Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Kimia Klinik II

I. Judul : Pemeriksaan Fungsi Hati SGOT/GOT

II. Hari/ Tanggal : Rabu, 29 September 2021

III. Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas enzim SGOT/AST dalam


sampel

ASAT
IV. Prinsip : L- Aspartate + 2-Oxoglutalat L-Glutamat +

MDH
oxaloacetate Oxalacetale + NADH = H+

L-Malate + NAD
V. Dasar Teori

Hati adalah organ penting, dan kelenjar terbesar pada tubuh manusia.
Hati memiliki berat sekitar 1,5 kg atau 2% berat badan orang dewasa normal.
Hati terletak dalam rongga perut dibawah diafragma. Hati penting dalam tubuh
karena memiliki beberapa fungsi yaitu pengolahan metabolik, detoksifikasi zat
sisa, sintesis protein plasma, tempat penyimpanan, pengaktifan vitamin D,
pengeluaran bakteri dan sel darah merah, ekskresi kolesterol, dan penghasil
empedu (Aldrin, 2015).

SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase) adalah enzim


transaminase sering juga disebut AST (Aspartat Amino Transferase) katalisator
perubahan dari asam amino menjadi asam alfa ketoglutarat. Enzim ini berada
pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan enzim yang tinggi
ke dalam serum menunjukkan adanya kerusakan utama pada jaringan jantung
dan hati. Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam
dan mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal
pada hari ke tiga sampai hari ke lima (Riswanto, 2009).

Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino


antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau
transaminase oleh tata nama lama yang masih popular. Dua aminotransferase
yang paling sering diukur adalah alanine aminotransferase (ALT), yang dahulu
disebut “glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate aminotransferase
(AST), yang dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate transaminase” (GOT). Baik
ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor.
Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan
pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi defisiensi Vitamin B6 (misal,
hemodialysis, malnutrisi) (Reza A, Banundari Rachmawati, 2017).

VI. Cara Kerja

1. Monoreagen dicampur 4 bagian R1 + 1 bagian R2 dan diinkubasi selama


5 menit pada suhu ruang.

2. Monoregen dipipet kedalam kuvet 1000 µl + 100 µl serum ,kemudian


dicampur stoptwatch dihidupkan dan diinkubasi selama 1 menit.

3. Dibaca A1,A2,A3 dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 34


nm terhadap blanko udara

VII. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Stopwatch
2. Mikropipet
3. Kuvet
4. Blue tip dan yelow tip
5. Spektrofotometer
6. Tisue
b. Bahan
1. Monoreagen
2. Serum

VIII. Hasil Praktikum

A. Data Pasien
Nama Pasien :X
Umur :X
Jenis Kelamin :X
B. Perhitungan

Dik : ∆ A1 : 2,014

∆ A2 : 1,985

∆ A3 : 1,970

∆ = A1 – A2 Δ = A2 – A3

= 2,014 - 1,985 = 1,985 – 1,970

= 0,029 = 0,015

∆ Absorbansi = 0,029 + 0,015 = 0,135

0,044
= = 0,022
2

Absorbansi
AST = x Faktor (1745 )
menit

= 0,022 x 1745

= 38 µl

IX. Pembahasan
GOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau juga dinamakan
AST (Aspartat Aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot
jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot
rangka, ginjal dan pancreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali
jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam
sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan
mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan
normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar
SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung lainnya, seperti
CK (Creatin Kinase), LDH (Lactat Dehydrogenase). Pada penyakit hati,
kadarnya akan meningkat 10 kali lebih akan tetap demikian dalam waktu yang
lama.
Diagnosis penyakit hati dengan dengan menggunakan hasil pemeriksaan
laboratorium pada dasarnya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
fungsi, keutuhan sel, dan etiologi penyakit hati, dengan cara menafsirkan hasil
pemeriksaan laboratorium. Penafsiran hasil pemeriksaan laboratorium untuk
mendiagnosis penyakit hati tidak dapat menggunakan satu jenis hasil
pemeriksaan laboratorium saja, tetapi menggunakan gabungan beberapa hasil
pemeriksaan. Hal itu disebabkan oleh sifat hasil pemeriksaan laboratorium pada
penyakit hati yang tidak spesifik dan sensitif. Bersifat tidak spesifik karena hasil
pemeriksaan fungsi hati dan keutuhan sel hati dipengaruhi oleh kelainan diluar
hati (factor ekstrahepatik). Bersifat tidak sensitive karena daya cadang fungsi
hati sangat besar dan daya regenerasi sel hati sangat cepat sehingga pada
kelainan hati yang ringan, baik kerusakan awal sel hati maupun kerusakan
jaringan hati yang belum luas.
GOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, semi otomatis menggunakan chemistry analyzer. Nilai rujukan
untuk SGOT/AST pada laki-laki ˂ 31 µl dan perempuan ˂ 35µl. Fungsi hati
dapat dibagi menjadi fungsi sintesis, fungsi ekskresi, fungsi penyimpanan, dan
fungsi detoksifikasi (penawar racun). Dalam fungsi sintesis akan dibahas
mengenai pemeriksaan protein, termasuk albumin, globulin, elektroforesa
protein dan protein-protein lain dan kolinesterase. Dalam fungsi eskresi akan
dibahas mengenai pemeriksaan bilirubin kolesterol, asam empedu, dan
trigleserida. Fungsi penyimpanan hati yang akan dibahas adalah pemeriksaan
glukosa dan glikogen, asam amino dan protein. Ammonia akan dibahas dalam
fungsi detoksifitasi.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada pemeriksaan
SGOT (AST) dengan metode kinetik enzimatik, hasil yang didapatkan yaitu 38
µl. hasil ini menunjukan bahwa kadar SGOT dalam darah pasien lebih dari nilai
rujukan. Masalah Klinis yang dapat mempengaruhi pada nilai SGOT abnormal
diantaranya :
1. Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal): kerusakan hepatoseluler akut,
infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis
infeksiosa
2. Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal): obstruksi saluran empedu,
aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau
primer), distrophia muscularis.
3. Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal): perikarditis, sirosis, infark paru,
delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1. Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
2. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan SGOT/AST.
3. Hemolisis sampel darah.
4. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar: antibiotik (ampisilin, karbenisilin,
klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin,
oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A),
narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet,
guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane),
indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin.
Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.

X. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan


pada pemeriksaan SGOT yaitu 38 µl. hasil ini menunjukan bahwa kadar SGOT
pasien lebih dari batas nilai rujukan.

XI. Daftar Pustaka

Aldrin. 2015. Madu Sebagai Hepatoprotektor Dinilai dengan Enzim


Transaminase. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung

Reza A, Banundari Rachmawati. 2017. Perbedaan Kadar SGOT dan SGPT


antara Subyek dengan dan Tanpa Diabetes Mellitus. Semarang: Jurnal
Kedokteran Diponegoro

Riswanto. 2009. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase). Jakarta:


EGC
Yogyakarta, 30 September 2021
Koordinator Praktikum

(Subrata Tri Widada,SKM,M.Sc) (Margaretha Nona Nelci)

Anda mungkin juga menyukai