Anda di halaman 1dari 32

ENZIM

PENDAHULUAN

Enzim adalah sejenis protein aktif yang sangat penting untuk melaksanakan berbagai
fungsi di tubuh kita setiap hari. Mulai dari mempercepat reaksi sampai memecah susunan protein
makanan yang kita makan, sehingga setiap sel dalam tubuh kita bergantung pada enzim. Enzim
adalah protein yang mengendalikan kecepatan reaksi kimia di tubuh kita. Tanpa enzim, reaksi ini
akan berlangsung terlalu lambat. Oleh sebab itu enzim dikatakan sebagai katalisator. Kemampuan
enzim untuk mengkatalisis satu reaksi bersifat spesfik, dimana tidak mengkatalisis reaksi yang lain
merupakan sifat enzim yang paling penting. Namun terdapat beberapa enzim yang mampu
mengkatalisis jenis reaksi yang sama dengan beberapa substrat yang sejenis. Enzim dapat kita
temui pada seluruh jaringan dan cairan tubuh, dalam rangka memelihara keadaan homeostasis.
Dan apabila terjadi suatu keadaan malfungsi pada suatu enzim, hal ini akan menyebabkan kelainan
patologis dalam tubuh.

Beberapa enzim, seperti yang ada dalam usus kita, memecah molekul besar menjadi
molekul yang lebih kecil. Enzim juga membantu menyusun molekul kecil menjadi molekul yang
besar dan lebih kompleks, contohnya adalah seperti enzim untuk menyusun DNA, menggunakan
molekul kecil untuk membangun kompleks yang besar. Enzim juga membantu sel untuk
berkomunikasi satu sama lain, menjaga pertumbuhan sel, dan membantu program kehidupan dan
kematia sel yang terkendali. Pada bidang kedokteran kepentingan pengetahuan tentang enzim
antara lain untuk pemeriksaan kadar enzim dalam menegakkan diagnosa klinis maupun
menentukan prognosa suatu penyakit.

Enzim yang umumnya dapat diukur kadarnya adalah enzim yang terdapat di dalam darah.
Di dalam darah terdapat 2 kelompok enzim, yaitu enzim plasma fungsional dan enzim plasma non
fungsional. Enzim plasma fungsional yaitu enzim yang dalam keadaan fisiologis terdapat dalam
plasma dan berfungsi di sana, sehingga normalnya kadarnya banyak dalam plasma.Contoh enzim
plasma fungsional adalah lipoprotein lipase, pseudocholin esterase, dan enzim-enzim untuk
koagulasi darah. Enzim plasma non fungsional yaitu enzim yang dalam keadaan fisiologis lokasi
dan bekeijanya di dalam sel/garingan, sehingga normalnya terdapat dalam kadar yang kecil di
dalam darah. Apabila ada kenaikan kadar enzim ini di dalam darah berarti ada kerusakan jaringan,
minimal kebocoran membran sel yang berisi enzim tersebut, sehingga kelompok enzim ini sering
digunakan dalam membantu diagnosa klinis.

Salah satu contoh enzim plasma non fungsional yang sering digunakan untuk diagnosis
adalah enzim transaminase. Di dalam darah ada 2 transaminase yang mempunyai artl klinik sangat
penting, yaitu GOT (Glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan GPT (Glutamat Piruvat
Transaminase). Kedua enzim ini sering digunakan dalam diagnosis beberapa penyakit, antara lain
untuk diagnosis kelainan hepar maupun jantung. Dengan demiklan, melalui praktikum enzim ini
diharapkan mahasiswa program studi pendidikan dokter dapat menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan dalam menganalisis kadar enzim GOT dan GPT untuk diagnosis klinis suatu penyakit.

TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami kinetika enzim.


2. Mahasiswa mampu melakukan teknik laboratorium pemeriksaan enzim GOT dan GPT.
3. Mahasiswa mampu menganalisis hasil pemenksaan kadar enzim GOT dan GPT dan
menegakkan diagnosis klinis.

PERSIAPAN

Mahasiswa telah membaca :

1. Kuliah tentang enzim.


2. Murray R.K.; Granner D.K.; Mayes P.A.; Rodwell V.W. Harpers Biochemistry. Appleton
and Lange Medical Publication U.S.A. Edisi terbaru.
3. Marks D.B.; Marks A.D.; Smith C.M. Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach.
Lippincott Williams & Wilkins. Edisi terbaru.

TUGAS PRAKTIKUM

1. Lakukan pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT pada serum penderita tersebut!
1. Tuliskan hasil pemeriksaan pada lembar laporan kegiatan praktikuml
2. Berikan penjelasan analisis hasil pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT yang telah anda
lakukan!

PENGUKURAN KADAR ENZIM SGOT DAN SGPT

Metode : Kolorimetri

Prinsip :

Berdasaman metode dari The Intemational Federation of Clinical Chemistry (IFCC). Penentuan
aktivitas enzim serum glutamate oxaloacetic transaminase (GOT) atau Aspartate aminotransferase
(AST) dan serum glutamate pyruvate transaminase (GPT) atau Alanine amimtransferase (ALT)
dengan metode kolorimetri pada dasamya sesuai dengan prinsip reaksi berikut:

G0T : 2-oxoglutarat + L-aspartat  glutamat + oksaloasetat


AST

MDH
Oksaloasetat + NADH + H+  Malat + NAD+

AST
GPT: 2-oxoglutarat+L-Alanin  glutamat+piruvat

Piruvat + NADH + H+  Laktat + NAD+

Kadar NADH yang digunakan ditentukan dengan fotometri ( kolorimetri ) dan secara Iangsung
menunjukkan aktivitas enzim ASAT/ALAT dalam sample.

G O T = Glutamat OksaloasetatTransaminase

G P T = Glutamat PiruvatTransaminase

AST = Aspartate Aminotransferase

M D H = Malate Dehydroganase

ALT = Alanine Aminotransferase


L D H = Lactate Dehydrogenase

Sampel

Serum atau plasma dipemleh dengan memisahkan sel-sei darah dan seruml plasma dari darah.
Sampel serum/plasma dapat disimpan pada suhu -20°C dan stabil sampai 3 bulan.

