ada bermacam-macam, seperti Dialyzer (Kidney

artificial), blood line, AV fistula, cairan bicarbonate, cairan asam. Pasien yang

sudah lama menjalani hemodialisis akan memiliki kadar ureum dan kreatinin yang

tinggi. Kadar ureum dan kreatinin yang meningkat tersebut dapat merangsang

produksi asam lambung, sehingga menyebabkan keluhan seperti sakit maag

(gastritis), yaitu mual, muntah, perih ulu hati, kembung dan tidak nafsu makan

yang dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktifitas sehari –

hari sehingga berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien (Brunner dan

Suddarth, 2013).

Dari hasil penelitian diketahui, sampel yang status gizinya baik dengan

kualitas hidup yang baik sebanyak 31 sampel (83,8%) dan 2 sampel (33,3%)

yang status gizinya baik dengan kualitas hidup buruk. Sedangkan sampel yang

status gizinya kurang dengan kualitas hidup baik sebanyak 6 (16,2%) dan
64
sebanyak 4 sampel (66,7%) yang kualitas hidupnya berada pada kategori buruk.

Hasil analisis dengan uji korelasi Spearman diperoleh hasil bahwa nilai r = 0,41

dan p = 0,006, ini berarti ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup

sampel. Sedangkan nilai r = 0,41 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

cukup kuat dan bernilai signifikan pada angka signifikasi sebesar 0,01.

Koefesien korelasi yang bernilai positif menunjukan hubungan kedua variabel

yang bersifat searah yang dapat diartikan apabila status gizi sampel semakin baik

maka akan semakin baik pula kualitas hidup sampel. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Mareta (2015) tentang hubungan status

gizi dengan kualitas hidup pasien hemodialisis, dimana dalam penelitian tersebut

menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status gizi

dengan kualitas hidup pasien hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, status gizi sampel pada kategori baik dengan kualitas hidup yang

baik sebanyak 13 orang (28,3%), sedangkan persentase untuk status gizi kategori

kurang dengan kualitas hidup yang buruk sebanyak 10 orang (21,7%) dengan

nilai koefisien pearson product moment sebesar 0,324 dengan signifikan p

sebesar 0,028 (p<0,05).

Status gizi baik merupakan keadaan yang diharapkan oleh setiap orang

terutama bagi pasien hemodialisis. Pasien hemodialisis membutuhkan status gizi

yang baik untuk meningkatkan kesehatannya terutama untuk menjalankan

aktifitas sehari – hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup baik

responden hemodialisis ini termasuk tinggi dibandingkan dengan kualitas hidup

buruk, sedangkan untuk status gizi kebanyakan responden juga memiliki status
65
gizi baik dibanding status gizi kurang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Edi

dan Cintari (2006) menjelaskan bahwa status gizi (berdasarkan LLA) memberikan

efek modifikasi pada hubungan dengan kualitas hidup.Untuk mencapai kualitas

hidup yang lebih baik melalui terapi hemodialisis diperlukan pengaturan diet

untuk mencapai status gizi yang baik. Pasien yang menjalani hemodialisis harus

mendapat asupan makanan yang cukup agar tetap dalam gizi yang baik guna

mempertahankan kualitas hidupnya. Peranan ahli gizi yang optimal sangat

diperlukan guna menangani pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis untuk memastikan bahwa setiap pasien tetap dalam gizi yang baik.

66
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan yaitu :

1. Tingkat adekuasi hemodialisis pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di RSUP Sanglah Denpasar adalah sebesar 81% adekuasi

hemodialisisnya berada pada kategori adekuat sedangkan status gizi pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP Sanglah Denpasar

adalah sebesar 77% status gizinya berada pada kategori baik dan kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP Sanglah

Denpasar adalah 86% kualitas hidupnya berada pada kategori baik dan 6

sampel (14%) kualitas hidupnya berada pada kategori buruk.

