Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK

ENZIM HATI
PEMERIKSAAN SGOT/AST DALAM HATI
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Biokimia Klinik

Kelas 3D Farmasi/Kelompok 4
Disusun Oleh :

Lulu Zulfa Aulia 31118148


Muhammad Ihsan 31118153
Devi Andriani 31118162
Santi Sulistiawati 31118163
Asep Saeful Mukdas 31118166
Adinda Nur Octaviani 31118182
Siti Nabila Fikria Anwary 31118195

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA
KOTA TASIKMALAYA
2020
PRAKTIKUM KE-V
PEMERIKSAAN SGOT/AST DALAM DARAH
I. HARI/TANGGAL : Jumat, 20 November 2020

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Menetukan kadar SGOT/AST dalam darah dan menginterpretasikan hasil serta
menghubungkan dengan keadaan patologi klinik
III. DASAR TEORI
Hati adalah organ penting, dan kelenjar terbesar pada tubuh manusia. Hati
memiliki berat sekitar 1,5 kg atau 2% berat badan orang dewasa normal. Hati terletak
dalam rongga perut dibawah diafragma. Hati penting dalam tubuh karena memiliki
beberapa fungsi yaitu pengolahan metabolik, detoksifikasi zat sisa, sintesis protein
plasma, tempat penyimpanan, pengaktifan vitamin D, pengeluaran bakteri dan sel
darah merah, ekskresi kolesterol, dan penghasil empedu. Pada biokimiawi hati
peningkatan Aspartate Aminotransferase (AST) atau Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase (SGOT), dan Alanine Aminotransferase (ALT) atau Serum Glutamic
Pyruvic Transaminase prevalensinya meningkat menjadi 62,84% dan selanjutnya
menjadi 75,1% dari 2005-2008. (Aldrin, 2015) SGOT singkatan dari Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase atau AST (Aspartate transaminase), sebuah enzim yang
secara normal berada di jaringan tubuh, terutama dalam jantung, hati dan organ lain.
Enzim SGOT dikeluarkan ke dalam darah sebagai akibat dari cedera jaringan, ole
karena itu konsentrasi SGOT dapat meningkat pada penyakit atau kerusakan akut
pada sel-sel hati ketika hati rusak. Level SGOT darah kemudian dihubungkan dengan
kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis (Poedjiadi, 2004). Enzim-enzim
yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino antara suatu asam amino
dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau transaminase oleh tata nama
lama yang masih popular. Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah
alanine aminotransferase (ALT), yang dahulu disebut “glutamate-piruvat
transaminase” (GPT), dan aspartate aminotransferase (AST), yang dahulu disebut
“glutamate-oxaloacetate transaminase” (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan
piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen
pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi
defisiensi Vitamin B6 (misal, hemodialysis, malnutrisi). (Reza A, Banundari
Rachmawati, 2017)

IV. PRINSIP PERCOBAAN

V. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, sentrifugator, timer, kapas alkohol,
tissue, easy RA
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu sampel serum, reagen
SGOT/AST, aquadest

VI. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode Cross Sectional


dilakukan pada tanggal 28 Mei 2018 di Rumah Sakit Jiwa. Provinsi Sultra.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.. Sampel pada penelitian ini adalah pasien gangguan
jiwa yang telah mendapat pengobatan 5 tahun atau lebih, sampel diambil dengan
menggunakan teknis Accidental Sampling.

Rumus sampel ( slovin)

N
n= +1
N ( d )2

115
= + 1 = 29,7 = 30
115 ( 0,05 ) 2
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 30 pasien.
Dalam penelitian ini dimulai dari tahap PraAnalitik, Analitik dan Pasca Analitik.

Jenis data pada penelitian ini berupa data kuantitatif hasil dari penentuan
kadar enzim SGOT. Sumber data yang digunakan terdiri dari duayaitu data primer
yang diperoleh langsung dari tempat pengujian meliputi hasil pemeriksaan enzim
SGOT pasien rawat inap yang mendapat pengobatan gangguan jiwa. Data
sekunder yaitu data dari sumber-sumber penelitian yang relevan. Data yang
diperoleh ditabulasi dalam microsoft Excel dan diolah dengan menggunakan
analisis Univariat dan Bivariat menggunakan SPSS selanjutnya di jelaskan secara
deskriptif.