Pereaksi :

Reagen 1 = Reagent Solution

Reagen 2 = Start Reagent

Pelaksanaan :

1. Siapkan 3 buah kuvet, tandai GOT, GPT dan Aquades (tandai dengan |abel,kuvet jangan
dicorat-coret)
2. Masukkan ke dalam masing-masing cuvet, sebagai berikut

Jenls Iarutan GOT GPT


Serum / plasma 50 uL 50 uL
Reagen ( 1 ) 500 uL 500 uL
Campur dan diamkan 1 menit
Reagen (2) 125 uL 125uL

3. Campur/homogenkan (pastikan larutan telah tercampur baik ditandai dengan tidak ada
endapan didasar kuvet)
4. Diamkan pada suhu kamar (25°C) selama 5 menit
5. Baca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang (A) 365 nm. Gunakan kuvet berisi
aquades 1 mL untuk nol alat sebelum mengukur standart atau sampel.

Penghitungan :

Aktlvltas Enzim = A; X F
As = Absorbansi Sampel

F = 39,71

Nilai normal

Enzim Wanita Pria


GOT < 31 U/L < 35 U/L
GPT < 31 U/L < 41 U/L

Data hasil pemeriksaan :

Absorbansi Sampel (As) =

Absombansi Standart (Ast) =

PROTEIN dan UREA

PENDAHULUAN
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala
sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup
dan virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan
dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan
sendi sitoskeleton.
Tidak semua protein adalah enzim. Keratin protein struktural pada rambut hewan dan
hormon insulinmerupakan contoh protein bukan enzim. Setiap polipeptida dari suatu
protein juga memiliki monomer yang tersusun dalam tatanan linear tertentu (struktur primer
protein) tetapi monomernya adalah kedua puluh asam amino tersebut. Dengan demikian, asam
nukleat dan protein berisi informasi yang ditulis dalam dua bahasa kimia yang berbeda.
Denaturasi protein adalah kondisi di mana struktur sekunder, tersier maupun kuartener
dari suatu protein mengalami modifikasi tanpa ada pemecahan ikatan peptida. Denaturasi dapat
berupa rusaknya struktur tiga matra dari suatu protein. Denaturasi protein ada dua macam,
yaitu pengembangan rantai peptide (terjadi pada polipeptida) dan pemecahan protein menjadi
unit yang lebih kecil tanpa disertai pengembangan molekul (terjadi pada ikatan sekunder) .
Selain sifat-sifat yang umum, kebanyakan protein alam masih mempunyai satu atau lebih
sifat khusus. Sifat khusus tersebut mempunyai daya angkut oksigen, mempunyai daya
sebagai alat pengangkut lipida; mempunyai kelarutan tertentu dalam garam encer atau asam
encer; dan mempunyai aktivitas sebagai enzim. Protein tersebut yang dipengaruhi oleh
pemanasan, sinar ultraviolet, gelombang ultrasonik dan pengocokan yang kuat atau bahan-bahan
kimia tertentu dapat mengalami proses denaturasi. Denaturasi protein itu sendiri dapat diartikan
sebagai suatu proses perubahan konfigurasi tiga dimensi molekul protein tanpa menyebabkan
kerusakan ikatan peptida.
Protein tubuh disusun dari + 20 jenis asam amino melalui proses yang disebut dengan
translasi. Sintesis protein utamanya terjadi di hati. Sel hepatosit mensintesis fibrinogen, albumin,
dan sebagian globulin. Apabila ada abnormalitas fungsi hati, maka sintesis protein bisa ikut
terganggu. Hati berfungsi sebagai pengatur konsentrasi asam amino dalam darah. Dalam tubuh,
protein mengalami perubahan – perubahan tertentu dengan kecepatan yang berbeda untuk tiap
protein. Protein daiam makanan diperiukan untuk menyediakan asam amino yang akan digunakan
untuk memproduksi senyawa nitrogen yang Iain, untuk mengganti protein dalam jaringan yang
mengalami proses penguraian dan untuk mengganti nitrogen yang teiah dikeluarkan dari tubuh
dalam bentuk urea.

Hasil katabolisme asam amino akan menghasilkan kerangka carbon (C) yang sebagian besar
akan dioksidasi untuk menghasilkan energi, sebagian yang lain pada keadaan khusus diubah
menjadi glukosa lewat jalur glukoneogenesis, sedangkan unsur nitrogennya (N) sebagian
digunakan untuk reaminasi, sebagian yang Iain didetoksikasi menjadi urea yang nantinya dibuang
bersama urine. Hati berperan dalam katabolisme asam amino dalam darah, menjadi urea. Urea
terbentuk dari ammonia dan karbondioksida melalui serangkaian reaksi kimia berupa siklus urea.
Pembentukan urea ini terutama berlangsung didalam hati. Urea adalah suatu senyawa yang mudah
larut dalam air, bersifat netral sehingga dapat dikeluarkan dan dalam tubuh melalui ginjal berupa
urin. Kelainan ginjai bisa menyebabkan gangguan ekskresi urea yang menyebabkan peningkatan
kadar urea di dalam darah.

TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami metabolisme protein/asam amino


2. Mahasiswa mampu melakukan teknik Iaboratorium pemeriksaan kadar protein total,
albumin, dan urea dalam darah, serta kadar protein dalam urin.
3. Mahasiswa mampu menganalisis hasil pemenksaan kadar protein total, albumin, dan urea
dalam darah, serta kadar protein dalam urin yang dapat membantu menegakkan diagnosis
klinis.

