Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENGUKURAN KADAR
SGOT DAN SGPT

Disusun Oleh:

Windayati (172010101105)

Bella jiwangga (172010101112)

Sofie rahmadianti (172010101123)

Sutan fazha p. (172010101124)

Moh. Affandi badar R. (172010101129)

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Enzim yang ditemukan di dalam plasma dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) enzim
plasma fungsional; (2) enzim plasma nonfungsional. Enzim plasma fungsional adalah enzim
yang didapatkan di dalam plasma dalam jumlah besar dan diketahui fungsinya di dalam
plasma (substratnya ada di plasma). Sebagai contoh misalnya lipoprotein lipase dan enzim-
enzim yang berperan pada pembekuan darah. Enzim plasma nonfungsional adalah enzim
yang terdapat di dalam plasma dengan jumlah yang jauh lebih sedikit daripada jumlahnya
dijaringan dan tidak mempunyai fungsi fisiologik di dalam plasma. Sebagai contoh misalnya
aminotrasferase, amilase, lipase, kreatin kinase, laktat dehidrogenase dan alkali fosfatase.
Peningkatan jumlah enzim plasma nonfungsional dapat dijadikan sebagai indikator
peningkatan kerusakan/kematian sel, yang dapat bersifat spesifik.
Terdapat dua aminotransferase yang paling sering diukur yaitu alanine aminotransferase
(ALT) atau “glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate aminotransferase (AST),
yang disebut “glutamate-oxaloacetate transaminase” (GOT), dan keduanya memerlukan
piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Aminotransferase tersebar luas di tubuh,
tetapi banyak dijumpai di hati, karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan
dalam menyalurkan asam-asam amino ke jalur jalur biokimiawi lain.
Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-satunya sel dengan konsentrasi ALT yang tinggi,
sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung kadar sedang. ALT dalam jumlah
yang lebih sedikit dijumpai di pancreas, paru, lima, dan eritrosit. Dengan demikian, ALT
serum memiliki spesifitas yang relative tinggi untuk kerusakan hati. Sejumlah besar AST
terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit juga memiliki AST dalam jumlah
sedang. Hepatosit mengandung AST tiga sampai empat kali lebih banyak daripada ALT.
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila keduanya
meningkat. Pada keadaan Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat
menyebabkan peningkatan baik AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter.
Nilai normal pada SGOT ialah 3-45 u/L, sedangkan nilai normal SGPT ialah 0-35 u/L.
Peningkatan enzim aspartat aminotrasferase (AST) atau serum glutamat oxaloasetat
transaminase (SGOT) dan laktat dehidrogenase dapat dijadikan sebagai indikator kerusakan
sel-sel jantung, misalnya pada kasus infark miokard dan dapat dijadikan sebagai parameter
kerusakan sel hepar. Sedangkan alanin aminoteransferase (ALT) atau serum glutamat
piruvat transaminase (SGPT) dapat di jadikan indikator kerusakan sel hepar. Amilase dan
lipase untuk sel pankreas, sedangkan alkalifosfatase untuk sel tulang. Pada praktikum ini di
lakukan pengukuran enzim aminotransferase, yaitu SGOT dan SGPT.

Enzim transaminase merupakan enzim intra seluler yang mengkatalisis reaksi


pemindahan (transfer) gugus amino dari suatu asam amino ke asam keto. Reaksi tersebut
akan menghasilkan turuna asam asam keto yang baru dan disamping itu akan terbentuk pula
asam amino baru.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Mahasiswa dapat membedakan antara enzim plasma fungsional dan nonfungsional.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan peran pengukuran enzim dalam menegakkan diagnosis
atau menetapkan prognosis.
c. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja enzim SGOT dan SGPT

Anda mungkin juga menyukai