2. Ada hubungan yang bermakna (p=0,05) antara adekuasi hemodialisis dengan

kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Hemodialisa RSUP

Sanglah Denpasar, hasil analisis dengan uji korelasi Spearman diperoleh r =

0,67 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara adekuasi

hemodialisis dengan kualitas hidup dan bersifat searah.

3. ada hubungan status gizi dengan kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik di

Instalasi Hemodialisa RSUP Sanglah Denpasar (p=0,006) yang kuat dan

bersifat searah (r=0,41 )antara hubungan status gizi dengan kualitas hidup.

67
B. SARAN

1. Diharapkan bagi Instalasi Hemodialisis RSUP Sanglah Denpasar agar tetap

mempertahankan dan meningkatkan lagi pelayanan hemodialisa yang sudah

dilakukan serta secara berkala melakukan identifikasi masalah gizi seperti

penurunan berat badan yang tidak diharapkan dan kurangnya pengetahuan

makanan terkait diet yang tepat bagi penderita gagal ginjal kroik yang

menjalani hemodialisis yang berhubungan dengan adekuasi hemodialisis, status

gizi pasien dan kualitas hidup sehingga dapat memberikan terapi secara

maksimal serta pasien dapat merasakan manfaat dari terapi yang diberikan.

2. Peranan ahli gizi agar lebih dioptimalkan guna meningkatkan dan

mempertahankan ststus gizi pasien hemodialisis serta dalam hal memberikan

edukasi terkait diet pada penderita gagal ginjal kroik yang menjalani

hemodialisis.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perbedaan variabel, rancangan

penelitan dan jumlah sampel yang lebih diperbanyak untuk peneliti lain yang

hendak meneliti hal terkait hubungan adekuasi hemodialisis dan status gizi

dengan kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Hemodialisa

RSUP Sanglah Denpasar selanjutnya.

68
DAFTAR PUSTAKA

Afshar et al., (2007). Assesment of Nutritional Status in Patients Undergoing


Maintenance Hemodialysis. A Single Center Study: Iran SJKDT.

Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia.

Baradero, M., Dayrit, M.W. dan Siswadi, Y., 2005. Klien Gangguan Ginjal,
Jakarta: EGC.

Brunner dan Suddarth, 2011. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC.

______.2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi. 8 volume 2.


Jakarta:EGC.

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni.2002. Epidemiologi. Jakarta :EGC.

Butar-butar, A. dan Siregar, C. T. 2011. Karekteristik Pasien dan Kualitas Hidup


Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa.
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/downloadSuppFile/1058/160

Cahyaningsih, D.N., 2011. Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal,


Yogyakarta: Cendikia Press.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. 2007. Handbook of Dialysis. (4th ed).
Phildelphia : Lipincott William & Wilkins.

Depner TA. 2005. Hemodialysis adequacy: Basic Essentials and Practical Points
for The Nephrologist in Training. Hemodialysis International (HI)

Desita. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Peningkatan Kualitas


Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di
RSUP HAM Medan. (Online). Aviable: http://www.repository.usu.ac.id,
Diakses pada : 13 Februari 2017.

Dinas Kesehatan Propinsi Bali. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2011.
(Online). Aviable: http://www.diskes.baliprov.go.id/id/PROFIL-
KESEHATAN-PROVINSI-BALI2. Diakses pada : 13 Februari 2017.

Dwipajayanti, Eka. 2010. Hubungan Lama Hemodialisis dengan Status Gizi dan
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar. (KTI). Denpasar : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Denpasar.

Edi N. & Lely C. (2006). Determinan Kualitas Hidup Penderita Penyakit Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Skripsi.

68
Eknoyan, G., Levin, N.W., Eschbach, J. W. 2000. KDQOL Clinical Practice
Guidelines. (Online). Aviable: http://www.asnjournals.org. Diakses pada
13 Februari 2017.