PERSIAPAN

Mahasiswa telah membaca :

1. Kuliah tentang metabolisme protein/asam amino.


2. Murray R.K.; Granner D.K.; Mayes P.A.; Rodwell V.W. Harpers Biochemistry. Appleton
and Lange Medical Publication U.S.A. Edisi terbaru.
3. Marks D.B.; Marks A.D.; Smith C.M. Basic Medical Biochemistry: A
4. Clinical Approach. Lippincott Williams & Wilkins. Edisi terbaru.
5. HARRlSON's: Principles of Internal Medicine.
TUGAS

1. Lakukan pemeriksaan kadar protein total, albumin, globulin dan urea dalam darah serta
protein urin pada penderita tersebut.
2. Tuliskan hasil pemeriksaan pada lembar laporan kegiatan praktikum!
3. Berikan penjelasan/pembahasan hasil pemeriksaan yang telah anda Iakukan!

PRAKTIKUM

PENGUKURAN KADAR PROTEIN TOTAL DARAH

Metode : Kolorimetris

Pereaksi

R1 : Sodium hydroxide 80 mmol/l

Potassium sodium tartrat 12,8 mmol/l

R2 : Sodium hydroxyde 100 mmol/l

Potassium sodium tartrat 16 mmol/l

Potassium iodide 15 mmol/l

Copper sulphate 6 mmol/l

Standard 5 g/dL

Sampel :

Serum atau plasma diperoleh dengan memisahkan sel darah merah dan plasma dari darah. Sel
darah merahnya di jaga jangan sampai lisis, sebab akan mengganggu kadar lemak yang diukur.
Sampel serum disimpan pada suhu 4°C, stabil sampai 7 hari.

Prinsip:

Protein dengan ion Cu dalam suasana alkalis membentuk kompleks bewarna biru keunguan.
Absorbansi warna berbanding langsung dengan kadar protein.
Pelaksanaan :

1. Siapkan 3 buah kuvet, masing-masing beri tanda B, dan St dengan label


2. Masukkan kedalam cuvet masing-masing, sebagai berikut
Jenis larutan Blangko (B) Sampe (S) Standart (St)
Sanpel (serum/plasma) -- 20 uL --
Standard -- -- 20uL
Reagen R1 1000 uL 1000 uL 1000 uL

3. Campur/homogenkan (pastikan larutan telah tercampur baik ditandai dengan tidak ada
endapan didasar kuvet)
4. Diamkan pada suhu ruang (27°C) selama 5 menit
5. Baca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang A 540 nm. Gunakan kuvet
blangko (kuvet B) untuk nol alat sebelum mengukur standart atau sampel.
6. Hasilnya catat sebagai A13 dan A151
7. Tambahkan 250 pL reagen R2 ke dalam masing-masing kuvet, campur baik-baik (pastikan
tidak ada sampel yang mengendap berwarna keunguan di dasar kuvet), biarkan pada suhu
ruang selama 5 menit.
8. Baca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang A 540 nm. Gunakan kuvet
blangko (kuvet B) untuk nol alat sebelum mengukur standart atau sampel. Pembacaan
absorbansi tidak lebih dari 1 jam
9. Catat hasilnya merupakan A23 dan A25‘

Perhitungan:

As = (A2s - A1s) Ast = (A2st - A1st)

Kadar Protein total = As x Kadar Standart (5g / dL)


Ast

Nilai Normal

Dewasa : 6,6 — 8,8 g/dL


Data hasil pemeriksaan :

Absorbansi Sampel (As) 1 =

Absornbansi Standart (Ast) 1 =

Absorbansi Sampel (As) 2 =

Absornbansi Standart (Ast) 2 =

PENGUKURAN KADAR ALBUMIN

Prinsip

Albumin serum dengan bromocresol green pada suasana agak asam (pH=4,2) akan membentuk
kompleks Albumin-BCG yang bewvarna biru.

Albumin + BCG (bromo cresol green)  Kompleks Albumin-BCG

Reagensia :

1. Pereaksi :

Succinic acid bufier pH 4,2 100 mmol/l

Bromocresol green 0,21 mmol/l

2. Standard 5 g/dL

Pelaksanaan :

1. Siapkan 3 buah kuvet, masing-masing beri tanda B. S dan St dengan label


2. Masukkan kedalam cuvet masing-masing, sebagai berikut
Jenis larutan Blangko (B) Sampe (S) Standart (St)
Sanpel (serum/plasma) -- 20 uL --
Standard -- -- 20uL
Reagen R1 1000 uL 1000 uL 1000 uL
3. Campur/homogenkan (pastikan larutan telah tercampur baik ditandai dengan tidak ada
perbedaan warna pereaksi dan sampel yang mengendap dan berwarna merah didasar kuvet)
4. Diamkan pada suhu ‘ruang (27°C) selama 20 menit atau 10 menit pada suhu 37°C (bila
menggunakan inkubator)
5. Baca dengan spektrofotometér pada panjang gelombang A 578 nm. Gunakan kuvet
blangko (kuvet B) untuk nol alat sebelum mengukur standart atau sampel.

Kadar albumin = As x Kadar Standart (5g / dL)


Ast

Nilai Normal

Dewasa : 3.5 - 5,2 g/dL

Data hasil pemeriksaan :

Absorbansi Sampel (As) =

Absornbansi Standart (Ast) =

Kadar Globulin = kadar protein total- kadar albumin

PENGUKURAN KADAR UREA DARAH

Metode : Urease - GLDH

(Glutamate dehydrogenase) Enzymatic UV Test

Prinsip :

Urease
Urea + 2H2O  2 NH4+ + 2 HCO3-
GLDH
2-Oxoglutarate + NH4+ + NADH  L-Glutamate + NAD+ + H20
Pereaksi

R1 : TRIS 80 mmol/I

2-Oxoglutarate 12.8 mm0|/|

ADP 0,75 mmol/L

Urease > 7 kU/L

GLDH (Glutamate dehydrogenase) > 1 kU/L

R2 : NADH 1,3 mmol/I

standard 50 mg/dL (8.33 mmol/L)

Sampel : .

'Sampel yang digunakan adalah serum/plasma yang diperoleh dari darah, dengan cara memisahkan
sel darah dan serum/plasma. Sampel serum dapat disimpan dan stabil dalam suhu -20°C selama 5
bulan atau 7 hari pada suhu 4 - 8°C.