VII. HASIL PENGAMATAN

Klasifikasi Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi


Tenggara Berdasarkan hasil pemeriksaan SGOT menurut jenis kelamin perempuan,
dari total 20 sampel pasien jenis kelamin perempuan diketahui hasil pemeriksaan
SGOT Normal 14 orang (70%), sedangkan hasil pemeriksaan SGOT Abnormal 6
orang (30%).

VIII. PEMBAHASAN

Pada hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin dapat mempengaruhi hasil


peningkatan kadar SGPT dan SGOT pada pasien gangguan jiwa. Pasien dengan jenis
kelamin laki-laki mengalami peningkatan SGOT lebih banyak dibandingkan dengan jenis
kelamin perempuan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alkohol. Hasil responden terhadap pasien, banyak pasien
masih aktif merokok dan sebelum dimasukkan ke RS Jiwa, pasien diketahui
mengkonsumsi minuman beralkohol. Merokok dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme obat dihati sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar SGOT didalam
hati. Minuman yang mengandung alkohol jika dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan kerusakan hati, alkohol yang dikonsumsi akan diserap usus sebanyak 80%
dan lambung 20% kemudian akan mengalami metabolisme di hepar. Konsentrasi etanol
dalam darah menentukan kecepatan proses metabolisme di hepar dengan menghasilkan
asetaldehid, radikal bebas dan peningkatan NADH/ADH. Asetaldehid yang tertimbun
dalam hepar akan menyebabkan kerusakan hati (Hafizah, 2017).

Wika (2010), Menyatakan bahwa semakin lamanya pengobatan dengan


psikotropika, pada jaringan hati memperlihatkan kerusakan hati lebih berat dengan kadar
SGOT yang semakin besar sebanding dengan lamanya pemaparan psikotropika tersebut.
Keadaan gelisah dengan aktifitas, cedera otot, peradangan kejang, tersengat listrik dapat
menyebabkan kenaikan kadar SGOT.

pemakaian obat/psikotropika jangka lama, maka sangat penting untuk memantau


kadar fungsi hati penderita sebulan sekali. Jenis pemeriksaan pada fungsi hati yang
dianjurkan untuk diperiksa adalah SGOT, Bilirubin, GGT. (Wika, 2010). Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh bahwa kadar SGOT pada pasien gangguan jiwa dengan jenis
kelamin Lak-laki dengan masa pengobatan 7-9 tahun mengalami kenaikan dengan kadar
SGOT 42 U/L hal tersebut tidak sesui dengan penelitian oleh Ahyaningtias (2017), yang
menyatakan bahwa tdk ada hubungan antara kadar terhadap lama terapi obat pasien
skizofrenia.

IX. KESIMPULAN
1. Dari 30 pasien yang mengkonsumsi obat gangguan jiwa yang diperiksa terjadi
kenaikan kadar SGOT berdasarkan lama pengobatan, kenaikan kadar SGOT terjadi
pada pasien dengan mengkonsumsi obat gangguan jiwa kadar enzim SGOT pasien
akan semakin meningkat.
2. Secara umum ada pengaruh pemberian obat yang signifikan terhadap SGOT dimana
nilai sig 0,00 atau < 0,05. lama pengobatan 7-8 tahun. Hal ini menunjukan bahwa
semakin lama pasien
X. DAFTAR PUSTAKA

Hafizah, indria. (2017). Pengaruh Minuman Tradisional Kameko Terhadap


kadar SGOT, SGPT, dan Jaringan Hati Mencit (Mus musculus). Pharmauho Volume
4, No. 1, Hal. 23-25
Sukandar, Y.T. 2008. Informasi Spesialis Obat Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI

Wika, Hanida lubis. 2010. Aspek Psikosomatik Pada Gangguan Hati. Divisi
Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai