Anda di halaman 1dari 9

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN SIROSIS HATI DENGAN

HEMATEMESIS MELENA DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS


TANJUNGPURA KOTA PONTIANAK

Devi Sartika1), M. Akib Yuswar2), Ressi Susanti3)

1) Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura

2) Departemen Farmasi Klinik Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran,


Universitas Tanjungpura

KORESPONDENSI
Devi Sartika
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
JL. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi – Kode Pos: 78124.
EMAIL : dedev2995@gmail.com
HP : 085753455148

ABSTRAK
Antibiotika merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan didunia.
Tingginya prevalensi pengobatan sendiri dengan antibiotik ditemukan pada orang dewasa
dan anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik
pada pasien sirosis hati dengan atau tanpa hematemesis melena. Penelitian ini adalah
penelitian observasional menggunakan rancangan studi potong lintang (cross sectional)
dengan menggunakan data rekam medik pasien sirosis hati dengan atau tanpa hematemesis
melena. Hasil penelitian dari 25 pasien, antibiotik yang digunakan adalah sefotaksim i.v
2x1g dan 3x1g sebanyak 13 pasien (52%), seftriakson i.v 2x1 sebanyak 11 pasien (44%) dan
siprofloksasin i.v 2x400mg sebanyak 1 pasien (4%). Kesimpulan jenis antibiotik yang di
gunakan paling banyak adalah golongan sefalosporin.

Kata kunci : Sirosis Hati, Hematemesis melena dan Antibiotik

PATTERNS OF ANTIBIOTIC USE IN PATIENTS WITH HEART SIROSIS


AND HEMATEMESIS IN HOSPITALS IN TANJUNGPURA UNIVERSITY
PONTIANAK CITY

ABSTRACT

Antibiotics are the most widely used class of drugs in the world. The high prevalence of self-
medication with antibiotics is found in adults and children. This study aims to determine the
description of the use of antibiotics in patients with liver cirrhosis with or without
hematemesis melena. This study was an observational study using a cross sectional study
design using medical record data of liver cirrhosis patients with or without hematemesis
melena. Results of the study of 25 patients, antibiotics used were cefotaxime i.v 2x1g and
3x1g as many as 13 patients (52%), ceftriaxone i.v 2x1 were 11 patients (44%) and
ciprofloxacin i.v 2x400mg were 1 patient (4%). Conclusion: The type of antibiotic that is
used the most is the cephalosporin group.

