Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II

“ PEMERIKSAAN SERUM GLUTAMIC OXALOACETIC


TRANSMINASE (SGOT) ”

DISUSUN OLEH :

ANGELI ROLANDA NATHANIA

203410001

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA

PANGKALAN BUN

2023
Nilai Paraf Dosen Paraf Praktikan

I. Hari / Tanggal : Rabu, 5 Oktober 2022


II. Judul Praktikum : Pemeriksaan SGOT
III. Tujuan : 1. Mahasiswa dapat melaksanakan pemeriksaan SGOT
dengan metode kinetik
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai normal dari
SGOT di dalam serum pasien
3. Mahasiswa dapat menentukan secara kuantitatif
kadar SGOT dalam serum pasien
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari
penurunan dan peningkatan kadar SGOT di dalam
serum pasien
IV. Metode : Metode Kinetik menurut IFCC (International Federation of
Clinical Chemistry)
V. Prinsip
SGOT akan mengkatalis transfer gugus amino L-aspartat ke 2-Oskoglurat
menjadi L-Glutamat dan Oksaloastat. Oksaloasetat yang terbentuk akan bereaksi
dengan NADH yang menyebabkan oksidasi NADH menjasi NAD+ dengan bantuan
Malat Dehidrogenase (MDH). Penurunan absorbansi akibat konversi NADH
menjadi NAD+ sebanding dengan aktivitas SGOT dalam serum yang diukur pada
panjang gelombang 340 nm. Reaksi dapat dituliskan sebagai berikut :

AST
L-aspartat + α ketoglurate ========> Oxaloacetate + L-glutamate
MDH
Oxaloacetate + NADH + H+ ========>
H L-malate + NAD + H2O

VI. Dasar Teori


Serum Glutamic Oksaloacetic Transminase (SGOT) merupakan salah satu enzim

yang dijumpai dalam otot jantung dan hati. Enzim SGOT juga dapat ditemukan

dalam konsentrasi sedang pada otot rangka ginjal dan pankreas. Pada saat terjadi

inflamasi terutama pada sel-sel hati dan otot jantung maka enzim SGOT akan

dilepaskan ke dalam darah. Pelepasan enzim SGOT yang tinggi di dalam serum

menunjukkan adanya kerusakan terutama pada sel-sel hati, sehingga enzim SGOT

sangat efektif digunakan dalam menggambarkan kondisi kerusakan hepatoseluler.

Enzim SGOT memiliki fungsi utama sebagai biomarker atau penanda adanya

gangguan pada hati dan jantung (Lomanorek et al, 2016)

Enzim SGOT secara eksklusif bertempat pada sitoplasma dan mitokondria.

Kadar SGOT di dalam serum yang normal merupakan hasil gabungan dari enzim

yang masuk ke dalam sistem sirkulasi dan enzim yang keluar dari sistem sirkulasi

yang mencerminkan kegiatan enzimatik di dalam sel. Pada kondisi penyakit hati

atau kerusakan jaringan-jaringan hepatoseluler enzim SGOT dapat meningkat

bersamaan dengan enzim SGPT. Pada aplikasi klinis, rasio antara SGOT dan SGPT

sering disebut sebagai rasio de ritis yang mana rasio ini digunakan untuk

membedakan antara hepatitis akut dan penyakit hati karena alkohol ( Sadewa et al,

2021). Rasio antara SGOT dan SGPT yang normal berkisar antara 0,5 - 1 sehingga

ketika terjadi peningkatan rasio lebih dari 1 maka dapat mengindikasikan adanya

peningkatan pelepasan enzim SGOT ke dalam darah karena kerusakan hati. Pada

penyakit hati kronis karena penyalahgunaan alkohol, peningkatan enzim SGOT

dapat menjadi lebih tinggi melampaui enzim SGPT. Sehingga bila rasio SGOT

terhadap SGPT lebih besar dari 2x lipat maka indikasi dari penyakit hati kronis

alkoholik perlu dipertimbangkan ( Sadewa et al, 2021)


Peningkatan kadar SGOT yang ringan bahkan berada pada nilai yang normal

dapat ditemui pada kasus sirosis hati yang menggambarkan kehilangan masa

hepatosit secara bermakna dan hilangnya enzim dari organ hati. Pemeriksaan kadar

SGOT merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui ada

atau tidaknya kerusakan fungsi hepar yang ditandai dengan peningkatan kadar

SGOT yang ditemukan pada sel-sel hepar ketika sel-sel atau jaringan hati

mengalami kerusakan maka salah satu parameter pemeriksaan fungsi hati yang

dapat dilakukan adalah pemeriksaan kadar serum glutamic oksaloasetik transminase

(SGOT) (Bastiyansyah, 2018).