Pelaksanaan :

1. Siapkan 3 buah kuvet, masing-masing beri tanda B. S dan St dengan label


2. Masukkan kedalam cuvet masing-masing, sebagai berikut
Jenis larutan Blangko (B) Sampe (S) Standart (St)
Sanpel (serum/plasma) -- 20 uL --
Standard -- -- 20uL
Reagen R1 1000 uL 1000 uL 1000 uL

3. Campur/homogenkan dengan mikropipet 2-3 kali (pastikan larutan telah tercampur baik
ditandai dengan tidak ada endapan didasar kuvet) '
4. Diamkan pada suhu ruang (27°C) selama 5 menit
5. Tambahkan Reagen R2 ke dalam semua kuvet, masing masing sebanyak 250 pL,
campur/homogenkan kembali dengan mikropipet (pastikan tidak ada sampel yang
mengendap benuarna keunguan di dasar kuvet), diamkan pada suhu ruang selama 1 menit
6. Baca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 365 nm. Gunakan kuvet blanko
(kuvet 1) untuk nol alat sebelum mengukur standart atau sampel.
7. Hasilnya catat sebagai A15 dan A1 st

A1s = Absorbansi sampel pertama

A1st = Absorbansi standart pertama

8. Baca kembali dengan spektrofotometer pada panjang gelombang (A) 365 nm. Gunakan
kuvet blanko (kuvet 1) untuk nol alat sebelum mengukur standart atau sampel.
9. Hasilnya catat sebagai A2s dan A25:

A2s = Absorbansi sampel kedua

A2st. = Absorbansi standart kedua

Perhitungan:

As = (A2s - A1s) Ast = (A2st - A1st)

Kadar Protein total = As x Kadar Standart (5g / dL)


Ast

Nilai normal

Dewasa : 17 - 43 mg/dL

Data hasil pemeriksaan :

Absorbansi Sampel (As) 1 =

Absornbansi Standart (Ast) 1 =

Absorbansi Sampel (As) 2 =

Absombansi Standart (Ast) 2 =


PEMERIKSAAN PROTEIN DALAM URIN

Prinsip:

Suatu larutan yang mengandung protein bila dipanaskan sampai terjadi koagulasi protein, yang
mengakibatkan kekeruhan pada iarutan. Kepekatan kekeruhan yang terjadi sangat dipengaruhi /
tergantung kandungan proteinnya; semakin banyak kandungan protein makin kemh sampai terjadi
endapan. Karena pH urine nomial berkisar antara 6 - 7 sedangkan p.i. albumin berkisar antara 5 -
6 maka penambahan asam asetat encer perlu untuk mencapai p.i. albumin. Tujuannya adalah agar
mudah terjadi koagulasi, sebab semua protein paling mudah ter koagulasi pada p.i. nya.

Pelaksanaan

1. Ambil tabung reaksi, masukkan + 4ml urine, kemudian panaskan diatas api sampai
mendidih.
2. Perhatikan apakah ada kekeruhan atau tidak. Bila tidak keruh, perlu ditambahan asam
asetat encer 1 - 2 tetes melalui dinding tabung untuk mencapai p.i. dari albumin. Sambil
dipanaskan lagi. Bila teriihat keruh berarti ada koagulasi albumin dan inl berarti urine
tersebut mengandung protein dan dikatakan protein (+).
3. Catat dan doumentasikan hasil percobaan.

Tergantung dari banyaknya albumin yang terdapat didalamnya dikatakan positip 1 (+) positip 2
(++) dan seterusnya sampai positip 4 (++++)

Data Pemeriksaan :

Sampel Hasil Pengamatan


Urin pasien
Urin mahasiswa
KARBOHIDRAT

PENDAHULUAN

Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom Karbon, Hidrogen dan

Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam komposisi menghasilkan

H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian

dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan

yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya dijumpai pada

otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam susu.

Karbohidrat merupakan sumber karbon untuk organisme hidup. Karbohidrat juga

merupakan sumber karbon untuk sintesis biomolekul dan sebagai bentuk energi polimerik.

Karbohidrat didefinisikan sebagai senyawa polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton dan

turunannya. Karbohidrat dapat digolongkan ke dalam monosakarida, disakarida dan

polisakarida .

Karbohidrat dalam makanan biasanya dalam bentuk umbi-umbian, serealia maupun

dalam batang tanaman. Selain dari sumber nabati, karbohidrat juga berasal dari pangan hewani

yang terbentuk dalam jumlah yang kecil melalui proses biosintesa glikogen dan sintesa secara

kimiawi. Karbohidrat dapat dioksida menjadi energi, misalnya glukosa dalam sel jaringan

manusia dan hewan. Dalam tubuh, karbohidrat mengalami perubahan atau metabolisme yang

menghasilkan antara lain glukosa yang terdapat dalam darah. Sedangkan karbohidrat yang

disintesa dalam hati berupa glikogen digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber

energi.
Apabila terjadi kelainan pada metabolism karbohidrat, akan menimbulkan kelainan seperti
diabetes mellitus. Diabetes mellitus (DM) merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia atau meningkatnya kadar glukosa darah. Gejala klasik yang menonjol adalah sering
kencing (poliuria), sering lapar (polifagia) dan sering haus (polidipsia).

Pemériksaan laboratorium bagi penderita DM sangat penting dilakukan untuk menegakkan


diagnosis, serta untuk memonitor terapi dan timbulnya komplikasi. Penting juga untuk dilakukan
pengaturan diet yang tepat bagi penderita diabetes mellitus dalam upaya mengontrol kadar glukosa
darah. Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk menegakkan diagnosis DM maupun untuk
memonitor peijalanan penyakit antara lain yaitu pemeriksaan kadar glukosa dalam darah, serta
pemeriksaan glukosa di urin.

TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami jalur-jalur metabolisme karbohidrat


2. Mahasiswa mampu melakukan teknik Iaboratorium pemeriksaan kadar glukosa dalam
darah dan kadar glukosa dalam urin.
3. Mahasiswa mampu menganalisis hasil pemeriksaan kadar glukosa dalam darah dan kadar
glukosa dalam urin yang dapat membantu menegakkan diagnosis klinis.