Key words: Cirrhosis of the liver, Hematemesis Melena and Antibiotics


PENDAHULUAN obat yang paling banyak digunakan
didunia.(1) Tingginya prevalensi
Antibiotika merupakan golongan pengobatan sendiri dengan antibiotika
Majalah Farmasuetik, Vol. 8 No. 3 Tahun 2016
ditemukan pada orang dewasa (44%) dan pendek penggunaan antibiotik profilaksis
anak-anak (34%) oleh berbagai faktor telah terbukti bahwa tidak hanya
yang diteliti di Saudi Arabia. Sirosis menurunkan kejadian infeksi tetapi juga
merupakan penyebab meningkatnya dapat meningkatkan kelangsungan hidup.
morbiditas dan mortalitas di dunia.(2) (12)
Berdasarkan data WHO (2013) sirosis Berdasarkan data di atas, maka
hepatik merupakan penyebab kematian ke peneliti tertarik untuk mengevaluasi pola
dua belas di dunia dengan prevalensi penggunaan antibiotik sebagai terapi pada
1,8%.(3) Di Amerika sirosis hepatik pasien sirosis hati dengan atau tanpa
menyebabkan kematian hematemesis melena, terkait jenis
(4)
33.539%/tahunnya. antibiotik, rute pemberian, dosis obat,
Rata-rata prevalensi sirosis hepatik frekuensi dan lama penggunaan di instalasi
di Indonesia sebesar 3,5% dari seluruh rawat inap rumah sakit universitas
pasien yang dirawat di bangsal penyakit tanjungputa, sehingga dapat mencapai
dalam.(5)Angka kejadian di indonesia teraupetik yang maksimal. Diakhir
menunjukan pria lebih banyak menderita penelitian diharapkan dapat diperoleh
sirosis dibandingkan wanita ( 2-4,5:1). Di gambaran nyata mengenai pola
Indonesia, sirosis banyak disebabkan oleh penggunaan antibiotik pada pasien sirosis
virus hepatitis B 40-50% kasus, diikuti hati dengan hematemesis melena.
hepatitis C dengan 30-40% kasus, METODE PENELITIAN
sedangkan 10-20% disebabkan yang Penelitian ini termasuk jenis
bukan termasuk kelompok virus hepatitis penelitian observasional menggunakan
B dan C.(6) Berdasarkan riset di kota rancangan studi potong lintang (cross
Pontianak pasien sirosis hati didapatkan sectional) yang bersifat deskriftip.
sebanyak 393 kasus dengan berbagai Pengumpulan data dilakukan secara
komplikasi.(7) retrospektif dengan menggunakan data
Komplikasi yang ditimbulkan rekam medik pasien sirosis hati dengan
penyakit sirosis hati salah satunya hematemesis melena yang dirawat inap di
Perdarahan GI dapat ditandai sebagai Rumah Sakit Universitas Tanjungpura
hematemesis dengan atau tanpa melena kota Pontianak. Proses pengambilan
yang merupakan salah satu komplikasi sampel dalam penelitian ini adalah pasien
paling umum dari sirosis hati dengan sirosis hati dengan hematemesis melena
hipertensi portal.(8) Hematemesis berupa selama periode Januari 2018- Desember
muntah darah sedangkan melena berupa 2018 sebanyak 25 pasien yang menjalani
feses yang berwarna gelap dengan bau rawat inap di Rumah Sakit Universitas
tajam yang khas.(9) Terapi pengobatan Tanjungpura kota Pontianak.
(pembedahan, endoskopi dan farmakologi) Data yang diperoleh dianalisis
telah diperkenalkan untuk menurunkan secara deskriptif meliputi data
risiko perdarahan berulang dan mortalitas. karakteristik pasien (umur, jenis kelamin)