Ferrans, C. dan Powers, M. 1994. Quality of life of Hemodialysis Patients. Anna


Journal, 20 (5), 575-581.

Gatot, D. 2003. Rasio Reduksi Ureum Dializer 0,90; 2,10 dan 2 Dializer Seri 0,90
dengan 1.20. (Online). Aviable: http://www.repository.usu.ac.id. Diakses
pada : 27 April 2017.

Gibson, R.S. 1990. Principles of Nutritional Assesment. New York : Oxford


University Press Inc.

Gunes, F. E. 2013. Medical Nutrition Therapy for Hemodialysis Patients.


(Online). Aviable: http://dx.doi.org/10.5772/53473. Diakses pada : 27
April 2017.

Harmaini F. 2006. Uji Keandalan dan Kesahihan Formulir European Quality of


Life – 5 Dimensions (EQ-5D) untuk Mengukur Kualitas Hidup Terkait
Kesehatan pada Usia Lanjut di RSUPNCM. (Tesis). Jakarta : Universitas
Indonesia.

Hidayat, Anwar. 2012. Menghitung Besar Sampel Penelitian. (Online). Aviable:


https://www.statistikian.com/2012/08/menghitung-besar-sampel-
penelitian.html. Diakses pada : 27 April 2017.

Indonesiannursing. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan


Perawatan Hemodialisis. (Online). Aviable: http://indonesiannursing.
com/?=192. Diakses pada : 2 Juni 2018

Irwan, D., 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Yogyakarta: CV Budi


Utama.

Jindal, K., Chan, C.T. 2006. Hemodialysis Adequacy in Adult. Journal of The
American Society of Nephrology. 17: 4-7

Kartono, Suharyati D. 2007. Aplikasi Penilaian Status Gizi dengan Metode


Subjective Global Assesment (SGA) di Rumah Sakit (RS). MAkalah
Pertemuan Ilmian Nasional (PIN) ke III.2007. Peran Gizi dalam
Kelangsungan Hidup Manusia. Semarang.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.


(Online). Aviable: www.depkes.go.id/resources/download/general/
Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. Diakses pada : 13 Februari 2017.

Laporan Tahunan Unit Hemodialisis RSUP Sanglah Denpasar tahun 2016-2018

Laporan Kualitas Pelayanan Hemodialisis RSUP Sanglah Denpasar tahun 2017

69
Latifah, Anida Hasna. 2016. Pengaruh Distraksi Audio: Murottal Al-Qur’an
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
(Online). Aviable : http://elib.stikesmuhgombong.ac.id. Diakses pada :
16 Juni 2107.

Lina. 2008. Hubungan antara Parameter Status Nutrisi yang Diukur dengan
Bioelectrical Impedance Analysis dan Kualitas Hidup yang Dinilai
dengan SF-36 pada Pasien Hemodialisis Reguler. (Tesis). Medan: FK
USU.

Locatelli, F., Fouque D., Heimburger O., Drueke, T. B. 2002. Nutritional Status in
Dialysis Patients: a European Consensus. Nephrology Dialysis
Transplantation Vol. 17. pp: 563-572.

Meilirianta, Istianah, dan Annisa N. 2013. Dukungan Keluarga dengan Kualitas


Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di
RSUD Cibabat. (Online). Aviable : https://stikesrajawali.ac.id/repository/
15_hubungan_dukungan_full.pdf. Diakses pada : 16 Juni 2107.

Mardiana, Nunuk. 2010. Nutrisi pada Penderita Dialisis, Divisi Ginjal –


Hipertensi Departemen – SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UNAIR-RSU Dr. Soetomo Surabaya. (Online). Aviable:
http://b11nk.wordpress.com/2010/02/01/nutrisi-pada-penderita-dialisis/.,
Diakses pada : 28 April 2017.