PERSIAPAN

Mahasiswa telah membaca :

1. Kuliah tentang metabolisme karbohidrat.


2. Murray R.K.; Granner D.K.; Mayes P.A.; Rodwell V.W. Harper's Biochemistry. Appleton
and Lange Medical Publication U.S.A. Edisi terbaru
3. Marks D.B.; Marks A.D.; Smith C.M. Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach.
Lippincott Williams & Wilkins. Edisi terbaru.
4. HARRlSON's: Principles of Internal Medicine.

TUGAS

1. Lakukan pemeriksaan kadar giukosa darah puasa dan glukosa urin pada penderita tersebut!
2. Lakukan pemeriksaan reduksi urin pada 2 macam urin yang lain yang telah disediakan di
meja praktikum!
3. Tuliskan hasil pemeriksaan pada lembar Iaporan kegiatan praktikum!
4. Berikan penjelasan/pembahasan hasil pemeriksaan yang telah anda lakukan!

PRAKTIKUM

A. PENGUKURAN KADAR GLUKOSA DARAH

Metode : GOD-PAP

Prinsip :

Glukosa dioksidasi oleh Gluko-Oksidase (GOD) menjadi asam glukonat + H202 selanjutnya H202
bereaksi dengan 4-aminoantipirin + phenol menghasilkan chinonimine yang berwarna kemerahan
+ H20, reaksi ini dikatalis oleh enzim Peroksidase (POD). Chinonimine yang terbentuk eqivalen
dengan glukosa sehingga warna yang terukur dari produk chinonimine akan sebanding dengan
kadarglukosa.

GOD
Glukosa + 02  Asam Glukonat+ H202

POD

2 H202 + 4-Aminoantipirin + Fenol  Chinonimine + 4 H20

Sampel :

Serum atau plasma diperoleh dengan memisahkan sel darah dan serum/plasma dari darah. Sel
darah merahnya dijaga jangan sampai lisis, sebab akan mengganggu kadar glukosa yang diukur.
Sampel darah yang tidak segera diperiksa harus segera diberi inhibitor glikolisis NaF atau KF agar
sel darah merah tidak melakukan glikolisis yang dapat mengurangi kadar glukosa yang akan
diukur. Sampel serum dapat disimpan pada suhu 4°C dan stabil sampai 7 hari.

Pereaksi :
 Buffer fosfat (pH=7,5) 250 mmol/l

 Glukose-oksidase > 10 KU/l

 Penol 5 mmol/l

 Peroksidase > 10 KU/l

 4-aminoantipirin 0,5 mmol/l

Standard : 100 mg/dL (= 5,55 mmol/l)

Perhatian : Reagen diatas mengandung Sodium-azide, JANGAN sampai tertelan atau mengenai
kulit/mukosa.

Peiaksanaan :

1. Siapkan 3 buah kuvet, masing-masing beri tanda B, S dan St. Kuvet jangan dicorat-coret
dengan spidoi, beri tanda dengan label.
2. Masukkan ke dalam masing-masing cuvet, sebagai berikut :

Jenis larutan Blangko (B Sampel (S) Standart (st)


Sampel (serum/plasma) -- 10uL --
Standard -- -- 10uL
Pereaksi 1000 uL 1000 uL 1000 uL

3. Campur / homogenkan (pastikan larutan telah tercampur baik, ditandai dengan tidak ada
perbedaan wama pereaksi dan sampel yang mengendap, sampel »yang belum tercampur
rata dalam pereaksi di tandai dengan endapan berwarna merah didasar kuvet)
4. Diamkan pada suhu ruang (27°C) selama 20 menit atau 10 menit pada suhu 37°C (bila
menggunakan inkubator)
5. Baca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang (A) 500 nm. Gunakan kuvet
blanko (B) untuk nol alat sebelum mengukur standart atau sampel.
6. Masukkan nilai absorbansi di atas dalam perhitungan berikut :
Kadarglukosa = As X Kadar standard (100 mg/dL)
As

Nilai normal :

Glukosa darah puasa : 70 - 110 mg/dL

Glukosa darah 2 jam PP : 80 - 140 mg/dL

Data hasil pemeriksaan :

Absorbansi Sampel (AS) =

Absornbansi Standart(Ast) =

PENGAMATAN GLUKOSA DALAM URIN

Metode : oksidasi reduksi Benedict

Prinsip:

Glukosa sebagai aldehide mempunyai sifat sebagai reduktor, maka bila ada senyawa I reagen yang
bersifat mudah menerima elektron seperti Cu++ (dari CuSO4) akan terjadi reaksi oksidasi
reduksi.Cu++ direduksi menjadi Cu+ (dalam bentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata),
sedangkan glukosanya dioksidasi menjadi asam glukonat. Sebagai indikator dalam reaksi ini bila
reaksinya positip adalah terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Warna yang terjadi
tergantung dari banyaknya endapan Cu2O yang warnanya berbaur dengan warna CuSO4 yang
warnanya biru.

Dalam percobaan kali ini yang digunakan adalah metoda Benedict

Reagen Benedict berisi :

Larutan I : Na-sitrat 175 g

Na-karbonat anhidrid 100 g

Aquadest 300 ml
Larutan ll : CuSO4 17,3g

Aquadest 100 mL

Campur Iarutan I dan II dan tambahkan aquadest sampai 1000 mL, simpan dalam tempat sejuk
dan kering. Larutan Benedict telah disiapkan oleh analis, jadi mahasiswa tidak perlu membuat lagi.