(10) dan data obat meliputi jenis antibiotik,
Antibiotik yang diberikan pada pasien
rutepenggunaan, dosis, frekuensi dan lama
sirosis hati dengan HM (hematemesis
penggunaan. Data diolah menggunakan
melena) adalah profilaksis yang dapat
komputer dengan software (Microsoft
mengurangi infeksi bakteri, mortalitas
excel) dan diinterpretasikan dalam bentuk
karena infeksi bakteri dan lama perawatan
tabel. Hasil analisis data akan disajikan
di rumah sakit.(11) Dalam jangka
dalam bentuk uraian dan tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang evaluasi pola
penggunaan antibiotik pada pasien sirosis
hati dengan hematemesis melena yang
menjalani rawat inap di rumah sakit wilayah kota Pontianak RSUD dr. Soedarso
Majalah Farmasuetik, Vol. 8 No. 3 Tahun 2016
dan rumah sakit Universitas Tanjungpura, kebersihan dari tempat tersebut, bahkan
telah dinyatakan lulus kaji etik oleh Devisi menjadi pecandu alkohol sehingga
Kaji Etik Fakultas Kedokteran, Universitas penyalahgunaannya dapat menyebabkan
Tanjungpura pontianak dengan nomor sirosis hati.
surat 3402/UN22.9/DL/2019. Tabel.4.1. Distribusi Karakteristik Pasien
Dari hasil penelitian diperoleh Berdasarkan Umur jemis kelamin dan
sebanyak 25 pasien yang memenuhi diagnosa utama (N=25)
kriteria inklusi dari total 51 pasien yang
menderita sirosis hati dengan atau tanpa Umur Juml Persen
hematemeis melena. Pemilihan sampel (Tahun) ah tase
dilakukan dengan teknik total sampling (%)
yaitu peneliti mengambil semua subjek <28 4 16
dalam populasi yang memenuhi kriteria 28-34 1 4
untuk dijadikan sampel penelitian. Data 35-41 3 12
rekam medis yang telah dipilih selanjutnya 42-48 10 40
disalin dalam lembar pengumpulan data 49-55 1 4
yang meliputi data karakteristik pasien dan 56-62 2 8
data pengobatan pasien. 63-69 2 8
Karakteristik Pasien 70-76 1 4
Tanpak pada Tabel 4.1 bahwa 77-83 0 -
kelompok usia yang paling banyak >84 1 4
mengalami sirosis hati dengan atau tanpa
Jenis
hematemesis melena adalah kelompok
Kelam
usia 42-48 tahun sebanyak 40%.
in
Selanjutnya kelompok usia yang
Laki – 18
mengalami sirosis hati dengan atau tanpa
laki 72
hematemesis melena adalah kelompok
Perempua 7
usia < 28 tahun (16%) dan usia 35-41
n 28
tahun (12%). Penelitian Wasim et al.,
menyimpulkan hal yang sama bahwa Jenis
penderita sirosis hati cenderung terjadi penyakit
Sirosis 14 56
pada usia di atas 45 tahun.(13) Beberapa
hati
penelitian lainnya menyimpulkan hal yang
Sirosis 5 20
sama bahwa penderita sirosis hati
hati
cenderung terjadi pada usia 40-70 tahun.
(14) dengan
Usia diatas 40 tahun rentan mengalami Hematem
sirosis hati. Hal ini dikarenakanpenyakit
esis
sirosis merupakan penyakit yang
melena
menyerang di usia produktif, sehingga
Sirosis 5 20
keadaan ini akan memberikan dampak
hati
berupa menurunnya kualitas hidup pasien.
(15) dengan
Selain itu sirosis hati juga dapat terjadi Melena
karena pengaruh gaya hidup. Pada usia
Karakteristik pasien pada tabel
mapan seseorang dapat dengan mudah
4.1berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