VII. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Pipet ukur ukuran 10 ml dan 5 ml
d. Pipet pump
e. Mikropipet ukuran 1000 ul dan 100 ul
f. Yellow tip
g. Blue tip
h. Inkubator
i. Stopwatch
j. Fotometer
k. Tisu
2. Bahan
a. Serum pasien sebanyak 100 ul
b. Aquades
c. Reagen SGOT
R1 = NADH, MDH dan LDH
R2 = L-aspartate dan α ketoglurate
VIII Prosedur Kerja
. 1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Menyiapkan satu tabung reaksi dan menuliskan label
3. Membuat menu reagen dari campuran R1 dan R2 dengan perbandingan 4:1.
R1 = 20 ml
R2 = 5 ml
4. Menghomogenkan monoreagen
5. Menyiapkan sampel pemeriksaan dengan cara memipet 1000 ul monoreagen
+ 100 ul serum
6. Menghomogenkan reagen pemeriksaan dan menginkubasi pada suhu 37 ⁰C
selama 1 menit
7. Memeriksa kadar SGOT dengan menggunakan fotometer pada panjang
gelombang 340 nm
8. Mencatat dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan

IX. Nilai Normal


Nilai rujukan pemeriksaan SGOT
1. Pria dewasa = 0 – 38 U/L
2. Wanita dewasa = 0 – 32 U/L
3. Anak – anak = 0 – 33 U/L

X. Hasil Pemeriksaan
Identitas pasien
Nama : Ayu Wulandari
Usia : 20 th
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil Pemeriksaan SGOT : 3,7896 U/L (Normal)

XI. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hasil pemeriksaan
kadar sgot pada serum pasien adalah 3,78 U/L. Hasil pemeriksaan SGOT ini
tergolong ke dalam kadar SGOT normal. Nilai normal kadar SGOT untuk orang
dewasa yaitu pria 0 - 38 U/L dan wanita 0 - 32 U/L. Hasil pemeriksaan kadar SGOT
pada pasien yang berada pada rentang normal dapat membuktikan bahwa kondisi
hati pasien dalam keadaan baik dan tidak terjadi indikasi kerusakan sel-sel
hepatosit.
Enzim SGOT merupakan enzim yang berperan penting untuk mencerminkan
keutuhan atau integrasi sel-sel hati. Adanya peningkatan kadar enzim SGOT dapat
mengindikasikan tingkat kerusakan sel-sel hati. Enzim SGOT dapat ditemukan pada
hati otot jantung otot rangka ginjal pankreas otak paru-paru sel darah putih dan sel
darah merah. Dengan demikian apabila hanya terjadi peningkatan agar kadar SGOT
tanpa peningkatan kadar SGPT maka bisa saja disebabkan karena kerusakan sel-sel
pada organ yang mengandung enzim SGOT (Sari et al, 2018). Pada sebagian besar
penyakit hati yang akut, kadar SGPT biasanya dapat lebih tinggi atau sama dengan
SGOT pada saat terjadi kerusakan jaringan dan sel hati yang membuat kadar SGOT
akan meningkat 5 kali lebih tinggi dari nilai normal ( Sari et al, 2018).

Pemeriksaan SGOT umumnya dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat


kerusakan hati kerusakan otot jantung kerusakan otak kerusakan ginjal atau
kerusakan otot rangka. Kader SGOT akan meninggi pada kasus alkoholik, malaria,
infeksi liver stadium akhir, radang pankreas, penyumbatan saluran empedu,
konsumsi antibiotik dosis tinggi dalam waktu yang lama (Dhiru, 2013) . Pada
kondisi obstruksi ekstra hepatik nilai SGOT akan meningkat berkisar antara 60 –
200 U/L, sedangkan pada obstruksi intrahepatik nilai SGOT dapat mencapai 200
U/L. Pada kondisi hepatitis akut, kadar SGOT tidak banyak berubah dari normal
tetapi jika didapatkan peningkatan kadar SGOT di atas 1000 U/L, maka dapat
mengindikasikan kerusakan hati yang berat. Pada kondisi hepatitis kronis aktif,
peningkatan rasio SGOT dan SGPT menjadi lebih tinggi tetapi peningkatan SGOT
tidak setinggi seperti pada kasus hepatitis akut dan berkisar antara 200 – 600 U/L.
Peningkatan kadar SGOT juga dapat dijumpai pada kasus sirosis ataupun penyakit
hati alkoholik yang mana pada kedua kelainan ini terjadinya peningkatan kadar sgot
tidak terlalu tinggi hanya berkisar antara 50 – 200 U/L (Sadewa et al, 2021).
XII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar
SGOT dalam serum pasien berada di dalam nilai yang normal dengan hasil
pemeriksaan sgot pada pasien yaitu 3,78 U/L. Hasil pemeriksaan SGOT ini
tergolong ke dalam nilai normal. nilai rujukan untuk kadar SGOT normal pada
orang dewasa yaitu pria 0 – 38 U/L dan wanita 0 – 32 U/L. Hasil pemeriksaan
SGOT pasien yang berada pada keadaan normal dapat membuktikan bahwa kondisi
hati pasien dalam keadaan baik dan tidak ada indikasi kerusakan sel-sel hepatosit
karena enzim SGOT hanya akan diproduksi secara aktif dan dilepaskan ke dalam
darah apabila terjadi kerusakan pada organ yang mengandung enzim SGOT
terutama pada organ hati.

XIII. Daftar Pustaka

Bastiyansyah, E. (2018). Pedoman Lengkap : Membaca Hasil Tes kesehatan. Jakarta :


Penebar Plus

Dhiru. (2013). Live Blood Analysis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Lomanorek, V. Y., Assa, Y.A., Mewo, Y. M. (2016). Gambaran Kadar Serum


Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) Pada Perokok Aktif Usia > 40
Tahun. Jurnal e-Biomedik. 4 (1). ISSN : 7321-1856

Sadewa, A.H., Wasityastuti, W., Dewanto, V.C. (2021). Comprehensive Biomedical


Sciences : Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier, Pankreas. Yogyakarta :
UGM Press

Sari, W., Indrawati, L., Djing, O. G. (2018). Care Your Self : Hepatitis. Jakarta :
Penebar Plus

Anda mungkin juga menyukai