Pelaksanaan :

1. Siapkan 3 tabung reaksi dan isilah masing-masing dengan 2 mL reagen Benedict (setara
40 tetes dengan pipet pasteur).
2. Tambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut:
 Tabung 1  urin penderita 2 mL ( 40 tetes)
 Tabung 2  urin 1,5 mL ( 30 tetes ) + Vitamin C 0,5 mL (10 tetes)
 Tabung 3  urin 1,5 mL ( 30 tetes ) + fruktosa 0,5 mL (10 tetes)

3. Panaskan masing - masing tabung di diatas api bunsen sampai mendidih maksimum 1
menit , tidak lebih (jangan mengarahkan ujung tabung reaksi yang sedang dipanasi
ke wajah)
4. Amati perubahan warna yangterjadi dan catat hasilnyal
a. Bila warna yang terbentuk biru jernih,tidak ada endapan, dikatakan negatif (.)
b. Bila endapan Cu20 sedikit, warna endapan sedikit merah bata dan cairan biru sampai hijau,
dikatakan positip 1 (+).
c. Makin banyak endapan wama merah bata, wama campuran sampai kuning dikatakan
positip 2 (++)
d. Bila glukosanya banyak, endapan merah batanya makin banyak sedangkan CuSO4 hampir
habis (karena telah berubah menjadi Cu2O) sehingga yang terlihat adalah endapan merah
bata sampai coklat, dikatakan positip 3 (+++).
Sebagai catatan karena reaksi ini hanya berdasarkan reaksi oksidasi reduksi, maka tidak spesifik
untuk pemeriksaan glukosa. Reaksi akan positip bila dalam urine terdapat pereduktor baik glukosa
maupun pereduktor lain.

Data Hasil Pengamatan :

Sampel Warna setelah dipanaskan Skor


Urin normal
Urin penderita
Urin mengandung fruktosa
Urin mengandung vitamin C

LEMAK

PENDAHULUAN

Lipid didefinisikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang diektraksi dari
makhluk hidup dengan menggunakan pelarut yang kurang polar atau pelarut non polar. Istilah
lipid mencangkup golongan senyawa-senyawa yang memiliki keanekragaman struktur.
Berdasarkan komposisinya, lemak diklasifikasikan menjadi lemak sederhana, lemak campuran
(kompleks) dan lemak turunan. Salah satu contoh lemak sederhana yaitu triasilgliserol, sedangkan
contoh lemak campuran antara Iain fosfolipid, glikolipid, sulfolipid, aminolipid, dan Iipoprotein
yang mengandung komponen protein disamping komponen lemak. Contoh lemak turunan antara
lain yaitu gliserol, sterol, asam lemak, hormone kortisol, aldosteron, testosterone, estnol, dan benda
keton yang terdiri dari asetoasetat, beta hidroksi butirat dan aseton.

Lipid sangat penting di dalam tubuh, baik untuk struktur maupun fungsi tubuh. Simpanan

lemak memberikan cadangan energi, menyekat dan memberi beberapa perlindungan. Lipid

lain merupakan konstituen penting membran sel (fosfolipid), merupakan prekursor untuk

hormon steroid, bekerja sebagai molekul pengatur (misalnya leukotrin, protoglandin,

tromboksan dan transpor lemak seluruh tubuh (lipoprotein), serta lemak pelarut vitamin

berfungsi dalam pembekuan darah, fungsi penglihatan dan antioksidan.

Lipid merupakan bentuk energi tubuh yang paling pekat. Sel-sel otak hanya

menggunakan glukosa tetapi jaringan tubuh lainnya seperti otot jantung lebih memilih lipid

sebagai sumber energi. Asam lemak akan mengalami oksidasi beta di hati membentuk asetil KoA.

Asetil KoA dapat langsung memasuki siklus krebs, tidak perlu melalui jalur glikolisis. Reaksi

ini disebut sebagai reaksi oksidasi-beta karena yang dioksidasi adalah atom karbon kedua .

Lipid terkonjugasi terbentuk dari pengikatan gugus fosfat atau gula ke molekul lemak.

Fosfolid dan Glikolipid ini merupakan konstituen intgral struktur dinding sel. Sterol juga

berfungsi sebagai building block. Struktural di sel dan membran serta sebagai konstituen

hormon dan metabolit lain. Karena tidak larut dalam air, lipid memerlukan mekanisme

pengangkutan khusus agar bersirkulasi dalam darah. Asam lemak bebas hanya terdapat dalam

jumlah kecil di dalam darah dan umumnya berikatan secara longgar dengan albumin.

Komponen-komponen lipid utama yang dijumpai dalam plasma adalah trigliserida, koleterol, dan

fosfolipid. Ketiganya terdapat dan diangkut dalam darah sebagai lipoprotein, suatu kompleks

makromolekul yang sangat besar dari lipid dan protein khusus (apolipoprotein) yang membantu

pengemasan, kelarutan, dan metabolisme lemak.


Kelainan metabolisme dapat berakibat timbulnya beberapa penyakit, antara Iain yaitu
obesitas, pertemakan hati, dan aterosklerosis. Telah diketahui adanya hubungan antara timbunan
kolesterol di dalam dinding pembuluh darah dengan aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.
Hal ini dapat terjadi antara lain karena pola hidup yang kurang baik, stres, dan adanya pertemakan
yang berlebihan pada dinding pembuluh darah. Datam penatalaksanaan dan untuk mencegah
penyakit-penyakit tersebut, diperlukan pengetahuan metabolisme lemak dan cara pemeriksaan
kadamya di dalam darah. Contoh pemeriksaan profil lemak dalam darah antara lain yaitu melalui
pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol-LDL, kolesterol-HDL, dan trigliserida.

TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami metabolisme Iemak.


2. Mahasiswa mampu melakukan teknik laboratorium pemeriksaan kadar kolesterol
total, LDL, HDL, dan TG dalam darah.
3. Mahasiswa mampu menganalisis kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan TG dalam
darah untuk menegakkan diagnosis klinis.

PERSIAPAN

Mahasiswa telah membaca :

1. Kuliah tentang metabolisme lemak


2. Murray R.K.; Granner D.K.; Mayes P.A.; Rodwell V.W. Harper's Biochemistry. Appleton
and Lange Medical Publication U.S.A. Edisi terbaru
3. Marks D.B.; Marks A.D.; Smith C.M. Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach.
Lippincott Williams & Wilkins. Edisi terbaru.
4. HARRlSON's: Principles of Internal Medicine.

TUGAS

1. Lakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL. HDL dan trigliserida pada penderita
tersebut !
2. Tuliskan hasil pemeriksaan pada lembar laporan kegiatan praktikum!
3. Berikan penjelasan/pembahasan hasil pemeriksaan yang telah anda lakukan!
PENENTUAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH

Metode : CHOD - PAP

Prinsip:

Kolesterol dapat ditentukan setelah clilhgdrolisis dan dioksidasi, sebagai indikatornya adalah
dengan terbentuknya quinoneimine dari reaksi hidrogenperoksida + 4 amino antipirin dan fenol
yang dikatalisis oleh peroksidase.

CHE
Kolesterolester + H20  kolesterol + asamlemak

CHO

Kolesterol + O2  kolesterol-trine + H2O2

POD

2H2O2 +4-aminoantipirin + phenol  quinoneimine + 4 H20

Sampel :

Serum atau plasma diperoleh dengan memisahkan sel darah dan serum/plasma dari darah. Pasien
harus puasa selama 10-12 jam. Sampel serum dapat disimpan pada suhu 4°C dan stabil sampai 7
hari.

Pereaksi :

GOOD‘ Buffer PH 6.7 50 mmol/l

Phenol 5 mmol/l

4-amino antipirin 0,3 mmol/l

Cholesterol esterase > 200 U / I

Cholesterol oxidase > 50 U / I


Peroxidase >3U/I

Standard - 200 mgl dL(5,2 mmol/l)

Pelaksanaan :

1. Siapkan 3 buah kuvet, masing-masing beri tanda B, S dan St. Kuvet jangan dicorat-coret
dengan spidol, beri tanda dengan label.
2. Masukkan ke dalam masing-masing cuvet, sebagai berikut
3. Campur / homogenkan larutan.(pastikan larutan telah tercampur baik, ditandai dengan
tidak ada perbedaan warna pereaksi dan Sampel yang mengendap, sampel yang belum
tercampur rata dalam pereaksi di tandai dengan endapan berwarna merah didasar kuvet)
4. Diamkan pada suhu ruang (27°C) selama 20 menit atau 10 menit pada suhu 37°C (bila
menggunakan inkubator)
5. Baca dengan spektrofotoimeter pada panjang gelombang A 500 nm. Gunakan kuvet blank
(B) untuk nol alat sebelum mengukur standart atau sampel.
6. Catat nilai absorbansi dari pembacaan pada spektrofotometer:
As = absorbansi sampel
Ast = absorbansi standart
7. Masukkan nilai absorbansi di atas dalam perhitungan berikut:
Kadarkolesteroltotal = ——5§—x Kadar standard (zoo mgIdL)
AS:
8. Nilai kadar kolestrol total hasil percobaan bandingkan dengan nilai normal kadar kolesterol
total dalam darah.

Catatan:

Test ini dikatakan valid jika kadar kolesterol yang diukur sampai 750 mg/dL. Sampel dengan kadar
kolesterol yang lebih tinggi dari kadar tersebut harus diencerkan dengan 2 bagian lamtan saline.
Hasilnya dikalikan 3.

lnterpretasi :
Kadar kolesterol total (mgIdL) lnterpretasi
< 200 Diinginkan/Norrnal
200-239 Batas tinggi
> 240 Tinggi

Data hasil pemeriksaan :

Absorbansi Sampel (As) =

Absornbansi Standart (Ast) =

PENENTUAN KADAR KOLESTEROL-HDL

Metode : CHOD - PAP

Prinsip:

Kilomikron, VLDL dan LDL menggumpal bila bereaksi dengan asam fosfotungstat dan
magnesium klorida. Setelah dilakukan pemisahan, cairan supernatan yang mengandung fraksi
HDL dapat diperiksa kadar HDL - kolesterolnya dengan menggunakan Larutan Pereaksi
Kolesterol.

Pereaksi :

Reagen Presipitan : Asam fosfotungstat 1.4 mmol dalam 250 ml aquadest

Magnesium klorida 8.6 mmol/L

Pereaksi dan standart kolesterol : (lihat pereaksi kolesterol total)

Sampel : lihat sampel kolesterol total

Pelaksanaan : .

I. Presipitasi:

1. Siapkan tabung polipropilen, masukkan kedalam tabung 200 uL serum dan 500 uL reagen
presipitan
2. Campur hingga rata, diamkan pada suhu ruang selama 15 menit.
3. Pisahkan campuran menngunakan sentrifus dengan kecepatan 2500g selama 20 menit.
4. Akan terbentuk 2 lapisan (endapan didasar tabung dan supematan diatasnya berupa cairan
bening). Ambil supematan untuk dipakai sebagai sampel pemeriksaan kadar kolesterol-
HDL

II. Pengukuran kadar kolesterol - HDL :

1. Siapkan 3 buah kuvet, masing-masing beri tanda B, S dan St. Kuvet jangan dicorat-coret
dengan spidol, beri tanda dengan label.
2. Masukkan kedalam cuvet masing-masing, sebagai berikut

Jenis larutan Blangko (B Sampel (S) Standart (st)


Sampel (serum/plasma) -- 10uL --
Standard -- -- 10uL
Pereaksi 1000 uL 1000 uL 1000 uL

3. Campur / homogenkan |arutan.(pastikan Iarutan telah tercampur baik, ditandai dengan


tidak ada perbedaan warna pereaksi dan sampel yang mengendap, sampel yang belum
tercampur rata dalam pereaksi di tandai dengan endapan berwarna merah didasar kuvet)
4. Diamkan pada suhu ruang (27°C) selama 20 menit atau 10 menit pada suhu 37°C (bila
menggunakan inkubator)
5. Baca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang (A) 500 nm. Gunakan kuvet blank
(B) untuk nol alat sebelum mengukur standart atau Sampel.
6. Catat nilai absorbansi dari pembacaan pada spektrofotometer:

As = absorbansi sampel

Ast = absorbansi standart

7. Masukkan nilai absorbansi di atas dalam perhitungan berikut:

Kadar HDL kolesterol = As X Kadar standard (200 mgIdL)


Ast
8. Nilai kadar HDL kolesterol hasil percobaan bandingkan dengan nilai normal kadar HDL
kolesterol dalam darah.

lnterpretasi :

Kadar kolesterol-HDL (mg/dL) lnterpretasi


< 40 Rendah
> 60 Tinggi

Data hasil pemeriksaan :

Absorbansi Sampel (As) =

Absornbansi Standart (Ast) =

PENENTUAN KADAR TRIASILGLISERIDA DALAM DARAH

Metode : GPO-PAP

Prlnsip:

Trigliserida dihidrolisis secara enzimatik oleh enzim lipase khusus menjadi gliserol dan asam
lemak. Gllserol kemudian bereaksi lebih lanjut menurut skema lni :

GK
Gliserol + ATP  a-gliserol-3-fosfat + ADP

GPO
L-a-gliserol-3-fosfat + O2  Dihidroksiaseton-fosfat + H202

POD
2 H202 + 4 klorofenol + aminoantipirin  4 H20 + HCl + Chinonimine

Sampel:

Serum atau plasma dlperoleh dengan memlsahkan sel darah dan serum/plasma dari darah. Pasien
harus puasa selama 10-12 jam, karena kilomlkron terdapat pada plasma post prandrial dapat
terukur sebagai trigliserida. Sampel serum dapat disimpan pada suhu 4°C dan stabil sampai 7 hari.

Pereaksi

Reagen 1 : larutan buffer

Reagen 2: larutan campuran ( pereaksi)

Reagen 3 : larutan standart 2.29 mmol / L gliserol = 200 mg / dL trigliserida.

Campurkan 1 botol reagen 2 ( 11 mL ) dengan Iarutan bufer 11 mL. Larutan ini stabil dalam 14
hari pada suhu 2°C — 8°C atau 2 hari pada suhu 15°C - 25°C

Standart 200 mg/dL

Pelaksanaan : .

1. Siapkan 3 buah kuvet, masing-masing beri tanda B, S dan St. Kuvet jangan dicorat-coret
dengan spidol, beri tanda dengan label.
2. Masukkan ke dalam masing-masing cuvet, sebagai berikut

Jenis larutan Blangko (B Sampel (S) Standart (st)


Sampel (serum/plasma) -- 10uL --
Standard -- -- 10uL
Pereaksi 1000 uL 1000 uL 1000 uL

3. Campur / homogenkan arutan.(pastikan larutan telah tercampur baik, ditandai dengan tidak
ada perbedaan wama pereaksi dengan sampel yang mengendap, sampel yang belum
tercampur rata dalam pereaksi di tandai dengan endapan berwarna merah didasar kuvet)
4. Diamkan pada suhu ruang (27°C) selama 20 menit atau 10 menit pada Suhu 37°C (bila
menggunakan inkubator)
5. Baca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang (A) 500 nm. Gunakan kuvet blank
(B) untuk nol alat sebelum mengukur standan atau sampel.
6. Catat nilai absorbansi dari pembacaan pada spektrofotometer:

As = absorbansi sampel

Ast = absorbansi standart

7. Masukkan nilai absorbansi di atas dalam perhitungan berikut:

Kadar TG kolesterol = As X Kadar standard (200 mgldL)


Ast
8. Nilai kadar trigliserida kolesterol hasil percobaan bandingkan dengan nilai normal kadar
trigliserida kolesterol dalam darah.

Catatan:

Tes ini valid jika kadar yang terukur sampai kadar 1000 mg/dL atau 11.4 mmol/L.

Pada trigliserida yang konsentrasinya tinggi, 1 bagian sampel tersebut harus dilarutkan dengan 5
bagian larutan NaC| 0.9% dan ulangi penentuan kadarnya. Hasilnya dikalikan 6.

lnterpretasi :

Kadar Trigliserida (mg/dL) lnterpretasi


< 150 Rendah
150 - 199 Batas Tinggi
200 - 499 Tinggi
> 500 Tinggi

PENENTUAN KADAR KOLESTEROL-LDL DALAM DARAH (INDIREK)


Konsentrasi LDL-kolesterol (LDL-C) secara tidak langsung dihitung dari kadar total kolesterol
(TC), HDL-kolesterol (HDL-C) dan trigliserida (TG) menurut rumus Friedewald :

LDL-C = TC - (HDL-C) - TG/5 (mg/dL)

Rumus Friedewald tidak berlaku bila kadar TG > 400 mg/dL

lnterpretasi :

Kadar kolesterol-LDL (mg/dL) lnterpretasi


< 100 Optimal
100-129 Diatas optimal
130-159 Batas Tinggi
160 - 189 Tinggi
> 190 Sangat Tinggi

Catatan :

Apabila supematan pada presipitasi HDL tidak jemih dapat menyebabkan kadar trigliserida tinggi,
encelkan sampel 1:1 dengan Iarutan NaCl 0.9 % sebelum dilakukan presipitasi kemudian hasil
akhir dikalikan 2.

Data hasil pemeriksaan :

Kadar LDL = .....

DAFT AR PUSTAKA

1. Murray R.K.; Granner D.K.; Mayes P.A.; Rodwell V.W. Harper's Biochemistry. Appleton
and Lange Medical Publication U.S.A. Edisi terbaru
2. Marks D.B.; Marks A.D.; Smith C.M. Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach.
Lippincott Williams & Wilkins. Edisi terbaru.
3. Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Diabetes mellitus. Harrison's Principles of Medicines 17"‘
ed..Principles of lntemal Medicine.McGraw-Hills. 2008.
4. McPherson & Pincus. Henry's Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods, 21st ed. W.B. Saunders Company. 2006.
5. Jellinger P.S., Mehta A.E., Handelsman Y., AACE Lipid and Atherosclerosis Guidelines.
Endocr Pract. 2012; 18(Suppl '1).

Anda mungkin juga menyukai