mengabaikan kesehatan dengan
bahwa laki-laki lebih banyak 72%
mengonsumsi makanan yang tidak sehat
menderita sirosis hati dibandingkan
seperti makan di sembarang tempat tanpa
perempuan 28%. Fialla dkk, juga
melihat
mendapatkan hasil yang sama pada
penelitiannya yaitu laki-laki lebih banyak
mengalami sirosis hati daripada
perempuan.(16) Hal ini dikarenakan perempuan mengalami perkembangan
Majalah Farmasuetik, Vol. 8 No. 3 Tahun 2016
fibrosis yang lebih lambat. Pada Tabel 4.3. Penyakit Penyerta Pada Pasien
perempuan khususnya sebelum (N=11)
menopause bisa menghasilkan antibodi Penyakit Freku Persen
terhadap antigen HBV (Hepatitis B Virus) penyerta ensi tase
permukaan dan HbeAg(Hepatitis B (%)
surface Antigen) pada jumlah yang lebih Hepatitis B 5 20
tinggi daripada laki-laki. Perkembangan Gastritis 2 12
dari hepatitis C kronis menjadi sirosis hati erosif
menjadi lebih lama pada wanita Hipertensi 1 4
dibandingkan pada laki-laki.(17) –Gastritis
Diagnosa pasien pada Tabel 4.1 erosif
terbanyak yaitu sirosis hati dengan atau Trombosito 1 4
tanpa komplikasi lainnya sebanyak56%. penia
Diagnosa lainnya yaitu sirosis hati dengan Diabetes 1 4
hematemessis melena 20%. Hematemesis Militus
melena dapat ditandai dengan pasien tipe
mengalami muntah darah segar dan II
memiliki feses yang berwarna gelap dan Hepatitis C 1 4
berbau khas. Persentase paien sirosis hati Keterangan: satu pasien bisa mengalami
dengan melena sebanyak 20%. Kondisi ini lebih dari satu penyakit penyerta
dapat dilihat dari jenis feses yang
berwarna gelap dengan bau khas dan Diagnosa penyerta merupakan
sirosis hati dengan hematemesis sebanyak penyakit lain yang dialami penderita
4% ditandai dengan adanya muntah darah sirosis. Hasil penelitian pada Tabel 4.2
segar yang menunjukan terjadinya didapatkan diagnosa pasien dengan
pendarahan pada saluran cerna bagian penyakit penyerta sebanyak 44%.
atas.(18) Sedangkan pasien tanpa penyakit penyerta
Penyakit Penyerta sebanyak 56%. Penyakit penyerta yang
Tabel 4.2.Jumlah Pasien Yang banyak diderita oleh pasien sirosis hati
Mengalami Penyakit Penyerta adalah hepatitis B yaitu 20% ( dapat
(N=25) dilihat pada Tabel 4.3). Penelitian
Jenis Jumla Persentas Wiranata dkk., mendapatkan hasil pasien
h e (%) denngan komplikasi hepatitis B yaitu 10%.
(17)
Dengan 11 44 Hepatitis B adalah Suatu penyakit hati
penyaki yang disebabkan oleh virus Hepatitis B
t (VHB), suatu anggota family
penyert Hepadnavirus yang menyebabkan
a peradangan hati akut atau menahun. Pada
Tanpa 14 56 kelompok dewasa(5-10%) yang menderita
penyaki virus Hepatitis B kronis sebagai Hepatitis
t carrier inaktif atau menjadi hepatitis
penyert kronik aktif inilah yang kemudian beresiko
a menjadi Sirosis hati bahkan menjadi
kanker hati.(15)
Penyakit penyerta selanjutnya yang
banyak diderita pasien sirosis hati adalah
gastritis erosif yaitu 12 % (Tabel 4.3).
Penelitian Wiranata dkk, menyatakan
penyakit penyerta terbanyak adalah
gastritis erosif 43% yang di ikuti diabetes
militus tipe II 13%.(17) Gastritis erosif

Majalah Farmasuetik, Vol. 8 No. 3 Tahun 2016


dapat mempengaruhi terjadinya Regimen diuretik yang direkomendasikan
perdarahan berulang karena lapisan dalam tatalaksana ascites yaitu kombinasi
mukosa lambung yang terkikis oleh asam furosemide dan spironolakton dengan
dan menyebabkan pH sekitar lambung dosis tunggal harian 40mg furosemide dan
menjadi asam terutama pada pembuluh 100mg spironolakton.(21)Ascites yang
darah, sehingga retan terjadinya belum bisa teratasidengan spironolakton
perdarahan. Dari data penyakit penyerta maka ditambahkandiuretik furosemid.
pada pasien sirosis hati dapat mengalami Terapi yang diberikan sesuaidengan
komplikasi lebih dari satu, sehingga standar pelayanan medik rumah sakitdan
pemberian terapi antibiotik dan obat guideline EASL (European Association
lainnya juga lebih banyak di sesuaikan for the Study of the Liver,
dengan diagnosa pasien.(18) Terdapat 2010).Penggunaan diuretik spironolakton
1pasien dengan penyakit penyerta lebih diperbolehkan dengan catatan keadaan
dari satu yaitu Hipertensi danGastritis pasien dengan cairan ascites minimal,
erosif. kemudian penggunaan furosemide tunggal
Faktor Risiko kurang menguntungkan dibanding
Tabel 4.4. Faktor Resiko Pada Pasien spironolakton tunggal. Kombinasi
Sirosis Hati Dengan Hematemesis spironolakton dengan furosemide lebih
Melena banyak digunakan dalam kasus sirosis
Kompli Freku Perse dengan ascites.(21)
kasi ensi ntase Hasil penelitian ini menunjukan
(%) pasien yang menderita sirosis hati dapat
Ascites 8 32 meningkatkan risiko terjadinya perdarahan
Anemia 6 24 varises esofagus, sehingga penderita
Varises 4 16 mengalami anemia terutama defisiensi zat
esofagus besi (Fe). Anemia umum terjadi pada
Hipoalbu 2 8 pasien Hematemesis melena karena terjadi
min perdarahan pada saluran cerna. Selain itu
Hepatom 3 12 anemia juga terjadi pada keadaan
engali splenomengali yang merupakan
Keterangan: satu pasien bisa mengalami konsekuensi dari hipertensi portal.
lebih dari satu faktor risiko
Hernomo mengatakan terjadinya
varises esofagus disebabkan hipertensi
Faktor risiko adalah manifestasi portal, yaitu aliran darah yang menuju ke
klinis pasien penderita sirosis hati. Pada hati tidak dapat masuk kedalam hati.
hasil penelitian Tabel 4.4 didapatkan Karena tertutup oleh nekrosis sel hati
faktor risiko terbanyak adalah ascites 32% sehingga darah kembali menuju saluran
diikuti anemia 24%, Varises esofagus portal (bagian pencernaan), pembuluh
16%, dan hipoalbumin 8%. Penelitian darah yang terdapat di eofagus ataupun
Farida dkk., mendapatkan pasien srosis lambung yang mudah pecah. Hal ini
hati dengan ascites sebanyak 36 pasien. mengakibatkan darah dapat keluar dari
(19)
Ascites merupakan komplikasi dari pembuluh darah yang pecah karena varises
sirosis hepatik kronik yang ditandai dan masuk kedalam
dengan akumulasi cairan yang ada didalam (17)
lambung. Pengobatan varises esofagus
rongga perut. Pemicu terjadinya ascites untuk mencegah perdarahan dan
dikarenakan konsentrasi albumin menurunkan tekanan darah pada vena
menurun. Pasien yang mengalami
portal dengan beta blocker.(22)Menurut Lee
hipoalbumin perlu diberikan terapi
dkk, risiko terjadinya perdarahan berulang
albumin.(20) dapat terjadi enam minggu setelah
Terapi obat untuk ascites
pembuluh darah pecah.(23)
menggunakan diuretik yang dapat
meningkatkan ekskresi air dan garam.
Majalah Farmasuetik, Vol. 8 No. 3 Tahun 2016
Terapi Antibiotik
Tabel 4.5. Jenis Antibiotik yang Digunakan
Jenis antibiotik Frekuensi Persentase (%)
Sefotaksim 12 48
Seftriakson 11 44
Meropenem 1 4
Levofloxacin 1 4
Siprofloxacin 1 4
Keterangan: satu pasien bisa menerima lebih dari satu antibiotik

Tabel 4.6. Rute, Dosis Dan Frekuensi Antibiotik


Nama Rute Dosis Frekuensi Jumlah Persentase
antibiotik (%)
Seftriakson IV 1g 2x 11 44
Sefotaksim IV 1g 2x 7 28
3x 6 24
Meropenem IV 1g 2x 1 4
Levofloxacin PO 500 g 1x 1 4
Siprofloxacin IV 400 mg 2x 1 4
Kombinasi
Seftriakson – IV 1g 2x 2 8
Sefotaksim

Tabel 4.7.Lama Penggunaan Antibiotik


Antibiotik Lama penggunaan Jumlah Persentase
<7 ≥7 (%)
Sefotaksim 7 5 12 48
Seftriakson 8 3 11 44
Meropenem 1 - 1 4
Levofloxacin 1 - 1 4
Siprofloxacin 1 - 1 4
Kombinasi
Seftriakson -Sefotaksim 1 1 2 8