Nurchayati, S. 2011. Analisis Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kulitas


Hidup Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap dan Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas. (Online). Aviable : http://lontar.ui.ac.id/.
Diakses pada : 11 Februari 2017.

Oktiadewi, Ayu Putri. 2012. Hubungan Kadar Hb dan Status Gizi dengan
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 yang
Menjalani Hemodialisa. Semarang: Jurnal Medika Muda.

Owen, W.F. (2000). Hemodialysis Adequacy. (Online). Aviable:


http://www.oxfordjournals.org. Diakses pada 11 Februari 2017.

Rahman, Aditya., Muhammad Rudiansyah, Triawanti. 2013. Hubungan Adekuasi


Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien di RSUD Ulin Banjarmasin.
Berkala Kedokteran Vol.9 No.2 Sep 2013:151-160.

RAND Health. 1997. Kidney Disease Quality of Life Instrument (KDQOL).


(Online). Aviable: https://www.rand.org/health/surveys_tools/kdqol.
html. Diakses pada : 23 Februari 2017.

70
Roesli, Rully M.A. (2006). Terapi Pengganti Ginjal Berkesinambungan (CRRT).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi IV, Jakarta Pusat:
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Santoso, Bagus Rahmat, Manatean, Y. dan Asbullah, 2016. Hubungan Lama


Hemodialisis dengan Penurunan Nafsu Makan pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Di Unit Hemodialisa RSUD Ulin BAnjarmasin. Dinamika
Kesehatan, 7(1), pp.139–151.

Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar – Dasar Metodelogi Penelitian Klinis.


Jakarta : Binarupa Aksara.

Satyaningrum, M. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet


pada Pasien Gagal Ginjal Kronis dengan Terapi Hemodialisa di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta. (Skripsi). STIKES Aisyiyah
Yogyakarta

Septiwi, Cahyu. 2011. Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisis Dengan


Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di Unit Hemodialisis RS Prof.
Dr. Margon o Soekarjo Purwokerto. (Tesis). Jakarta: FK UI.

Situmorang, H. erlin (2015) ‘Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas


Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di
RSUD DOK II Jayapura’, Jurnal ilmu pendidikan indonesia, 3(3), pp.
23–30.

Suhardjono. 2014. Hemodialisis; Prinsip Dasar dan Pemakaian Kliniknya. Dalam:


Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simandibrata M, Setyohadi B,
penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
hlm. 2194–98.

Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2012. Penilaian Status
Gizi. EGC. Jakarta.

Totoprajogo, Ongko Susetia. 2006. Panduan Pengisian Subjective Global


Assesment (SGA). Malang: Malang Nutrition Update.

Widiana, R., 2013. Preskripsi dan Adekuasi Hemodialisis. Jurnal Ilmiah


Kedokteran, 44(4), pp.27–36.

Widiastuti, I Gusti Ayu Komang. 2009. Hubungan Frekuensi Hemodialisis


dengan Asupan Makanan dan Status Gizi Pada Penderita Gagal Ginjal
Kronis di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Denpasar: Politeknik
Kesehatan Denpasar, Jurusan Gizi.

Wulandari, Mareta F. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Pasien
Hemodialisi di RS KPU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. (Online).
Aviable: opac.unisayogya.ac.id. Diakses pada: 17 Mei 2017.

71
Yuliaw, A. 2009. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kualitas Hidup
Dimensi Fisik pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Dr. Kariadi Semarang.
(Online). Aviable at:http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtpunimus-
gdl-annyyuliaw-5289-2bab2.pdf. Diakses pada : 13 Februari 2107.

Yuwono. 2010. Kualitas Hidup Menurut Spitzer pada Penderita Gagal Ginjal
Terminal yang Menjalani Hemodialisa di Unit Hemodialisis RSUP Dr.
Kariadi Semarang. (Online). Aviable at:
http://www.unimus.ac.id/index.pdf. Diakses pada : 13 Februari 2107.

72

Anda mungkin juga menyukai