Hasil penelitian Tabel 4.5 Enterococcus) serta aktif terhadap banyak


menunjukan jenis atibiotik yang banyak
Pneumokokus yang resisten penisilin.(24)
digunakan adalah sefotaksim 48% dan
Seftriakson memiliki aktivitas in-
seftriakson 44%. Penelitian Putri juga
vitro yang sangat mirip dengan sefotaksim.
menyatakan antibiotik sefotaksim
Namun, yang membedakan waktu paruh
merupakan terapi yang terbanyak yaitu
seftriakson yang lebih panjang yaitu 8 jam.
20%.(18)Penelitian lainnya mendapatkan Selain antibiotik tersebut, siprofloksasin
hasil terapi dengan antibiotik seftriakson juga diberikan pada pasien 4%.
sebanyak 29,67%. Antibiotik golongan Siprofloksasin bersifat bakterisida kuat
sefalosporin generasi ketiga (sefotaksim terhadap E.coli dan berbagai spesies
dan seftriakson) memiliki spektrum luas Salmonella, Shigella, Enterobacter,
terhadap bakteri gram negatif dan efektif
Campylobacter Dan Neisseria.(25)
terhadap Citrobacter, S. Marcescens dan
Antibiotik lainnya yaitu levofloksasin 4%.
Providencia. Sefotaksim aktif terhadap
Levofloksasin memiliki aktivitas lebih
basil gram-negatif (kecuali Pseudomonas)
kuat terhadap organisme gram positif dan
dan kokus Gram-positif (kecuali
organisme antipikal dari pada

Majalah Farmasuetik, Vol. 8 No. 3 Tahun 2016


siprofloksasin. Antibiotik ini juga atau dengan infus intravena yang
memiliki aktivitas terhadap gram negatif diencerkan dalam larutan kompatibel
termasuk P. Aeruginosa.(24,26) selama 15-30 menit. Tabel 4.7
Tabel 4.6. menunjukan rute, dosis, menunjukan lama penggunaan antibiotik
dan frekuensi penggunaan antibiotik pada pasien. Pemberian antibiotik <7 hari
tunggal dan kombinasi. Antibiotik tunggal 76% dan ≥ 7 hari 36%. Terapi profilaksis
sebagai terapi yang diberikan pada pasien umunya diberikan maksimal 7 hari.(12)
yaitu seftriakson i.v 2x1g (44%), Berdasarkan hasil penelitian terdapat 8
sefotaksim i.v 2x1g (28%), 3x1g (24%), pasien yang mendapat terapi antibiotik
Siprofloksasin 2x500mg (4%), sefotaksim dan seftriakson >7 hari dimana
maropenem 2x1g (4%) dan Levofloksasin hal ini tidak sesuai dengan pedoman
1x5mg (4%). Sedangkan antibiotik AASL.
kombinasi adalah seftriakson – sefotaksim KETERBATASAN PENELITIAN
i.v 2x1g (8%). Berdasarkan pedoman Adapun keterbatasan dalam
AASLD pada tabel 4.10 seftriakson penelitian ini yaitu, penelitian ini bersifat
1g/hari dengan maksimal untuk 7 hari, retrospektif sehingga hanya bisa
direkomendasikan sebagai antibiotik menggambarkan penggunaan antibiotik
profilaksis pada pasien sirosis hati dengan dan drug related problems yang mungkin
perdarahan gastro intestianl.(12) EASL juga terjadi.Namun demikian, data
mengatakan seftriakson 1g/hari dengan laboratorium yang mendukung untuk
lama pemakaian maksimal 7 hari. penegakan dalam pemilihan antibiotik
Dosis seftriakson 1g/hari diberikan tidak terpenuhi seperti data white blood
pada pasien sirosis lanjut disertai minimal cell (WBC).kenyataan ini membuat
dua kondisi ascites, ikterus, ensefalopati peneliti tidak dapat melihat efektifitas
hepatik dan malnutrisi. (27) Seftriakson pemberian antibiotik pada pasien sirosis
dapat diberikan secara intramuskular dan hati dengan atau tanpa hematemesis
infus intravena intermiten selama 15-30 melena.
menit. (21) Sefotaksim dapat diberikan KESIMPULAN
secara intramuskular dan intravena selama Berdasarkan penelitian yang telah
3-5 menit langsung ke pembuluh darah. dilakukan maka kesimpulannya sebagai
Selain itu juga dapat diberikan secara infus berikut:
intravena intermiten selama 20-30 menit. Antibiotik yang diberikan pada pasien
Antibiotik golongan fluorokuinolon tidak adalah Seftriakson rute intravena 2x1g (±
boleh diberikan secara infus cepat karena 7 hari), Sefotaksim rute intravena 2x1g
berpotensi menyebabkan hipotensi.(21) Hal dan 3x1g (± 7 hari), Siprofloksasin rute
ini dianggap berhubungan dengan intravena 2x400mg (< 7 hari).
pelepasan histamin karena kuinolon DAFTAR PUSTAKA
merupakan antagonis parsial oleh 1. Chaves TNC, Barrientos GT, Tellez
pirilamin (antihistamin). Selain itu, infus AFI, Soares WK, dan Uribe M.
lambat akan mengurangi ketidaknyamanan Antibiotic prophylaxis forcirrhosis
pasien dan mengurangi risiko iritasi vena. patients with upper gastroontestinal
Pasien akan mengalami mual, muntah, bleeding (review). The Cochrane
diare, gamgguam sistem saraf pusat, reaksi Library: 2010; Vol. 9. 1-69.
lokal tempat injeksi, tes fungsi hati yang 2. Tan H T, Rahardja K. Antelmintika.
abnormal, eosinofilia, sakit kepala, Dalam: Obat-obat penting, khasiat,
gelisah, dan ruam. Efek samping ini sering penggunaan, dan efek-efek
terjadi jika waktu pemberian infus 30 sampingnya, edisi 5. Jakarta: PT Elex
menit atau kurang.(28) Media Komputindo. 2010: 188-194.
Meropenem diberikan melalui 3. Lozano R, Naghavi M.Foreman K,
intravena dari 5-20 mL, selama 3-5 menit Lim S, Shibuya K. Global and
regional mortality from 235 causes
Majalah Farmasuetik, Vol. 8 No. 3 Tahun 2016
of death for 20 age groups in 1990 Hepatology: 2010; Vol. 46 (3). 922-
and 2010: a systematic analysis for 938.
the Global Burden of Disease Study. 13. Wasim M dkk. Assessment Of Risk
Lancet. 2010; 380(9859):2095–128. Factors And Clinical Presentation In
4. WHO. Global health estimates A Liver Cirrhosis State-Pakistan.
summary tables: projection of deaths Woed Applied Sciences Journal.2014;
by cause, age and sex. 32(7): 1252-1257.
http://www.who.int/healthimfo/global_ 14. Sherlock S at al. Sherlock’s Diseases Of
burden_disease/en/: 2013.
The Liver And Biliary System ed.12th.
5. Hoyer DL and Xu J. Deaths:
oxford. 2011;103.
preliminary data for 2011. National
15. Nurdjanah S. Sirosis hati. Dalam Buku
Vital Statistics Report: From the
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6,
Centers for Disease Control and
Jilid 2. Siti Setiati (Eds). Jakarta:
Preention, National center for Health
Internal Publishing: 2014; 1978-1983.
Statistics, National Vital Statistics
16. Fialla A D, Lassen A dan Muckadell
System: 2012; Vol. 61 (6). 1-51.
O. Incidence, Etiology And Mortality
6. Kusumobroto HO. Sirosis hati. In:
Of Cirrhosis: A Population-Based
Sulaiman AH., Akbar HN., Lesmana
Cohort Study. Scandinavian Journal
LA., & Noer, HMS. Buku Ajar Ilmu
Of Gastroenterology. 2012; 47: 702-
Penyakit Hati. Jakarta: sagung seto: 709.
2012; 335-364.
17. Wiranata M I,Hasmono D, Surdijati S.
7. Tsochatzis EA, Bosch J, Burroughs
Studi Penggunaan Omeprazole pada
AK. Liver Cirrhosis. The lancet: 2014; Pasien Sirosis Hati dengan
Vol. 383(14). 1749-1761. Hemetamesis Melena Rawat Inap di
8. Nurdjanah S. Sirosis Hati. In: Sudoyo RSUD Kabupaten Sidoarjo.
AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata, JOURNAL OF PHARMACEY
Marcellus K, Setiati S, Buku Ajar Ilmu SCIENCE AND PRACTICE. 2017;
Penyakit Dalam. Edisi kelima, jilid I. 4(1): 36-43.
Jakarta: Internal publishing: 2009; 18. Putri DA. Studi Penggunaan
688-673. Antibiotika Pada Pasien Sirosis
9. Herlida, Yustar M, Virhan N. Hepatik Dengan Hematemesis Melena
Hubungan Skor Apri (Aspartat Dan Atau Spontaneous Bacterial
Aminotransferase To Platelet Ratio Peritonitis. Fakultas Farmasi
Index) Dengan Derajat Keparahan Universitas Airlangga: 2016.
Sirosis Hati Di Rsud Dokter Soedarso 19. Farida Y, Andayani MT dan Ratnasari
Pontianak: 2015. N. Analisis Penggunaan Obat Pada
10. Colle I, Verhelst X, Geerts A dan Komplikasi Sirosis Hati. Jurnal
Vlierberghe HV. In: Lee SS dan Manajemen dan Pelayanan Farmasi.
Moreau R. Cirrhosis: A practical Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Guide To Manageent, 1stEd. UK: Jhon Mada. Yogyakarta:2014; Vol. 4 (2).
Wiley dan Sons: 2015; 137-150. 20. Tarigan P. Sirosis Hati.Dalam :Buku
11. Po Ho M, Tsai KC, Lin CC, Lee TH. Ajar Ilmu Penyakit Dalam. edisi
Bacterial Infections In Patients With ketiga. Gaya Baru. Jakarta. 2009.
Liver Cirrhosis. Gastroenterology & 21. Runyon. Management Of Adult
Hepatology: 2010; Vol. 22 (2). 55-64. Patients With Ascites Due To
12. Garcia TG, Sanyal AJ, Grace ND, Cirrhosis: Update 2012. American
Carey W, Shuhart MC, Davis GL dan Association For The Study Of Liver
Zein N. Prevention And Management Disease.2012; 3: 195-204.
Of Gastroesophageal Varices And 22. Vidyani A, dan Denny V. Faktor risiko
Variceal Hemorrhage In Cirrhosis. terkait perdarahan varises esofagus
berulang pada penderita sirosis hati.
Majalah Farmasuetik, Vol. 8 No. 3 Tahun 2016
Jurnal Penyakit Dalam.2011; 12(3): 26. Lacy C F dkk. Drug Information
56-62.
Hanbook 17th Edittion. USA: Lexi-
23. Lee S, Lee T dan Chang C. Com, Inc. 2009.
Independent Factors Associated With 27. Davis S L, Nauhauser M M dan
Recurrent Bleeding In Cirrhosis McKinnon P S. Quinolon.
Patients With Esophageal Variceal http://www.infectiousdiseaseandantimi
Hemorrhage. Dig Dis sci. 2009; 54: crobialagent.html. 2016.
1128-34. 28. Fernandez J dan Arroyo V. Bacterial
24. Sari R D W. Hubungan Faktor Resiko Infection In Cirrhosis: A Growing
Klinis Terhadap Drug Related Proble With Significant Implication.
Problems Pada Pasien Sirosis Hepatik
Clinical Liver Disease. 2013;2(3):
Di Rsud “X” Tahun 2016.2018.
102- 105.
25. Brunton L. Goodman and Gillman’s
29. Chaves TNC, Barrientos GT, Tellez
The Pharmacological Basic of
th AFI, Soares WK, dan Uribe M.
Therapeutics, 12 Ed. The McGraw- Antibiotic prophylaxis forcirrhosis
Hills Companies, Inc: 2011
patients with upper gastroontestinal
bleeding (review). The Cochrane
Library: 2010; Vol. 9. 1-69.

Majalah Farmasuetik, Vol. 8 No. 3 Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai